Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS OBAT dan NARKOBA

VALIDASI METODE ANALISIS CAMPURAN PARACETAMOL dan


CAFFEIN DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN METODE HPLC

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kosmetik dan Alat Kesehatan

Dosen Pengampu : Lukky Jayadi, S. Farm., M.Farm., Apt.

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Kelas : 3A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI D-III ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN

OKTOBER 2021
ANGGOTA KELOMPOK 2

1. Yunisa Nur Wahyu Eka Putri (P17120191010)


2. Nahdliyatul Ummah (P17120191011)
3. Elli Elsana Safria (P17120192014)
4. Dini Aditya Tinnara (P17120192015)
5. Annisa Putri Aulia (P17120192016)
6. Indah Cahyaning Wulan (P17120193017)
7. Diva Mariska Tarastin (P17120193022)
8. Raras Pramesti (P17120193027)
9. Dimar Inggi Fitasari (P17120193028)
10. Dwi Putri Meyzahraf (P17120193030)
11. Amie Dzati Rrosyidah (P17120193044)
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Kombinasi obat dalam suatu sediaan memberikan potensi dan aksi obat yang makin
meningkat sehingga mampu meringankan sakit dengan lebih cepat serta efek samping
lebih sedikit (Yulyarti, 2018). Parasetamol merupakan obat yang digunakan dalam
penanganan rasa nyeri (analgetika) dan demam (antipiretika). Kafein sering
dikombinasikan dengan parasetamol untuk memperkuat efek analgetikanya memalui
mekanisme vasokontriktif guna untuk mengobati nyeri kepala. Karena terjadi efek
potensiasi, maka dosis masing-masing komponennya diturunkan sehingga efek
samping dapat dikurangi (Nerdy, 2011).
Kombinasi obat dalam sediaan multikomponen perlu diimbangi dengan
peningkatan pengawasan mutu, agar obat yang beredar tersebut dapat dijamin keamanan
dan khasiatnya. Menurut undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada
pasal 105 ayat 1 dinyatakan bahwa sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku
obat harus memenuhi syarat Farmakope Indonesia Edisi V atau buku standar lainnya.
Salah satu parameter obat tersebut dikatakan memenuhi standar apabila kadar zat aktif
yang terkandung didalamnya sesuai etiket agar dapat memberikan efek yang diinginkan.
Metode yang digunakan untuk penetapan kadar parasetamol, dan kafein, salah
satunya metode spektrofotometri UV-Visible yang dilakukan Pulungan (2018) dan
Dzulfianto (2015). Banyak metode yang dilakukan masih memerlukan proses ekstrasi
untuk pemisahan lebih lanjut karena masih mengandung beberapa senyawa sejenis yang
tidak dapat dipisahkan (Wonorahardjo, 2018).
Metode kromatografi merupakan cara paling baik untuk memisahkan komponen
kimia yang bercampur dalam sampel. Pemilihan metode KCKT untuk tujuan
pengawasan mutu dari sediaan yang mengandung parasetamol dan kafein karena waktu
analisis cepat, daya pisah baik, peka, pemilihan kolom dan eluen sangat bervariasi,
kolom dapat dipakai kembali, dapat digunakan untuk menganalisis molekul besar dan
kecil, cuplikan mudah diperoleh kembali, detektor tidak merusak komponen zat yang
dianalisis, dapat digunakan untuk menghitung sampel dengan kadar yang sangat rendah
(Harmita, 2015).
Parasetamol mudah larut dalam metanol dan air sedangkan kafein agak sukar larut
dalam metanol dan air (Ditjen POM, 2014). Namun beberapa peneliti sebelumnya telah
melakukan penelitian tentang masing-masing ataupun kombinasi parasetamol, dan
kafein dengan obat yang lain menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
dengan berbagai perbandingan fase gerak (Patramurti, 2010; Aman et al, 2011;
Tambunan, 2015; Nafiu et al, 2017), perbandingan laju alir (Mohamed sultan, 2014;
Novineet et al, 2017), perbandingan suhu kolom (Mustafa, 2016; Akwasi et al, 2016;
Mutaz, 2018).
Kondisi instrumen KCKT yang digunakan pada penetapan kadar campuran
parasetamol, dan kafein harus dalam keadaan yang optimum. Tujuan Optimalisasi
tersebut untuk mengurangi waktu analisis, meminimalkan jumlah pelarut, serta
mempertahankan umur peralatan dan kolom.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti melakukan modifikasi dengan
melakukan optimasi fase gerak, laju alir dan suhu kolom. Hasil yang diperoleh dari
optimasi yang dilakukan merupakan suatu metode analisa yang baru sehingga perlu
dilakukan validasi untuk memastikan bahwa prosedur dapat diterapkan secara objektif,
mampu memberikan hasil yang dapat dipercaya dan dikembangkan untuk dapat
diaplikasikan dan dijadikan acuan dalam pengujian. Parameter analisis pada uji validasi
antara lain akurasi, presisi, selektifitas, linieritas, limit deteksi (LOD), limit kuantitas
(LOQ)

1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui cara pengujian analisis kandungan Paracetamol dan
Kafein dengan menggunakan sampel Obat Tablet menggunakan metode High
Performance Liquid Chromatography atau yang biasa disebut HPLC serta uji validasi
metod
BAB II
TIJNAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


a. Paracetamol
Asetaminofen adalah paraaminofenol yang merupakan metabolit fenasetin dan
telah digunakan sejak tahun 1893 (Sunaryo, 1995). Asetaminofen (parasetamol)
mempunyai daya kerja analgesik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti
radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung (Sartono, 1993). Hal
ini disebabkan parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid
sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid
sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri
ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, mialgia, nyeri paska melahirkan dan
keadaan lain (Katzung, 1992).

