Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

LEASING SYARIAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Pada Mata Kuliah Fiqih Muamalah Kontemporer
Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu

Oleh:

Moh Nurul Iman 18.3.12.0222


Hasnah Rianti L 18.3.12.0220

Dosen Pembimbing:

Muhammad Syarief Hidayatullah, S.H.I.,M.H

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam. Shalawat
dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
seluruh keluarga, para sahabat, dan pengikutnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Fiqih Muamalah Kontemporer yang berjudul ”Leasing
syariah”.

Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah
berjasa dalam penyusunan makalah ini. Dan juga ucapan terimakasih yang
sebesar-besarnya kami sampaikan kepada yang terhormat Bapak Muhammad
Syarief Hidayatullah, S.H.I.,M.H

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan dan


kekhilafan, atau bahkan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kepada para
pembaca dan para pakar, kami mengharap kritik dan saran demi Terlepas dari
kekurangan-kekurangan makalah ini, kami berharap semoga makalah yang telah
kami susun ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya juga bagi kami sendiri.

ii
Palu, 28 Maret 2020

ii
DAFTAR ISI

LEASING SYARIAH......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iii
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG............................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN.........................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
A. DEFINISI LEASING SYARIAH...........................................................................6
B. DASAR HUKUM LEASING SYARIAH..............................................................9
C. SYARAT DAN RUKUN SERTA PRINSIP AKAD DAN INSTRUMEN
KEUANGAN LEASING SYARIAH...................................................................10
D. PERBEDAAN LEASING SYARIAH DENGAN KONVENSIONAL................11
E. MANFAAT DAN KEUNGGULAN LEASING SYARIAH................................12
BAB III............................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
A. KESIMPULAN....................................................................................................14
B. KRITIK DAN SARAN........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun menjadi semakin marak.
Dengan berkembangnya dunia bisnis ini, kebutuhan dana menjadi hal yang tak
dapat dielakkan lagi baik oleh kalangan usahawan perseorangan maupun
usahawan yang tergabung dalam suatu badan hukum di dalam mengembangkan
usahanya maupun di dalam meningkatkan mutu produknya, sehingga dapat
dicapai suatu keuntungan yang memuaskan maupun tingkat kebutuhan bagi
kalangan lainnya.

Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, saat ini semakin banyak orang yang
mendirikan suatu lembaga pembiayaan yang bergerak di bidang penyediaan dana
ataupun barang yang akan dipergunakan oleh pihak lain di dalam
mengembangkan usahanya. Lembaga pembiayaan tersebut merupakan lembaga
keuangan nonbank. Yang membedakan lembaga pembiayaan dengan bank adalah
bank mengambil dana secara lansung dari masyarakat sedangkan lembaga
pembiayaan tidak mengambil dana secara langsung dari masyarakat.

Salah satu lembaga pembiayaan yang berkembang pesat saat ini adalah sewa guna
usaha atau biasa disebut juga dengan Leasing. Saat ini, leasing merupakan salah
satu cara perusahaan memperoleh asset atau kepemilikan tanpa harus melalui
proses yang berkepanjangan. Semuanya telah diatur oleh perusahaan leasing yang
disediakan oleh berbagai perusahaan. Leasing juga merupakan salah satu langkah
penghindaran resiko tinggi yang saat ini sudah disadari oleh para usahawan yang
ada. Pada kesempatan kali ini, kami akan mencoba membahas tentang
pembiayaan dalam perbankan syariah, yaitu Leasing atau disebut juga Ijarah.

5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah,
sebagai berikut:
2. Bagaimana definisi leasing syariah secara luas?
3. Bagaimana dasar hukum leasing syariah?
4. Bagaimana syarat dan rukun serta prinsip akad dan instrumen keuangan
leasing syariah?
5. Bagaimana perbedaan leasing syariah dengan leasing konvensional?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
2. Untuk mengetahui definisi leasing syariah secara luas.
3. Untuk mengetahui dasar hukum leasing syariah.
4. Untuk memahami syarat dan rukun serta prinsip akad dan instrumen
keuangan leasing syariah.
5. Untuk memahami perbedaan leasing syariah dengan leasing konvensional.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI LEASING SYARIAH

Istilah leasing berasal dari bahasa inggris to lease yang berarti menyewakan.
Perusahaan leasing di Indonesia disebut perusahaan sewa guna usaha. Kegiatan
usahanya bergerak di bidang pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal
yang diinginkan oleh nasabah. Pembiayaan di sini artinya jika nasabah
membutuhkan barang-barang modal seperti peralatan kantor atau mobil dengan
cara disewa atau dibeli secara kredit, maka pihak leasing dapat membiayai
keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian.

