Anda di halaman 1dari 19

A.

Judul
: UJI KANDUNGAN BORAKS DALAM MAKANAN
B. Tujuan :
Agar mahasiswa mengetahui apakah makanan yang diuji mengandung boraks/tidak
C. Praktek ke
:1
D. Kelompok
: 3 (Tiga)
E. Tinjauan Literatur
Berbicara mengenai bahan kimia maka tidak akan terlepas dari bahayanya.
Sekarang ini banyak sekali penggunaan bahan kimia untuk mengawetkan suatu
makanan dan salah satunya adalah bakso, karena bakso termasuk makanan yang
tidak dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama dan para konsumen
beranggapan bahwa pedagang-pedagang bakso yang dagangannya tidak terjual
habis, pasti ada yang menggunakan bahan kimia untuk mengawetkan baksonya.
Kandungan zat berbahaya berupa boraks yang terkandung dalam bakso
bukanlah berita baru. Penambahan boraks untuk bakso memang banyak dilakukan
oleh pedagang-pedagang tidak bertanggung jawab, tetapi hingga kini belum
diperoleh solusi jitu untuk menghentikan praktik ini. Padahal, konsumsi masyarakat
akan bakso tergolong tinggi karena bakso merupakan salah satu makanan favorit
masyarakat. Jadi, masyarakatlah yang menjadi korban akan bahaya zat berbahaya
tersebut yang mengancam kesehatan. Meski masyarakat telah mengetahui
terdapat bakso yang mengandung boraks, tetapi sebagian belum dapat
membedakan antara bakso yang mengandung boraks dengan bakso yang aman
dikonsumsi. Oleh karena itu, pada praktikum ini sangat penting untuk dilakukan
agar dapat mengidentifikasi kandungan boraks pada bakso.
Boraks merupakan salah satu zat aditif pada makanan. Yakni zat yang
ditambahkan dan dicampurkan pada makanan sewaktu pengolahan makanan
dengan maksud untuk menarik (pewarna), menambah selera (pemanis),
menyedapkan (penyedap), mengharumkan dan sebagai pengawet makanan serta
pengenyal. Boraks yang dipergunakan sebagai pengenyal berupa sodium boraks,
yang dalam istilah awamnya disebut bleng. Boraks merupakan bahan kimia yang
digunakan pada industri pembuatan keramik dan pembuatan kaca. Boraks banyak
disalahgunakan pada pembuatan mi, bakso, kerupuk dan lontong. Penambahan
boraks dilakukan agar mi, bakso dan lontong yang dihasilkan kenyal dan tidak
lembek. Mi yang menggunakan boraks dapat bertahan hingga tiga hari. Kerupuk
yang menggunakan boraks akan mekar dengan baik ketika digoreng. Boraks
biasanya digunakan dalam pembuatan bakso antara 0,1-0,5% dari berat adonan
atau antara 1.000-5000 ppm. Boraks merupakan racun bagi semua sel.
Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam
organ tubuh. Karena kadar tertinggi tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal

merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan organ yang lain.
Dosis fatal boraks antara 0,1-0,5 g/kg berat tubuh (Saparinto & Hidayati, 2009).
Penggunaan boraks atau bleng dalam produk tradisional untuk merenyahkan
makanan sering dijumpai. Larangan penggunaan boraks untuk makanan di
Indonesia telah dilakukan sejak bulan Juli 1979 dan ditegaskan oleh SK Menteri
Kesehatan RI NO 722/Menkes/Per/IX/1988. Akumulasi dosis boraks yang cukup
tinggi didalam tubuh, menyebabkan timbulnya gejala pusing, muntah, kram perut
dan mencret. Dosis didalam tubuh sebanyak 5 gram atau lebih dapat menyebabkan
kematian pada anak kecil dan bayi, sedangkan untuk orang dewasa dosis 10-20
gram yang akan menyebabkan kematian (Nuraini, 2010).
F. Bahan
-

Bakso ikan

Bakso sapi

Tahu goreng

Tahu putih

G. Alat
-

Tabung reaksi

Beaker glass

Pengaduk

Kertas Boraks

Reagent Boraks

H. Prosedur
1. Siapkan beaker glass dan masukkan sampel makanan 10 gr dalam volume 50
mL aquades dan hancurkan dengan pengaduk sampai larut seluruhnya. Karena
boraks dalam keadaan dingin membentuk garam sebaiknya sampel sebelum
diperiksa dipanaskan terlebih dahulu dengan suhu 80 derajat celcius selama 35 menit setelah tercapai didinginkan.
2. Siapkan tabung reaksi masukkan 5 mL sampel serta tambahkan reagent
Boraks 1 sebanyak 3 tetes diaduk hingga merata.