Struktur Kimia Parasetamol (Depkes RI, 2014)


Menurut (Depkes RI, 2014) parasetamol mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat.
Sifat fisika dari pasasetamol yaitu:
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida / N;
mudah larut dalam etanol.
Jarak Lebur : Antara 168° dan 172°
Sinonim : 4'-Hidroksiasetanilida
Berat Molekul : 151,16
Rumus Empiris : C8H9NO2
Kontraindikasi obat parasetamol yaitu pada penderita gangguan fungsi hati,
gangguan fungsi ginjal, ketergantungan alkohol (BPOM, 2008). Parasetamol tersedia
dalam bentuk tablet sirup maupun kombinasi dengan obat lain Dosis paraselhal
(BPOM, 2008) adalah: Dosis oral 0,5-1 gram setiap 4-6 jam hingga maksimum 4
gram per hari; anak-anak umur 2 bulan 60 mg untuk pasca imunisasi pireksia;
sebaliknya dibawah umur 3 bulan (hanya dengan saran dokter) 10 mg/kg bb (5
mg/kg bb jika jaundice); 3 bulan tahun 60-120 mg, 1-5 tahun 120-250 mg, 6-12
tahun 250 500 mg Dosis ini dapat diulangi 4-6 jam jika diperlukan (maksimum 4 kali
dosis dalam 24 jam). Sediaan yang beredar di pasaran dalam bentuk tablet yaitu-100
mg dan 500 mg.
b. Kafein
Kafein atau 1,3,7-trimetil xantin berbentuk anhidrat dengan bobot molekul
194,19 atau hidrat dengan mengandung 1 molekul air dengan bobot molekul 212,21
(Anonim, 1995).

Struktur Molekul Kafein


Kafein mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H10N4O2, dihitung terhadap zat anhidrat. Kafein merupakan serbuk putih atau
bentuk jarum mengkilat putih yang biasanya menggumpal, tidak berbau, dan berasa
pahit (Anonim, 1995).
Kafein memiliki titik lebur antara 235°C dan 237°C. Satu bagian kafein larut
dalam 60 bagian air, 2 bagian air panas, 130 bagian etanol, dan 7 bagian kloroform.
Kafein larut dalam eter dan lebih larut dalam larutan asam (Clarke, 1969).
Kafein dalam etanol memiliki serapan maksimum pada panjang gelombang 273
nm( = 519) dan dalam larutan NaOH 0,1N memiliki serapan maksimum pada
panjang gelombang 272 nm (Clarke, 1969).
Kafein merupakan golongan xantin yang menyebabkan relaksasi otot polos,
terutama otot polos bronkus, merangsang sistem saraf pusat (SSP), otot jantung, dan
meningkatkan diuresis (Wilmana, 1995). Parasetamol ataupun asetosal
dikombinasikan dengan kafein untuk memperkuat daya analgesiknya (Anonim,
2000). Dosis yang digunakan pada rasa letih 1-3 kali sehari 100-200 mg, sebagai
adjuvans bersama analgetika 50 mg 1 kali (Tjay dan Rahardja, 2002).
Tablet kafein mengandung kafein, C8H10N4O2, tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 2005).
c. High Performance Liquid Chromatography (HPLC)
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen campuran tersebut diantarany dua fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fase bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat padat atau zat
cair, sedangkan fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas (Acun, 2010).
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan
HPLC (Hight Performance Liquid Chromatograhy) dikembangkan pada akhir tahun
1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini KCKT merupakan tekhnik pemisahan
yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu
sampel dalam sebidang, antara lain : farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer dan
industri-industri makanan. Beberapa perkembangan KCKT terbaru antra lain :
miniaturisasi`sistem KCKT, penggunaan KCKT untuk analisis asam-asam nukleat,
analisis protein, analisis karbohidrat dan analisisi senyawa-senyawa kiral (Rohman,
2013).
Prinsip dasar HPLC adalah fase gerak air dialirkan dengan pompa melalui kolom
ke detektor. Cuplikan dimasukkan ke datigum aliran fase gerak dengan cara
penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen cairan karena
perbedaan kekuatan interaksi antara salut-salut terhadap fase diam akan keluar dari
kolom lebih dahulu dan sebaliknya. Setiap komponen campuran yang keluar dari
kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram
(Lestari, 2014).
BAB III
METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 18 Oktober 2021 di Laboratorium
Kimiadan Farmasi Universitas Ma Chung Malang.
3.2 Alat dan Bahan
a) Alat
- Mortal dan alu
- Spatula
- Pipet tetes
- Pipet microliter
- Beaker glass
- Timbangan analitik
- Filter Millipore
- Labu ukur
- Vial 10 mL
- Tabung HPLC 1,5 mL
- Instrument HPLC
b) Bahan
- Aquadest
- Methanol
- Baku paracetamol p.a
- Baku kafein p.a
- Tablet paracetamol+kafein

3.3 Cara kerja


a) Pembuatan larutan baku paracetamol

Aquabides : methanol
Baku paracetamol 10 mg
(60 : 40)

- Di timbang pct p.a sebanyak 10 mg pada


labu ukur 10 ml
- Kemudian ditambahkan aquabidest : methanol
(60:40) sebanyak 10 ml’
- Dikocok hingga homogen

Larutan baku 1000 ppm


b) Pembuatan larutan baku kafein

Aquabides : methanol
Baku kafein 10 mg (60 : 40)

- Di timbang kafein p.a sebanyak 10 mg


pada labu ukur 100 ml
- Kemudian ditambahkan aquabidest : methanol
(60:40) sebanyak 100 ml
- Dikocok hingga homogen

Larutan baku 100 ppm

c) Pengujian

Larutan baku Larutan baku Aquabides : methanol


paracetamol kafein (60 : 40)

- Dipipet larutan standar paracetamol 1000 ppm masing-


masing dengan volume 0,05 ; 0,1 ; 0,15 ; 0, 2 ; 0,25 ; 0, 3 ;
0,35 ; 0,4 ; 0,45 ; dan 0,5 ml
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml
- Dipipet larutan standar kafein 100 ppm masing-masing
dengan volume 0,07 ; 0,14 ; 0,21 ; 0,28 ; 0,35 ; 0,42 ; 0,5 ;
0,57 ; 0,64 ; dan 0,71 ml
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml yang sama
- Ditambahkan dengan pelarut Aquabides : methanol (60 : 40)
hingga tanda batas
- Dipindahkan ke dalam vial 10 ml
- Diambil 1,5 ml disaring menggunakan filter milipore
- Dipindahkan ke dalam tabung HPLC
- Tabung HPLC dimasukkan ke alat HPLC

Larutan baku 5 ppm pct+0,7 kafein ; 10 ppm pct+1,4


kafein ; 15 ppm pct+2,1 kafein ; 20 ppm pct+2,8
kafein ; 25 ppm pct+3,5 kafein ; 30 ppm pct+4,2
kafein ; 35 ppm pct+5 kafein ; 40 ppm pct+5,7 kafein ;
45 ppm pct+6,4 kafein ; 50 ppm pct+7,1 kafein
d) Preparasi sampel paracetamol

