Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENAPISAN & APLIKASI

“PENCITRAAN DIGITAL”

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Penapisan & Aplikasi


yang Dibimbing oleh Riska Yudhistia Asworo, S.si.,M.si.

Disusun Oleh :
Muhammad Sofyan Novrizal
(P17120191012)

PRODI D3 ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021
Bab I
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman pengetahuan dan teknologi yang pesat sekarang
ini ,maka kita dihadapkan kepada suatu bentuk permasalahan yang lebih komplek yang menuntut
kreativitas.perkembangan teknik tentang image processing yang berkembang dengan pesat saat.
ini.terutama pada pengolahan gambar. Secara umum, pengolahan citra digital menunjuk pada
pemrosesan gambar dua dimensi menggunakan komputer.Dalam konteks yang lebih luas,
pengolahan citra digital mengacu pada pemprosesan setiap data dua dimensi. Citra digital
merupakan sebuah larik (array) yang berisi nilai-nilai real maupun kompleks yang
direpresentasikan dengan deretan bit tertentu.

Citra digital merupakan representasi citra asal yang bersifat kontinyu. Untuk mengubah
citra yang bersifat kontinu diperlukan sebuah cara untuk mengubahnya dalam bentuk data digital.

Pengolahan citra digital merupakan sebuah teknologi visual yang digunakan untuk
mengamati dan menganalisis suatu objek tanpa berhubungan langsung dengan objek yang diamati
tersebut. Teknologi ini dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu suatu produk tanpa merusak
produk itu sendiri atau dikenal dengan istilah non-destructive evaluation (NDE) (Suhandy, 2003).

Pesatnya kemajuan teknologi mendorong ditemukannya instrumeninstrumen yang semakin


canggih untuk analisis kolorimetri. Alat yang digunakan dalam analisis kolorimetri diantaranya
spektrofotometer UV-Visible (UV-Vis). Dalam penggunaan instrumen tersebut memerlukan biaya
yang relatif mahal dan keberadaan dari alat tersebut masih jarang dimiliki oleh beberapa instansi
pendidikan dikarenakan masalah dalam hal biaya untuk menyediakan instrumen tersebut yang
relatif mahal sehingga dampak yang ditimbulkan, yaitu terbatasnya kegiatan praktikum untuk
menunjukkan materi kimia secara nyata serta penelitian yang tidak mudah dan tidak ekonomis.
Beberapa hal yang dapat dijelaskan dalam analisis kolorimetri, antara lain warna komplementer
dan pembentukan senyawa kompleks.

Kolorimetri merupakan analisis kuantitatif berdasarkan intensitas warna larutan. Salah satu
teknik analisis kolorimetri yang mudah serta murah pengganti instrumen spektrofotometer UV-Vis,
yaitu pencitraan langsung dengan alat sederhana berupa kamera digital yang telah digunakan dalam
beberapa penelitian sebagai salah satu alternatif penentuan konsentrasi suatu larutan berwarna
Model pengolahan warna telah banyak dikembangkan oleh para ahli, salah satu adalah
model RGB. Model warna RGB menggunakan dasar tiga buah warna pokok yaitu Red (merah),
Green (hijau), Blue (biru). Suatu citra warna yang disimpan dalam memori 8-bit, setiap
pikselnyaakan mengandung informasi intensitas tiga buah warna tersebut (R, G, dan B) dengan
selang nilai 0-255 (Idhawati, 2007)

