Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ANALISIS KUALITATIF DAN ANALISIS KUANTITATIF SENYAWA


PARACETAMOL SECARA SECARA KONVENSIONAL DAN
INSTRUMEN

Disusun oleh :
Royan Almasih 111711017
Ripan Julhakim 11181095
Risfa Indayanti 11181096
Riska Mulya Sari 11181097
Sarah Stefani Wijaya 11181098
Tuti Gantini 11181100
Yulia Prita 11181102

Fakultas Farmasi
Universitas Bhakti Kencana
Tahun Ajaran 2020/2021
Daftar Isi

BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................6
1.3 Tujuan........................................................................................................................................6
BAB II...................................................................................................................................................7
ISI..........................................................................................................................................................7
2.1 Analisis kualitatif Paracetamol Secara Konvensional..............................................................7
2.2 Analisis Kualitatif Paracetamol Secara Instrumen...................................................................8
2.3 Analisis Kuantitatif Paracetamol Secara Konvensional.........................................................11
Analisa Volumetrik PCT........................................................................................................................11
Analisis Gravimetri PCT........................................................................................................................14
2.4 Analisis Kuantitatif Paracetamol Secara Intrumen..............................................................18
Kesimpulan.........................................................................................................................................20
Daftar Pustaka....................................................................................................................................21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Parasetamol termasuk dalam senyawa aromatik amida dan berbentuk padatan kristal
putih dengan titik leleh 169 °C (336 °F). Kelarutannya dalam air dingin adalah 1,43 g/100
cm3 tetapi sangat larut dalam air hangat (5 g/100 cm3). Parasetamol atau asetaminofen (N –
asetil – 4 Aminofenol, C8H9NO2), dengan berat molekul 151,16 g/mol dan mengandung
tidak kurang dari 98 % dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2. Pemerian hablur atau serbuk
hablur berwarna putih tidak berbau dan rasa pahit. Kelarutan dalam 70 bagian air dan 7
bagian etanol (95 %) P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, dalam 9
bagian propilenglikol P, dan larut dalam larutan alkalihidroksida (FI, 1995). Kendali mutu
parasetamol meliputi penentuan perbedaan konformasi kristal dengan senyawa yang sama,
dengan pengaruh sifat fisika, kimia, farmasi dan teknologi, dan kandungan pelarut yang
mempengaruhi stabilitas zat (Petri, 2005)

Parasetamol terdiri dari rantai cincin benzena, yang disubstitusi oleh gugus hidroksil dan
atom nitrogen dari gugus amida dalam konfigurasi para (1,4) seperti pada Gambar 2.1. Gugus
amidanya adalah asetamida (etanamida). Gugus fungsi amida aromatik merupakan sistem
terkonjugasi, sebagai pasangan dalam hidroksil hidrogen, awan pi benzena, nitrogen
berpasangan, orbital p pada karbon karbonil, dan berpasangan dengan oksigen karbonil yang
keseluruhannya terkonjugasi. Dua gugus yang aktif membuat cincin benzena sangat reaktif
terhadap substitusi elektrofilik aromatik. Sebagai substituennya adalah orto, para dan posisi
lain yang berpengaruh terhadap para, semua posisi dalam cincin tidak lebih aktif dari posisi
para (Wikipedia, 2008).
Parasetamol (N-acetyl-p-aminophenol, C8H9NO2) adalah obat yang banyak digunakan
secara luas dan digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh karena
infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, parasetamol juga dapat digunakan untuk
meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Efek ini disebut analgesik
dan antipiretik. Parasetamol mempunyai sifat analgesik, antipiretik, dan tidak mempunyai
efek anti inflamasi. Obat yang mempunyai nama generik acetaminophen ini, dijual di pasaran
dengan ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol,
Itramol dan lain lain.
Acetaminophen pertama kali ditemukan pada tahun 1852 oleh ahli kimia Perancis,
Charles Frederic Gerhardt (penemu aspirin). Hasil penelitiannya diabaikan, sampai ahli kimia
dari Jerman, Harmon Northrop Morse (1848–1920) mensintesis senyawa ini pada tahun
1873. Parasetamol disintesis oleh Morse dengan mereduksi p-nitrophenol dengan asam asetat
glasial menggunakan katalis timah putih (Sn). Kemudian Vignolo menyederhanakan sintesis
parasetamol melalui reaksi asetilasi p-aminophenol sebagai material dengan asam asetat
glasial menggunakan katalis timah putih (Sn). Karena karakteristik sintesis tersebut yang
lambat dan juga perolehannya (yield) yang rendah, maka Friedlander memodifikasi reaksi
asetilasi p-aminophenol (dari p-nitrophenol) dengan mengganti asam asetat glasial menjadi
asam asetat anhidrida menggunakan katalis Asam Lewis (AlCl3).
Salah satu bahan baku utama dalam pembuatan parasetamol adalah anhidrida asam asetat,
senyawa yang relatif mahal dan dibatasi peredarannya, karena merupakan bahan baku
pembuatan heroin dari morfin. Di samping itu juga, mulai tahun 2003, Pemerintah RI
semakin memperketat keberadaan bahan prekursor untuk pembuatan narkotika dan
psikotropika. Selama ini kebocoran narkotika dan psikotropika di jalur resmi cenderung pada
prekursor kedua zat tersebut (Slamet, 2003). Oleh karena itu, semakin banyak importir dan
atau pemasok anhidrida asam asetat yang kesulitan melangsungkan perdagangan senyawa
tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan sintesis parasetamol tanpa
menggunakan bahan baku asam asetat anhidrida. Pada dasarnya, penelitian ini menggunakan
metode sintesis seperti yang dilakukan Vignolo, yaitu reaksi asetilasi p-aminophenol
menggunakan asam asetat glasial. Pengembangan sintesis yang akan dilakukan adalah
dengan menggunakan katalis padatan asam berbasis mineral alam (bentonit) pada berbagai
kondisi operasi yang berbeda.
konsumen yang menganggap aman dalam menggunakan obat parasetamol ini,
pengawasan mutu yang menyangkut kandungan parasetamol pada produk ini juga harus
ditingkatkan.Pengawasan produk obat harus dilakukan untuk menjamin mutu dan
keamanannya. Salah satu jenis pengawasan mutu tersebut adalah menguji stabilitas warna
pada kadar senyawa aktif obat dalam pengendalian mutu bahan obat. Penentuan kadar
senyawa aktif melalui uji stabilitas warna pada pola penyimpanan suhu ruangan, bahan obat
ini memerlukan suatu metode analisis yang baik (Wulandari, 2007).

