Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FERMENTASI PADA KACANG-KACANGAN

Diajukan sebagai tugas untuk mata kuliah Teknologi Pangan

Oleh : Kelompok 4 Kelas 2.B

Nama Anggota : 1. Delfia Agustami 2. Sutia Dwi Purnasari 3. Yossi Lisnayenti NIM. 122110147 NIM. 122110174 NIM. 122110179

DosenPembimbing : Heriyenni, S.Pd, M.Si

PRODI D-III GIZI POLTEKKES KEMENKES PADANG 2014

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucap kan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah dengan judul Fermentasi Pada KacangKacangan. Dalam penulisan makalah ini kami banyak menghadapi kesulitan dan hambatan tetapi berkat dorongan dan dukungan dari teman-teman, sehingga kesulitan dan hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan. Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya. Namun walaupun makalah ini selesai tentulah masih banyak kekurangan hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, oleh karena itu kritik dan saran yang mengarah kepada perbaikan isi makalah ini sangat kami harapkan.

Padang, April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ...................................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1 B. Tujuan ..................................................................................................................... 1 C. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Fermentasi ............................................................................................. B. Prinsip Fermentasi.............................................................................. .................... 12 C. Pengaruh Fermentasi Terhadap Mutu Pangan ........................................................ 17

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................................. 19 B. Saran ....................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kita dihadapkan dengan kenyataan yang memprihatinkan, plasma nutfah dan sumber daya alam Indonesia dieksploitasi oleh pihak asing untuk kepentingan negara mereka sendiri. Rakyat Indonesia tidak dapat menikmati kekayaan alam negeri sendiri sehingga kesejahteraan masyarakat Indonesia berada di bawah rata-rata. Negara yang kaya akan sumber daya alam dan plasma nutfah ini seharusnya memiliki tingkat gizi yang lebih baik dibanding negara-negara lain, akan tetapi pemanfaatan yang tidak optimal menyebabkan kesejahteraan masyarakat Indonesia di bawah rata rata. Berbagai penyakit seperti busung lapar timbul akibat kekurangan gizi, terutama protein. Upaya untuk menangani masalah ini perlu mendapat perhatian secara serius untuk mengantisipasi berbagai masalah sosial yang akan ditimbulkan. Saat ini, harga protein hewani yang berasal dari daging, ikan, telur dan susu semakin mahal sehingga tidak terjangkau oleh masyarakat luas, khususnya yang berpendapatan pas-pasan. Untuk mencegah meluasnya masalah kekurangan gizi terutama protein di masyarakat, perlu digalakkan pemakaian sumber-sumber protein nabati. Penggunaan protein nabati dari kacang-kacangan (seperti tahu, tempe, dan oncom) telah terbukti ampuh untuk mengatasi masalah kekurangan gizi dan protein tersebut (Siswono, 2002).

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan fermentasi? 2. Apa saja prinsip fermentasi? 3. Bagaimana pengaruh fermentasi terhadap mutu pangan?

C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian dari fermentasi? 2. Mengetahui prinsip fermentasi? 3. Mengetahui pengaruh fermentasi terhadap mutu pangan?

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Fermentasi Kacang-Kacangan Menurut Louis Pasteur (ilmuwan Perancis) fermentasi adalah penguraian gula menjadi alkohol dan CO2 oleh mikroorganisme (khamir) dan berlangsung tanpa suplai/oksigen. Buchner menyempurnakan pengertian fermentasi yang dibuat Pasteur sebagai berikut Fermentasi adalah proses penguraian gula menjadi alkohol dan CO2 yang berlangsung karena adanya ekstrak khamir atau sebenarnya enzim-enzim yang terdapat dalam ekstrak tersebut. Sedangkan definisi modern dari fermentasi adalah: 1. Proses disimilasi anaerobik senyawa-senyawa organik oleh aktivitas mikroorganisme atau ekstrak dari sel-sel tersebut, antara lain fermentasi alkohol dan fermentasi asam laktat. 2. Reaksi oksidasi-reduksi di dalam sistem biologi yang menghasilkan energi, dengan senyawa-senyawa organik berperan sebagai donor dan akseptor elektron (Tjahjadi, 2011).

B. Prinsip Fermentasi Kacang-Kacangan Prinsip dari sebuah fermentasi adalah memperbanyak jumlah mikroorganisme dan menggiatkan metabolismenya dalam bahan pangan. Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan produksi maksimum dalam fermentasi harus sesuai, terutama faktor-faktor berikut ini: suhu inkubasi, pH medium, oksigen, cahaya, dan agitasi. Prinsip pengawetan dengan fermentasi didasarkan pada : a. Menggiatkan pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme penghasil alkohol dan asam organik. b. Menekan/mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme proteolitik dan lipolitik oleh alkohol atau asam organik yang dihasilkan dan bila populasinya sudah tinggi melalui persaingan akan zat gizi yang terdapat pada substrat (Tjahjadi, 2011).