1.2 Tujuan Penelitian

A. Mahasiswa mampu melakukan dan memahami mengenai materi pencitraan digital


dengan menggunakan teknologi yang terdapat disekitarnya,

B. Mahasiswa mampu mempelajari lebih lanjut mengenai pencitraan digital dengan


menggunakan teknologi yang terdapat disekitarnya.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam pengaplikasian teori


pencitraan digital dengan teknologi yang berada disekitarnya.
2. Sarana untuk menambah pengetahuan dan informasi dari mahasiswa tentang pencitraan
digital
Bab II
Tinajuan Pustaka
2.1 Pencitraan Digital
Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua- dimensi). Ditinjau
dari sudut pandangan matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dari intensitas cahaya
pada bidang dwimatra. Sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian
berkas cahaya tersebut, pantulan cahaya ini ditangkap oleh alat optik sehingga bayangan objek
yang disebut citra tersebut terekam (Munir, 2004). Dan menurut Putra (2013), citra digital dapat
diartikan sebagai suatu fungsi dua dimensi f(x.y), berukuran M baris dan N kolom sedangkan x dan
y adalah posisi koordinat spasial dan amplitudof di titik koordinat (x,y) yang dinamakan intensitas
atau tingkat keabuan dari citra pada titik tersebut.

Citra digital merupakan representatif dari citra yang diambil oleh mesin dengan bentuk
pendekatan berdasarkan sampling dan kuantisasi.Sampling menyatakan besarnya kotak-kotak yang
disusun dalam baris dan kolom. Dengan skata lain, sampling pada citra menyatakan besar kecilnya
ukuran pixel (titik) pada citra, dan kuantisasi menyatakan besarnya nilai tingkat kecerahan yang
dinyatakan dalam nilai tingkat keabuan (grayscale) sesuai dengan jurnlah bit biner yang digunakan
oleh mesin, dengan kata lain kuantisasi pada citra menyatakan jumlah warna yang ada pada citra
(Richard E. Wood. 2004).

Pengambilan citra bisa dilakukan oleh kamera. Proses transformasi dari bentuk tiga
dimensi ke bentuk dua dimensi untuk menghasilkan citra akan dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang mengakibatkan penampilan citra suatu benda tidak sama persis dengan bentuk aslinya.
Faktor-faktor tersebut merupakan efek degradasi atau penurunan kualitas yang dapat berupa
rentang kontras benda yang terlalu sempit atau terlalu lebar, distorsi, kekaburan (blur), kekaburan
akibat objek citra II-2 yang bergerak (motion blur), gangguan yang disebabkan oleh interferensi
peralatan pembuat citra, baik itu berupa tranducer, peralatan elektronik ataupun peralatan optik.
2.2 Citra RGB
Citra warna atau lebih sering dikenal citra RGB (red, green, blue). Citra RGB adalah citra
yang warna dasar penyusunnya adalah warna merah, hijau, dan biru. Warna selain itu adalah warna
hasil perpaduan dari ketiga warna tersebut. Red (Merah), Green (Hijau) dan Blue (Biru) merupakan
warna dasar yang dapat diterima oleh mata manusia. Setiap piksel pada citra warna mewakili warna
yang merupakan kombinasi dari ketiga warna dasar RGB. Setiap titik pada citra warna
membutuhkan data sebesar 3 byte. Setiap warna dasar memiliki intensitas tersendiri dengan nilai
minimum nol (0) dan nilai maksimum 255 (8 bit). RGB didasarkan pada teori bahwa mata manusia
peka terhadap panjang gelombang 630nm (merah), 530 nm (hijau), dan 450 nm (biru). Dasar dari
pengolahan citra adalah pengolahan warna RGB pada posisi tertentu. Citra warna dipandang
sebagai penumpukan tiga matriks, masing – masing matriks merepresentasikan nilai – nilai merah,
hijau, dan biru pada setiap piksel, artinya setiap piksel berkaitan dengan tiga nilai (Sianipar, 2013).

Model pengolahan warna telah banyak dikembangkan oleh para ahli, salah satu adalah
model RGB. Model warna RGB menggunakan dasar tiga buah warna pokok yaitu Red (merah),
Green (hijau), Blue (biru). Suatu citra warna yang disimpan dalam memori 8-bit, setiap
pikselnyaakan mengandung informasi intensitas tiga buah warna tersebut (R, G, dan B) dengan
selang nilai 0-255 (Idhawati, 2007).

