Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENAPISAN & APLIKASI


ANALISIS Asam Borat (Boraks)

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Penapisan & Aplikasi


yang Dibimbing oleh Riska Yudhistia Asworo, S.si.,M.si.

Disusun Oleh :
Muhammad Sofyan Novrizal (P17120191012)

PRODI D3 ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021
Bab I

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan makanan juga semakin


meningkat. Hal tersebut menyebabkan muncul berbagai produk makanan dengan berbagai
variasi agar lebih awet, menarik dan menguntungkan. Namun dewasa ini sering ditemukan
berbagai produk makanan yang diberi bahan tambahan berupa bahan penyedap, pewarna
dan pengawet yang berbahaya.

Sudah tidak asing lagi dugaan adanya kandungan pewarna tekstil, formalin dan
boraks dalam beberapa produk makanan terutama jajanan ringan yang dijajakan di pinggir
jalan atau di sekolah-sekolah. Bakso, sosis, tempora merupakan sebagian jajanan yang
sering ditambah boraks untuk mengenyalkan dan membuat warnanya lebih bersih. Badan
Pemeriksa Obat dan Makanan (BP-POM) sering melakukan sidak ke berbagai tempat dan
menemukan beberapa makanan yang diberi bahan tambahan boraks.

Boraks merupakan bahan yang dikenal untuk industri farmasi sebagai ramuan obat
misalnya salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata. Boraks
juga digunakan sebagai bahan solder, pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu. Jika
boraks terdapat pada makanan maka dalam jangka waktu yang lama akan menumpuk pada
otak, hati, lemak dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan
demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan,
kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang, pingsan bahkan kematian (Saeful
Karim, 2008).

Berbahayanya boraks bagi tubuh manusia sudah banyak diketahui oleh masyarakat
umum, namun demikian belum banyak masyarakat yang mengetahui cara mendeteksi
boraks dalam makanan. Kebanyakan untuk mengetahui kandungan boraks dalam makanan
dilakukan melalui uji labolatorium oleh praktisi akademis. Untuk itu perlu dilakukan upaya
penelitian mendeteksi kandungan boraks dalam makanan yang lebih sederhana, mudah dan
dapat dilakukan secara langsung oleh semua kalangan masyarakat.
Kunyit merupakan salah satu bahan pewarna alami makanan. Kunyit juga dapat
menyebabkan perubahan warna jika dicampur dengan zat-zat tertentu seperti lemak dan
minyak.

Ekstrak kunyit dapat digunakan sebagai pendeteksi boraks karena mengandung


senyawa kurkumin. Kurkumin dapat mendeteksi adanya kandungan boraks pada makanan
karena kurkumin mampu menguraikan ikatan-ikatan boraks menjadi asam borat dan
mengikatnya menjadi kompleks warna rosa atau yang biasa disebut dengan senyawa
boronsiano kurkumin kompleks.

1.2 Tujuan Praktikum

A. Mahasiswa mampu melakukan deteksi cepat asam borat/ Boraks menggunakan


bahan yang ada di sekelilingnya
B. Mahasiswa mampu mempelajari lebih lanjut mengenai uji asam borat/ Boraks
menggunakan kunyit (Kurkumin)
C. Mahasiswa mampu memahami materi mengenai asam borat/ Boraks

1.3 Manfaat Praktikum

A. Diharapkan dengan adanya materi mengenai uji kualitatif asam borat/ Boraks
menggunakan kunyit, dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari untuk
melakukan deteksi cepat.

B. Diharapkan Mahasiswa dapat membagikan Pengalaman atau ilmunya dalam


mendeteksi asam borat/ Boraks pada makanan, kepada sanak saudara ataupun
orang orang lain yang mereka kenal, dan dapat memberikan penyuluhan tentang
berbahayanya boraks terhadap tubuh. Agar masyarakat disekeliling mereka
minimal mengetahui tentang boraks .
Bab II
Tinajuan Pustaka

Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak
diizinkan untuk digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa
kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil
pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan
asam borat (Syah, 2005).

Senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut : jarak lebur
sekitar 171oC. Larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian gliserol
85% dan tak larut dalam ester. Kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan asam
klorida, asam sitrat, atau asam tartarat. Mudah menguap dengan pemanasan dan kehilangan
satu molekul airnya pada suhu 100oC yang secara perlahan berubah menjadi asam
metaborat (HBO2). Asam borat merupakan asam lemah dan garam alkalinya bersifat basa.
Satu garam asam borat larut sempurna dalam 30 bagian air, menghasilkan larutan yang
jernih dan tak berwarna. Asam borat tak tercampur dengan alkali karbonat dan hidroksida
(Cahyadi, 2006).

Hasil percobaan menggunakan tikus menunjukkan bahwa boraks bersifat


karsinogenik. Selain itu bahaya boraks juga dapat menyebabkan gangguan pada bayi,
proses reproduksi, iritasi pada lambung, dan gangguan pada ginjal, hati, dan testis (Suklan
H, 2002).

Dosis pemakaian tertinggi yaitu 10- 20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg
berat badan anak-anak akan menyebabkan keracunan bahkan kematian. Sedangkan dosis
terendah yaitu dibawah 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan kurang dari 5 gr/kg
berat badan anak-anak. Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam
hingga seminggu setelah mengonsumsi atau kontak dalam dosis toksis. Gejala klinis
keracunan boraks biasanya ditandai dengan hal-hal berikut
(Saparinto dan Hidayati, 2006):

a. Sakit perut sebelah atas, muntah dan mencret


b. Sakit kepala, gelisah
c. Penyakit kulit berat
d. Muka pucat dan kadang-kadang kulit kebiruan
e. Sesak nafas dan kegagalan sirkulasi darah
f. Hilangnya cairan dalam tubuh
g. Degenerasi lemak hati dan ginjal
h. Otot-otot muka dan anggota badan bergetar diikuti dengan kejang-kejang
i. Kadang-kadang tidak kencing dan sakit kuning.
j. Tidak memiliki nafsu makan, diare ringan dan sakit kepala, dan
k. Kematian.

Pada dasarnya penambahan boraks bertujuan untuk memberikan tekstur


padat, meningkatkan kekenyalan, kerenyahan dan memberikan rasa gurih serta
bersifat tahan lama terutama pada makanan yang mengandung pati. Makanan
tersebut dapat dengan mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional maupun di
swalayan-swalayan. Hal ini tentu merugikan para konsumen (Fuad, 2014).

Berdasarkan data yang dihimpun oleh BPOM pada tahun 2005 bahwa bahan
makanan yang menduduki peringkat teratas mengandung boraks adalah ikan laut,
mie basah, tahu dan bakso (Fardiaz, 2007), Makanan mengandung boraks akan
terserap oleh darah dan disimpan dalam hati. Karena tidak mudah larut dalam air
boraks bersifat kumulatif.

Cara cepat dan relatif sederhana dalam memganalisa kandungan boraks


dalam makanan adalah dengan memanfaatkan bahan-bahan sehari-hari yang
tersedia di rumah. Pengujian secara kualitatif menggunakan uji kertas warna
kurkumin, dapat diganti dengan penggunaan bumbu dapur yaitu kunyit. Pengujian
dengan menggunakan alat dan bahan yang sederhana ini diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh ibu rumah tangga untuk mengetahui dan membedakan produk
olahan makanan yang mengandung boraks secara cepat dan efisien.
Ekstrak kunyit dapat digunakan sebagai pendeteksi boraks karena
mengandung senyawa kurkumin. Kurkumin dapat mendeteksi adanya kandungan
boraks pada makanan karena kurkumin mampu menguraikan ikatan-ikatan boraks
menjadi asam borat dan mengikatnya menjadi kompleks warna rosa atau yang biasa
disebut dengan senyawa boronsiano kurkumin kompleks.