Tablet paracetamol 350 Aquabides : methanol


mg+kafein 50 mg (60 : 40)

- Ditimbang tablet paracetamol+kafein


- Dicatat berat masing-masing
paracetamol+kafein dan di hitung rata-
ratanya
- Dihaluskan tablet paracetamol+kafein
menggunakan alu
- Ditimbang serbuk paracetamol+kafein yang
telah dihaluskan sebanyak 22,4 mg
- Diletakkan serbuk yang telah ditimbang ke
dalam labu ukur 10 ml
- Ditambahkan pelarut hingga tanda batas.
- Kemudian dimasukkan kedalam vial 10mL

Larutan paracetamol 1000 ppm

e) Pengenceran larutan sampel

Larutan paracetamol 1000 ppm Aquabides : methanol


(60 : 40)

- Diambil masing-masing larutan


paracetamol+kafein 0,3 ml ; 0,24 ml ; 0,36
ml dengan 3 kali replikasi
- Dimasukkan larutan sampel ke dalam
masing-masing labu ukur 10 mL
- Ditambahkan pelarut hingga tanda batas
- Dimasukkan ke dalam vial 10 mL
- Kemudian diambil masing-masing larutan
sebanyak 1,5 mL disaring dan dimasukkan
ke dalam tabung HPLC 1,5 mL
- Dilakukan pengukuran menggunakan
HPLC

Larutan paracetamol ((100%,


80%, 120%)
f) pembuatan larutan penentuan kadar

Larutan paracetamol 1000 ppm Aquabides : methanol


(60 : 40)

- Diambil masing-masing larutan


paracetamol+kafein 0,3 ml dengan 3
kali replikasi
- Dimasukkan larutan sampel ke dalam
masing-masing labu ukur 10 mL
- Ditambahkan pelarut hingga tanda
batas
- Dimasukkan ke dalam vial 10 mL
- Kemudian diambil masing-masing
larutan sebanyak 1,5 mL disaring dan
dimasukkan ke dalam tabung HPLC
1,5 Ml
- Dilakukan pengukuran menggunakan
HPLC

Larutan penentuan kadar


100%
BAB IV
PERHITUNGAN dan PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan
a. Perhitungan pelarut
Aquabidest : methanol (60 : 40) dibutuhkan 1000 mL
60
Aquabidest = 100 x 1000 mL

Aquabidest = 600 mL
40
Methanol = 100 x 1000 mL

Methanol = 400 mL

b. Perhitungan Larutan baku


• Larutan baku PCT
Massa PCT=10 mg
Volume pelarut = 10 ml
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
Konsentrasi = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
10 𝑚𝑔
Konsentrasi = 0,01 𝐿

Konsentrasi = 1000 ppm


• Larutan Baku kafein
Massa kafein =10 mg
Volume pelarut = 100 ml
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
Konsentrasi = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
10 𝑚𝑔
Konsentrasi = 0,1 𝐿

Konsentrasi = 100 ppm

c. Pengenceran
• Konsentrasi 5 ppm
➢ PCT
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2
1000 ppm . 𝑉1 = 5 ppm . 10 ml
0,05 ml = 𝑉1
➢ Kafein
1 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐶𝑇
Volume kafein = 7 x volume PCT x 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛
1 1000 𝑝𝑝𝑚
Volume kafein = 7 x 0,05 ml x 100 𝑝𝑝𝑚

Volume kafein = 0,07 ml


• Konsentrasi 10 ppm
➢ PCT
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2
1000 ppm . 𝑉1 = 10 ppm . 10 ml
0,1 ml = 𝑉1
➢ Kafein
1 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐶𝑇
Volume kafein = 7 x volume PCT x 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛
1 1000 𝑝𝑝𝑚
Volume kafein = 7 x 0,1 ml x 100 𝑝𝑝𝑚

Volume kafein = 0,14 ml


• Konsentrasi 15 ppm
➢ PCT
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2
1000 ppm . 𝑉1 = 15 ppm . 10 ml
0,15 ml = 𝑉1
➢ Kafein
1 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐶𝑇
Volume kafein = 7 x volume PCT x 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛
1 1000 𝑝𝑝𝑚
Volume kafein = 7 x 0,15 ml x 100 𝑝𝑝𝑚

Volume kafein = 0,21 ml


• Konsentrasi 20 ppm
➢ PCT
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2
1000 ppm . 𝑉1 = 20 ppm . 10 ml
0,2 ml = 𝑉1
➢ Kafein
1 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐶𝑇
Volume kafein = 7 x volume PCT x 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛
1 1000 𝑝𝑝𝑚
Volume kafein = 7 x 0,2 ml x 100 𝑝𝑝𝑚

Volume kafein = 0,28 ml


• Konsentrasi 25 ppm
➢ PCT
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2
1000 ppm . 𝑉1 = 25 ppm . 10 ml
0,25 ml = 𝑉1
➢ Kafein
1 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐶𝑇
Volume kafein = 7 x volume PCT x 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛
1 1000 𝑝𝑝𝑚
Volume kafein = 7 x 0,25 ml x 100 𝑝𝑝𝑚

Volume kafein = 0,35 ml


• Konsentrasi 30 ppm
➢ PCT
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2
1000 ppm . 𝑉1 = 30 ppm . 10 ml
0,3 ml = 𝑉1
➢ Kafein
1 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐶𝑇
Volume kafein = 7 x volume PCT x 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛
1 1000 𝑝𝑝𝑚
Volume kafein = 7 x 0,3 ml x 100 𝑝𝑝𝑚

Volume kafein = 0,42 ml


• Konsentrasi 35 ppm
➢ PCT
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2
1000 ppm . 𝑉1 = 35 ppm . 10 ml
0,35 ml = 𝑉1
➢ Kafein
1 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐶𝑇
Volume kafein = 7 x volume PCT x 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛
1 1000 𝑝𝑝𝑚
Volume kafein = 7 x 0,35 ml x 100 𝑝𝑝𝑚

Volume kafein = 0,5 ml


• Konsentrasi 40 ppm
➢ PCT
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2
1000 ppm . 𝑉1 = 40 ppm . 10 ml
0,4 ml = 𝑉1
➢ Kafein
1 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐶𝑇
Volume kafein = 7 x volume PCT x 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛
1 1000 𝑝𝑝𝑚
Volume kafein = 7 x 0,4 ml x 100 𝑝𝑝𝑚

