Anda di halaman 1dari 8

Sari et al., Ind. J. Chem. Anal., Vol. 02, No 01, 2019, pp.

20-27
20

Penentuan Kafein dan Parasetamol dalam Sediaan Obat Sakit


Kepala Secara Simultan Menggunakan Spektrofotometer UV-
Vis
Ade Irna Novita Saria,*, Kuntarib
a,b
DIII Analisis Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia
Jl. Kaliurang Km 14,5, Sleman, Yogyakarta, 55584
* corresponding author:16231028@students.uii.ac.ida
DOI : 10.20885/ijca.vol2.iss1.art3

ARTIKEL INFO ABSTRAK


Received : Januari 2019 Analisis sampel obat multikomponen dapat dilakukan dengan cara
Revised : Februari 2019 yang praktis menggunakan spektrofotometri UV-Vis secara
Published : Maret 2019 simultan. Sampel yang digunakan merupakan sediaan obat sakit
Kata kunci : Kafein, Obat, kepala multikomponen yang terdiri dari kafein, parasetamol, dan
Parasetamol, Simultan, zat tambahan lainnya dengan preparasi yang berbeda yaitu
Spektrofotometer UV-Vis
pengenceran 80 kali dan 100 kali. Pengujian ini dilakukan
bertujuan untuk menentukan kadar parasetamol dan kafein pada
obat sakit kepala multikomponen secara simultan. Sampel diukur
pada dua panjang gelombang yang berbeda yakni 244 nm dan 273
nm. Kadar parasetamol dalam sampel dengan pengenceran 80 kali
dan 100 kali berturut-turut sebesar 88,80 mg/100 mg dan 87,75
mg/100 mg. Sedangkan kadar kafein dalam sampel dengan
pengenceran 80 kali dan 100 kali berturut-turut sebesar 9,37
mg/100 mg dan 8,26 mg/100 mg. Kadar parasetamol dan kafein
yang diperoleh tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada
kemasan yakni 83,33 mg/100 mg untuk parasetamol dan 10,83
mg/100 mg untuk kafein. Pengenceran larutan sampel
berpengaruh terhadap kadar yang diperoleh, semakin besar
pengenceran maka semakin kecil kadar yang dihasilkan.

1. PENDAHULUAN
Sediaan obat sakit kepala yang beredar di pasaran sebagian besar berupa campuran dari
berbagai zat berkhasiat. Sebagian besar campuran tersebut bertujuan untuk meningkatkan efek terapi
dan kemudahan dalam pemakaian sediaan obat tersebut. Salah satu campuran zat aktif yang paling
sering dijumpai dalam sediaan obat sakit kepala adalah parasetamol dan kafein [1,2].
Parasetamol (4-Acetamidophenol) memiliki struktur kimia seperti pada Gambar 1 dengan
berat molekul 151, 16 g/mol [3]. Parasetamol merupakan salah satu obat yang paling umum
digunakan diberbagai belahan dunia karena khasiatnya yang membantu mencegah nyeri sendi, sakit
gigi, sakit kepala seperti migrain, nyeri otot, dan juga digunakan untuk menurunkan demam yang
berasal dari virus dan bakteri [4].

Gambar 1. Struktur kimia parasetamol

Copyright © 2019, Indonesian Journal of Chemical Analysis, ISSN 2622-7401, e ISSN 2622-7126
Sari et al., Ind. J. Chem. Anal., Vol. 02, No 01, 2019, pp. 20-27
21

Kafein (1, 3, 7, trimethylxanthine) merupakan sejenis alkaloid heterosiklik yang termasuk


dalam golongan methylxanthine. Menurut definisi artinya senyawa organik yang mengandung
nitrogen degan struktur dua cincin atau dua siklik seperti pada Gambar 2 [5]. Kafein memiliki berat
molekul 194,19 g/mol dan fungsinya untuk menstimulasi susunan saraf pusat serta dapat memperkuat
efek analgetik parasetamol [6].

