Anda di halaman 1dari 12

KELOMPOK 5

ATIKA CRISTINA (191148201069)


CLARA SITUMORANG (191148201075)
GRESTIANTI PUTRI YAHUDA ( 191148201084)
IMANUEL RINALDY SIDO ( 191148201088)

REKONSILIASI DAN
PENGKAJIAN TERAPI
1 tujuan rekonsiliasi
dan pengkajian

CONTENT 2 pembahasan
rekonsiliasi dan
pengkajian

3 kesimpulan
Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat yang telah
didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error)
seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan obat (medication
error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang
perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke pelayanan kesehatan primer dan
sebaliknya.

Tujuan dilakukannya rekonsiliasi Obat adalah:


a.Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien;
b.Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter;
c.Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter
Tahap proses
rekonsiliasi obat yaitu

Pengumulan Komparasi Melakukan Komunikasi


data konfirmasi
Petugas kesehatan
89,750 120,890 data
membandingkan 2,508
kepada 75,600
Melakukan
Mencatat data dan obat yang pernah, komunikasi dengan
memverifikasi obat sedang dan akan dokter pasien dan/atau
yang sedang dan akan digunakan. keluarga pasien atau
Bila ada
digunakan pasien perawat mengenai
ketidaksesuaian, maka
dokter harus dihubungi perubahan terapi
kurang dari 24 jam yang terjadi.
Rekonsiliasi dapat dilakukan setiap adanya
perpindahan pelayanan kesehatan, seperti :

1.Saat pasien masuk rumah sakit

2.asien mengalami perpindahan bangsal atau unit


layanan lain dalam suatu instansi rumah sakit
yang sama (contoh: dari bangsal rawat inap
menuju ke Intensive Care Unit; dari UGD
menuju bangsal rawat inap)

3.Perpindahan dari rumah sakit menuju rumah


atau rumah sakit lain.
pembahasan

Kasus 2 : Ny. YZ, 70 tahun, dengan riwayat DM tipe 2, masuk IGD karena jatuh dan
menurun kesadarannya. Pasien juga didiagnosa Pneumonia dan harus dirawat di
RS. Saat di IGD pasien antara lain mendapatkan Ceftriaxon inj. dan Ranitidin inj.
Keesokan harinya pasien dipindahkan ke ruang rawat, dokter di ruang rawat
meresepkan Levofloxacin drip, Omeprazol inj. Tanpa melihat obat-obat yang
digunakan pasien dari IGD.

1.REKONSILIASI OBAT
●Analisis Hasil pemantauan
1.Dokter di ruang rawat tidak melihat obat-obat yang digunakan pasien di IGD
2.Pengisian Formulir Rekonsiliasi belum lengkap yaitu :

➢ Penggunaan Dosis Obat


➢ Penggunaan Frekuensi obat
pembahasan

3.Dokter di rawat inap memberikan terapi antibiotik Levofloxacin drip satu hari setelah pasien diberikan
obat antibiotik golongan sefalosporin yaitu Injeksi Cefriaxone saat di IGD (admisi). Hal ini dapat
menyebabkan resistensi

4.Dokter di rawat inap memberikan terapi golongan obat penghambat pompa proton yaitu injeksi
Omeprazole tanpa melihat terapi pasien saat di IGD yaitu pemberian Injeksi Ranitidine golongan obat H2
blocker. Subtitle
●Analisis Saran perbaikan
1.Reedukasi dokter dan melakukan konfirmasi agar melihat daftar penggunaan obat-obatan yang
digunakan pasien saat admisi.
2.Melakukan sosialisasi ke unit kerja atau departemen medik akan adanya tabel Rekonsiliasi obat yang
harus diisi oleh dokter antara lain penggunaan dosis obat dan penggunaan frekuensi obat
3.Melakukan konfirmasi dan menghubungi dokter kurang dari 24 jam terkait penggunaan obat yang
diresepkan pada rekonsiliasi transfer atau rawat inap apakah pasien harus melanjutkan penggunaan obat
atau tidak
pembahasan
Nama Pasien : Ny. YZUmur : 70 TahunAlamat : -

Nama obat Uraian masalah keterangan Tindak lanjut


itle
t inap

Su
Levofloxacin drip Dokter di rawat Menurut Norrby, S. R. Et Dikarenakan pasien
b
Suterapi
dan Injeksi memberikan al 1998 yang terlebih dahulu

bt
Cefriaxone Levofloxacin drip tanpa membandingkan menerima terapi

it
penggunaan levofloxacin

le
melihat penggunaan obat dan ceftriaxone untuk injeksi Cefriaxone
sehari sebelumnya di IGD pasien rawat inap dengan pada saat di IGD jadi
dengan pemberian Injeksi Pneumonia didapatkan untuk penggunaan
Cefriaxone.Hal ini dapat hasil penelitian terapi Levofloxacin
menyebabkan levofloxacin 500 mg baik drip dihentikan
resistensiDuplikasi Terapi
Su
tl esama
secara IV maupun oran karena efektifitas
bt t i
dua kali sehari,
terapi nya sama.
itl u b IV sekali
efektifnya dengan

sehariS4 g
e Ceftriaxone
pembahasan

injeksi Omeprazole dan Dokter di rawat inap memberikan Untuk penggunaan obat
Injeksi Ranitidine terapi Injeksi Omeprazole tampa ranitidine inj dan omeprazole
melihat penggunaan obat sehari inj sebaiknya dihentikan
sebelumnya di IGD dengan karena pasien tidak memiliki
pemberian Injeksi Ranitidine keluhan penyakit yang
Golongan obat beda injeksi berhubungan dengan
omeprazole (penghambat pompa lambung. Karena Obat-obat
proton) dan golongan obat injeksi ini berkhasiat obat untuk
Ranitidine (H2 bloker) mengatasi gangguan
lambung, seperti penyakit
asam lambung dan tukak
lambung.

Metformin atau obat Pasien mengalami riwayat penyakit Mengkonsultasikan kepada


Golongan sulfonilurea diabetes melitus tipe 2 namun tidak dokter untuk memberikan
diresepkan penggunaan obat untuk terapi obat DM tipe 2 pasien
terapi Diabetes melitus tipe 2 pasien dan melakukan pengujian
kadar HbA1c untuk
mengetahui terapi yang tepat
kepada pasien.
KESIMPULAN

1. Untuk penggunaan obat ranitidine inj dan omeprazole inj sebaiknya dihentikan karena
pasien tidak ada keluhan penyakit yang berhubungan dengan lambung.
2. Sedangkan untuk penggunaan obat ceftriaxon inj dan levofloxacin inj tetap dilanjutkan
atau digunakan karena obat - obat tersebut untuk pengobatan pneumonia.
3. Untuk Riwayat penyakit Diabetes melitus tipe 2 pasien disarankan agar
Mengkonsultasikan kepada dokter untuk memberikan terapi obat DM tipe 2 pasien dan
melakukan pengujian kadar HbA1c untuk mengetahui terapi yang tepat kepada pasien.
sekian terimakasih

any question ?

Anda mungkin juga menyukai