Boraks bersifat basa lemah dengan pH 9,15-9,20. Sedangkan sifat kimia


kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga pada suasana asam dan berwarna
merah pada suasana basa. Bentuk kristal berwarna kuning orange, tidak larut dalam
eter dan larut dalam minyak. Maka, ketika makanan yang mengandung boraks
diteteskan pada kertas kunyit, kertas kunyit akan mengalami perubahan warna
menjadi merah bata (Aeni, 2017).
Bab III
Metodologi
3.1 Alat & Bahan
Alat Bahan
1. Kertas saring 1. Kunyit
2. Kertas foto 2. Alkohol 70 %
3. Pipet tetes 3. Lem
4. Wadah 4. Cilok (sampel)
5. Parutan 5. Lontong (sampel)
6. Pisau 6. Kerupuk puli (Sampel)
7. Saringan
8. Gunting

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Metode 1 (membran tester)

Pembuatan alat tester dari kertas karton diawali dengan menggunting spesiemen
dengan ukuran 1 x 5 cm atau sesuai dengan kehendak. Kertas karton yang dipakai adalah
kertas karton yang dicoating dengan plastik dalam percobaan ini kertas yang digunakan
adalah kertas foto, agar zat indikator yang diinjeksi tidak terserap kedalam serat karton,
kemudian membuat ekstrak kunyit, dengan cara memarut kunyit dan mengambil
ekstraknya.

Pada pembuatan membrane dengan menggunakan lem kertas sebagai perekat antara
permukaan karton dengan membran. kemudian diberikan lem berbentuk bulat dengan
diameter 0,5 cm. Setelah itu dibubuhkan diatas permukaan lem dengan tepung tapioka
sebagai membrane dan dipanaskan selama 10 menit dalam oven pada suhu 35oC atau
dibawah sinar matahari selama lebih kurang 20 menit atau sampai kelihatan kering.
Selanjutnya menginjeksikan ekstrak kunyit ke membran yang sudah dibuat
Indikator yang diinjeksikan sebanyak 1 tetes pada setiap tester. Sampel yang digunakan
bersifat cair atau jika berbentuk zat padat seperti lontong atau bakso sebaiknya dilarutkan
sedikit terlebih dahulu dengan air aquades. Indikator tester ini adalah perubahan warna,
jika sampel direaksikan dengan zat indikator mengalami perubahan warna ini diindikasikan
adanya borax didalam sampel. (perubahan warna pada tester menjadi coklat tua atau merah
bata).

3.2.2 Metode 2 (Kertas Tunik)

Kupas kulit kunyit, dicuci, diparut, diambil airnya dan ukur berapa ml air kunyit
yang didapat, misal mendapatkan 50 ml air kunyit, Tambahkan sebanyak 10% alkohol
70% maka alkohol 70% yang ditambahkan sebanyak 5 ml. Aduk sampai merata dan
dipindahkan ke wadah yang lebih lebar. Lalu ambil kertas saring, gunting persegi ukuran 8
x 8 cm dan celupkan dalam air kunyit, bolak balik menggunakan pinset sampai merata
pada seluruh permukaan kertas saring.Kemudian letakkan pada loyang untuk dikeringkan
dengan cara diangin-anginkan. Hingga kering.

Lalu masuk pada tahap pengujian yang dilakukan dengan, Pengecilan ukuran
sampel (±1x1 cm), direndam dalam aquadest (1:10) sampai lembek (± 5 menit), aduk
hingga homogen.Celupkan kertas kunyit selama 1-2 menit (agar lama pencelupan seragam),
bila berubah warna menjadi merah kecoklatan maka sampel dapat dikatakan positif
mengandung boraks.
Bab IV
Hasil dan Pembahasan
4. 1 Hasil

No Sampel Keterangan
1. Kerupuk Puli Positif Mengandung Boraks
2. Cilok Negatif Mengandung Boraks
3. Lontong Negatif mengandung Boraks