3. Siapkan kertas boraks teteskan sampel pada perlakuan 2 pada permukaannya


3 tetes dan didiamkan beberapa saat jika ada boraks akan terbentuk perubahan
warna dari kuning menjadi merah.
I. Hasil Praktek
Kelompo
k
1

Sampel

Hasil

2
3
4
5
6

Dokumentasi

J. Pembahasan
Hasil praktikum pengujian boraks yang telah dilaksanakan pada 6 sampel
diantaranya masing-masing bakso ikan, bakso sapi, tahu goreng dan tahu putih
yang dibeli dari keenam tempat yang berbeda sebanyak 5 gram yang telah
dihaluskan, menunjukkan bahwa semua sampel tidak berubah warna dari kuning
menjadi merah yang artinya negatif mengandung boraks.
K. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan uji coba identifikasi kandungan boraks pada
bakso dan tahu yang sudah dijadikan sampel dapat ditarik suatu kesimpulan, yaitu
bakso dan tahu terbukti tidak mengandung boraks karena tidak terjadi perubahan
warna pada saat diteteskan reagent boraks.
L. Saran

Saran praktikum ini adalah agar selalu melakukan praktik seperti ini dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai bahaya dan dampak dari
penggunaan bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan dalam makanan.
M. Daftar Pustaka
https://www.google.co.id/
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Siti%20Marwati,%20M.Si./Uji
%20Boraks%20dalam%20Makanan.pdf

A. Judul
B. Tujuan

: UJI KANDUNGAN SIKLAMAT DALAM MINUMAN


:
Agar mahasiswa mampu mengidentifikasi kandungan siklamat
pada minuman
C. Praktek ke
:
D. Kelompok
: 3 (Tiga)
E. Tinjauan Literatur
Pemanis merupakan bahan tambahan makanan yang berfungsi untuk
memberikan rasa manis dan membantu mempertajam terhadap rasa manis
tersebut biasanya memiliki nilai kalori yang lebih rendah dari gula biasa dan hampir
tidak mempunyai nilai gizi. Berdasarkan proses produksi bahan pemanis dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu pemanis alami dan pemanis buatan (sintetis).
Pemanis alami biasanya berasal dari tanaman. Tanaman penghasil pemanis yang
utama adalah tebu (Saccharum officinarum L.) dan bit (Beta vulgaris L.). Bahan
pemanis yang dihasilkan oleh kedua tanaman tersebut dikenal sebagai gula alam
atau sukrosa. Pemanis sintetis merupakan bahan tambahan yang dapat
menyebabkan rasa manis pada pangan, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Beberapa
pemanis sintetis yang telah dikenal dan banyak digunakan adalah sakarin, siklamat
dan aspartam (Cahyadi, 2008).
Pemanis buatan merupakan bahan tambahan
pangan yang dapat
menyebabkan rasa manis pada pangan, tetapi tidak memiliki nilai gizi. Bahan
pemanis ini adalah hasil buatan manusia, oleh karena itu bahan tersebut tidak
diproses secara alamiah. Pemanis buatan yang telah dikenal dan banyak
digunakan adalah sakarin dan siklamat. Pedagang kecil dan industri rumahan
seringkali menggunakan pemanis buatan karena dapat menghemat biaya produksi.
Makanan dan minuman menjadi salah satu contoh produk yang mencampurkan
pemanis buatan. Dalam produk industri ini, takarannya harus sesuai dengan syarat
yang berlaku menurut Standar Nasional Indonesia. Pemanis buatan yang tidak
sesuai syarat pemakaian dalam makanan dan minuman industri menjadi salah satu
masalah keamanan pangan.
Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak
berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki
penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengkonsumsi pemanis
buatan sebagai pengganti pemanis alami. Pemanis buatan memiliki tingkat
kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami.
Berdasarkan
Surat Keputusan
Kepala
Badan
POM RI
No:
HK.00.05.5.1.4547 tahun 2004, siklamat merupakan pemanis sintetis non-kalori
yang diperbolehkan untuk dikonsumsi di Indonesia. Tetapi pada kenyataannya
penggunaan siklamat semakin meluas pada berbagai kalangan dan beragam