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK. 012/ 2006 tentang


Perusahaan Pembiayaan yang dimaksud dengan sewa guna usaha adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha
dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi
(operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Dengan demikian,
sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa menyewa.
Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi
dengan harga berdasarkan nilai sisa.

Sedangkan, yang dimaksud dengan sewa guna usaha (leasing) syariah menurut
surat Keputusan Bersama Mentri Keuangan dan Mentri Perdagangan dan Industri
Republik Indonesia No. KEP- 122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan
Nomor 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 adalah kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak

7
opsi (finance lease) maupun sewa guna tanpa hak opsi (operating lease) untuk
digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan
tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati
bersama. Leasing terdapat dua kategori yaitu:

1. Operating Lease yaitu suatu proses menyewa suatu barang hanya untuk
mendapatkan manfaat barang yang disewanya, sedangkan barangnya itu
sendiri tetap merupakan milik bagi pihak pemberi sewa. Sewa jenis operating
lease sama dengan konsep ijarah di dalam syariah islam.
2. Financial Lease yaitu suatu bentuk sewa dimana kepemilikan barang tersebut
berpindah dari pihak pemberi sewa kepada penyewa. Jika dimana akhir sewa
pihak penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut tetap menjadi
milik pemberi sewa (perusahaan leasing). Akadnya dianggap sebagai akad
sewa. Sedangkan jika pada masa akhir sewa pihak penyewa dapat melunasi
angsurannya maka barang tersebut menjadi milik penyewa. Intinya dalam
financial lease tersebut terdapat dua proses akad sewa dan akad beli (sewa-
beli) atau Ijarah muntahiyah bit tamlik (IMBT)

Dalam setiap transaksi leasing terdapat paling tidak 5 pihak yang


berkepentingan, yaitu:[1]

a. Lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang dan dapat terdiri dari
beberapa perusahaan. Lessor disebut juga investors, equity, holders,
owner, participants atau trusters. Lessor merupakan perusahaan yang
menyediakan jasa pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang
modal. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk mendapatkan
kembali biaya yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan
barang modal dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam
operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari

8
penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan
pemeliharaan serta pengoperasian barang modal tersebut.
b. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan
dalam bentuk barang modal dari lessor. Lessee dalam financial lease
bertujuan untuk mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan
dengan cara pembayaran angsuran atau berkala. Pada akhir kontrak,
lessee memiliki hak opsi untuk membeli barang tersebut berdasarkan
nilai sisa. Dalam operating lease, lease dapat memenuhi kebutuhan
peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat tersebut
tanpa risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
c. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau
menyediakan barang untuk dijual kepada lessee dengan pembayaran
secara tunai oleh lessor. Dalam mekanisme financial lease, supplier
langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak lessor
sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam
operating lease, supplier menjual barangnya langsung kepada lessor
dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, yaitu
secara tunai atau berkala.
d. Bank, terlibat secara tidak langsung dalam kontrak tersebut, namun pihak
bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor
terutama dalam mekanisme leverage lease dimana sumber dana
pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank. Pihak supplier juga
kemungkinan menerima kredit dari bank untuk memperoleh barang yang
nantinya dijual sebagai objek leasing kepada lessee atau lessor. Untuk
leasing syariah bank yang menyediakan dana, wajib melalui bank dengan
prinsip syariah juga.
e. Asuransi, merupakan perusahaan yang akan menanggung risiko terhadap
perjanjian antara lessor dengan lessee. Di mana dalam hal lessee
dikenakan biaya asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan
akan menanggung risiko dari barang yang dileasingkan sebesar sesuai
dengan perjanjian. Untuk usaha leasing syariah, objek yang

9
diasuransikan wajib diasuransikan pada perusahaan asuransi dengan
prinsip syariah juga.