Secara umum metode citra digital hanya menggunakan teknik analisis data sederhana yaitu
Single Linier Regression (SLR), yang hanya menggunakan satu data RGB, seperti pada penelitian
yang menggunakan data B (Blue) dalam analisis ion logam berat dengan nanopartikelperak sebagai
indikator kolorimetrik (Rismiarti dan Renn, 2017). Nilai RGB sangat dipengaruhi oleh faktor pada
kondisi pengambilan foto, yaitu tingkat kecerahan, tingkat kejernihan, sumber pencahayaan, cahaya
objek, dan kamera (Achmad dkk., 2005).

2.3 Pengolahan Citra

Pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang banyak melibatkan
persepsi visual. Proses ini mempunyai ciri data masukan dan informasi keluaran yang berbentuk
citra. Istilah pengolahan citra digital secara umum didefinisikan sebagai pemrosesan citra dua
dimensi dengan komputer. Dalam definisi yang lebih luas, pengolahan citra digital juga mencakup
semua data dua dimensi. Citra digital adalah barisan bilangan nyata maupun kompleks yang
diwakili oleh bit-bit tertentu. Umumnya citra digital berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar
(pada beberapa sistem pencitraan ada pula yang berbentuk segi enam) yang memiliki lebar dan
tinggi tertentu. Ukuran ini biasanya dinyatakan dalam banyaknya titik atau piksel sehingga ukuran
citra selalu bernilai bulat. Setiap titik memiliki koordinat sesuai posisinya dalam citra. Koordinat
ini biasanya dinyatakan dalam bilangan bulat positif, yang dapat dimulai dari 0 atau 1 tergantung
pada sistem yang digunakan. Setiap titik juga memiliki nilai berupa angka digital yang
merepresentasikan informasi yang diwakili oleh titik tersebut. Format data citra digital
berhubungan erat dengan warna. Pada kebanyakan kasus, terutama untuk keperluan penampilan
secara visual, nilai data digital merepresentasikan warna dari citra yang diolah. Format citra digital
yang banyak dipakai adalah Citra Biner (monokrom), Citra Skala Keabuan ( gray scale ), Citra
Warna ( true color ), dan Citra Warna Berindeks (Ginan, 2011).

2.4 Persamaan Lambert Beer


Adapun dapun persamaan Lambert-Beer yang digunakan adalah sebagai berikut :

�0
Absorbansi = log �

Keterangan :
- I = nilai intensitas larutan uji
- I0 = nilai intensitas larutan standar (blanko)
Bab III
Metodologi

3.1 Alat dan Bahan


Alat Bahan
1. Sendok makan 1. Kardus box makanan bekas
2. Kamera HP 2. Air
3. Solasi 3. Pewarna makanan
4. Gunting
5. Gelas
6. Software Image J
7. Alat tulis

3.2 Prosedur
3.2.1 Pembuatan Box
Pembuatan box uji dilakukan dengan menggunakan kardus bekas kemudian diberikan
lubang diatasnya sebagai posisi kamera ketika pemotretan, kemudian keadaan kardus diposisikan
dalam keadaan gelap dan diusahakan tidak ada cahaya masuk kedalam kardus, karena dapat
mempengaruhi hasil analisis menggunakan aplikasi.

