Oleh :
1. Retno Ika Sari
(4411412045)
2. Yuliyantika
( 4411412019)
3. Rohmatul Adhimah
(4411412032)
4. Roiyyatul Marah
(4411413026)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, penyusunan proposal yang berjudul Isolasi dan Karakterisasi Enzim
Papain Getah Buah Pepaya dengan Variasi pH dan Suhu dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan proposal ini banyak mengalami kendala,
namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak dan berkah dari Allah SWT
sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut dapat diatasi. Untuk itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Ibu Dr. drh. R. Susanti, MP dan Ibu Dr. Ari
Yuniastuti, S.Pt, M.Kes selaku pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saransaran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun proposal.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak terdapat
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritikyang bersifat membangun
demi kesempurnaan proposal ini.
Semarang, 14 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah... .
C. Penegasan Istilah........
D. Tujuan Penelitian......
E. Manfaat Penelitian.............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pepaya (Carica papaya L.)............................................................
2. Enzim Papain.................................................................................
3. Daging.....................
B. Hipotesis.....................
B. Variabel Penelitian... .
C. Rancangan Penelitian..
E. Prosedur Penelitian..............................................................................
F. Data.....................................................................................................
G. Analisis Data......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis energi merupakan masalah yang melanda dunia saat ini, betapa tidak,
cadanganminyak bumi semakin menipis sementara konsumen energi semakin
bertambah.Salah-satudampak yang melanda bangsa Indonesia adalah harga BBM (bahan
bakar minyak) yang tidakstabil dan cenderung naik.Pemerintah tidak lagi mampu
mempertahankan
BBM
bersubsidiyang
umumnya
sangat
diperlukan
oleh
ke Vsebagai penghasil papaya, setelah Meksiko, India, Nigeria dan Brasil yang rangking
I (Nani,2007).
Pelunakan daging secara fisika melalui pemasakan, merupakan proses perubahan
struktur serat protein dari yang rigid menjadi amorf sehingga secara fisik dapat dilihat
darikenyal menjadi empuk, dari yang sulit dikunyah menjadi mudah. Pengempukan
dagingterkadang disertai dengan melarutnya sebagian protein artinya keempukan daging
dapatdilihat dari 2 parameter, yakni berdasarkan uji fisik atas serat daging dan atau
berdasarkan ujibiokimia protein terlarut (Silaban, 2009). Kesemuanya proses ini
sesungguhnya untukmemperoleh asupan protein.Protein merupakan kelompok nutrien
yang amat penting bagi tubuh manusia, sehinggadisebut proteos artinya pemula.Senyawa
ini didapatkan dalam sitoplasma pada semua selhidup, baik binatang maupun tanaman.
Protein mempunyai bermacam-macam fungsi bagitubuh, yaitu sebagai enzim, zat
pengatur pergerakan, pertahanan tubuh, alat pengangkut danlain-lain (Winarno, 1992).
Pelunakan daging secara kimia dapat dilakukan melalui dua cara yakni secara
enzimatis dan non enzimatis. Secara enzimatis menggunakan enzim protease sedangkan
nonenzimatis menggunakan asam.Pelunakan menggunakan asam ini sering dilakukan,
baik dirumah maupun di restoran, hanya saja dapat mengurangi nilai gizinya karena
sebagian proteindapat terdenaturasi atau rusak oleh asam.
Pelunakan daging secara enzimatis hingga
saat
ini
belum
banyak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pepaya (Carica papaya L.)
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuh-tumbuhan, tanaman pepaya ( Carica
papaya ) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae ( tumbuh-tumbuhan )
Divisio
Subdivisio
Class
Ordo
: Caricales
Familia
: Caricaceae
Genus
: Carica
Species
:Carica papaya L.
kosmetika (kecantikan). Papain merupakan enzim proteolitik, yaitu enzim yang dapat
mengurai dan memecah protein ( Warisno, 2003 ).
Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika
Tropis. Batang, daun, dan buah pepaya muda mengandung getah berwarna putih. Getah
ini mengandung suatu enzim pemecah protein atau enzim proteolitik yang disebut papain
( Kalie, 1999 ).Papain merupakan enzim proteolitik, yaitu enzim yang dapat mengurai
danmemecah protein (Warisno, 2003 ).