Volume kafein = 0,57 ml


• Konsentrasi 45 ppm
➢ PCT
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2
1000 ppm . 𝑉1 = 45 ppm . 10 ml
0,45 ml = 𝑉1
➢ Kafein
1 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐶𝑇
Volume kafein = 7 x volume PCT x 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛
1 1000 𝑝𝑝𝑚
Volume kafein = 7 x 0,45 ml x 100 𝑝𝑝𝑚

Volume kafein = 0,64 ml


• Konsentrasi 50 ppm
➢ PCT
𝑀1 𝑉1 = 𝑀2 𝑉2
1000 ppm . 𝑉1 = 50 ppm . 10 ml
0,5 ml = 𝑉1
➢ Kafein
1 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝐶𝑇
Volume kafein = 7 x volume PCT x 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑓𝑒𝑖𝑛
1 1000 𝑝𝑝𝑚
Volume kafein = 7 x 0,5 ml x 100 𝑝𝑝𝑚

Volume kafein = 0,71 ml

d. Preparasi sampel
• Bobot tiap tablet
No. Bobot tablet (gram)
1 0,779
2 0,795
3 0,785
4 0,780
5 0,782
6 0,783
7 0,792
8 0,789
9 0,794
10 0,793

• Bobot rata-rata
0,779 + 0,795 + 0,785 + 0,780 + 0,782 + 0,783 + 0,792 + 0,789 + 0,794 + 0,793
10
= 0,7872 gram = 787,2 mg

• Sampel yang harus ditimbang


𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
100% = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔 x jumlah PCT yang diinginkan
787,2 𝑚𝑔
100% = x 10 mg
350 𝑚𝑔

100% = 22,49 mg (mengandung 10 mg PCT dan 1,4 mg Kafein)

• Konsentrasi sampel
10 𝑚𝑔
Konsentrasi PCT = = 1000 ppm
0,01 𝐿

➢ 100%
Diketahui :
M1 = 1000 ppm
V2 = 10 mL
M2 = 30 ppm
Ditanya : Volume larutan yang harus dipipet (V1) ?
Dijawab :
M1 . V1 = M2 . V2
1000 ppm . V1 = 30 ppm . 10 mL
V1 = 0,3 mL
➢ 80%
80
Konsentrasi pct = 100 x 30 ppm = 24 ppm

Diketahui :
M1 = 1000 ppm
V2 = 10 mL
M2 = 24 ppm
Ditanya : Volume larutan yang harus dipipet (V1) ?
Dijawab :
M1 . V1 = M2 . V2
1000 ppm . V1 = 24 ppm . 10 mL
V1 = 0,24 mL
➢ 120%
120
Konsentrasi pct = 100 x 30 ppm = 36 ppm

Diketahui :
M1 = 1000 ppm
V2 = 10 mL
M2 = 36 ppm
Ditanya : Volume larutan yang harus dipipet (V1) ?
Dijawab :
M1 . V1 = M2 . V2
1000 ppm . V1 = 36 ppm . 10 mL
V1 = 0,36 mL
e. Linieritas
Konsentrasi area
20 629049
25 763601
30 926910
40 1268521
45 1399196
50 1546884

PCT (Area) y = 31188x - 2549,7


R² = 0,9986
1800000
1600000
1400000
1200000
1000000
800000
600000
400000
200000
0
0 10 20 30 40 50 60

Konsentrasi Height
20 39074
25 47729
30 57727
40 79006
45 87286
50 96723

PCT (Height) y = 1952,4x - 410,83


R² = 0,9989
120000

100000

80000

60000

40000

20000

0
0 10 20 30 40 50 60

Konsentrasi Area
2,85 23719
3,57 32660
4,28 39713
5,71 57705
6,42 64489
7 70823

Kafein (Area) y = 11392x - 8453,1


R² = 0,9988
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Konsentrasi Height
2,85 1329
3,57 1760
4,28 2105
5,71 2960
6,42 3291
7 3574
Kafein (Height) y = 544,37x - 203,23
R² = 0,9987
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

f. LOD dan LOQ


• PCT
Area (y = 31188x - 2549.7 𝑅 2 = 0.9986)
Konsentrasi Luas puncak (y) Luas puncak berd pers (Y − Ý)2
regresi (Ý)
20 ppm 629049 621210,3 61445217,69
25 ppm 763601 777150,3 183583530,49
30 ppm 926910 933090,3 38196108,09
40 ppm 1268521 1244970,3 554635470,49
45 ppm 1399196 1400910,3 2938824,49
50 ppm 1546884 1556850,3 99327135,69
Jumlah 940126287,15

940126287,15
Sy = √ (6−2)

Sy = √235031571,79
Sy = 15330,74

3 𝑥 𝑆𝑦
LOD = 𝑏
3 𝑥 15330,74
LOD = 31188

LOD = 1,47 ppm

10 𝑥 𝑆𝑦
LOQ = 𝑏
10 𝑥 15330,74
LOQ = 31188

LOQ = 4,91 ppm

Tinggi (y = 1952,4x - 410,83 𝑅 2 = 0.9989)


Konsentrasi Tinggi (y) Tinggi berd pers regresi (Ý) (Y − Ý)2
20 ppm 39074 38637,17 190820,44
25 ppm 47729 48399,17 449127,82
30 ppm 57727 58161,17 188503,58
40 ppm 79006 77685,17 1744591,88
45 ppm 87286 87447,17 25975,76
50 ppm 96723 97209,17 236361,26
Jumlah 2835380,74

2835380,74
Sy = √ (6−2)

Sy = √708845,185
Sy = 841,93

3 𝑥 Sy
LOD =
𝑏
3 𝑥 841,93
LOD = 1952,4

LOD = 1,29 ppm

10 𝑥 𝑆𝑦
LOQ = 𝑏
10 𝑥 841,93
LOQ = 1952,4

LOQ = 4,31 ppm

• Kafein
Area (y = 11392x - 8453.1 𝑅 2 =0.9988)
Konsentrasi Luas puncak Luas puncak berd pers regresi (Y - Ý)
(Y) (Ý)
2,8 ppm 23719 23444,5 75350,25
3,5 ppm 32660 31418,9 1540329,21
4,28 ppm 39713 40304,66 350061,55
5,7 ppm 57705 56481,3 1497441,69
6,4 ppm 64489 64455,7 1108,89
7 ppm 70823 71290,9 218930,41
Jumlah 3683222