B. DASAR HUKUM LEASING SYARIAH

Adapun dasar hukum leasing syariah yaitu menurut Al-Qur’an dan Hadits adalah,
(QS. Az-Zukhruf : 32) dan (QS. Al-Qashash: 26)

َ ‫أَهُ ْم يَ ْق ِس ُموْ نَ َرحْ َمتَ َربِّكَ نَحْ نُ قَ َس ْمنَا بَ ْينَهُ ْم َّم ِع ْي َشتَهُ ْم فِي ْال َحيَ َو ِة ال ُّد ْنيَا َو َرفَ ْعنَا بَ ْع‬
‫ضهُم‬

َ‫ك خَ ْي ٌر ِّم َّما يَجْ َمعُوْ ن‬


َ ِّ‫ت َرب‬ ُ ‫ت لِّيَتَّ ِخ َذ بَ ْع‬
ُ ‫ضهُ ْم بَ ْعضًا س ُْخ ِريًّا َو َرحْ َم‬ ٍ ‫ْض د ََر َج‬ َ ْ‫فَو‬
ٍ ‫ق بَع‬

“Apabila mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan


antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar
sebagian meraka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu
lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Qs. Az-Zukhruf: 32)

ُ‫ت ا ْستَ ْئ ِجرْ هُ إِ َّن خَ ْي َر َم ِن ا ْستَ ْئ َجرْ تَ ْالقَ ِويُّ اأْل َ ِمين‬
ِ َ‫ت إِحْ َدهُ َما يَأ َ ب‬
ْ َ‫قَا ل‬

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai
orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang
kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”
(Qs. Al-Qashash:26)

Adapun dasar hukum leasing dalam hadits adalah, Hadist Rasulullah SAW yang
artinya:

“Berikanlah upah atau jasa kepada orang yang kamu pekerjakan, sebelum kering
keringat mereka” (HR.Abu Ya’la, Ibnu Majah, at-Tabrani dan at-Tirmidzi)

Sedangkan, landasan hukum di Indonesia menurut:

1. Fatwa DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang al-Ijarah al-Muntahiyah bi


al-Tamlik (sewa-beli).[2]

10
2. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
senin,10 Desember 2007 menerbitkan 2 peraturan tentang leasing syariah
yaitu:
a) Peraturan Ketua Bapepam-LK No Per-03/BL/2007 tentang kegiatan
perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
b) Peraturan Ketua Bapepam-LK No Per-04/BL/2007 tentang akad-akad
yang digunakan dalam kegiatan perusahaan pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah

C. SYARAT DAN RUKUN SERTA PRINSIP AKAD DAN INSTRUMEN


KEUANGAN LEASING SYARIAH
1. Sebagai suatu transaksi umum, leasing baru dianggap sah apabila telah
memenuhi rukun dan syaratnya. Adapun rukun dan syarat leasing adalah:
2. Kedua orang yang berakad telah baligh dan berakal.
3. Adanya kerelaan dari kedua belah pihak untuk melakukan akad.
4. Objek ijarah harus diketahui secara sempurna agar tidak ada perselisihan di
kemudian hari, memiliki manfaat, tidak cacat, dan halal menurut syara’.
5. Barang yang disewakan tidak terpaut utang.
6. Objek leasing diserahkan dan dipergunakan secara langsung.
7. Mengenai upah sewa harus jelas.
8. Objek akad sesuatu yang biasa disewakan, seperti mobil, motor, rumah dan
lain-lain.

Adapun prinsip akad dan instrumen keuangan adalah sebagai berikut:

1. Sewa (Ijarah)

Ijarah dalam pembiayaan Leasing adalah akad penyaluran dana untuk


pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu
dengan pembayaran sewa (ujroh), antara perusahaan pembiyaan sebagai
pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (Musta’jir) tanpa diikuti pengalihan
kepemilikan barang itu sendiri.

11
2. Sewa diakhiri dengan beli (Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik)

Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik adalah akad penyaluran dana untuk


pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu
dengan pembayaran sewa (ujroh) antara perusahaan pembiayaan sebagai
pemberi sewa (mu’ajjir) dengan penyewa (musta’jir) disertai opsi
pemindahan hak milik atas barang yang disewa kepada penyewa setelah
selesai masa sewa.

D. PERBEDAAN LEASING SYARIAH DENGAN LEASING KONVENSIONAL

Adapun perbedaan antara leasing syariah dengan leasing konvensional dapat


dilihat dalam tabel berikut ini:

No Aspek Leasing syariah Leasing


konvesional
1. Leasing Syariah Mengacu pada hukum Mengacu pada
Syariah dan hukum positif hukum positif saja
2. Isi perjanjian Dijelaskan secara rinci biaya Tidak dijelaskan
modal, margin, asuransi, secara rinci
administrasi dan lain-lain
3. Tingkatkeuntungan Margin laba Bunga uang
4. Denda Menjadi dana sosial Menjadi pendapatan
perusahaan
5. Jika ada pelunasan Nasabah tidak dikenakan Nasabah tetap
lebih awal biaya administrasi dikenakan biaya
(Administrasi Nol) administrasi
6. Jika pelunasan lewat Tidak ada istilah bunga Dikenakan bunga
jatuh tempo berjalan berjalan
7 Bentuk transaksi IMBT dengan obyeknya Pinjam meminjam