Papain oleh Komisi Enzim Internasional diklasifikasikan ke dalam EC 3.4.22.2
dimana (3) menunjukkan kelas Hidrolase, (4) menunjukkan sub-kelas amidase, dan (22)
menunjukkan sub-sub kelas endopeptidase (Suhartono, 1991).
2. Enzim Papain
Papain adalah suatu zat ( enzim ) yang dapat diperoleh dari getah tanaman pepaya
dan buah pepaya muda. Getah pepaya tersebut terdapat hampir di semua bagian tanaman
pepaya,kecuali bagian akar dan biji.Kandungan papain paling banyak terdapat dalam
buah pepaya yang masih muda. Getah pepaya ( papain ) cukup banyak mengandung
enzim yang bersifat proteolitik ( pengurai protein ). Sehingga tepung getah pepaya kering
( papain ) banyak digunakan oleh para pengusaha industri maupun ibu-ibu rumah tangga
untuk mengolah berbagai macam produk ( Warisno, 2003 ).
Papain merupakan enzim proteolitik hasil isolasi dari penyadapan getah buah
pepaya (Carica papaya L.).Getah pepaya mengandung sebanyak 10% papain, 45%
kimopapain dan lisozim sebesar 20% (Winarno, 1995).
Berdasarkan sifat-sifat kimianya, papain digolongkan sebagai protease sulfhidril
(Muchtadi et al., 1992). Papain tersusun atas 212 residu asam amino dengan sistein-25
tempat gugus aktif thiol (-SH) essensial, yang membentuk sebuah rantai peptida tunggal
dengan bobot molekul 21.000 - 23.000 g/mol. Rantai ikatan tersebut tersusun atas
arginin, lisin, leusin, dan glisin (Harrison et al., 1997). Sisi aktif yang terdapat di dalam
molekul papain terdiri atas gugus histidin dan sistein yang selama katalisis berlangsung,
sisi aktif tersebut berfungsi sebagai ion zwitter (Wong, 1989 diacu dalam Budiman,
2003).
Papain mengandung 212 asam amino dalam suatu rantai polipeptida dan berikatan
silang dengan tiga jembatan disulfida (Kalk, 1975).Berbagai jenis asam amino ikut
menyusun struktur protein papain kecuali metionin. Tidak terdapatnya metionin dalam
rantai polipeptida diduga karena komponen sulfur sebagian besar berada dalam bentuk
asam amino sistein (Glazer, 1971 diacu dalam Muchtadi et al., 1992). Papain memiliki 6
gugus sulfhidril, tetapi hanya dua gugus sulfhidril yang aktif. Gugus suflhidril ini
mengandung unsur sulfur sekitar 1,2%.
Berdasarkan klasifikasi the international union of biochemistry, papain termasuk
enzim hidrolase yang mengkatalisis reaksi hidrolisis suatu substrat dengan pertolongan
molekul air.Aktivitas katalisis papain dilakukan melalui hidrolisis yang berlangsung pada
sisi-sisi aktif papain.Pemisahan gugus-gugus amida yang terdapat di dalam protein
tersebut berlangsung melalui pemutusan ikatan peptida (Wong, 1989 diacu dalam
Budiman, 2003).Enzim ini mempunyai aktivitas katalitik sebagai proteinase dan sanggup
menghidrolisis peptida.Berdasarkan sifat-sifat kimia dari lokasi aktif, papain termasuk
protease sulfhidril, karena bagian aktif papain adalah gugus SH (Reed, 1975).
Aktivitas enzim papain cukup spesifik karena papain hanya dapat mengkatalisis
proses hidrolisis dengan baik pada kondisi pH serta suhu dalam kisaran waktu tertentu.
Papain mempunyai pH optimum 7,2 pada substrat BAEE (benzoil arginil etil ester), pH
6,5 pada substrat kasein, pH 7,0 pada albumin dan pH 5,0 pada gelatin (Muchtadi et al.,
1992). Suhu optimal papain sendiri adalah 50-60.Papain relatif tahan terhadap suhu, bila
dibandingkan dengan enzim proteolitik lainnya seperti bromelin dan lisin (Winarno,
1995).