3.2.2 Pembuatan blanko dan larutan berwarna (untuk pengujian)


Larutan blanko yang digunakan pada penelitian ini adalah air putih sebanyak 3 sendok
makan yang diletakkan didalam gelas plastik. Berikutnya untuk pembuatan larutan berwarna
dilakukan deng melarutkan pewarna pada air putih dengan kosentrasi yang berbeda. Pada
percobaan ini pewarna yang digunakan aadalah pewarna makanan berwarna hijau. Pewarna
tersebut dilarutkan kedalam 3 sendok makan air dengan konsentrasi yang digunakan yaitu, sampel
satu menambahkan 2 tetes pewarna, sampel dua menambahkan 3 tetes pewarna dan sampel ketiga
menambahkan 4 tetes pewarna.
3.2.3 Pengambilan gambar
Pengambilan gambar dilakukan dengan menyiapkan 3 larutan berwarna yang telah dibuat
dengan konsentrasi berbeda dan 1 larutan blanko. Dilakukan pemotretan pada 4 sampel tersebut di
ruang terbuka dengan pencahayaan terang dan dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Lalu, dilakukan
pengulangan pemotretan pada 4 sampel tersebut didalam box yang telah dibuat, pemotretan
dilakukan dengan pengulangan sebanyak 3 kali pada setiap sampel. Kemudian, dicari nilai RGB
pada hasil pemotretan dengan software Image J.

3.2.4 Penentuan Nilai RGB menggunakan Image J


Penentuan nilai RGB dilakukan dengan cara yakni, dengan mendownload aplikasi Image J
yang akan digunakan pada Search Engine kemudian diinstal dan siap untuk digunakan, selanjutnya
masukkan file (hasil foto) dengan memilih menu file kemudian open, jika hasil foto sudah keluar,
lanjutkan penentuan nilai RGB dengan cara pilih Plugins, lalu Analize kemudian akan keluar
beberapa pilihan, pilih RGB Measure. Akan keluar nilai RGB yang dicari. Data yang telah
diperoleh diambil sebagai data yang akan diolah menggunakan aplikasi MS Excell, untuk
menentukan nilai absorbansi dan RSD.
Bab IV
Hasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Intensitas warna RGB dan Absorbansi

4.1.1 Pemotretan Luar


INTENSITAS WARNA
KONSENTR RED GREEN BLUE
ASI I II III I II III I II III
167,1 153,8 154,2 166,2 160,5 161,4 173,6 180,3 182,2
0
21 15 75 32 57 44 12 06 92
82,90 80,83
2 3,022 5,25 3,314 81,39 2,852 3,529 3,865
3 7
66,07 64,36
3 5,703 5,825 5,751 64,93 2,935 2,999 2,928
4 9
57,91 56,48 58,55
4 8,015 7,241 8,499 3,195 3,208 3,557
9 7 3

ABSORBANSI
KONSE RED GREEN BLUE
NTRASI I II III I II III I II III
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1,7427 1,4668 1,6679 0,3101 0,2870 0,3004 1,7844 1,7083 1,6736
2
36566 39386 43051 43582 58998 11722 30219 58521 18112
1,4669 1,4217 1,4285 0,4006 0,3969 0,3955 1,7719 1,7790 1,7941
3
27654 0276 52187 84031 52483 76506 71635 33713 96537
1,3191 1,3272 1,2589 0,4578 0,4536 0,4404 1,7351 1,7497 1,7096
4
27499 00142 27726 93575 80735 72758 08878 75819 83745
4.1.2 Pemotretan didalam Box

INTENSITAS WARNA
KONSENTR RED GREEN BLUE
ASI I II III I II III I II III
219,1 218,8 220,6 205,0 204,8 205,2 188,4 186,4 185,9
0
27 87 51 92 28 17 65 56 22
94,37 91,13 81,56
2 4,432 3,029 4,053 3,957 2,821 3,638
7 6 7
122,4 122,0 120,8
3 8,622 7,822 9,077 6,46 5,67 6,763
18 52 39
13,27 10,18 70,94 74,72 74,52 10,04
4 8,63 7,368 5,854
5 1 7 4 2 7

ABSORBANSI
KONSE RED GREEN BLUE
NTRASI I II III I II III I II III
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1,6940 1,8589 1,7359 0,3370 0,3516 0,4006 1,6778 1,8201 1,7084
2
96141 20696 29296 82552 99361 98845 64659 73277 68088
1,4050 1,4469 1,3857 0,2241 0,2248 0,2300 1,4649 1,5169 1,4391
3
87874 02157 63565 0344 44424 06212 98191 93304 91395
1,2176 1,3324 1,4076 0,4610 0,4379 0,4399 1,2731 1,4032 1,5018
4
61363 29532 95104 14684 29213 28833 94307 26746 78064
4.2 Nilai RSD
4.2.1 Pemotretan Luar

