Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah : Kimia Lingkungan

Dosen Penanggung Jawab : Herlina Susanto Sunuh, SKM., M.Sc

LAPORAN
PEMERIKSAAN BORAKS PADA MAKANAN

DISUSUN OLEH :

Nama : Moh Nurul Ramadhan


Nim : PO7103119049
Kelas : 1 Non Reguler

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

KESEHATAN LINGKUNGAN

2020
A. TUJUAN
Praktikkum kali ini memiliki beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Agar mahasiswa dapat memahami prosedur dan cara uji kualitatif boraks
secara tersusun yang terdapat pada alat tes kit dengan baik dan benar
b. Agar mahasiswa dapat melakukkan prosedur uji kualitatif boraks pada
sampel makanan dengan baik dan benar

B. DASAR TEORI
Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat, berbentuk
kristal lunak. Boraks bila dilarutkan dalam air akan terurai menjadi natrium
hidraksida serta asam borat. Baik boraks ataupun asam borat memiliki sifat
antiseptik, dan biasa di digunakan industry farmasi sebagai ramuan obat misalnya
dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut dan obat pencuci mata.
Boraks umumnya digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas, petisida,
serta campuran pembersih. Bahan ini diketahui memiliki bahaya kesehatan jika
tertelan. Meski demikian, karena berbagai alasan, boraks sering ditambahkan
kedalam makanan.
Boraks tidak jarang digunakan sebagai bahan tambahan dalam berbagai
makanan. Hal itu karena boraks dinilaidapat mengawetkan produk, serta dapat
meningkatkan kerenyahan makanan. Padahal boraks merupakan salah satu bahan
kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Penggunaan boraks ternyata telah di salah gunakan sebagai pengawet
makanan, antara lain di gunakan sebagai pengawet dalam bakso dan mie. Boraks
juga dapat menimbulkan efek racun pada manusia, tetapi makanisme toksisitasnya
berbeda dengan formalir. Boraks yang terdapat dalam makanan akan di serap oleh
tubuh dan simpan secara kumulatif dalam hati, otak, dan testis (buah zakar)
sehingga dosis boraks dalam tubuh menjadi tinggi.
Pada dosis tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala
pusing – pusing , muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil, dan bayi,bila
dosis dalam tubuh mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian.

i
Pada orang dewasa kematian akan terjadi jika dosisnya mencapai 10-20 atau
lebih.
C. PROSEDUR KERJA
Alat dan Bahan
1. Alat
a. Spatula
b. Pipet 5 ml
c. Karet penghisap
d. Tabung reaksi
e. Pipet tetes
f. APD
2. Bahan
a. Pereaksi 1
b. Pereaksi 2
c. Aquadest
d. Sampel
3. Cara Kerja
a. Ambil sampel menggunakan spatula
b. Tambahkan larutan aquadest 2-3 ml
c. Tambahkan pereaksi 1 sebanyak 10-20 tetes
d. Homogenkan larutan beserta sampel secara hati-hati dan tunggu
beberapa saat
e. Celupkan pereaksi 2 yang berupa kertas ke tabung reaksi
f. Tunggu beberapa saat hingga pereaksi 2 terkena matahari hingga 10
menit
g. Jika kertas pereaksi 2 berubah menjadi kemerahan maka tandanya
sampel mengandung boraks
D. PEMBAHASAN
1. Hasil
Diketahui:
Sampel yang di periksa hasilnya yaitu negative karena tidak terjadi
perubahan warna pada kertas pereaksi 2 tersebut
2. Dampak boraks bagi Kesehatan
Konsumsi Boraks atau asam borat dan senyawanya dalam jangka panjang
dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan beberapa
gangguan kesehatan seperti, demam, muntah, mual, mata merah, batuk, sakit
tenggorokan, sakit kepala, diare, sesak napas, dan pendarahan dari hidung.
Jika boraks masuk kedalam tubuh dalam jumlah besar, maka dalam
periode yang singkat dapat menyebabkan beragam masalah Kesehatan yang
sangat serius berupa, gangguan lambung, usus, hati, bahkan gagal ginjal akut
yang dapat menyebabkan kematian.
3. Baku Mutu
PERMENKES RI, No. 33 Tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan dan
Peraturan Badan Pengawas Obat Dan Makanan No. 7 Tahun 2018 tentang
bahan baku yang dilarang dalam pangan olahan

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil uji kualitatif Boraks
pada sampel menunjukkan hasil yang negative karena tidak terjadi perubahan
pada kertas pereaksi menjadi merah dan merah maron. Menurut PERMENKES RI
No. 33 Tahun 2012, tentang bahan tambahan pangan serta menurut Peraturan
BPOM No. 7 Tahun 2018 tentang bahan baku yang di larang dalam pangan
olahan, bahwasanya senyawa ini dilarang ditambahkan dalam pangan olahan
karena mangandung sejumlah zat yang membahayakan bagi Kesehatan.
Adapun saran yang dapat diberikan praktikkum ini adalah
1. Jangan tergesa-gesa dalam melakukkan suatu praktikkum
2. Menguasai prosedur kerja dan mengetahui materi tentang praktikkum tersebut
3. Tentukanlah hasil praktikkum dengan akurat
DAFTAR PUSTAKA

Widyaningsih TD, Murtini ES. 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk
Pangan. Jakarta: Trubus Agrisara

Zeng L M, Wang H Y, Guo Y L. 2010. Fast Quantitative Analysis of Boric Acic


by Gas Chromatography Mass Spectrometry Coupled with a Simple and Selective
Derivatization Reaction Using Triethanolamine. J Am Soc Mass Spectrom. 21:
482 – 485.

Anda mungkin juga menyukai