Gambar 2. Struktur kimia kafein

Pemeriksaan mutu sediaan obat sakit kepala diperlukan agar kadar komposisi obat sesuai
dengan jumlah yang ditetapkan dan mengikuti prosedur analisis standar serta dapat menunjang efek
terapeutik yang diharapkan [7]. Penetapan kadar kafein dan parasetamol sediaan obat
multikomponen dapat dilakukan dengan metode titrimetri dan metode kromatografi cair kinerja
tinggi. Kelebihan menggunakan metode titrimetri yakni biaya yang digunakan relatif murah, namun
kekurangannya memerlukan waktu analisis yang lama dan kurang sensitif untuk penentuan zat yang
kadarnya kecil. Sedangkan metode kromatografi cair kinerja tinggi yang memiliki sensitifitas analisis
yang tinggi namun memerlukan biaya yang relatif mahal [8].
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, spektrofotometer UV-Vis dapat
digunakan untuk menetukan kadar campuran suatu zat dengan metode simultan. Prinsip analisisnya
dengan regresi berganda (multivariate regression) melalui perhitungan operasi matris dengan
pengamatan pada beberapa panjang gelombang atau panjang gelombang berganda (multiple
wavelengths) [9]. Tujuan dari penelitian ini untuk menetapkan kadar parasetamol dan kafein dalam
sediaan obat multikomponen dengan spektrofotometri UV-Vis secara simultan. Manfaat penelitian
ini yakni untuk memberikan alternatif metode penetapan kadar parasetamol dan kafein dalam sediaan
obat sakit kepala multikomponen.

2. METODE
2.1. Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi seperangkat alat gelas, Instrumen
Hitachi UH5300 spektrofotometer UV-Vis Double Beam, neraca analitik Ohaus, magnetic stirrer,
spatula, lumpang alu, dan pro pipet.

2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi Sampel obat Panadol, kafein standar
pro analisis kadar 98- 101%, parasetamol standar, metanol pro analisis kadar 100%, kertas whatman
No. 41, dan akuades yang diperoleh dari Laboratorium Kimia Terapan Universitas Islam Indonesia.

2.3 PROSEDUR KERJA


2.3.1 Pembuatan Larutan Baku Kafein 100 ppm
Serbuk kafein standar sebanyak 25 mg dilarutkan dengan 37,5 mL metanol. Larutan tersebut
diaduk selama 15 menit menggunakan magnetic stirrer kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur
250 mL. Larutan diencerkan menggunakan akuades hingga volume 1/3 di bawah tanda batas.
Sebelum ditepatkan, larutan dalam labu ukur diseka terlebih dahulu agar tidak terjadi penambahan
volume, kemudian larutan dihomogenkan.

Copyright © 2019, Indonesian Journal of Chemical Analysis, ISSN 2622-7401, e ISSN 2622-7126
Farmaka 189
Volume 17 Nomor 3

PERBANDINGAN METODE ANALISIS INSTRUMEN HPLC DAN UHPLC : ARTICLE


REVIEW

Safira Annissa1, Ida Musfiroh1, Lina Indriati2


1
Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21 Jatinangor 45363
2
PT Novell Pharmaceutical Laboratories
piasafira20@gmail.com
Diserahkan 25/06/2019, diterima 23/01/2020