3683222
Sy = √ (6−2)

Sy = √920805,5
Sy = 959,59
3 𝑥 𝑆𝑦
LOD = 𝑏
3 𝑥 959,59
LOD = 11392

LOD = 0,25 ppm

10 𝑥 𝑆𝑦
LOQ = 𝑏
10 𝑥 959,59
LOQ = 11392

LOQ = 0,84 ppm

Tinggi (y = 544,37x - 203,23 𝑅 2 = 0,9987)


Konsentrasi Tinggi (Y) Tinggi berd pers regresi (Y − Ý)2
(Ý)
2,8 ppm 1329 1321,006 63,90
3,5 ppm 1760 1737,065 526,24
4,28 ppm 2105 2169,4736 4156,38
5,7 ppm 2960 2956,679 11,02
6,4 ppm 3291 3280,738 105,30
7 ppm 3574 3677,36 10683,28
Jumlah 15546,12

15546,12
Sy = √ (6−2)

Sy = √3886,53
Sy = 62,34
3 𝑥 𝑆𝑦
LOD = 𝑏
3 𝑥62,34
LOD = 544,37

LOD = 0,34 ppm

10 𝑥 𝑆𝑦
LOQ = 𝑏
10 𝑥 62,34
LOQ = 544,37

LOQ = 1,14 ppm

g. Akurasi
• Area PCT
Y = 31188x – 2549,7
1. 80%
Y1= 711818
711818 + 2549,7 = 31188x
709268,3 = 31188x
x = 22,74
22,74
𝑥 100% = 94,75%
24

2. 80%
Y1= 645296
645296 + 2549,7 = 31188x
647845,7 = 31188x
x = 20,77
20,77
𝑥 100% = 86,54%
24

3. 80%
Y1= 720276
720276 + 2549,7 = 31188x
722825,7 = 31188x
x = 23,17
23,17
𝑥 100% = 96,54%
24

4. 100%
Y1= 943705
943705 + 2549,7 = 31188x
946254,7 = 31188x
x = 30,34
30,34
𝑥 100% = 101,13%
30

5. 100%
Y1= 909579
909579 + 2549,7 = 31188x
912128,7 = 31188x
x = 29,24
29,24
𝑥 100% = 97,46%
30

6. 100%
Y1= 930467
930467 + 2549,7 = 31188x
933016,7 = 31188x
x = 29,91
29,91
𝑥 100% = 99,7%
30

7. 120%
Y1= 1795416
1795416 + 2549,7 = 31188x
1797965,7 = 31188x
x = 57,65
57,65
𝑥 100% = 160,14%
36

8. 120%
Y1 = 1949619
1949619 + 2549,7 = 31188x
1949619,08 = 31188x
x = 62,51
62,51
𝑥 100% = 173,6%
36
9. 120%
Y1 = 1761040
1761040 + 2549,7 = 31187,9x
1763589,7 = 31187,9x
x = 56,54
56,54
𝑥 100% = 157%
36

• Tinggi PCT
Y = 1952,4x – 410,83
1. 80%
Y1= 44769
44769 + 410,83 = 1952,4x
45179,83 = 1952,4x
x = 23,14
23,14
𝑥 100% = 96,4%
24

2. 80%
Y1= 40459
40459 + 410,83 = 1952,4x
40869,83 = 1952,4x
x = 20,93
20,93
𝑥 100% = 87,2%
24

3. 80%
Y1 = 45166
45166 + 410,83 = 1952,4x
45576,83 = 1952,4x
x = 23,34
23,34
𝑥 100% = 97,25%
24

4. 100%
Y1= 59178
59178 + 410,83 = 1952,4x
59588,83 = 1952,4x
x = 30,52
30,52
𝑥 100% = 101,7%
30

5. 100%
Y1= 57550
57550 + 410,83 = 1952,4x
57960,83 = 1952,4x
x = 29,68
29,68
𝑥 100% = 98,93%
30

6. 100%
Y1 = 58736
58736 + 410,83 = 1952,4x
59146,83 = 1952,4x
x = 30,29
30,29
𝑥 100% = 100,9%
30

7. 120%
Y1 = 109299
109299 + 410,83 = 1952,4x
109709,83 = 1952,4x
x = 56,19
56,19
𝑥 100% = 156%
36

8. 120%
Y1 = 118549
118549 + 410,83 = 1952,4x
118959,83 = 1952,4x
x = 60,93
60,93
𝑥 100% = 169,2%
36

9. 120%
Y1 = 106991
106991 + 410,83 = 1952,4x
107401,83 = 1952,4x
x = 55
55
𝑥 100% = 152,7%
36

• Area Cafein
1
Konsentrasi teoritis 80% = 7
× 24 𝑝𝑝𝑚 = 3,4 ppm
1
Konsentrasi teoritis 100% = × 30 𝑝𝑝𝑚 = 4,3 ppm
7
1
Konsentrasi teoritis 120% = 7 × 36 𝑝𝑝𝑚 = 5,1 ppm
Y = 11392x – 8453,1
1. 80%
Y1= 28111
28111 + 8453,1 = 11392x
36564,1 = 11392x
x = 3,2
3,2
𝑥 100% = 94,11%
3,4

2. 80%
Y1= 25736
25736 + 8453,1 = 11392x
34189,1 = 11392x
x = 3,0
3,0
𝑥 100% = 88,23%
3,4

3. 80%
Y1 = 28349
28349 + 8453,1 = 11392x
36802,1 = 11392x
x = 3,23
3,23
𝑥 100% = 95%
3,4

4. 100%
Y1 = 38555
38555 + 8453,1 = 11392x
47008,1 = 11392x
x = 4,12
4,12
𝑥 100% = 95,81%
4,3

5. 100%
Y1= 36118
36118 + 8453,1 = 11392x
44571,1 = 11392x
x = 3,91
3,91
𝑥 100% = 90,93%
4,3
6. 100%
Y1= 35741
35741 + 8453,1 = 11392x
44194,1 = 11392x
x = 3,87
3,87
𝑥 100% = 90%
4,3
7. 120%
Y1 = 149459
149459 + 8453,1 = 11392x
157912,1 = 11392x
x = 13,8
13,8
𝑥 100% = 270,5%
5,1
8. 120%
Y1 = 160679
160679 + 8453,1 = 11392x
169132,1 = 11392x
x = 14,8
14,8
𝑥 100% = 290,19%
5,1
9. 120%
Y1 = 146754
146754 + 8453,1 = 11392x
155207,1 = 11392x
x = 13,62
13,62
𝑥 100% = 267,05%
5,1