NILAI RSD
KONSENTRASI
R G B
0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
2 8,776150737 3,873442085 3,291039286
3 1,693822113 0,664443956 0,637347629
4 2,865809459 2,016768594 1,171522502

4.2.2 Pemotretan didalam Box

NILAI RSD
KONSENTRASI
R G B
0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
2 4,85981811 9,175218708 4,316158148
3 2,212335467 1,420778917 2,689013472
4 7,2539581 2,865910891 8,235420955

4.3 Pemabahasan

Pada praktikum ini mempelajari materi mengenai pencitraan digital yang merupakan suatu
metode koloririmetri menggunakan software untuk menghasilkan intensitas pada masing-masing
warna komplementer, yaitu merah, hijau dan biru kemudian dilakukan pengolahan dalam
penentuan absorbansi dengan persamaan Lambert Beer. Pada praktikum ini langkah awal yang
dilakukan adalah membuat suatu box menggunakan kardus bekas, larutan blanko dan larutan
berwarna dengan berbagai macam konsentrasi. Pembuatan box ditujukan untuk pembanding antara
pengambilan gambar dilar box (cahaya penuh), didalam box (minim cahaya). Yang mana box
dibuat untuk dapat mengontrol faktor-faktor kesalahan dalam pengambilan gambar
Larutan blanko yang digunakan pada penelitian ini adalah air putih sebanyak 3 sendok
makan yang diletakkan didalam gelas plastik. Berikutnya untuk pembuatan larutan berwarna
dilakukan dengan melarutkan pewarna (pewarna hijau) pada air putih dengan kosentrasi yang
berbeda. Pada percobaan ini pewarna yang digunakan aadalah pewarna makanan berwarna hijau.
Pewarna tersebut dilarutkan kedalam 3 sendok makan air dengan konsentrasi yang digunakan yaitu,
sampel satu menambahkan 2 tetes pewarna, sampel dua menambahkan 3 tetes pewarna dan sampel
ketiga menambahkan 4 tetes pewarna.
Berikutnya dilakukan pengambilan gambar. Pengambilan gambar yang dilakukan pada
sampel dan larutan blanko dilakukan pada ruang terbuka dengan pencahayaan terang dan didalam
box dengan minim pencahayaan, proses pengambilan gambar ini dilakukan replikasi sebayak 3x
pada masing masing sampel dan larutan blanko. Kemudian, dicari nilai RGB dari hasil
pengambilan gambar menggunakan software image J
Hasil pencitraan yang sudah didapatkan dengan menggunakan kamera HP selanjutnya
dilakukan analisis menggukan Software IMAGE J. Hasil yang didapatkan yaitu berupa data
intensitas dari 3 komponen warna yaitu merah (R), hijau (G), dan biru (B). data yang diperoleh
kemudian diubah menjadi nilai absorbansi dengan menggunakan persamaan Lambert Beer.
�0
Absorbansi = log �

Keterangan :
- I = nilai intensitas larutan uji
- I0 = nilai intensitas larutan standar (blanko)