ABSTRAK
Saat ini, sebagian besar metode analisis obat yang direkomendasikan oleh Farmakope didasarkan pada
teknik kromatografi. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) adalah teknik kromatografi
cair (LC) yang penting dan sering digunakan untuk pemisahan berbagai komponen dalam campuran.
Tujuan penggunaan HPLC adalah memisahkan molekul dalam waktu minimum. Karena berbagai alasan
kekurangan dari metode HPLC, dewasa ini muncul suatu instrumentasi yang disebut sebagai UHPLC
(Ultra High Performance Liquid Chromatograph) yang menawarkan efisiensi tinggi dalam analisis.
UHPLC mencakup pemisahan LC menggunakan kolom yang mengandung partikel yang lebih kecil dari
ukuran 2,5-5-µm yang biasanya digunakan dalam HPLC. Salah satu manfaat yang ditawarkan dalam
sistem UHPLC adalah efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan HPLC. Artikel ini akan
mereview beberapa jurnal penelitian dengan mengulas penggunaan metode UHPLC dan HPLC serta
menelusuri keuntungan dan kerugian dari kedua metode ini. Metode yang digunakan adalah review dari
beberapa jurnal penelitian terkait. Peneliti menggunakan sumber data primer yang dilakukan
mengunakan instrumen search engine online seperti Google, Google Scholar, Pubmed, Science Direct
sebagai sumber informasi dan data dalam artikel review ini. Hasil yang diperoleh adalah analisis
menggunakan metode UHPLC terbukti dapat meningkatkan efiensi dibandingkan dengan metode
konvensional HPLC. Efisensi tersebut berupa penurunan waktu analisis, jumlah sampel dan fase gerak
yang dibutuhkan, serta biaya. Selain itu, keuntungan dari metode UHPLC adalah peningkatan
sensitivitas yang ditunjukkan dengan penurunan nilai LOD dan LOQ dibandingkan degan metode HPLC
konvensional.
Kata kunci : HPLC, UHPLC, Efiensi
ABSTRACT
Most current methods of drug analysis recommended by Pharmacopoeia are based on chromatographic
techniques. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) is an important liquid chromatography
(LC) technique and is often used to separate various components in a mixture. The purpose of using
HPLC is to separate molecules in minimum time. For various reasons for the shortcomings of the HPLC
method, an instrumentation has now emerged called UHPLC that offers high efficiency in analysis.
Ultra High Performance Liquid Chromatography (UHPLC) includes separation of LCs using columns
containing particles smaller than 2.5-5-µm in size normally used in HPLC. One of the benefits offered
in using the UHPLC system is higher efficiency compared to conventional HPLC. This article will
review several research journals that compare the use of the UHPLC and HPLC methods and explore
the advantages and disadvantages of these two methods. The method used is a review of several related
research journals. Researchers use primary data sources carried out using online search engine
instruments such as Google, Google Scholar, Pubmed, Science Direct as sources of information and
data in this reviw article. The results obtained were analysis using the UHPLC method proved to be far
more beneficial and increased efficiency compared to conventional HPLC methods. The efficiency is in
the form of a decrease in analysis time, the number of samples and the mobile phase needed, and costs.
In addition, the advantage of the UHPLC method is an increase in sensitivity as indicated by a decrease
in LOD and LOQ values compared to conventional HPLC methods.
Keywords: HPLC, UHPLC, Efficiency
Farmaka 190
Volume 17 Nomor 3