1.2Rumusan Masalah

- Bagaimana analisis kualitatif Paracetamol secara konvensional


- Bagaimana analisis kualitatif Paracetamol secara instrumen
- Bagaimana analisis kuantitatif Paracetamol secara konvensional
- Bagaimana analisis kuantitatif Paracetamol secara intrumen

1.3Tujuan

- Mengetahui bagaimana cara analisis kualitatif Paracetamol secara konvensional


- Mengetahui bagaimana cara analisis kualitatif Paracetamol secara instrumen
- Mengetahui bagaimana cara analisis kuantitatif Paracetamol secara konvensional
- Mengetahui bagaimana cara analisis kuantitatif Paracetamol secara intrumen
BAB II
ISI

2.1 Analisis kualitatif Paracetamol Secara Konvensional

Analisis kualitatif merupakan suatu proses dalam mendeteksi keberadaan suatu unsur
kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisis kualitatif merupakan suatu cara yang
paling efektif untuk mempelajari kimia dan unsur-unsur serta ion ionnya dalam
larutan.Dalam metode analisis kualitatif,kita menggunakan beberapa pereaksi,di antaranya
pereaksi golongan dan pereaksi spesifik. Analisis kualitatatif dapat digunakan untuk
menganalisis reaksi-reaksi khusus senyawa yang mengandung C,H,N,O. ( Miessler,1991 ).
Setiap obat dan produk farmasi yang digunakan dan diedarkan untuk dijual harus memenuhi
syarat : khasiat, keamanan dankualitasnya (UU 36/2009, pasal 98 ayat 1).Maka dari itu
pengujian bahan baku obat harus dilakukan termasuk penetapan kesesuaian dengan
persyaratan bahan baku obat meliputi identitas, atribut mutu, kemurnian dan kadar .Syarat
identitas atau identitas baku adalah pernyataan kualitatif yang harus dipenuhi untuk
membuktikan kebenaran, kesesuaian dan keotentikan senyawa aktif seperti yang tertera pada
etiketnya sehingga dapat dibedakan dengan senyawa/bahan lain. Identifikasi adalah cara
mengungkap identitas dan membuktikan bahwa bahan yang diperiksa sesuai dengan
etiketnya(BPOM RI, 2014).Pemilihan metode analisis mengacu pada monografi-monografi
yang ada pada kompedia resmi seperti Farmakope Indonesia (FI). Selain mengikuti metode
analisis yang ada dalam kompedia, industri farmasi dapat mengembangkan metodeanalisis
sendiri sesuai dengan kebutuhannya sebagai metode alternatif, asalkan dapat dibuktikan
bahwa metode alternatif tersebut valid sesuai persyaratan yang telahditetapkan (Mahdiyar
dkk, 2015)
Uji Organoleptis
Bahan baku sampel parasetamol diambilsecukupnya, kemudian diamati warna,wujud,
bau dan rasa dari sampel parasetamol. Kemudian bandingkan denganliterature dan bahan
baku parasetamolstandar
Uji Titik Leleh
Bahan baku sampel parasetamol diambilsecukupnya dan diletakkan diatas kacaarloji.
Pipa kapiler ditutup salah satuujungnya dengan cara dibakar. Setelah salahsatu sisi tertutup,
lakukan tapping padaserbuk parasetamol dengan mengetuk-ketukkan pipa kapiler pada
serbuk hinggaserbuk terisi kurang lebih 0,5 cm dalam pipakapiler. Setelah itu, nyalakan
melting pointapparatus dan masukkan pipa kapiler. Amatidan catat pada suhu berapa
parasetamolmelebur.
Uji Kelarutan
Sebanyak 0,5 gram sampel parasetamolyang akan diuji ditimbang dan dimasukkan pada
masing-masing 6 tabung reaksi.Kemudian tiap tabung reaksi diberikan perlakuan yang
berbeda. Tabung 1ditambahkan dengan aquadest sebanyak 35mL, tabung 2 diisi dengan 3,5
mL etanol;tabung 3 diisi dengan 6,5 mL aseton ;tabung 4 diisi dengan 30 mL
glilserol;tabung 5 diisi dengan 4,5 mL propilenglikoldan terakhir tabung 6 diisi dengan 5 mL
NaOH. Amati kelarutan parasetamol padaterhadap variasi pelarut tersebut.
Uji dengan Pereaksi Besi (III) Klorida
Sebanyak 100 mg sampel parasetamoldilarutkan dalam 10 mL aquadest, kemudian
ditambahkan dengan pereaksi FeCl3 sebanyak 0,05 mL dan diamati perubahan warna yang
terjadi
Uji dengan Pereaksi Liebermann
Sebanyak 100 mg sampel parasetamol dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Liebermann dalam tabung reaksi, dan amati perubahan
warna yang terjadi
Uji dengan Pereaksi Kalium Dikromat
Sebanyak 100 mg sampel parasetamol dimasikkan dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan dengan 1 mL larutan asam klorida ke dalam tabung reaksi. Tabungreaksi yang
berisi sampel dan asam klorida kemudian dipanaskan diatas penangas airselama kurang
lebih 3 menit, setelah itutambahkan 10 mL aquadest dan dinginkan sejenak. Setelah itu
tambahkan pereaksi kalium dikromat 0,02M sebanyak 0,05 mL kedalam tabung reaksi dan
amati perubahan warna yang terjadi