12
barang sehingga merupakan obyeknya uang
transaksi sewa beli atau BBA dengan mekanisme
(Bai’ Bitsaman ajil) yaitu jual bunga
beli dengan cicilan
pembayaran
8 Discount Apabila ada discount unit, Apabila ada discount
maka discount menjadi milik unit, maka discount
nasabah dengan mengulangi bisa untuk dealer
harga jual atau milik nasabah
9 Asuransi Memakai asuransi Syariah Memakai asuransi
konvensional
10 Pengawasan Dewan Penasehat Syariah Otoritas Jasa
dan Otoritas Jasa Keuangan Keuangan (OJK)
(OJK)
11 Sumber dana Bank Syariah Bank Konvensional

E. MANFAAT DAN KEUNGGULAN LEASING SYARIAH

Manfaat dan keunggulan dari kegiatan atau industri sewa guna usaha/leasing
antara lain:

1. Leasing/sewa guna usaha dapat dijadikan sebagai salah satu sumber dana bagi
pengusaha yang membutuhkan barang modal, selama jangka waktu tertentu
dengan membayar sewa.
2. Usaha leasing/sewa guna usaha dapat memberikan pembiayaan dalam waktu
yang cepat.
3. Dengan perjanjian leasing/sewa guna usaha, suatu perusahaan akan terasa
lebih menghemat dalam hal pengeluaran dana tunai dibanding dengan
membeli secara tunai.
4. Mempunyai keunggulan–keunggulan sebagai alternative baru bagi
pembiayaan di luar sistem perbankan, misalnya :

13
a) Proses pengadaan peralatan modal relative lebih cepat dan tidak
memerlukan jaminan kebendaan, prosedurnya sederhana dan tidak ada
keharusan melakukan studi kelayakan yang memakan waktu lama.
b) Pengadaan kebutuhan modal alat–alat berat dan mahal dengan teknologi
tinggi amat meringankan terhadap kebutuhan cash flow-nya mengingat
sistem pembayaran cicilan berjangka panjang.
c) Posisi cash flow perusahaan akan lebih baik dan biaya–biaya modal
menjadi lebih murah dan menarik.
d) Perencanaan keuangan perusahaan lebih mudah dan sederhana.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sewa guna usaha (leasing) syariah menurut surat Keputusan Bersama


Mentri Keuangan dan Mentri Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No.
KEP- 122/MK/IV/2/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974, dan Nomor 30/Kpb/I/1974
tanggal 7 Februari 1974 adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
maupun sewa guna tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh
penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan
pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut
untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang
jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah disepakati bersama.
Adapun dasar hukum leasing syariah yaitu menurut Al-Qur’an ada di dalam (QS.
Az-Zukhruf : 32) dan (QS. Al-Qashash: 26). Rukun dan syarat leasing yaitu:
Kedua orang yang berakad telah baligh dan berakal, Adanya kerelaan dari kedua
belah pihak untuk melakukan akad, Objek ijarah harus diketahui secara sempurna
agar tidak ada perselisihan di kemudian hari, dan lain sebagainya.

Prinsip akad dan instrumen keuangan yaitu sebagai berikut: Sewa (Ijarah)
dan Sewa diakhiri dengan beli (Ijarah Muntahiyah bi at-Tamlik). Perbedaan antara
leasing syariah dengan leasing konvensional yaitu: Dalam kerangka hukum ,
leasing syariah mengacu pada hukum Syariah dan hukum positif. Sedangkan,
leasing konvensional lebih mengacu pada hukum positif saja, dan lain sebagainya.
Mekanisme yang dilakukan di sector Perbankan Syariah sebagai berikut:
Transaksi Ijarah ditandai dengan adanya pemindahan manfaat. Jadi dasarnya
prinsip Ijarah sama saja dengan jual beli. Namun, perbedaan terletak pada obyek
transaksinya, pada Ijarah obyeknya adalah jasa, Pada akhir sewa, bank dapat saja
menjual barang yang disewakan kepada nasabah.

15
B. KRITIK DAN SARAN

Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan.


Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga
dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat dan dijadikan sebagai referensi
dalam mempelajari Lembaga Keuangan Syariah khususnya leasing syariah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddin. 2010. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Rivai, Veithzal dkk. 2010. Islamic Financial Management. Bogor: Ghalia


Indonesia

Soemitra, Andri. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.

17

Anda mungkin juga menyukai