Pendahuluan tinggi dalam analisis. Kromatografi cair


Metode analisis obat yang berkinerja sangat tinggi (UHPLC) mencakup
direkomendasikan oleh Farmakope saat ini pemisahan LC menggunakan kolom yang
didasarkan pada teknik kromatografi (Cielecka- mengandung partikel yang lebih kecil dari
Piontek, 2013). Salah satu metode kromatografi ukuran 2,5-5-µm yang biasanya digunakan
yaitu High Performance Liquid dalam HPLC. Manfaat menggunakan kolom
Chromatography (HPLC), merupakan teknik yang mengandung partikel yang lebih kecil
kromatografi cair (LC) yang digunakan untuk (biasanya sub-2 μm) adalah efisiensi yang lebih
pemisahan berbagai komponen dalam besar per satuan waktu (Chawla, 2016). Artikel
campuran. HPLC juga digunakan untuk ini akan mereview beberapa jurnal penelitian
identifikasi dan kuantifikasi senyawa dalam yang membandingkan antara penggunaan
proses pengembangan obat dan telah digunakan metode UHPLC dan HPLC serta menelusuri
di seluruh dunia sejak beberapa dekade keuntungan dan kerugian dari kedua metode ini.
(Chawla, 2016).
Efisiensi, kecepatan, peningkatan
Metode
throughput, dan pengurangan biaya analisis
Peneliti menggunakan sumber data
adalah karakteristik penting HPLC. Tujuan
primer yang dilakukan mengunakan instrumen
penggunaan HPLC adalah memisahkan
search engine online seperti Google, Google
molekul dalam waktu minimum (Behnoush,
Scholar, Pubmed, Science Direct sebagai
2015), sehingga penting untuk meningkatkan
sumber informasi dan data dalam artikel reviw
hasil analisis dan mengurangi waktu analisis.
ini. Pencarian dilakukan dengan menggunakan
Metode paling sederhana yang tersedia untuk
kata kunci “Determination HPLC and UHPLC
mempersingkat proses analisis adalah
journal”, “Comparison determination HPLC
mempersingkat panjang kolom dan
and UHPLC journal”, “UHPLC vs HPLC”, dan
meningkatkan kecepatan aliran. Pendekatan ini,
lain sebagainya. Daftar pustaka yang relevan
bagaimanapun, bisa berisiko, karena campuran
digunakan oleh peneliti sebagai sumber
kompleks dari senyawa tidak akan dipisahkan
informasi lainnya dan sebagai penunjang dan
secara memadai dan efisiensi kolom akan jauh
informasi yang tercantum dalam review.
lebih rendah. Cara kedua untuk mempersingkat
waktu analisis adalah dengan mengurangi
ukuran partikel. Hal ini memungkinkan analisis Hasil
kecepatan tinggi dengan efisiensi tinggi, tetapi Hasil penelusuran pustaka diperoleh
aspek negatifnya adalah generasi tekanan balik beberapa artikel tentang analisis sampel obat
tinggi yang tidak dapat diterima untuk sistem yang dilakukan dengan metode HPLC dan
HPLC konvensional dan kolom analitik UHPLC. Tabel berikut menjelaskan perbedaan
konvensional (Novakova, 2016). Dewasa ini kondisi analisis dan simpulan yang diuraikan
muncul suatu instrumentasi yang disebut pada artikel berikut :
sebagai UHPLC yang menawarkan efisiensi
Tabel 1. Beberapa Penelitian Yang Membandingkan Metode UHPLC dan HPLC
Biological and Clinical Sciences Research Journal
ISSN: 2708-2261
www.bcsrj.com
Biol. Clin. Sci. Res. J. Volume, 2020: e010 editorbcsrj@gmail.com
Original Research

PHENOLIC ACID PROFILING BY RP-HPLC: EVALUATION OF ANTIBACTERIAL AND


ANTICANCER ACTIVITIES OF CONOCARPUS ERECTUS PLANT EXTRACTS

*KHALIL R, ALI Q, HAFEEZ MM, MALIK A

Institute of Molecular Biology and Biotechnology, University of Lahore, Lahore, Pakistan


Corresponding author email: ahadbukhari16@gmail.com

(Received, 9th February 2020, Accepted 12th May 2020)

Abstract: Due to the versatile application of plants the utilization of plants and their inferred substances builds up
day by day for the revelation of new curative agents. Conocarpus erectus has placed in the family Combretaceae, in
one of the two species of Conocarpus genus and ordinarily exists in tropical and subtropical regions of the world. In
some countries it is used as folk medicine for fever, anemia, diabetes, catarrh, diarrhea and conjunctivitis. The
current study was carried out to investigate the antibacterial and anticancer properties of the plant. The four
defatted methanol extracts of C. erectus different parts (leaves, stems, fruits and bark) showed high antibacterial
and anticancer activity even with small quantity of dose. Antimicrobial assay was used to check out the antibacterial
activity against 6 bacterial strains Escherichia coli, Staphylococcus Aureus and Klebstella Pneumoniae. The results
show that gram positive bacteria show more sensitivity and zone of inhibition as compared to gram negative
bacteria. For anticancer activity, MTT assay was performed on HepG2 cells for this purpose. Plant extorts show
anticancer activity with a minute quantity. For phytochemical screening defatted methanol extract of Conocarpus
erectus was subjected to the silica gel glass column go behind by (RP-HPLC–UV–ESI-MS). It contains phenol such
as tannin and flavinoid as major component. Plant contain Ellagic acid; di-hexahydroxy diphenyl, Vascalgin isomer
as foremost tannin component. Gallic Acid, Kaempferol on the base of mass spectra and time of retention. The
extract of Conocarpus erectus (leaves, shoot, bark & fruit) parts shows high antibacterial, antioxidant and hepta-
protective activities due to phenolic content. Tannin has high antibacterial activity than other compound. C.erectus
is notable for its folkloristic curative potential. More in vivo and in vitro phytochemical studies are needed to use
the plant for prevention and treatment of many diseases.