2.2 Analisis Kualitatif Paracetamol Secara Instrumen

Analisis kualitatif dengan menggunakan instrumen untuk senyawa paracetamol yang


pertama dengan menggunakan metode spektra UV-Vis yang dapat digunakan untuk
informasi kualitatif dan sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Data spektra
UV-Vis secara tersendiri tidak dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif obat atau
metabolitnya. Akan tetapi jika digabung dengan cara lain seperti spektroskopi infra merah,
resonansi magnet inti, dan spektroskopi massa, maka dapat digunakan untuk maksud
identifikasi/analisis kualitatif suatu senyawa tersebut. Data yang diperoleh dari spektroskopi
UV dan Vis adalah panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut yang
kesemuanya itu dapat diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan. Dari spectra
yang diperoleh dapat dilihat, misalnya serapan (absorbansi) berubah atau tidak karena
perubahan pH. Jika berubah, bagaimana perubahannya apakah dari batokromik ke
hipsokromik, dan sebagainya.
Prosedur analisis paracetamol dengan instrumen Spektra UV-Vis
1. Pembuatan Larutan Standar
Pembuatan larutan standar yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
kemudian timbang paracetamol murni dengan berat yang telah ditentukan. Kemudian
lakukan pengeringan pada suhu 150’C selama 1 jam, kemudian larutkan dengan methanol
didalam labu takar dan encerkan dengan aquadest sampai tanda batas.

2. Penentuan Spektrum Absorpsi (Panjang Gelombang Maksimum)


Siapkan alat dan bahan. Pipet larutan dengan ml yang diinginkan dan encerrkan dengan
aquadest sampai tanda batas yang diinginkan didalam labu takar dan dengan konsentrasi
yang telah ditentukan. Kemudian masukan larutan standar kedalam kuvet (sampel) dan
kuvet lain berisi pelarut tanpa bahan obat (blangko). Ukur absorbanasi dengan
menggunakan spektrofotometer didaerah radiasi ultraviolet dengan interval 10 nm,
dimulai dari 230 nm sampai 350 nm. Dan pada sekitar absorbansi optimal dilakukan
pengukuran pada interval 5 nm, dan pada daerah puncak maksimum atau minimum
lakukan pengukuran pada interval 2 nm.

3. Pembuatan Kurva Baku


Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Siapkan empat macam deret konsentrasi
misalnya (4, 6, 8, dan 10 ppm). Setelah itu tentukan absorbansinya pada lamda maksimal.
Dibuat plot hokum beer pada kertas grafik antara absorbansi (ordinat) terhadap
konsentrasi (absis) dan tentukan persamaan regresi linear serta hitung absorvitas jenis (a)
pada absorvitas molar dari paracetamol.

4. Penentuan Kadar Paracetamol


Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian timbang serbuk paracetamol
tablet dengan berat yang telah ditentukan, lalu hitung berat rata-rata dan berat yang
ditimbang. Larutkan serbuk paracetamol dengan methanol didalam labu takar dengan ml
yang telah ditentukan. Kemudian pipet dengan banyak ml yang telah di tentukan kedalam
labu takar. Setelah itu encerkan dengan aquadest sampai tanda batas. Selanjutnya dipipet
kedalam kuvet kemudian diukur basorbansi larutan pada lamda maksimal relative.

5. Hasil analisis dengan menggunakan spectra UV-Vis


Dari hasil analsisis ini akan didapatkan kurva baku paracetamol apakah nilai yang didapat
sesuai dengan ranges dan literature atau tidak, dimana literature kurva yang sangat bagus
yaitu 0,2-0,8. Apabila hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literature kemungkinan
ada beberapa faktor kesalahan,diantaranya, kesalahan pada prosedur pengerjaan, dan
ketidaktelitian pada saat proses penimbangan.
Analisis kualitatif dengan menggunakan instrumen untuk senyawa paracetamol
berikutnya yaitu dengan menggunakan instrumen kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).
Kromatografi cair kinerja tinggi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen
(berupa molekul)yang berada pada larutan.