Sebagai enzim proteolitik, papain memiliki nilai ekonomi tinggi dan banyak
digunakan dalam industri besar. Meskipun telah diketahui ada beberapa enzim protease
yang dihasilkan dari tanaman lain, ternyata papain merupakan enzim yang paling banyak
dan sering digunakan. Oleh karenanya, potensi pasar papain dalam perdagangan dunia
masih cukup besar (Kalie, 1999). Dalam dunia perdagangan, dikenal dua macam papain,
yaitu papain kasar (crude papain ) dan papain murni (crystal papain). Papain kasar
(crude papain) adalah getah pepaya yang telah dikeringkan, kemudian dihaluskan hingga
menjadi benrbentuk tepung.
Papain dapat digunakan dalam industri pengolahan daging. Daging dari hewan tua
pun dapat menjadi lunak kalau menggunakan papain. Biasanya daging hewan tua
bertekstur sangat keras (alot). Dengan demikian hadirnya papain dapat menaikkan ekspor
atau impor hewan tua yang sebelumnya tidak laku dipasaran. Papain sebagai pelunak
daging (meat tenderizer) banyak diperdagangkan dalam kemasan kecil sesuai kebutuhan
rumah tangga. Papain ini sudah dicampur bahan lain seperti gula dan garam kandungan
papainnya tidak terlalu kuat. Penggunaan papain pada daging akan menambah nikmat
rasa daging. Daging akan menjadi empuk sehingga mudah dipotong, digigit dan
dikunyah. Selain itu, daging akan mudah dicerna sehingga nilai gizi protein daging yang
diserap tentunya akan meningkat (Kalie, 1999 ).
Menurut Tekno Pangan dan Agroindustri (2008), manfaat lain dari papain adalah:
(a) dapat digunakan sebagai bahan penghancur sisa atau buangan hasil industri
pengalengan ikan menjadi bubur ikan atau konsentrasi protein hewani. (b) pada industri
penyamakan kulit, papain sering digunakan untuk melembutkan kulit. Kulit yang lembut
dapat dibuat sarung tangan, jaket, bahkan kaus kaki.(c) papain sangat berperan dalam
industri bir atau sering disebut sebagai obat antidingin atau stabililiser. (d) dapat juga
digunakan sebagai bahan aktif dalam preparat farmasi seperti untuk obat gangguan
pencernaan protein, dispesia, gastritis, serta obat cacing. (e) sebagai bahan aktif dalam
pembuatan krim pembersih kulit, terutama muka. Ini disebabkan papain dapat melarutkan
sel-sel mati yang melekat pada kulit dan sukar terlepas dengan cara fisik (f) dijadikan
bahan aktif dalam pembuatan pasta gigi. papain dalam pasta gigi dapat membersihkan
sisa protein yang melekat pada gigi. Sisa protein ini sering menimbulkan bau busuk bila
terlalu lama dibiarkan. (g) Bahan pencuci kain sutera (deterjen) untuk membuang serat
yang berlebihan (h) bahan pencuci lensa sehingga menjadi lembut (i) Bahan Pelarut geltin
dalam proses perolehan kembali (recovery) perak dari film yang sudah tidak terpakai (j)
Bahan perenyah dalam pembuatan kue kering seperti cracker (k) Bahan penggumpal susu
pada pembuatan keju sehingga menghilangkan keraguan sebagian konsumen tentang
pemakaian rennin dari usus babi untuk menggumpalkan susu
Aktifitas enzim dapat dilakukan dengan mengukur kecepatan reaksi yang
dikatalitis oleh enzim tersebut. Dalam keadaan normal, skecepatan reaksi yang diukur
sesuai dengan aktivitas enzim yang ada. Satu unit aktivitas enzim didefinisikan sebagai
jumlah enzim yang menyebabkan perubahan absorban 0,001/menit paa kondisi
optimumnya, berarti perubahan substrat dari suatu mikromalekul produk meningkatkan
kenaikan absorban sebesar 0,001. Aktivitas spesifik sdalah jumlah unit enzim per
milligram protein atau suatu ukuran kemurnian enzim menjadi maksimum dan tetap jika
enzim sudah berada dalam keadaan murni (Lidya, dkk., 2000). Menurut Soedarmadji
(2002) aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Konsentrasi Substrat,
pH, konsentrasi, suhu, lama inkubasi dan racun enzim.