Keywords: Conocarpus erectus, HPLC, Ellagic Acid, Gallic Acid, Antibacterial, Anticancer, phytochemicals
interdisciplinary investigation approaches (Heinrich,
Introduction 2010). The foremost-composed records on
To expand the quality of wellbeing around the world therapeutic utilizations of plants date back to 2600
the utilization of distinctive products medication has BC including around 1000 plant resolute meds and
risen up out of conventional to present day treatment. report the presence of a complex restorative
The advancement of sciences and innovations has framework in Mesopotamia (Borchardt, 2002; Cragg
profoundly upheld the assessment on characteristic and Newman, 2013). Conocarpus erectus has placed
products medications in all angles (Cragg et al., in the family Combretaceae, in one of the two species
2012; Kinghorn et al., 2011). In any case, since of conocarpus genus and ordinarily exists in tropical
regular products based medication disclosure is and subtropical districts of world, (Ayoub, 2010;
related with some inherent challenges, Jagessar and Cox, 2010). C. erectus is an evergreen
pharmaceutical industry has moved its primary tree with 20cm in diameter and 6 m tall with scattering
concentration toward engineered compound libraries crown, which is a typical constituent of mangal in
and HTS for disclosure of new medication leads beach front region of tropical America (Bailey, 1976;
(Beutler, 2009; David et al., 2015). The acquired West, 1977). The family Combretaceae has a place
outcomes, be that as it may, did not meet up the with the order myrtales and consists of 500 species and
desires as obvious in a dilapidated number of new 20 genera. C. erectus is commonly known as
drugs achieving the market (David et al., 2015; Botocillo (Spanish), Mangle botoncillo, Button
Kinghorn et al., 2011). This situation rejuvenated the mangrove, Buttonbush, Yana, Mangle boton, Mangle
enthusiasm for characteristic products based Negro, Witte mangle, Mangle prieto. Conocarpus
medication disclosure, in spite of its high erectus is also known as button wood or button
unpredictability, which thusly requires wide mangrove (Bashir et al., 2015). C. erectus L.

[Citation: Khalil, R., Ali, Q., Hafeez, M.M., Malik, A. (2020). Phenolic acid profiling by RP-HPLC: evaluation of
antibacterial and anticancer activities of Conocarpus erectus plant extracts. Biol. Clin. Sci. Res. J., 2020: e010].
1
Biol. Clin. Sci. Res. J. Volume, 2020: e010 editorbcsrj@gmail.com

20.48% by dose 75ul had maximum anticancer were examine by aluminum chloride technique and is
activity while fraction of 25ul had 43.91% the correspond in rutin equivalent and the complete
minimum anticancer property. tannin and phenolic content were assessed by Folin-
Ciocalteu's reagent (FCR) and expressed in the
AVERAGE OF DOSE, POSITIVE & NEGATIVE CONTROL number of gallic acid equivalent (GAE). In the HPLC
WITH S.DEVIATION examination of ethanol fractions of leaves, bark,
shoot and fruit products of C. erectus uncovered the
average of viable cells with their

1.0 nearness of gallic acid, catechin, quercetin, apigenin,


quercetin- 3-O-glucoside, kaemferol-3-O-glucoside
standard deviation

0.8 and rutin. ethanolic extracts of fruits and bark were


found to have high phenolic contents equivalent that
0.6
is 481.1±8.01 and 333.9±5.88 mg/g GAE
0.4 respectively while shoot and leaves have moderate
phenolic contents 221.68±13.34 and 209.09±13.34
0.2
mg/g GAE respectively. Total flavonoids contents in
0.0 the ethanolic extract of leaves was found to be
28.0±1.34 mg/g RE followed by methanol extracts of
ul
e