• Tinggi Kafein
1
Konsentrasi teoritis 80% = 7
× 24 𝑝𝑝𝑚 = 3,4 ppm
1
Konsentrasi teoritis 100% = 7 × 30 𝑝𝑝𝑚 = 4,3 ppm
1
Konsentrasi teoritis 120% = 7 × 36 𝑝𝑝𝑚 = 5,1 ppm
Y = 544,37x - 203,23
1. 80%
Y1= 1551
1551 + 203,23 = 544,37x
1754,23 = 544,37x
x = 3,22
3,22
𝑥 100% = 94,7%
3,4

2. 80%
Y1= 1342
1342 + 203,23 = 544,37x
1545,23 = 544,37x
x = 2,83
2,83
𝑥 100% = 83,23%
3,4

3. 80%
Y1 = 1532
1532 + 203,23 = 544,37x
1735,23 = 544,37x
x = 3,18
3,18
𝑥 100% = 93,52%
3,4

4. 100%
Y1= 2095
2095 + 203,23 = 544,37x
2298,23 = 544,37x
x = 4,22
4,22
𝑥 100% = 98,13%
4,3

5. 100%
Y1= 1995
1995 + 203,23 = 544,37x
2198,23 = 544,37x
x = 4,03
4,03
𝑥 100% = 93,72%
4,3

6. 100%
Y1= 1975
1975 + 203,23 = 544,37x
2178,23 = 544,37x
x =4
4
𝑥 100% = 93,02%
4,3

7. 120%
Y1= 5753
5753 + 203,23 = 544,37x
5956,23 = 544,37x
x = 10,94
10,94
𝑥 100% = 214,5%
5,1

8. 120%
Y1 = 6196
6196 + 203,23 = 544,37x
6399,23 = 544,37x
x = 11,75
11,75
𝑥 100% = 226,86%
5,1

9. 120%
Y1= 5623
5623 + 203,23 = 544,37x
5826,23 = 544,37x
x = 10,7
10,7
𝑥 100% = 209,8%
5,1

h. Presisi
Area PCT
Rentang Tinggi Konsentrasi Rataan %Akurasi Rataan SD RSD
Puncak (ppm) Konsentrasi %Akurasi (ppm) (%)
80% 711818 22.90 15.06 95.41% 62.76% 11,77 78.15%
645296 20.77 86.54%
1.52 6.33 %
720276
100% 943705 30.34 26.49 101.1 % 99.42% 3,34 12.60%
909579 24.24 97.46 %
24.91 99.7 %
930467
120% 1795416 57.64 48.38 160.1 % 163.63% 20,47 42.31%
1949619 62.59 173.8 %
24.91 157 %
1761040

Perhitungan Standar Deviasi


• Rentang 80%
𝑆𝐷
RSD = 𝑃𝑟 × 100%
11.77
= 15.06 × 100%
= 78.15 %

• Rentang 100%

𝑆𝐷
RSD = 𝑃𝑟 × 100%
3.34
= 26.49 × 100%
= 12.60 %

• Rentang 120%
𝑆𝐷
RSD = 𝑃𝑟 × 100%
20.47
= 48.38 × 100%
= 42.31 %

TINGGI PCT
Rentang Tinggi Konsentrasi Rataan %Akurasi Rataan SD RSD
Puncak (ppm) Konsentrasi %Akurasi (ppm) (%)
80% 44769 23.14 22.47 96.4% 93.62% 1.33 5.91%
40459 20.93 87.2%
97.25%
45166 23.34
100% 59178 30.52 30.16 101.8 % 100.54% 0.43 1.42%
57550 29.68 98.93 %
100.9%
58736 30.29
120% 109299 56.9 57.60 156 % 159% 3.02 5.24%
118549 60.92 169.2 %
152.7 %
106991 55

Perhitungan Standar Deviasi


• Rentang 80%
𝑆𝐷
RSD = × 100%
𝑃𝑟
1.33
= 22.47
× 100%
= 5.91 %

• Rentang 100%

𝑆𝐷
RSD = 𝑃𝑟 × 100%
0.43
= 30.16 × 100%
= 1.42 %

• Rentang 120%
𝑆𝐷
RSD = 𝑃𝑟 × 100%
3.02
= 57.60 × 100%
= 5.24 %

AREA KAFEIN
Rentang Tinggi Konsentrasi Rataan %Akurasi Rataan SD RSD
Puncak (ppm) Konsentrasi %Akurasi (ppm) (%)
80% 28111 3.20 3.14 13,3% 13,08% 0.12 3.75%
25736 3
28349 3.23 12,5%
13,45%
100% 38555 4.12 3.96 14% 13,3% 0.13 3.28%
36118 3.91 13%
35741 3.87
12,9%

120% 149459 13.8 14.06 38,3% 39,06% 0.64 4.55%


160674 14.8 41,1%
146754 37,8%
13.6

Perhitungan Standar Deviasi


• Rentang 80%
𝑆𝐷
RSD = 𝑃𝑟 × 100%
0.12
= 3.20 × 100%
= 3.75 %

• Rentang 100%

𝑆𝐷
RSD = 𝑃𝑟 × 100%
0.13
= 3.96 × 100%
= 3.28 %

• Rentang 120%
𝑆𝐷
RSD = 𝑃𝑟 × 100%
0.64
= 14.06 × 100%
= 4.55 %

TINGGI KAFEIN
Rentang Tinggi Konsentrasi Rataan %Akurasi Rataan SD RSD
Puncak (ppm) Konsentrasi %Akurasi (ppm) (%)
80% 1551 3.22 3.07 13,41% 12,81% 0,21 6.84%
1342 2.83 11,79%
13,25%
1532 3.18
100% 2095 4.22 4.08 14,06% 13,59% 0,11 2.69%
1995 4.03 13,43%
13,3%
1975 4
120% 5753 10.9 11.11 30,38% 30,91% 0,55 4.95%
6196 11.75 32,63%
29,72%
5623 10.70