Prosedur analisis kualitatif paracetamol dengan menggunakan instrumen kromatografi


cair kinerja tinggi

Hasil analisis kualitataif paracetamol dengan isntrumen KCKT


Akan didapatkan hasil seperti berikut :
2.3 Analisis Kuantitatif Paracetamol Secara Konvensional

Analisa Volumetrik PCT


Analisis volumetric adalah suatu analisis kimia kuantitatif untuk menentukan banyaknya
suatu PCT dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya volume larutan standar yang
dapat bereaksi secara kuantitatif dengan zat yang akan ditentukan. Penentuan konsentrasi zat
atau larutan dilakukan dengan cara mereaksikannya secar kuantitatif dengan suatu larutan
lain pada konsentrasi tertentu.
Larutan standar primer merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya (molaritas
atau normalitas) secara pasti melalui pembuatan langsung.larutan standar primer berfungsi
untuk menstandarisasi/ membaukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu,
yaitu larutan yang konsentrasinya belum diketahui secara pasti(larutan standar sekunder).
Larutan standar sekunder (titran) biasanya ditempatkan pada buret yang kemudian
ditambahkan ke dalam larutan zat yng telah diketahui konsentrasinya secara standar primer.
Proses penambahan larutan standar ke dalam larutan yang akan ditentukan sampai terjadi
reaksi sempurna yang disebut dengan titrasi. Sedangkan saat dimana reaksi sempurna
dimaksud tercapai disebut titik ekivalen atau titik khirtitrasi.pada proses titrasi ditambahkan
indicator ke dalam laruatn standar primer untuk mengetahui perubahan warna sebagai
indikasi bahwa titik ekivalen titrasi telah tercapai.
Larutan standar merupakan larutan yang mengandung suatu zat dengan berat ekivalen
tertentu dalam volume yang tertentu.larutan standar dapat dinyatakan dalam Molar (M) atau
Normal. Larutan dengan konsentrasi satu normal adalah larutan yang mengandung 1 grek
suatu zat tertentu dalam volume  1 liter. Larutan standar dapat dibuat dari zat yang berbentuk
cair(misalnya HCl) atau dari zat yang berbentuk padat atau Kristal (NaOH). Larutan standar
yang berbentuk zat padat ada dua yaitu:
1. Larutan standar primer yaitu larutan standar yang terbuat dari zat padat yang
kemurniannya tinggi. Contoh :Na2CO3, Na2C2O4.2H2O, K2Cr2O7, Na2Ba4O7.10H2O
2. Larutan standar sekunder yaitu larutan standar yang terbuat dari zat padat yang
kemurniannya rendah. Konsentrasi larutan sekunder ditentukan dengan menstandarisasi/
membakukan larutan tersebut dengan larutan standar primer untuk menentukan faktor
normalitasnya yaitu perbandingan antara normalitas larutan yang terjadi dengan
normalitas yang dikehendaki. Contoh: NaOH, Ba(OH)2,KMnO4,Na2S2O3 dan sebagainya.
Zat yang digunakan sebagai larutan standar primer harus memenuhi syarat berikut:
1. Kemurniannya tinggi
2. Stabil (tidak mudah menyerap H2O atau CO2, tidak bereaksi dengan udara, tidak mudah  
menguap, tidak terurai, mudah dan tidak berubah pada pengeringan)
3. Memiliki massa molekul (Mr atau M) yang tinggi
4. Larutan bersifat stabil
Analisis volumetric dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Titrasi netralisasi (asam-basa) yaitu suatu proses titrasi yang tidak mengakibatkan
terjadinya baik perubahan valensi maupun terbentuknya endapan dan atau terjadinya
suatu senyawa kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi. Asam atau pun basa yang
mengalami disosiasi sempurna merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCl, HNO 3,
NaOH dan KOH. Sebaliknya bila asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian maka
disebut asam atau basa lemah, misalnya asam asetat, H2S dan amonium hidroksida.
Yang termasuk  dalam reaksi netralisasi adalah:
a) Titrasi asidimetri yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan garam-garam
terhidrolisis yang berasal dari asam lemah dengan larutan standar asam.
b) Titrasi alkalimetri yaitu titrasi terhadap larutan asam bebas dan larutan garam-garam
terhidrolisis yang berasal dari basa lemah dengan dengan larutan standar basa.
Pada titrasi asam-basa, pH titik akhir titrasi ditentukan dengan banyaknya konsentrasi
H+yang besarnya tergantung pada sifat asam, basa dan konsentrasi larutan. Oleh karena
itu, pada penambahan titran yang lebih lanjut pada titik akhir titrasi akan menyebabkan
perubahan pH yang cukup besar dan indicator yang digunakan harus berubah warna
sehingga perubahan indicator asam-basa tergantung pada pH titik eivalen.
2. Titrasi pengendapandan atau pembentukan kompleks yaitu suatu proses titrasi yang dapat
mengakibatkan terbentuknya suatu endapan dan atau terjadinya suatu senyawa kompleks
dari zat-zat yang saling bereaksi yaitu suatu zat yang akan ditentukan dengan larutan
standarnya. Dalam pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan reaksi-
reaksi yang melibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion atau molekul kompleks
terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan yang terikat dengan atom pusat tersebut.