produk. Hal ini dikarenakan harganya yang jauh lebih murah, menimbulkan rasa
manis dan memiliki tingkat kemanisan 30 kali gula.
Siklamat digunakan dalam bentuk garam seperti Natium Siklamat atau
Kalsium Siklamat. Siklamat berupa kristal putih, mempunyai bau khas, rasa
manisnya 30 kali dari gula pasir, sangat mudah larut dalam air dan tahan panas.
Keuntungan pemakaian siklamat adalah tidak menimbulkan rasa pahit seperti
sakarin. Tapi siklamat dapat merangsang terjadinya tumor kandung kemih, diduga
sebagai penyebabnya adalah hasil metabolisme dari siklamat yang menghasilkan
sikloheksilamina. Makanan dan minuman yang sering dijumpai mengandung
siklamat antara lain: es krim, es puter, selai, saus, es lilin, dan berbagai minuman
fermentasi. Beberapa negara melarang penggunaan siklamat karena diperkirakan
mempunyai efek karsinogen. Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500
3.000 mg per kg bahan makanan.
F. Bahan
-

Es cendol

Vegeta (dicairkan)

Segar Sari (dicairkan)

Teh Sisri (dicairkan)

Reagent siklamat 1, siklamat 2, siklamat 3

G. Alat
-

Tabung reaksi

Beaker glass

Pengaduk

H. Prosedur
1. Siapkan beaker glass dan masukkan sampel makanan 10 gr dalam volume 50
mL aquades dan hancurkan dengan pengaduk sampai larut seluruhnya. Karena
boraks dalam keadaan dingin membentuk garam sebaiknya sampel sebelum
diperiksa dipanaskan terlebih dahulu dengan suhu 80 derajat celcius selama 3-5
menit setelah tercapai didinginkan.
2. Siapkan tabung reaksi masukkan 0,5-1 mL sampel serta tambahkan reagent Siklamat 1
sebanyak 1-2 tetes diamkan selama 2-3 menit.

3. Tambahkan reagent siklamat 2 sebanyak 3-6 tetes diamkan selama 2-3 menit.
4. Tambahkan reagent siklamat 3 sebanyak 2-3 tetes diamkan selama 2-3 menit. Jika ada
siklamat akan terbentuk endapan putih.
I. Hasil Praktek
Sampel
Es cendol

Hasil
-(negatif)

Dokumentasi

J. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami menguji kandungan siklamat pada minuman es
cendol yang dijual di pinggir jalan. Makanan dan minuman menjadi salah satu
contoh produk yang mencampurkan pemanis buatan. Dalam produk industri ini,
takarannya harus sesuai dengan syarat yang berlaku menurut Standar Nasional
Indonesia. Sampel yang kami uji setelah diteteskan reagent siklamat 1, 2 dan 3 di
dapatkan tidak terdapat endapan putih pada es cendol tersebut.
K. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan uji identifikasi
disimpulkan bahwa hasil negatif mengandung siklamat.

kandungan

siklamat

L. Saran
Saran praktikum ini adalah agar selalu melakukan praktik seperti ini dengan
tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai bahaya dan dampak dari
penggunaan bahan-bahan yang tidak seharusnya digunakan dalam makanan.
M. Daftar Pustaka
https://www.google.co.id/
http://iccarizqia.blogspot.co.id/2014/02/penentuan-kandungan-siklamat-pada.html

A. Judul praktek
B. Tujuan

C. Praktek ke
D. Kelompok
E. Tinjauan Literatur

: Formalin
:
Agar mengetahui ada tidaknya formalin pada suatu bahan
makanan
:
:
:

Formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan aldehida


dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai
formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehydeatau trioxane.
Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun
1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.
Formalin merupakan larutan tidak berwarna, berbau tajam, mengandung
formaldehid sekitar 37% dalam air, biasanya ditambahkan metanol 10-15%.
Formalin yang biasa digunakan sebagai pengawet mayat sering disalahgunakan
oleh para oknum untuk mengawetkan makanan. Padahal penggunaan formalin
dalam makanan dan termakan oleh manusia dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan. Anda harus berhati-hati jangan sembarang membeli makanan
dan cobalahmemeriksa apakah makanan tsb mengandung formalin atau tidak.
Kasus pemakaian formalin biasa pada tahu, ikan segar, ikan asin, dan produk
makanan lainnya menunjukkan kurangnya pengetahuan produsen serta minimnya
sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan bahaya bahan
aditif. Formalin tidak diperkenankan ada dalam makanan maupun minuman, karena
dalam jangka panjang dapat memicu perkembangan sel-sel kanker. Walaupun
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) sering mengadakan inspeksi
mendadak terhadap kandungan berbahaya pada makanan namun nyatanya masih
ada saja oknum pembuat maupun penjual makanan yang mengandung formalin.
Salah satu tes dari formalin adalah TEST KIT FORMALIN (TFQ 01-A),
merupakan test kit kualitatif yang sudah teruji dan banyak digunakan oleh banyak
dinas, instansi, badan, atau perusahaan di seluruh Indonesia. Ada juga cara
pengujian lain yaitu untuk menguji ada atau tidaknya kandungan formalin pada
makanan, kita bisa gunakan kertas indikator pada air rendaman makanan tersebut.
Kertas indikator ini dapat kita peroleh di apotek atau toko obat. Bila kertas indikator
itu kemudian berubah warna setelah dicelupkan ke dalam rendaman, maka bisa
dipastikan makanan tersebut menggunakan formalin.

Ciri Makanan Berformalin


Bagi kita , mungkin agak kesulitan untuk mengetahui seberapa kadar
formalin yang ada dalam suatu jenis makanan. Namun karena besarnya bahaya
yang ditimbulkan oleh formalin, perlu kiranya kita mengetahui ciri-ciri makanan yang
mengandung formalin.
Ikan
Berwarna putih bersih dan dagingnya kenyal
Insang tidak berwarna merah segar melainkan merah tua
Pada suhu 25 bisa tahan hingga beberapa hari. Sebagai uji sederhana, coba
suguhkan ikan yang baru saja Anda beli pada kucing. Bila kucing tidak mau
memakan bahkan pergi, itu pertanda ikan yang Anda beli mengandung formalin
atau bahan-bahan kimia lainnya
Tidak ada bau amis khas ikan, melainkan bau menyengat khas formalin
Ayam potong
Berwarna putih bersih
Pada suhu kamar bisa awet hingga beberapa hari
Tahu
Memiliki bentuk yang sangat bagus dan kenyal
Tekstur sangat halus, tak mudah hancur
Pada suhu 25 bisa tahan sampai 3 hari, di dalam pendingin tahan hingga 2
minggu.
Bau cukup menyengat serta aroma khas kedelai sudah tidak begitu terasa lagi
Mie basah
Baunya sedikit menyengat
Pada suhu 25 (suhu kamar) bisa tahan hingga 2 hari, sedangkan bila disimpan

di dalam pendingan (suhu 10) bisa awet hingga lebih dari 15 hari
Mie nampak mengkilap seperti dilumuri minyak, tidak lengket dan sangat kenyal

(tak mudah putus)


Sebenarnya ada beberapa jenis makanan lagi yang biasa ditambah formalin.
Namun ciri-ciri tersebut adalah contoh makanan yang biasa digunakan sebagai
acuan dalam menguji apakah makanan itu mengandung formalin atau tidak.
F. Bahan dan Alat :
1. Tabung reaksi
2. Beaker glass
3. Pipet tetes
G. Prosedur Kerja

1.
2.
3.
4.
5.
6.
H.

Siapkan 10 gr sampel, cincang dan haluskan


Masukan ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 20 ml air mendidih
Tunggu hingga dingin dan ambil ekstraknya
Tambahkan 4 tetes reagen A & B
Kocok dan amati
(+) jika warna berubah menjadi ungu
Hasil Praktek
:
Kelompo
k
1

Sampel
Tahu goreng
Bakso ikan
Tahu goreng
Bakso ikan
Tahu putih
Bakso sapi
Tahu putih
Bakso sapi
Tahu goreng
Bakso sapi
Tahu putih
Bakso ikan

2
3
4
5
6

Dokumentasi

Hasil
-(negatif)
-(negatif)
-(negatif)
-(negatif)
-(negatif)
-(negatif)
-(negatif)
-(negatif)
-(negatif)
-(negatif)
-(negatif)
-(negatif)

I. Pembahasan

Dalam praktek kali ini, kelompok kami meneliti formalin pada bakso, pada
saat melakukan penelitian , kami tidak ada merasa kesulitan .Rata rata sampel
bakso yang di teliti, pada saat kami meneteskan reagen A dan B lalu di kocok dan di
amati terdapat perubahan warna ungu yang berarti hasilnya positif dan bakso
tersebut mengandung formalin .
J. Kesimpulan

Sampel bakso yang kami teliti mengandung formalin.