3. Daging
Daging adalah sekumpulan otot yang melekat pada kerangka. Istilah daging
dibedakan dengan karkas. Daging didefinisikan juga sebagai semua jaringan hewan dan
semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan
serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Unit esensial
jaringan urat daging adalah serat yang terdiri dari bentukan elemen-elemen protein,
miofibril, larutan yang ada di antaranya, sarkoplasma, jaringan tubulus yang halus,
sarkoplasmik retikulum dan serat yang terikat oleh sarkolema (Lawrie, 1991).
lemak yang ada diantara sel serabut daging. Kualitas daging dipengaruhi oleh factor
sebelum dan sesudah pemotonggan. Faktor sebelum dipengaruhi genetic, spesies, bangsa,
tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan ternak termasuk bahan aditif (hormone, antibiotic
dan mineral). Faktor setelah pemotongan antara lain meliputi metode pelayuan, stimulasi
listrik, metode pemasakan, pH, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging,
hormone dan antibiotika, lemak intramuscular, metode penyimpanan dan preservasi,
macam otot daging dan lokasi otot daging. Keempukan daging bervariasi sesuai dengan
jenis otot atau letak daging pada karkas. Contoh, daging jenis has dalam lebih empuk
dibanding daging sengkel karena adanya perbedaan jaringan ikat pada jenis daging
tersebut. Has dalam memiliki jaringan ikat yang lebih sedikit dibandingkan dengan
sengkel. Jumlah jaringan ikat berkaitan dengan fungsi otot pada ternak hidup. Sengkel
terutama digunakan dalam pergerakan sehingga memiliki jaringan ikat lebih banyak.
Sementara itu, has dalam hanya mendukung fungsi ternak sehingga jaringan ikatnya lebih
sedikit (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, 2010)
Penggunaan enzim untuk pengempukkan daging telah lama dilakukan. Nenek
moyang kita sudah biasa menggunakan daun papaya untuk membungkus daging agar
kenyal, namun mereka belum paham apa yang menyebabkan daging itu lunak bila
dibungkus dengan daun papaya. Kini pengempukkan daging sudah maju yaitu dengan
menggunakan enzim yang telah di ekstrak. Secara biokimia, pelunakkan daging dapat
dianggap sebagai proses degradasi protein struktur/serat atau berubahnya struktur
kuartener menjadi struktur sederhana. Salah satu cara untuk mengubah struktur ini adalah
melalui hidrolisis dengan bantuan enzim protease. Ikatan peptide dapat dihrolisis dengan
perebusan didalam asam kuat atau basa kuat untuk menghasilkan komponen asam amino
dalam bentuk bebas. Reaksi hidrolisis protein menjadi pepton-pepton dapat dianalisis
berdasarkan aktivitas enzim proteolitik. Oleh sebab itu tingkat kelunakkan daging dapat
diasumsikan sebanding dengan aktivitas protease yang diberikan (Winarno, 1986).
B. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini antara lain
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada hari Sabtu-Rabu tanggal 15-19 November 2014 di
Laboratorium Biokimia dan Biologi Molekuler Jurusan Biologi FMIPA Unnes.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat
: Aktivitas Proteolitik enzim papain getah buah papaya
2. Variabel bebas
: Variasi pH yaitu : 4, 5, dan 6.
Variasi suhu yaitu : 400, 500, dan 600 C.
C. Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini, isolasi dan karakterisasi enzim menggunakan metode
eksperimental dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yakni tiap variasi pH dan suhu
dilakukan tiga kali pengulangan saat pembacaan absorbansi dengan spektofotometri.