3. Titrasi reduksi oksidasi atau redoks yaitu suatu proses titrasi yang dapat mengakibatkan
terjadinya peubahan valensi atau perpindahan electron antara zat-zat yang saling
bereaksi. Dalam hal ini sebagai larutan standarnya adalah larutan dari zat-zat
pengoksidasi atau zat-zat pereduksi. Banyak reaksi oksidasi dan reduksi yang digunakan
untuk analisa kualitatif, baik sebagai pengoksidasi atau pun pereduksi. Contoh
penggunaan Reaksi Redoks dalam analisis kualitatif yaitu Kalium
Permanganat(KMNO4). Zat padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila
dilarutkan dengan air, merupakan pengoksidasi kuat yang dipengaruhi oleh pH dari
mediumnya.
a. dalam asam: MnO4- + 8H+ + 5e _ Mn2+ (warna merah muda) + 4H2O
b. dalam larutan netral: MnO4– + 4H+ + 3e _ MnO2 (endapan coklat) + 2H2O
c. dalam larutan basa: MnO4– + e _ MnO42- ( warna hijau)
Analisis volumetri merupakan teknik penetapan jumlah sampel melalui perhitungan
volume. Sehingga dalam teknik alat pengukur volume menjadi bagian terpenting, dalam hal
ini buret adalah alat pengukur volume yang dipergunakan dalam analisis volumetric.
Alat dan cara melakukan titrasi : Penetapan sampel dengan analisa volumetri didasari
pada hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi-reaksi kimia, seperti dibawah ini cara ini
sering disebut juga dengan titrasi. Untuk proses titrasi zat analit (A) dengan pereaksi (S) atau
larutan standar, mengikuti reaksi :
a A + b S → hasil, dimana a adalah molekul analit (A) yang bereaksi dengan b molekul
pereaksi (S) atau larutan standar. Pereaksi (S), disebut juga dengan titran. Posisi titran atau
larutan standar ada didalam buret, yang selanjutnya kita tambahkan sedikit demi sedikit ke
dalam larutan analit (A) yang ada dalam Erlenmeyer, dengan cara membuka kran yang ada
dalam buret. Dalam larutan analit (A) kita menambahkan zat indikator yang berfungsi untuk
menunjukkan bahwa telah terjadi reaksi sempurna dari analit dengan pereaksi dengan
adanya perubahan warna dari indikator. Indikator adalah suatu senyawa organik kompleks
merupakan pasangan asam basa konjugasi dalam konsentrasi yang kecil indikator tidak akan
mempengaruhi pH larutan. Indikator memiliki dua warna yang berbeda ketika dalam bentuk
asam dan dalam bentuk basanya. Perubahan warna ini yang sangat bermanfaat, sehingga
dapat dipergunakan sebagai indikator pH dalam titrasi. Berikut beberapa indikator yang
sering dipergunakan dalam titrasi(indikator dan perubahan warnanya pada pH tertentu):
INDIKATOR PERUBAHAN WARNA KISARAN pH
Thymol Blue Merah ke kuning 1,2 – 2,8
Methyl Yellow Merah ke kuning 2,9 – 4,0
Bromphenol Blue Kuning ke biru 3,0 – 4,6
Jingga Metil Merah ke kuning 3,1 – 4,4
Hijau Bromkresol Kuning ke biru 3,8 –  5,4
Methyl Orange Merah ke kuning 4,2 – 6,2
Litmus Merah ke biru 5,0 – 8,0
Phenol red Kuning ke merah 6,8 – 8,4
Phenolftalein Tak berwarna ke merah 8,0 – 9,6
Thymolftalein Tak berwarna ke biru 9,3 – 10,6
Pada saat perubahan warna, maka telah terjadi reaksi sempurna antara analit dengan
pereaksi dan pada kondisi ini terjadi kesetaraan jumlah molekul zat yang bereaksi sesuai
dengan persamaan reaksinya. Kadar bahan terlarut dinyatakan dalam konsentrasi.
Konsentrasi larutan biasanya dinyatakan dalam molaritas dan normalitas. Penentuan kedua
konsentrasi tersebut melibatkan berat atom relative (Ar) untuk perhitungan molekul relative
(Mr). Normalitas didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan.
Secara sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu muatan.
Penetapan berat zat pada titik ekivalen:
Grek titran                   = grek titrat
N titran x V titran       = mol x ekivalensi
N titran x V titran       =  x ekivalensi
Gram        =
Gram zat         = N titran x Vtitran x BE
Miligram zat  = N tiran x mL titran x BE
Dalam reaksi redoks, kita dapat memodifikasi definisi dari berat ekivalen, yaitu berat
dalam gram (dari) suatu zat yang diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol
elektron.
Cr2O72-+ H+ + 6e → 2Cr3+ + 7 H2O (BE = Mr/6).
Jika Mr Na2C2O4 : 134, maka BE = 67 gram/ekuivalen
Analisa Paracetamol
Pada penentuan kadar parasetamol, kami menggunakan parasetamol standar dan obat
parasetamol. Parasetamol dilarutkan dengan larutan HCl dalam air (1:2) untuk membentuk
suasana asam dan sebagai penghidrolisis amina sekunder menjadi amina primer. Kemudian
dilakukan proses refluks selama 30 menit dengan tujuan mempercepat terjadinya reaksi.
Parasetamol adalah senyawa yang memiliki gugus fenol, sehingga dalam perlakuannya,
titrasi ini dilakukan pada suhu rendah (kurang dari 15oC) demi mencegah terbentuknya
fenol dan gas nitrogen dari hasil reaksi asam nitrit dengan parasetamol. KBr ditambahkan
sebagai katalisator dan stabilisator yang bekerja dengan memperkecil energi aktivasi
sehingga reaksi akan berlangsung lebih cepat. Indikator yang digunakan adalah jenis
indikator dalam, yaitu tropeolin OO dan metilen biru.
Analisis Gravimetri PCT
Analisis gravimetric merupakan salah satu metode kuantitatif dengan penimbangan.