K. Saran
:
- Sebaiknya melakukan praktek lebih teliti
- Sebaiknya saat melakukan praktek, kita harus teratur dan mengikuti prosedur agar
terhindar dari hal hal yang tidak di inginkan.

L.
-

Daftar Pustaka
:
https://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida
http://lamalifherbal.com/blog/ciri-ciri-makanan-mengandung-formalin/
http://www.easytestinfo.com/p/test-kit-formalin.html

A. Judul praktek
B. Tujuan praktek

: Uji coba PB atau Timbal


:
1. Untuk mengetahui apa itu Pb atau timbal
2. Agar mahasisiwa mengetahui uji coba pada Pb atau
timbal

C. Praktek ke

:7

D. Kelompok

:6

E. Tinjauan literatur
Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat, baik diperkotaan maupun dipedesaan. Makanan jajanan,
juga dikenal sebagai street foods, adalah jenis makanan yang dijual di kaki lima,
pinggiran jalan, di stasiun, di pasar, tempat pemukiman serta lokasi yang sejenis.
Makanan jajanan banyak sekali jenisnya dan sangat bervariasi dalam bentuk
keperluan dan harga (Winarno, 2004).
Maraknya pemberitaan saat ini tentang penyalahgunaan bahan-bahan kimia
berbahaya sebagai bahan tambahan bagi produk makanan minuman yang tidak
sesuai dengan peruntukkannya telah membuat resah masyarakat. Penggunaan
bahan kimia seperti pewarna dan pengawet untuk makanan ataupun bahan
makanan dilakukan oleh produsen agar produk olahannya menjadi lebih menarik,
lebih tahan lama dan juga tentunya lebih ekonomis sehingga diharapkan dapat
menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Namun dampak kesehatan
yang ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan berbahaya tersebut sangatlah
buruk bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Keracunan makanan yang bersifat
akut serta dampak akumulasi bahan kimia yang bersifat karsinogen merupakan
beberapa masalah kesehatan yang akan dihadapi oleh konsumen.
Gorengan adalah makanan yang mengalami proses penggorengan dengan
menggunakan minyak goreng. Jenis makanan tersebut merupakan salah satu
jajanan yang mudah didapat karena banyak dijajakan hingga di pinggir jalan
(Suleeman, E. & Sulastri, E, 2005). Menurut penelitian yang dilakukan Steffan et al

(2008), menunjukkan bahwa 17 responden mengaku membeli gorengan sebanyak


1-2 kali tiap minggunya. Sebanyak 9 responden membeli gorengan 3-4 kali, tidak
ada responden yang membeli gorengan sebanyak 5-6 kali tiap minggunya.
Sedangkan sisanya, yaitu 24 responden, mengaku intensitas pembelian gorengan
dalam seminggu tidak menentu.
A. Pb atau Timbal
Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan
logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam
dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan
proses geokimia. Pb merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau
abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5 C dan titik didih 1.740 C pada
tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor atom terbesar dari semua unsur yang
stabil, yaitu 82. Namun logam ini sangat beracun. Seperti halnya merkuri yang juga
merupakan logam berat. Timbal adalah logam yang yang dapat merusak sistem
syaraf jika terakumulasi dalam jaringan halus dan tulang untuk waktu yang lama.
Timbal terdapat dalam beberapa isotop: 204Pb (1.4%), 206Pb (24.1%), 207Pb
(22.1%), and 208Pb (52.4%). 206Pb, 207Pb and 208Pb kesemuanya adalah
radiogenic dan merupakan produk akhir dari pemutusan rantai kompleks. Logam ini
sangat resistan (tahan) terhadap korosi, oleh karena itu seringkali dicampur dengan
cairan yang bersifat korosif (seperti asam sulfat).
Sumber Pencemar Timbal (Pb) dan Alur Pajanan
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Salah satu
penyebab kehadiran timbal adalah pencemaran udara. Yaitu akibat kegiatan
transportasi darat yang menghasilkan bahan pencemar seperti gas CO2, NOx,
hidrokarbon, SO2,dan tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah hitam
(timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk
menurunkan nilai oktan.