ul

ul
tiv

tiv

tiv

75
25

50

fruits 20.3±0.66, shoot 13.6±0.33 and bark 7.5±0.83


si

si
ga

po

po
ne

mg/g RE. In ethanolic extracts of bark and fruits have


average of all doses
the highest tannin content equivalent to 149.62±6.89
and 141.72±13.79 mg/g GAE respectively while
ethanol extorts of shoot and leaves have107.54±7.76
Figure 8. A graph was plotted for all the doses of and 76.87±6.61 mg/g GAE, respectively. The
leaf extract along with negative and positive defatted ethanol extract of fruits of C. erectus Ellagic
control to find the average absorbance after MTT acid, vescalagin, castalagin isomer and di-(hexa
assay hydroxyl diphenoyl) galloyl hexose isomer were
HPLC quantification of phenolic acids from uncertainly recognized as main components with
Conocarpus erectus fractions many hydrolysable types of tannins. The new tri-
The leaves, bark, fruit and shoot of C. erectus has methoxy-ellagic glycoside was isolated from the
been studied for the phenolic, flavonoid and tannin leaves of Conocarpus erectus.
substances (Figures 9-12). The flavonoid substance

[Citation: Khalil, R., Ali, Q., Hafeez, M.M., Malik, A. (2020). Phenolic acid profiling by RP-HPLC: evaluation of
antibacterial and anticancer activities of Conocarpus erectus plant extracts. Biol. Clin. Sci. Res. J., 2020: e010].
7
Raeni et al., ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, Vol. 14(1) 2018, 37-50

Evaluasi Pemisahan Alkilbenzena Menggunakan Kolom Monolith


Berbasis Polimer Organik secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Septi Fajar Raenia, Unsania Haresmawatib, Ani Mulyasuryania, and Akhmad
Sabarudina,b*
a
Jurusan Kimia, FMIPA,Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang 65145, Indonesia
b
Pusat Penelitian Advance System and Material Technology (ASMAT), Jl. Veteran Malang 65145, Indonesia,
Telp/Fax: +62-341-575838/ +62-341-554403
* Corresponding author
E-mail: sabarjpn@ub.ac.id atau sabarjpn@gmail.com
DOI : 10.20961/alchemy.14.1.11266.37-50
Received 18 May 2017, Accepted 10 October 2017, Published online 1 March 2018

ABSTRAK
Kolom monolith berbasis polimer organik poli-(lauril metakrilat-co-etilen dimetakrilat) disintesis
secara in situ kopolimerisasi dalam kolom silicosteel dengan ukuran panjang 10 cm dan diameter dalam 1,02
mm. Kolom monolith ini digunakan untuk pemisahan alkilbenzena secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT) fasa terbalik. Pada penelitian ini, efisiensi pemisahan ditingkatkan dengan menggunakan kolom
monolith poli-(LMA-co-EDMA) untuk memisahkan senyawa alkilbenzena melalui tiga parameter, yakni
temperatur kolom, pemisahan secara isokratik dan pemisahan secara gradien. Temperatur kolom yang
digunakan berkisar antara 27–50 °C. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa temperatur optimum untuk
pemisahan alkilbenzena secara isokratik yaitu 27 °C yang setara dengan temperatur ruang dengan fasa gerak
asetonitril-air (50:50 w/w). Pemisahan alkilbenzena yang lebih efisien ditunjukkan dari penggunaan mode
gradien ditandai dengan nilai peak capacity, faktor retensi dan jumlah plat teoritis yang lebih baik. Fasa gerak
yang digunakan pada pemisahan secara gradien yaitu pelarut A yang terdiri atas asetonitril-air (40:60 w/w)
dan pelarut B yang terdiri atas asetonitril-air (60:40 w/w) dengan waktu gradien 20–40 menit 0–100% B.
Perubahan waktu gradien berpengaruh terhadap faktor retensi dan peak capacity.

Kata Kunci : alkilbenzena, efisiensi, gradien, KCKT, monolith.