Tahap awal analisis gravimetri PCT adalah pemisahan PCT dari komponen-komponen lain
yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan pengendapan. Pengukuran dalam
metode gravimetri adalah dengan penimbangan, banyaknya komponen yang dianalisis
ditentukan dari hubungan antara berat sampel yang hendak dianalisis, massa atom reatif,
massa molekul relative dan berat endapan hasil reaksi.
Analisis gravimetric dapat dilakukan dengan cara pengendapan, penguapan, elektrolisis.
a. Metode pengendapan
Suatu sampel yang akan ditentukan secara gravimetri mula-mula ditimbang secara
kuantitatif, dilarutkan dalam pelarut tertentu kemudian diendapkan kembali dengan reagen
tertentu. Senyawa yang dihasilkan harus memenuhi syarat yaitu memiliki kelarutan sangat
kecil sehingga bias mengendap kembali dan dapat dianalisis dengan cara menimbang.
Endapan yang terbentuk harus berukuran lebih besar dari pada pori-pori alat penyaring,
kemudian endapan tersebut dicuci dengan larutan elektrolit yang mengandung ion sejenis
dengan ion endapan. Hal ini dilakukan untuk melarutkan pengotor yang terdapat
dipermukaan endapan dan memaksimalkan endapan. Endapan yang terbentuk dikeringkan
pada suhu 100-130 derajat celcius atau dipijarkan sampai suhu 800 derajat celcius
tergantung suhu dekomposisi dari analit. Pengendapan kation misalanya, pengendapan
sebagai garam sulfide, pengendapan nikel dengan DMG, pengendapan perak dengan klorida
atau logam hidroksida dengan mengatur pH larutan. Penambahan reagen dilakukan secara
berlebihan untuk memperkecil kelarutan produk yang diinginkan.Penambahan reagen R
secara berlebihan akan memaksimalkan produk AaRr yang terbentuk. Dibawah ini disajikan
beberapa reaksi pengendapan, sebagai tanda bahwa zat yang terjadi adalah endapan
perhatikan tanda (s) solid, setelah indeks dari rumus kimianya.
AgNO3(aq) + HCl(aq) → AgCl(s) + HNO3(aq)
Endapan yang terbentuk adalah endapan putih dari AgCl.
Pb(CH3COO)2(aq) + H2S → PbS(s) + 2 CH3COOH(aq)
Dari reaksi ini akan dihasilkan endapan yang berwarna hitam dari PbS.
b. Metode Penguapan
Metode penguapan dalam analisis gravimetri digunakan untuk menetapkan komponen-
komponen dari suatu senyawa yang relatif mudah menguap. Cara yang dilakukan dalam
metode ini dapat dilakukan dengan cara pemanasan dalam gas tertentu atau penambahan
suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang tidak diinginkan mudah menguap atau
penambahan suatu pereaksi tertentu sehingga komponen yang diinginkan tidak mudah
menguap. Metode penguapan ini dapat digunakan untuk menentukan kadar air(hidrat) dalam
suatu senyawa atau kadar air dalam suatu sampel basah. Berat sampel sebelum dipanaskan
merupakan berat senyawa dan berat air kristal yang menguap. Pemanasan untuk
menguapkan air kristal adalah 110-130 derajat celcius, garam-garam anorganik banyak yang
bersifat higroskopis sehingga dapat ditentukan kadar hidrat/air yang terikat sebagai air
kristal.
c. Metode Elektrolisis
Metode elektrolisis dilakukan dengan cara mereduksi ion-ion logam terlarut menjadi
endapan logam. Ion-ion logam berada dalam bentuk kation apabila dialiri dengan arus listrik
dengan besar tertentu dalam waktu tertentu maka akan terjadi reaksi reduksi menjadi logam
dengan bilangan oksidasi=0. Endapan yang terbentuk selanjutnya dapat ditentukan
berdasarkan beratnya, misalnya mengendapkan tembaga terlarut dalam suatu sampel cair
dengan cara mereduksi. Cara elektrolisis ini dapat diberlakukan pada sampel yang diduga
mengandung kadar logam terlarut cukup besar seperti air limbah. Suatu analisis gravimetri
dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam sampel relatif besar sehingga dapat
diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar analit dalam sampel hanya berupa unsur pelarut,
maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang dapat dianalisis
dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair.
Kandungan suatu unsur atau ion dalam suatu cuplikan dapat dianalisis dengan cara
gravimetri dengan merubah unsur dan ion tersebut kedalam suatu bentuk senyawa yang
mudah larut dengan penambahan suatu pereaksi pengendap. Beberapa kation dan anion
dapat dianalisis dengan cara ini. Tetapi tiap kation maupun anion mempunyai cara-cara
khusus yang terkandung pada sifat endapan yang diperoleh. Untuk analisis gravimetri
reaksinya harus stoikiometeri mudah dipisahkan dari pelarutnya. Rumus kimianya diketahui
dengan pasti dan cukup stabil dalam penyiapan. Metode gravimetri untuk analisa kuantitatif
didasarkan pada stokiometri reaksi pengendapan, yang secara umum, dinyatakan dengan
persamaan :
aA + pP →Aa Pp
 Dimana a = koefisien reaksi setara dari reaktan analitik (A)
 p = koefisien reaksi dari reaktan pengendap (P)
 Aa Pp = rumus molekul dari zat kimia hasil reaksi yang tergolong sulit larut
(mengendap).
 Misalnya = pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap ion oksalat
C2O42- dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut : O Rx yang menyertai