Dampak Pb terhadap Kesehatan

Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan


kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari
akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb
merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh.
Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh
melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran
pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.
Tidak semua Pb yang terisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam
tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran
pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan
diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena
dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.
Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi
anak-anak. Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan belajar,
memendekkan tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi
perilaku dan intelejensia, merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf,
dan reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan
otak. Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita hamil yang terpajan timbal
akan mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam ASI. Pada jaringan
atau organ tubuh logam Pb akan terakumulasi pada tulang. Karena dalam bentuk
ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+ (kalsium) yang
terdapat pada jaringan tulang. Disamping itu pada wanita hamil logam Pb dapat
dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem peredaran
darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir Pb akan dikeluarkan bersama air
susu. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit ternyata logam Pb
ini sangat berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan
efek racun terhadap berbagai macam fungsi organ tubuh.
Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang
dibentuk oleh laogam Fe dengan gugus haeme dan globin. Sintesis dari kompleks
tersebut melibatkan dua macam enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau
asam amino levulinat dehidrase dan enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan
bereaksi secara aktif pada tahap awal sintesis dan selama sirkulasi sel darah
merah berlangsung. Adapun enzim ferrokhelatase termasuk pada golongan enzim
mitokondria. Enzim ferrokhelatase ini akan berfungsi pada akhir proses sintesis.

Keracunan akibat kontaminasi logam Pb dapat menimbulkan berbagai macam hal :

Meningkatkan kadar ALAD dalam darah dan urine

Meningkatkan kadar protopporhin dlam sel darah merah

Memperpendek umum sel darah merah

Menurunkan jumlah sel darah merah dan kadar sel-sel darah merah yang
masih muda

Meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah


Kontribusi Pb di udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan.

Distribusi

ukuran

partikel

dan

kelarutan

Pb

dalam

partikel

juga

harus

dipertimbangkan biasanya kadar Pb di udara sekitar 2 g/m3 dan dengan asumsi


30% mengendap di saluran pernapasan dan absorpsi sekitar 14 g/per hari. Mungkin
perhitungan ini bisa dianggap terlalu besar dan partikel Pb yang dikeluarkan dari
kendaraan bermotor ternyata bergabung dengan filamen karbon dan lebih kecil dari
yang diperkirakan walaupun agregat ini sangat kecil (0,1 m) jumlah yang tertahan di
alveoli mungkin kurang dari 10%. Uji kelarutan menunjukkan bahwa Pb berada
dalam bentuk yang sukar larut. Hampir semua organ tubuh mengandung Pb dan
kira-kira 90% dijumpai di tulang, kandungan dalam darah kurang dari 1%
kandungan dalam darah dipengaruhi oleh asupan yang baru (dalam 24 jam
terakhir).
Secara umum efek timbal terhadap kesehatan dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

Sistem syaraf dan kecerdasan


Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi

kesehatan kerja dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan
menderita gejala kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah
lupa, dan pusing. Pada tingkat pajanan yang lebih rendah, terjadi penurunan

kecepatan bereaksi, memburuknya koordinasi tangan-mata, dan menurunnya


kecepatan konduksi syaraf. Efek timbal terhadap keerdasan anak telah banyak
diteliti, dan studi menunjukkan timbal memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada
tingkat pajanan rendah. Peningkatan kadar timbal dalam darah sebesar 10 g/dl
hingga 20 g/dl dapat menurunkan IQ sebesar 2.6 poin. Studi lebih lanjut
menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 g/dl dapat
mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.
Efek sistemik
Efek sistemik lainnya adalah gejala gastrointestinal. Keracunan timbal dapat
berakibat sakit perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan
berat badan.
Efek timbal terhadap reproduksi
Efek timbal terhadap reproduksi dapat terjadi pada pria dan wanita dan telah
diketahui sejak abad 19, dimana pada masa itu timbal bahkan digunakan untuk
menggugurkan kandungan. Pajanan timbal pada wanita di masa kehamilan telah
dilaporkan dapat memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam kandungan,
dan kelahiran prematur. Pada laki-laki, efek timbal antara lain menurunkan jumlah
sperma dan meningkatnya jumlah sperma abnormal.
Contoh dan ciri makanan yang terpapar timbal adalah gorengan dan tahu di

tepi jalan.
.
F. Bahan
a. Tahu goreng
b. Bakwan
c. Kertas uji ph
d. Reagent Pb
e. Aquades
f. Kertas reagen stik Pb
g. Tissue
G. Alat

a.
b.
c.
d.
e.