Jika dipahami secara teoritis semakin tinggi konsentrasi maka nilai absorbansi berbanding
lurus dengan konsentrasi. Akan tetapi hasil yang didapatkan pada praktikum ini berbanding terbalik,
pada pengambilan gambar diruang terbuka dengan pencahayaan penuh, komponen merah (R) justru
menurun, dalam artian semakin besar konsentrasi yang diberakan nilai absorbansinya semakin kecil,
kemudian pada komponen biru (B) pun sama halnya dengan komponen merah (R) hal ini
kemungkinan besar disebabkan komponen warna merah dan biru pada larutan hanya sedikit atau
telah terjasi polarisasi cahaya yang diserap oleh komponen warna merah (R) dan biru (B), dan pada
komponen warna hijau (G) berbanding lurus dengan konsentrasi yang ditambahkan, hal ini
mungkin terjadi karena komponen warna hijau didalam larutan besar/ banyak, karena pewarna
yang digunakan adalah warna hijau. Begitupun pada hasil pemotretan didalam box (minimcahaya),
terjadi penurunan nilai absorbansi pada komponen warna merah (R) dan biru (B).
Pada literatur dijelaskan penyebab nilai absorbansi berbanding terbalik dengan konsentrasi
yang ditambahkan, yaitu :
1. Serapan oleh kuvet atau wadah, hal ini mungkin yang terjadi karena wadah yang
digunakan adalah gelas plastik, sehingga cahaya dapat dengan mudah terserap dan
mengakibatkan hasil yang berbanding terbalik
2. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah
atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai
dengan kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui pengenceran atau
pemekatan).
Berikutnya, dilakukan pembandingan nilai absorbansi yang didapat dengan menghitung
nilai relative standart deviasi atau RSD dari hasil pemotretan di luar box maupun di didalam box
untuk masing- masing konsentrasi. Pada praktikum ini hasil nilai relative standart deviasi atau RSD
menunjukkan bahwa pemotretan di luar box lebih baik dari pada pemtretan di dalam box. Nilai
RSD presisi keterulangan yang diterima untuk senyawa dengan kadar 100 adalah tidak lebih dari
4%. Pada pemotretan di luar box terdapat 1 keterulangan yang tidak dapat diterima. Sedangkan
pada pemotretan di dalam box terdapat 5 keterulangan yang tidak dapat diterima. Hal ini mungkin
disebabkan karena pemotretan didalam box terganggu oleh blitz dari kamera HP yang tidak stabil
pada setiap pengambilan gambarnya kemudian juga dapat disebabkan pada pengujian
menggunakan software Image J titik pengambilan RGBnya berubah ubah atau berbeda.
Bab V
Penutup

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh menunjukan hasil yang bisa dikatakan tidak
sesuai dengan teori. Karena nilai absorbansi yang didapatkan berbanding terbalik dengan
konsentrasi yang telah ditentukan, dimana nilai absorbansi yang seharusnya meningkat seiring
meningkatnya konsentrasi yang ditambahkan justru terjadi penurunan disetiap penambahan
konsentrasi pada komponen warna merah (R) dan biru (B) baik dari gambar yang diperoleh pada
pemotretan diluar (cahaya maksimum) ataupun pemotretang yang dilakukan didalam box (cahaya
minimum). hal ini menunjukan bawasannya polarisasi cahaya yang terserap pada komponen warna
merah (R) dan biru (B) hanya sedikit atau terdapat kemungkinan komponen penyusun warna
Merah (R) dan biru (B) dalam larutan tersebut hanya sedikit. Kemudian nilai RSD yang didapatkan
dari hasil pemotretan menunjukan jika pemotretan diluar box lebih baik dari pada dialam box.
Daftar Pustaka

Achamd. Sugandi dkk .(2005). Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES
Ahmad, Usman. 2005. Pengolahan Gambar Digital dan Tekhnik Pemrogramannya. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Hestiningsih, Idhawati, Pengolahan Citra, Teknik Informatika.2007.

Munir, Rinaldi. 2004. Pengolahan Citra Digital Dengan Pendekatan Algoritmik. Informatika.
Bandung

Suhandy, Diding dan U. Ahmad. 2003. Pengembangan Image Processing untuk Menduga
kemasakan Buah Manggis Segar. Buletin Keteknikan Pertanian. Vol. 17, No. 02

Woods, Richard E., Gonzales, Rafael E. 2008. Digital Image Processing Third Edition. Pearson
Education. New Jersey.
Lampiran

Diluar Box.
Didalam Box

Anda mungkin juga menyukai