4.2 Pemabahsan
Pada praktikum analisis boraks pada makanan yang beredar dipasaran, sampel yang
digunakan dalam praktikum ini ialah : lontong, cilok, dan kerupuk puli. Dipilihnya sampel
tersebut karena ditengarai dalam proses pembuatan makanan tersebut sering ditambahkan
boraks sebagai bahan tambahan pangan.
Dalam percobaan ini didapati hasil (+) positif pada sampel kerupuk puli, (-) negatif
pada sampel cilok dan lontong. Pengujiann pada sampel dilakukan dengan menggunakan
dua metode yaitu, metode kertas membran dan metode kertas tunik, dalam analisis ini
bahan utama / raegen utama yang digunakan untuk melakukan uji kualitatif boraks pada
makanan adalah kunyit yang biasa kita temui sebagai bumbu dapur.

Dari hasil pengujian yang dilakukan terjadi perubahan warna pada teskit yang
dibuat, perubahan warna terjadi ketika digunakan untuk menguji kandungan boraks pada
kerupuk puli, perubahan dari warna kuning menjadi agak kecoklatan, baik pada metode 1
ataupun metode 2. terjadinya perubahan warna tersebut menunjukan bawasannya kerupuk
puli yang diuji/dianalisis mengandung boraks didalamnya. Sedangkan pada pengujian
sampel cilok dan lontong menunjukan hasil negatif karena tidak terjadi perubahan warna
pada teskit.

Perubahan warna yang terbentuk pada sampel positif Menurut Halim (2012) terjadi
karena kurkumin dapat berikatan dengan asam borat yang kemudian akan membentuk
komponen rososianin berwarna merah sehingga dapat digunakan sebagai uji deteksi boraks.

Kurkumin merupakan zat warna alam, selain digunakan untuk pewarna makanan
dan kosmetik, kurkumin juga dipakai sebagai penunjuk adanya boraks pada makanan.
Apabila sampel mengandung boraks, maka kurkumin akan bereaksi dengan boraks (asam
borat) sehingga membentuk senyawa komplex warna rosa atau yang sering disebut kelat
rosasianin yaitu zat yang berwarna merah (Ginting, 2016).

Berikut ini reaksi terbentuknya rosocyanine yaitu larutan berwarna merah


kecoklatan :
Adanya reaksi tersebut yang mengakibatkan sampel yang positif mengandung
boraks didalamnya akan terbentuk warna merah atau coklat kehitaman ketika direaksikan
dengan kurkumin yang terkandung didalam teskit yang dibuat.

4.3 Kesimpulan

Dari hasil praktikum/pengujian dapat disimpulkan bawasannya kerupuk puli


mengandung boraks didalam komposisinya karena ketika dilakukan pengujian baik dengan
metode kesatu ataupun metode kedua terjadi perubahan warna dari kuning berubah
menjadi coklat agak kehitaman.
Daftar Pustaka

Aeni, N., Karim, A., Dali, S. 2017. Analisis Bahan Pengawet pada Ikan Teri
Asin (Stolephorus sp.) dari Pasar Tradisional Kota Makassar. OJP. Hl.10. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Cahyadi, W. 2006. Bahan Tambahan Makanan. Jakarta. Bumi Aksara.

Fardiaz, S. 2007. Bahan Tambahan Makanan. Institut Pertanian Bogor. Bandung.

Fuad, N., R. 2014. Identifikasi Kandungan Boraks Pada Tahu Pasar Tradisional
di Daerah Ciputat. OJP. Hl. 2-3. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta.

Ginting, J.P,S. 2016. Strip tes berbasis kurkumin untuk deteksi boraks pada
sampel makanan. Skripsi. Universitas Jember, Jember. Diakses 25 maret 2019

Halim, Azhar A. 2012. Boron Removal From Aquaous Solution Using


Curcumin-Aided Electrocoagulation. Middle-East

Saparinto, C. Hidayati, D. 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius.

Suklan, H. 2002. Apa dan Mengapa Boraks Dalam Makanan. Penyehatan Air
dan Sanitasi (PAS). Vol. IV No. 7.

Syah, D. dkk. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan.Bogor:


Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Anda mungkin juga menyukai