pengendap = Ca2+ + C2O42- (5)
ORx yang menyertai pengeringan =CaC2O4(5)→CaO(5)+CO2(9)+CO(9)
Agar pembuatan kuantitas analit dalam metode gravimetri mencapai hasil yang
mendekati nilai sebenarnya, harus dipenuhi criteria berikut:
a) proses pemisahan / pengendapan analit dari komponen lainya berlangsung sempurna.
b) Endapan analit yang dihasilkan diketahui dengan tepat memposisinya dan memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi, tidak bercampur dangan zat pengatur.
Langkah-langkah dalam analisa gravimetri adalah sebagai berikut :
a) Cuplikan ditimbang dan dilarutakan sehingga partikel yang akan diendapkan dijadikan
ion-ionnya.
b) Ditambahkan pereaksi agar terjadi endapan.
c) Proses pemisahan endapan / penyaringan endapan.
d)Mencuci endapan, cairan pencuci, cara mengerjakan pencucian, cara memeriksa
kebersihan dan mengeringkan endapan.
e) Mengabukan kertas saring dan memijarkan endapan.
f) Menghitung hasil analisa.
Dalam menghitung hasil analisa dibutuhkan faktor gravimetri. Dimana faktor gravimetri
adalah jumlah berat analit dalam 1gr berat endapan. Hasil kali dari endapan P dengan faktor
gravimetri sama dengan berat analit. Berat analit A = berat andapan P x faktor gravimetri
Sehingga : % A =  Presentase berat analit A terhadap sampel dinyatakan dengan persamaan :
% A = x 100% . Beberapa rumus faktor gravimetric Analit yang ditetapkan : Cl Bentuk
endapan : AgCl Nilai factor : Ar Cl : mr Ag Cl Atau faktor gravimetri =
Metode gravimetri bukanlah metode analisis yang spesifik, sehingga dapat digantikan
dengan metode instrumen modern spektruskopi dan kloromedografi.  Dalam analisa
gravimetri harus selalu diupayakan agar terdapat endapan yang murni dan partikel-
partikelnya cukup besar sehingga mudah disaring dan dicuci.
1. Kemurnian endapan
Endapan yang telah terjadi akan mengandung zat-za pengatur dan itu akan bergantung
pada sifat endapan dan pada kondisi kondisi dimana endapan itu terjadi, yang menyebabkan
terjadinya kontraminasi dapat terjadi karena adsorpsi pada permukaan kristal yang berbeda
dengan larutan, dan jika luas permukaannya besar maka juml zat yang teradsopsi bertambah
banyak. Kopresipitasi juga dapat terjadi secara oklusi yaitu zat-zat asing masuk kedalam
kristal pada proses pertumbuhan kristal. Bila proses pertumbuhan kristal lambat, maka zat
pengatur akan larut dan kristal yang terjadi lebih besar dan murni. Kopresipitasi tidak dapat
dihilangkan dengan pencucian dan untuk mengatasinya dengan endapan itu di larutkan
kembali dan kemudian di endapkan kembali dan arena ion yang berkontaminasi sekarang
konsentrasinya lebih rendah, sehingga endapan lebih murni. Postpresipitasi yaitu terjadinya
endapan kedua pada permukaan endapan pertama. Hal ini terjadi dengan campuran garam
yang sukar larut. Untuk mendapatkan endapan yang besar dan murni, biasanya endapan di
degrasi (didegest) atau dimatangkan yaitu dengan endapan dibiarkan kontak dengan larutan
induknya selama beberapa jam pada temperature 60-70oC.
2. Menyaring dan mencuci endapan
Endapan yang disaring dikotori oleh zat-zat yang mudah larut dan harus dihilangkan
dengan cara pencucian endapan. Yang menjadi dasar pada pencucian adalah :
a) dapat melarutkan zat pengotor dengan baik tetapi tidak melarutkan endapan
b) dapat mencegah terjadinya peptisasi pada waktu pencucian
c) dapat menyebabkan pertukaran ion-ion yang teradsorpsi diganti oleh ion lain yang
pada pemanasan dapat menguap
d) endapan yang terjadi dapat disaring dengan kertas saring bebas abu, cawan penyaring
dengan asbes atau penyaring gelas.
3.Penyaring dan Pemanasan endapan.
Endapan yang terjadi disaring, dicuci, dikeringkan, diabukan, dan dipijarkan sampai
beratnya konstan. Pengeringan endapan untuk menghilangkan air dan zat yang mudah
menguap. Pemijaran untuk merubah endapan itu kedalam suatu senyawa kimia yang
rumusnya diketahui dengan pasti.
Suatu zat yang telah dimurnikan itu kemudian ditimbang dan dihitung beratnya. Pada
umumnya pemisahan ini dapat dilakukan dengan beberapa metode,diantaranya:
1.)Pembentukan endapan yang sukar larut, lalu endapan disaring, dicuci, dikeringkan atau
dipijar kemudian ditimbang. 2.) Metode penyulingan, metode ini memanfaatkan sifat
volatilitas dari suatu zat kemudian hasil reaksi ditampung dan ditimbang atau berkurangnya
berat cuplikan karena penyulingan dapat diukur.3.) Metode elektrolisis dengan
mengendapkan suatu logam yang murni pada katoda. Sedangkan untuk melakukan
perhitungan analisis dengan metode kimia, persyaratan berikut ini harus dipenuhi agar
metodenya berhasil:
1. Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak
terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam
menetapkan penyusun utama dari suatu makro.
2. Endapan harus dapat diubah menjadi suatu senyawa dalam keadaan stoikiometrik
misalnya dengan cara pemijaran
3.  Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni
atau sangat hampir murni. Bila tidak, maka akan diperoleh hasil yang kurang akurat atau
galat