Sehingga keseluruhan ada sembilan data absorbansi. Lalu di rata-rata tiap perlakuan,
sehingga didapatkan pH dan suhu optimum.
D. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain
21.
23.
labu
ukur
500
mL,menambahkan
akuades
labu
dan
CuSO4.5H2O
dan
gram
34.
37.
38.
40.
42.
44.
TC
43.
35.
(m
41.
39.
46.
47.
48.
49.
50.
45.
51.
52.
53.
54.
62.
70.
78.
86.
94.
102.
55.
63.
71.
79.
87.
95.
103.
H
110.
111.
2,
2,0
56.
57.
2,
64.
65.
2,
72.
73.
2,
80.
81.
2,
88.
89.
2,
96.
97.
2,
104.
105.
106.
2,
112.
2,
58.
59.
60.
61.
2,0
66.
67.
68.
69.
2,0
74.
75.
76.
77.
2,0
82.
83.
84.
85.
2,0
90.
91.
92.
93.
2,0
98.
99.
100.
101.
2,0
4,0
107.
108.
109.
1,0
0,5
2,0
4,0
113.
114.
115.
116.
117.
1,0
0,5
2,0
4,0
118.
6. Uji Aktivitas Enzim
119. Pada penelitian ini, uji aktivitas enzim dilakukan dengan
menggunakan metode Biuret. Metode Biuret merupakan salah satu cara yang
terbaik untuk menentukan kadar protein suatu larutan. Dalam larutan basa, Cu2+
akan membentuk kompleks dengan ikatan peptida suatu protein, sehingga
menghasilkan warna ungu yang dapat didentifikasi dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 640nm.
120.
tidak tergantung jenis protein karena seluruh protein pada dasrnya mempunyai
jumlah ikatan peptida yang sama persatuan berat.
F. Data
121.
122.
G. Analisis Data
123.
permiligram protein enzim. Dimana Aktivitas Unit adalah banyaknya milligram protein
daging yang diubah menjadi protein yang dapat larut (pepton) persatuan waktu.
124.
Dengan membuat grafik disetiap perlakuan, maka akan didapat persamaan
linier dari tiap grafik. Sehingga didapat persamaan regresi dan akan diketahui aktivitas enzim
papain.
125.
126.
145.
papain menjadi rusak, akibatnya kualitas papain menjadi rendah (Kalie,
1999).
146.
4.2. Penentuan Aktivitas Enzim
147.
Pada penentuan panjang gelombang maksimum larutan standar Bovin Serum
148.
Albumin (BSA) dengan menggunakan metode lowry, dimana metode lowry
149.
menrupakan pengembangan dari metode biuret. Dalam metode ini terlibat 2
reaksi.
150.
Awalnya, kompleks Cu2+-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret,
yang
151.
dalam suasana alkalis Cu2+ akan tereduksi menjadi Cu+. Ion Cu+ kemudian
akan
152.
mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks phosphomolibdatphosphotungstat,
153.
24
154.
menghasilkan heteropolymolybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus
aromatik
155.
(rantai samping asam amino) terkatalis Cu, yang memberikan warna biru
intensif yang
156.
dapat dideteksi secara kolorimetri.
157.
Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan residu tryptophan
158.
dan tyrosine-nya. Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100 kali)
daripada
159.
metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih sedikit. Dari
data
160.
absorbansi di dapatkan bahwa serapan maksimum pada =750nm.
Selanjutnya semua
161.
pengukuran absorbansi untuk setiap perlakuan dibaca pada panjang
gelombang yang
162.
sama. Aktivitas enzim ditentukan dengan cara menghitung kadar protein
substrat yang
163.
dapat diuraikan oleh enzim dari protein yang tidak larut menjadi protein yang
dapat
164.
larut.
165.
4.2.1. Pengaruh pH Terhadap Tingkat Kelunakan Daging
166.
Kondisi pH yang bervariasi berpengaruh terhadap aktivitas spesifik enzim
yang
167.
bekerja menguraikan substrat (protein daging). pH optimum yang
divariasikan adalah
168.
pH 5,0; 5,5; 6,0; 6,5 dan 7,0 dimana menurut bebarapa literatur bahwa enzim
papain
169.
bekerja pada rentangan pH demikian.