Beakker Glass
Gelas Ukur 10 ml
Tabung Reaksi
Pipet tetes
Tabel Pb

H. HASIL PRAKTEK
baha
bahan
1. tahu goreng
2. bakwan goreng

Hasil
1. (-) negativ
2. (-) negativ

I. Dokumentasi

J. Prosedur kerja
1. timbang bahan sebanyak 5 gr kemudian haluskan dengan menggunakan
mortar
2. tambahkan aquades 10 ml
3. kemudian masukan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml hanya airnya
4. kemudian cek Ph (jika belum mencapai ph 2-5 tambahkan pb 1 (3tetes)
diamkan selama 2 menit).
5. Celupkan pada reagenstik & tiriskan selama 2 menit
6. Lihat perubahan warna yang terjadi bandingkan dengan label
K. Pembahasan
Pada praktikum uji kandungan pb. Pertama disiapkan sampel sebanyak 5
gram. Sampel yang digunakan yaitu tahu goreng dan bakwan goreng Sampel
tersebut kemudian dihaluskan menggunakan mortar, kemudian tambahkan
aquades 10ml, kemudian masukan kedalam tabung reaksi sebanyak 5 ml hanya
airnya saja dan kemudian cek ph (jika belum mencapai ph 2-5 tambahkan pb 1 (3
tetes) diamkan selama 2 menit. Celupkan pada reagenstik dan tiriskan selama 2
menit dan lihatlah perubahan warna yang terjadi bandingkan dengan label.
Tahu biasanya diolah menjadi gorengan dan tahun sering dikonsumsi
masyarakat selain harga nya terjangkau dan kandungan gizi yang baik, kemudian

masyarakat bisa mengolah tahu dijadikan gorengan, gorengan yang berada ditepi
jalan itu biasanya terpapar sinar matahari kontak langsung dengan debu dan lainlain. Kemudian tahu goreng yang biasa di konsumsi terpapar langsung dengan
asam kendaraan yang bisa membuat makanan tidak sehat dan bersih. Maka dari itu
pilih lah makanan untuk menjaga kesehatan kita apabila masih kurang percaya
dengan makanan yang ada diluar lebih baik buat sendiri dirumah lebih aman dan
bersih.
Bakwan merupakan makanan olahan yang biasa diolah bercampur-campur
dengan sayuran dan bahan lain, dan bakwan goreng biasanya dijual di tepi jalan
untuk tambahan uang bagi usaha kecil, tetapi bakwan goreng yang biasa ada ditepi
jalan belum tentu terjamin kualitas nya karena makanan yang berada ditepi jalan
sering terpapar asap, debu dan sinar matahari.
L. Kesimpulan
Dari hasil praktikum kali ini untuk uji coba pb atau timbal pada sampel tahu
goreng dan bakwan goreng yang kami beli di dapatkan hasil negativ.
M. Saran
Dalam melakasanakan praktek uji coba pb atau timbal kita harus berhatihati dalam penggunaan bahan untuk uji coba pb atau timbal dan lebih memahami
reaksi yang terjadi pada perubahan warna pada uji coba pb atau timbal.
N. Daftar pustaka
Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Anonymous. 1995. Standar Industri Indonesia. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Balai Besar POM. 2007. Instruksi kerja : Identifikasi Boraks Dalam Makanan. Medan.
British Pharmacopoeia. 1988. British Pharmacopoeia, Volume I & II. London: Medicines
and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA). Page 4788.
BSNI. 1998. SNI 01-3142-1998 : Syarat Mutu Tahu. Jakarta : Badan Standarisasi
Nasional Indonesia.
Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta :
Penerbit Bumi Aksara.
Dessy Gusnita, 2010. Analisis Emisi (CO, HC dan opasitas) Hasil Uji Petik Kendaraan
Bermotor di DKI Jakarta, Prosiding Seminar Nasional, LAPAN, Bandung.

Winarno, 2004a. Keamanan Pangan Jilid 1, Bogor, Jurusan Teknologi Pangan Dan Gizi
Fakultas Teknologi Pertanian.
Wirakartakusumah. 1997. Tinjauan Aspek Mutu dalam Kegiatan Industri Pangan.
http://tomoutou.net.htm. Tanggal Akses 2 februari 2016

Anda mungkin juga menyukai