ABSTRACT

Evaluation of Organic Polymer-Based Monolithic Column by High Performance Liquid


Chromatography for The Separation of Alkyl Benzenes. Organic polymer-based monolithic column of
poly(lauryl methacrylate-co-ethylene dimethacrylate) has been prepared by in- situ copolymerization inside
of silicosteel column with the size of 100 mm long x 1.02 mm i.d. This kind of monolith column used for
separation of alkylbenzenes using reversed-phase high performance liquid chromatography (HPLC). The
efficiency separation on this research is improved by using poly-(LMA-co-EDMA) monolithic column for
separation of alkyl benzene compounds using three strategies involving optimization column temperature,
isocratic elution mode, and gradient elution mode. The applied column temperatures were varied in the range
of 27–50 °C. It was found that room temperature in isocratic mode with the mobile phase of acetonitrile-
water (50:50 w/w) showed the excellent efficiency indicated by baseline-resolved of each peak of alkyl
benzenes. The resulted separation efficiency by employing gradient elution mode exceeded its counterpart
(isocratic mode), which is indicated by better in peak capacity, retention factor, and number theoritical plate.
Two different mobile phases for gradient elution mode, composed of A that contain of acetonitrile-water

37
Copyright © 2018, ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, ISSN 1412-4092, e ISSN 2443-4183
Raeni et al., ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, Vol. 14(1) 2018, 37-50

(40/60 w/w) and B that contain of acetonitrile-water (60/40 w/w) were utilized in the range of 20-40 min for
0-100% B. It was found that increasing gradient time strongly affect to the retention factor and peak capacity.

Keywords: alkylbenzenes, efficiency, gradient, HPLC, monolithic column.

PENDAHULUAN
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) telah dikenal sebagai suatu metode
pemisahan yang diaplikasikan pada berbagai jenis pemisahan. Pemisahan dengan KCKT
terjadi pada kolom yang berisi fasa diam yang dialiri oleh fasa gerak. Kolom monolith
banyak menarik perhatian dalam dunia pemisahan secara kromatografi (Moyna, 2012).
Monolith didefinisikan sebagai single rod kontinyu material berpori. Berdasarkan material
yang digunakan, monolith dikelompokkan menjadi tiga macam, antara lain monolith silika,
polimer organik dan hibrid (Krenkova and Svec, 2009; Nema et al., 2014). Keunggulan
dari kolom monolith yakni memiliki karakteristik porositas yang tinggi, sehingga dapat
digunakan pada pemisahan pada laju alir tinggi dengan tekanan balik rendah. Aliran
konvektif fasa gerak dan sampel dalam kolom monolith menyebabkan berkurangnya
pengaruh Difusi Eddy sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemisahan. Hal ini berbeda
dengan aliran random dalam penggunaan kolom konvensional. Penggunaan KCKT
menghasilkan pemisahan yang lebih cepat dengan efisiensi yang lebih baik dibandingkan
dengan kromatografi berbasis gravitasi (Hao et al., 2008; Sabarudin et al., 2012; Tasfiyati
et al., 2016; Unger et al., 2013).
Efisiensi kromatografi dapat dijelaskan oleh teori persamaan Van Deemter dimana
interaksi analit dengan fasa diam dan fasa gerak, laju alir serta diameter partikel pengisi
kolom mempengaruhi efisiensi kromatografi (Gritti and Guiochon, 2013). Berdasarkan
persamaan tersebut, semakin kecil dimensi partikel pengisi kolom, efisiensi dan resolusi
pemisahan semakin meningkat (Mangelings and Heyden, 2010). Hal tersebut mendorong
pengembangan kolom partikel dengan diameter kolom yang lebih kecil dan berpori.
Partikel berpori diyakini mampu mengurangi jarak tempuh dan meningkatkan kecepatan
pemisahan seiring terjadinya peningkatan kinetika transfer massa. Pengaruh lain yang
dapat terjadi dari partikel berpori adalah difusi longitudinal dan pelebaran puncak
kromatogram yang mengarah pada penurunan efisiensi pemisahan (Unger et al., 2013).
Permasalahan tersebut diatasi dengan pengembangan material monolit sebagai fasa diam
berbasis partikel.

38
Copyright © 2018, ALCHEMY Jurnal Penelitian Kimia, ISSN 1412-4092, e ISSN 2443-4183

Anda mungkin juga menyukai