170.
Tabel 4.1. Data Perbandingan Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Spesifik
Papain
171.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa enzim papain dengan pengaktif dan
tapa
172.
pengaktif optimum pada pH 5,5. Penentuan tingkat kelunakkan daging
dengan alat
173.
teksturometer juga memberikan hasil yang sama, yaitu tekstur daging lebih
kecil pada
174.
pH 5,5 atau dengan kata lain daging lebih lunak pada pH 5,5. Hal tersebut
menunjukkan
175.
25
176.
bahwa enzim papain pada keadaan dengan pengaktif atau tanpa pengaktif
tetap
177.
memiliki pH yang sama yaitu 5,5.
178.
Gambar 4.1. Grafik Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Spesifik Papain
dan
179.
Tingkat Kelunakan
180.
Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh pH medium. pH saat aktivitas enzim
181.
maksimum adalah pH optimum. pH optimum merupakan pH saat gugus
pemberi dan
182.
penerima proton yang berperan penting pada sisi katalitik enzim atau pada
sisi pengikat
183.
substrat berada dalam tingkat ionisasi yang diinginkan, sehingga substrat
lebih mudah
184.
berinteraksi dengan sisi katalitik enzim.
185.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peningkatan aktivitas enzim dengan
pengaktif
186.
dan tanpa pengaktif mulai teramati dari pH 5,0 sampai pH optimum 5,5 yaitu
pada
187.
enzim dengan pengaktif sebesar 43.1261 x 10-3 unit/mg dan pada enzim tanpa
pengaktif
188.
sebesar 38.7430 x 10-3 unit/mg (Gambar 4.1). Penurunan aktivitas enzim pada
pH 6,0
189.
terjadi karena lingkungan di sekitar sisi aktif enzim mengalami kekurangan
jumlah
190. proton (Kumaunang dan kamu, 2011).
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
DAFTAR PUSTAKA
213.
214.Almatsier, S., (1989), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Penerbit Gramedia, Jakarta
215.
216.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, (2010),
http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr324107.pdf (diakses 29 Oktober
2014)
217.
218.Budianto, A. K., (2009), Dasar-Dasar Ilmu Gizi,Cetakan ke-IV, UMM Press, Malang
219.
220.Budiman, A., (2003), Kajian Terhadap Pengaruh Etanol Sebagai Bahan Pengendap
dan Pengaruh Air, Buffer Fosfat Serta Etanol Pada Ekstraksi Papain, Fakultas
Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor
221.
222.Fennema, O.R., (1985), Food Chemistry, Aspen Publishers Inc, New York
223.
224.Forrest, J.C. et al., (1989), A review of potensial new methods of on-line pork carcass
evaluation. J. Anim. Sci
225.
226.Gaman, P.M., dan Sherrington, K.B, (1992), Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan
Mikrobiologi, edisi kedua, Gadjah mada University, Yogyakarta
227.
228.Girindra, A., (1990), Biokimia I, PT Gramedia, Jakarta.
229.
230.Harrison, M.J. 1997. Catalytic Mechanism of The Enzyme Papain. Prediction a Hybrid
Quantum Mechanical or Molecular Mechanical Potential. Journal of American
Chemical Society Vol 119:12885 12291
231.
232.Kalie. M. B., (1999), Bertanam Pepaya. Jakarta : PT Penebar Swadaya
233.
234.Kalk, (1975), Magnetic Relaxation in Protein Studies of Papain, Gronigen
235.
236.Kumaunang, M., dan Kamu, V., (2011), Aktivitas Enzim Bromeilin dari Ekstrak Kulit
Nanas (Ananas comosus) jurnal ilmiah sains Vol 11 no. 2
237.
238.Lawrie, R. A., (1995), Ilmu Daging, Universitas Indonesia-Press, Jakarta
239.
240.Lidya, Bevi, dkk., (2000), Dasar Bioproses, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta
241.
242.Mucthadi, et all., (1992), Enzim Dalam Industi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan
dan Gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor
243.
276.