2.4 Analisis Kuantitatif Paracetamol Secara Intrumen


Spektrofotometri UV
Parasetamol dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofometri UV karena parasetamol
mempunyai kromofor yang mampu menyerap sinar UV. Parasetamol dalam etanol
1%
mempunyai panjang gelombang maksimal 249 nm dengan nilai ∑ sebesar 900. Cara
1cm
penetapan parasetamol dengan spektrofotometri UV adalah 100 mg parasetamol ditimbang
dengan cara seksama lalu dilarutkan dalam etanol. Larutan dimasukkan dalam labu takar
100 mL dan ditambah etanol sampai tanda batas. Sebanyak 0,5 mL larutan diatas diambil
dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, dan ditambah etanol sampai tanda batas.
Larutan ini selanjutnya dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 249 nm terhadap
blanko yang berisi etanol sehingga akan didapatkan absorbansi larutan blanko (Ab). Untuk
sampel dilakukan hal yang sama sehingga didapatkan absorbansi sampel (As) (Sudjadi dan
Abdul, 2008).
Spektrofotometri Visibel
Parasetamol dapat ditetapkan kadarnya dengan spektrofometri visibel menggunakan
metode Bratton-Marshall dan metode amonium molibdat (Sudjadi dan Abdul, 2008).
a. Metode Bratton-Marshall
Metode Bratton-Marshall untuk parasetamol dilakukan dengan cara menghidrolisis
parasetamol dengan asam sehingga terbentuk amin aromatis primer yang selanjutnya
didiazotasi dengan asam nitrit (berasal dari natrium nitrit dalam suasana asam) membentuk
garam diazonium, lalu direaksikan dengan naftil etilen diamin (Sudjadi dan Abdul, 2008).
b. Metode Amonium molibdat
Metode spektrofotometri visible yang mendasarkan pada reaksi antara parasetamol
dengan amonium molibdat dengan medium asam kuat menghasilkan molibdenum biru telah
dikembangkan oleh Morelli. Hukum Beer’s dipenuhi sampai pada konsentrasi parasetamol 6
µg/mL dan nilai absorbtivitas molarnya pada panjang gelombang 670 nm sebesar 2,6 x 104
L/mol (Sudjadi dan Abdul, 2008).
Metode Spektrofluorometri
Metode spektrofluorometri dengan batas deteksi yang rendah telah disusulkan untuk
penetapan kadar parasetamol. Karena parasetamol bukan suatu senyawa yang berfluoresensi
maka parasetamol dapat ditetapkan sacara tidak langsung dengan mereaksikannya
menggunakan Ce (IV) sebagai agen pengoksidasi dan mengukur intensitas fluoresensi relatif
Ce (III) yang berasal dari Ce (IV) (Sudjadi dan Abdul, 2008).
Penetapan kadar parasetamol dengan spektrofluometri secara langsung sebelumnya
membutuhkan tahap derivatisasi. Reagen-reagen seperti fluoresamin dan dansil klorida telah
diusulkan oleh Bosch dkk. sebagai agen penderivat parasetamol (Sudjadi dan Abdul, 2008).
Metode Kromatografi
Dalam sediaan farmasi, parasetamol biasanya bercampur dengan bahan obat lain sehingga
membutuhkan teknik pemisahan, misal dengan kromatografi lapis tipis, kromatografi cair
kinerja tinggi, kromatografi gas dan diikuti dengan kuantikasinya untuk menentukan berapa
kadar masingmasing bahan obat dalam sediaan farmasi (Sudjadi dan Abdul, 2008).
a. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Metode KLT-Densitometri telah digunakan untuk analisis parasetamol dan
klorsoksazol secara simultan. Keuntungan KLTDensitometri dibandingkan
dengan spektrofotometri adalah kemampuan KLT untuk memisahkan komponen-
komponen dalam sampel yang dianalisis sehingga meghilangkan adanya
kemungkinan saling mengganggu antar komponen (Sudjadi dan Abdul, 2008).

b. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)


Metode KCKT yang sederhana, cepat, dan sesuai telah dikembangkan untuk
penetapan kadar secara simultan parasetamol dan senyawa-senyawa terkait (4-
aminofenol dan 4-klorasetanilid) dalam sediaan farmasi. Fase gerak yang
digunakan adalah campuran asetonitrilbufer kalium fosfat 0,05 M (pH 5,5)
(80:20 v/v) dan dihantarkan secara.

Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa analisis kualitatif da kuantitatif pada senyawa


paracetamol dapat dilakukan secara instrument dan konvensional
Daftar Pustaka
Farmakope Indonesia (FI). (1995). Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Petri, Hans-Michael. (2005). Solving a Quality Control Problem Pharmaceutical Industry:
Solvent Content and Different Crystalline Phases in Paracetamol. Thermal Analysis & Surface
Solutions – THASS-Jerman.

www.en.wikipedia.org/wiki/Montmorillonite. Retrieved 23 Mei 2008.

Slamet, Lucky S. (2003). Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Napza, Badan POM.
Dimuat di Harian Media Indonesia, 10 Januari 2003.

effers, Joe. (2002). Acetaminophen: The Acetylation of p-Aminophenol. Quachita Baptist


University.

Anda mungkin juga menyukai