Perhitungan Standar Deviasi


• Rentang 80%
𝑆𝐷
RSD = 𝑃𝑟 × 100%
0.21
= 3.07 × 100%
= 6.84 %
• Rentang 100%

𝑆𝐷
RSD = 𝑃𝑟 × 100%
0.11
= 4.08 × 100%
= 2.69 %

• Rentang 120%
𝑆𝐷
RSD = × 100%
𝑃𝑟
0.55
= 11.11
× 100%
= 4.95 %

i. Perhitungan kadar
- Penyetaraan penimbangan sampel dengan massa paracetamol
Diketahui :
22,49 mg sampel obat ≈ 10 mg paracetamol
Massa sampel = 22,4 mg
Ditanya : berapa massa paracetamol dalam sampel yang tertimbang ?
Jawab :
22,49 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑜𝑏𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
=
10 𝑚𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙
22,49 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑜𝑏𝑎𝑡 22,4 𝑚𝑔
=
10 𝑚𝑔 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑐𝑒𝑡𝑎𝑚𝑜𝑙

Massa paracetamol = 9,959 mg

- Perhitungan massa kafein


1
Massa kafein = 7 x massa paracetamol
1
Massa kafein = 7 x 9,959 mg

Massa kafein = 1,4277 𝑚𝑔

- Perhitungan konsentrasi larutan sampel yang sesungguhnya


a. Paracetamol
Massa paracetamol x volume 100% = x . 10 mL
9,959 mg x 0,3 mL = x . 10 mL
x = 29,877 ppm
b. Kaffein
Massa kaffein x volume 100% = x . 10 mL
1,4277 mg x 0,3 mL = x . 10 mL
x = 4,2681 ppm
- Perhitungan kadar area paracetamol
1) y = 896470
y = 31188x – 2549,7
896470 = 31188x – 2549,7
896470 + 2549,7 = 31188x
x = 28,825 ppm
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
x paracetamol = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑥 100%
28,825 𝑝𝑝𝑚
= 29,877 𝑝𝑝𝑚 𝑥 100%

= 96,478 %
2) y = 882145
y = 31188x – 2549,7
882145 = 31188x – 2549,7
882145 + 2549,7 = 31188x
x = 28,366 ppm
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
x paracetamol = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑥 100%
28,366 𝑝𝑝𝑚
= 29,877 𝑝𝑝𝑚 𝑥 100%

= 94,94 %

3) y = 951734
y = 31188x – 2549,7
951734 = 31188x – 2549,7
951734 + 2549,7 = 31188x
x = 30,597 ppm
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
x paracetamol = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑥 100%
28,366 𝑝𝑝𝑚
= 29,877 𝑝𝑝𝑚 𝑥 100%

= 102 %

- perhitungan kadar tinggi paracetamol


1) y = 56873
y = 1952,4x – 410,83
56873 = 1952,4x – 410,83
56873 + 410,83 = 1952,4x
x = 29,340 ppm
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
x paracetamol = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑥 100%
29,340 𝑝𝑝𝑚
= 𝑥 100%
29,877 𝑝𝑝𝑚

= 98,20 %
2) y = 55723
y = 1952,4x – 410,83
55723 = 1952,4x – 410,83
55723 + 410,83 = 1952,4x
x = 28,751 ppm
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
x paracetamol = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑥 100%
28,751 𝑝𝑝𝑚
= 𝑥 100%
29,877 𝑝𝑝𝑚

= 96,23 %
3) y = 59658
y = 1952,4x – 410,83
59658 = 1952,4x – 410,83
59658 + 410,83 = 1952,4x
x = 30,766 ppm
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
x paracetamol = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑥 100%
30,766 𝑝𝑝𝑚
= 𝑥 100%
29,877 𝑝𝑝𝑚

= 102 %
- perhitungan kadar area kaffein
1) y = 31663
y = 11392x – 8453,1
31663 = 11392x – 8453,1
31663 + 8453,1 = 11392x
x = 3,52 ppm
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
x kaffein = 𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
3,52 𝑝𝑝𝑚
= 4,2681 𝑝𝑝𝑚 𝑥 100%

= 82,47 %

2) y = 30239
y = 11392x – 8453,1
30239 = 11392x – 8453,1
30239 + 8453,1 = 11392x
x = 3,39 ppm
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
x kaffein = 𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
3,39 𝑝𝑝𝑚
= 4,2681 𝑝𝑝𝑚 𝑥 100%

= 79,42 %
3) y = 34743
y = 11392x – 8453,1
34743 = 11392x – 8453,1
34743 + 8453,1 = 11392x
x = 3,79 ppm
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
x kaffein = 𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
3,79 𝑝𝑝𝑚
= 4,2681 𝑝𝑝𝑚 𝑥 100%

= 88,79 %
- perhitungan kadar tinggi kaffein
1) y = 1880
y = 544,37x – 203,23
1880 = 544,37x – 203,23
1880 + 203,23 = 544,37x
x = 3,82 ppm
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
x kaffein = 𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
3,82 𝑝𝑝𝑚
= 4,2681 𝑝𝑝𝑚 𝑥 100%

= 89,50 %
2) y = 1825
y = 544,37x – 203,23
1825 = 544,37x – 203,23
1825 + 203,23 = 544,37x
x = 3,72 ppm
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
x kaffein = 𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
3,72 𝑝𝑝𝑚
= 4,2681 𝑝𝑝𝑚 𝑥 100%

= 87,15 %
3) y = 2003
y = 544,37x – 203,23
2003 = 544,37x – 203,23
2003 + 203,23 = 544,37x
x = 4,05 ppm
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
x kaffein = 𝑥 100%
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
4,05 𝑝𝑝𝑚
= 4,2681 𝑝𝑝𝑚 𝑥 100%

= 94,88 %
4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam menentukan kadar


parasetamol dan kafein dalam sampel obat dengan instrumen HPLC. Sampel obat yang
digunakan adalah jenis obat tablet. Adapun prinsip dasar dari HPLC yaitu pemisahan analit
dalam kolom kromatografi berdasarkan kepolarannya terhadap aliran fase gerak yang
membawa campuran analit melalui fase diam, dimana pemisahan komponen-komponen terjadi
karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fase diam sehingga terjadi
perbedaan waktu perpindahan setiap komponen dalam campuran
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan standar baku induk
parasetamol dan kafein dengan menimbang baku parasetamol sebanyak 10 mg pada labu ukur
10 ml untuk Kemudian ditambahkan pelarut aquabidest : metanol (60 : 40) hingga tanda batas.
Kemudian menimbang baku kafein sebanyak 10 mg dalam labu ukur 100 ml dan ditanda
bataskan menggunakan pelaut aquabidest : metanol (60:40). Kemudian dilakukan pengenceran
laritan induk dengan memipet masing-masing volume 0,05 ; 0,1 ; 0,15 ; 0,2 ; 0,25 ; 0,3 ; 0,35 ;
0,4 ; 0,45 ; 0,5 ml dalam labu ukur 10 ml larutan induk paracetamol dan 0,07 ; 0,14 ; 0,21 ;
0,28 ; 0,35 ; 0,42 ; 0,5 ; 0,57 ; 0,64 ; 0,71 ml volume kafein. Kemudian ditandabataskan
dengan pelarut. Setelah ditanda bataskan diambil 1,5 ml disaring menggunakan filter milipore
dan dimasukkan ke dalam vial HPLC 1,5 ml.
Pada pemilihan fase gerak didasarkan pada kondisi kromatografi yang dipilih yaitu
kromatografi partisi fase terbalik karena kedua senyawa analit bersifat polar. Sehingga untuk
mengelusinya dengan cepat digunakan fase gerak yang polar yang sesuai dengan kepolaran
kedua senyawa analit.
Larutan uji paracetamol kafein dengan konsentrasi 24 ppm, 30 ppm dan 36 ppm.
Larutan uji adalah larutan yang diperlakukan sama dengan larutan sampel yang konsentrasinya
telah diketahui sebelumnya. Replikasi larutan uji sebanyak 3 kali digunakan untuk validasi
metode presisi, dan akurasi. Sedangkan untuk penentuan kadar dilakukan 3x replikasi
menggunakan konsentrasi 30 ppm. Pada dokumen ICH merekomendasikan bahwa akurasi
ditetapkan dengan menggunakan maksimal 9 penetapan meliputi 3 tingkat konsentrasi yang
berbeda.
Langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu validasi metode. Validasi metode suatu
prosedur analisis adalah proses yang ditetapkan melalui kajian laboratorium bahwa
karakteristik kinerja prosedur tersebut telah memenuhi persyaratan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Validasi yang dilakukan pada praktikum ini adalah linieritas, presisi, akurasi,
LOD, LOQ dan penentuan kadar.
Linieritas diperoleh dari data AUC dan konsenrasi seri masing-masing sampel yakni
paracetamol dan kafein. Berdasarkan data yang diperoleh, kurva baku area paracetamol
R2=0,9986 dengan persamaan y=31188x – 2549,7 dan kurva baku height paracetamol adalah
R2 =0,9989 dengan persamaan y=1952,4x – 410,83. Sedangkan kurva area kafein diperoleh
R2 =0,9988 dengan persamaan y=11392x – 8453,1 untuk kurva height kafein diperoleh R2
=0,9987 persamaan y=544,37x-283,23

Akurasi dan presisi untuk validasi metode diperoleh nilai RSD pada area paracetamol
yaitu 5,72%, 1,84%, 5,38% dan pada height nilai RSD yang diperoleh yaitu 5,92%, 1,43%,
5,46%. Sedangkan pada area kafein nilai RSD yang diperoleh yaitu 3,82%, 3,28%, 4,48% dan
height kafein yaitu 6,84%, 2,69%, dan 4,94%. Karena nilai uji RSD paracetamol <2% maka
validasi metode parameter presisi valid. Sedangkan pada kafein nilai RSD>2% maka validasi
metode parameter presisi tidak valid. Pada paracetamol dapat diketahui bahwa nilai RSD yeng
memenuhi ialah 1,84% pada area dan 1.43% pada height sehingga validasi metode parameter
presisi paracetamol valid. Sedangkan pada kafein diperoleh pada area dan height validasi
metode parameter presisi tidak valid.
Penentuan kadar paracetamol dan kafein diperoleh kadar rata-rata pada area
paracetamol yaitu 97,806% dan kadar height 98.81%. kadar yang diperoleh sesuai dengan
rentang yang tertera pada monografi dimana kadar paracetamol dalam tablet mengandung
95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Sedangkan pada area
kafein diperoleh rata-rata 83,56% dan pada height 90,51% kadar yang diperoleh memenuhi
monografi, yaitu tablet kafein mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0%(Kemenkes RI, 2014)
LOD dan LOQ yang diperoleh pada area paracetamol yaitu 1,47 ppm dan 4,91 ppm.
Sedangkan untuk height paracetamol yaitu 1,29 ppm dan 4,31 ppm. Pada kafein diperoleh
nilai LOD dan LOQ pada area yaitu 0,25 ppm dan 0,84 ppm dan pada height yaitu 0,34 ppm
dan 1,14 ppm
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil preparasi pada sediaan tablet yang mengandung paracetamol dan
kafein dilakukan dengan menyerbukkan 10 tablet lalu ditimbang setara dengan 10 mg
paracetamol lalu dilarutka dengan campuran pelarut aquabidest : methanol (60:40). Hasil
validasi metode yang telah dilakukan yaitu validasi metode presisi : akurasi : LOD : LOQ
: perhitungan kadar : linieritas. Pada presisi dan akurasi kafein tidak dapat diterima serta
LOD, LOQ dalam larutan menunjukkan konsentrasi tidak dapat dideteksi.
DAFTAR PUSTAKA

Acun., Sodiyc. 2010, Kromatografi Gas, Jakarta

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, 822, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

Anonim, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus, Depkes RI, Jakarta.

Clarke, E.G.C. (1969). Isolation and Identification of Drugs. Volume 2. London: The
Pharmaceutical Press.

Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5.
Jakarta: Depkes RI, p441-448.

Katzung, B.G, 1992, Farmakologi Dasar dan Klinik, 883, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.

Lestari, Wahyuni Sri, 2014, Validasi Metode Penetapan Kadar Aliskirendalam Plasma darah
secara In Vitro Menggunakan KromatografiCair Kinerja Tinggi (KCKT) UIN Syarif
Hidayatullah: Jakarta

Rohman, Abdul., 2013, Kimia Analisis Farmasi, Pustaka Pelajar : Jakarta

Sartono, 1993. Pengaruh pemberian dosis tunggal parasetamol terhadap komposisi metabolit
parasetamol dalam urin tikus jantan malnutrisi. Majalah Kedokteran Diponegoro 30
(3,4): 227-32

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, 262, 269-271, PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta

Wilmana, P.F., 1995, Analgesik-Antipiretik, Analgesik-Antiinflamasi Nonsteroid dan Obat


Piral, dalam Ganiswara, S.G., Setiabudy, R., Suyatna, F, D., Purwantyastuti, Nafrialdi,
Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, Jakarta, 207-220.

Anda mungkin juga menyukai