Untuk hidup, semua organisme membutuhkan sumber-sumber energi yang diperoleh dari metabolisme bahan pangan dimana organisme terdapat didalamnya. Bahan baku energi yang paling banyak digunakan adalah glukosa. Dengan adanya oksigen, beberapa mikroorganisme mencerna glukosa dan menghasilkan air, karbondioksida, dan sejumlah

besar energi (ATP) yang digunakan untuk tumbuh. Proses ini merupakan metabolisme aerobik. Akan tetapi, beberapa mikroorganisme dapat mencerna bahan baku energinya tanpa adanya oksigen dan sebagai hasilnya bahan baku energi ini hanya sebagian yang dipecah. Hasilnya hanya berupa sejumlah kecil energi, karbondioksida, air, dan produk akhir metabolik yang berupa sejumlah besar asam laktat, asam asetat, dan etanol serta sejumlah kecil asam organik volatil lainnya (alkohol dan ester dari alkohol tersebut). Proses ini disebut juga fermentasi yang timbul sebagai hasil metabolisme tipe anaerobik. Proses fermentasi menyebabkan sejumlah protein, lemak dan karbohidrat mengalami degradasi menjadi fraksi-fraksi yang lebih sederhana dan lebih mudah dicerna dari pada bahan asalnya. Protein akan dihidrolisis oleh enzim protease menjadi peptida-peptida, pepton-pepton, asam-asam amino dan amoniak, demikian pula lemak atau trigliserida oleh enzim lipase diubah menjadi asam-asam lemak, alkohol atau ester. Beberapa komponen tersebut bersama-sama dengan komponen-komponen volatile dapat membentuk flavour yang khas. Hal ini berarti semakin banyak jumlah ragi yang ditambahkan maka semakin banyak pula komponen kacang hijau yang mengalami degradasi.

C. Pengaruh Fermentasi Kacang-Kacangan Terhadap Mutu Pangan Mikroorganisme yang paling berperan penting dalam proses fermentasi adalah bakteri pembentuk asam laktat, bakteri pembentuk asam asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil alkohol. Jenis-jenis kapang tertentu juga berperan utama dalam fermentasi beberapa bahan pangan. Sifat-sifat bahan pangan hasil fermentasi ditentukan oleh mutu dan sifat bahan pangan itu sendiri, perubahan yang terjadi sebagai hasil fermentasi mikroorganisme dan interaksi yang terjadi sebagai hasil fermentasi mikroorganisme dan interaksi yang terjadi antara produk dari kegiatankegiatan tersebut dan zat-zat yang merupakan pembentuk bahan pangan tersebut. Fermentasi oleh mikroorganisme yang dikehendaki akan memberikan flavor, bentuk, dan tekstur yang baik pada produk hasil fermentasinya.

FERMENTASI TEMPE Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti), atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe.

Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakanjamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh tubuh. Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus sp tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehinggajamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur. Rhizopus oligosporus menghasilkan enzim-enzim protease. Perombakan senyawa kompleks protein menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana adalah penting dalam fermentasi tempe, dan merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas tempe, yaitu sebagai sumber protein nabati yang memiliki nilai cerna amat tinggi. Kandungan protein yang dinyatakan sebagai kadar total nitrogen memang tidak berubah selama fermentasi. Perubahan terjadi atas kadar protein terlarut dan kadar asam amino bebas. Berdasarkan suatu penelitian, pada tahap fermentasi tempe ditemukan adanya bakteri Micrococcus sp. Bakteri Micrococcus sp. adalah bakteri berbentuk kokus, gram positif, berpasangan tetrad atau kelompok kecil, aerob dan tidak berspora, bisa tumbuh baik pada medium nutrien agar pada suhu 30C dibawah kondisi aerob. Bakteri ini menghasilkan senyawa isoflavon (sebagai antioksidan). Adanya bakteri Micrococcus sp. pada proses fermentasi tempe tidak terlepas dari tahapan pembuatan tempe, yang meliputi: penyortiran, pencucian biji kedelai diruang preparasi, pengupasan kulit, perebusan kedelai, perendaman kedelai, penirisan, peragian, pembungkusan, dan pemeraman. Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri antara lain, waktu, suhu, air, pH, suplai makanan dan ketersediaan oksigen. Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif (aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain). Selain itu tempe juga mengandung

zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain. Komposisi gizi tempe baik kadar protein, lemak, dan karbohidratnya tidak banyak berubah dibandingkan dengan kedelai. Namun, karena adanya enzim pencernaan yang dihasilkan oleh kapang tempe, maka protein, lemak, dan karbohidrat pada tempe menjadi lebih mudah dicerna di dalam tubuh dibandingkan yang terdapat dalam kedelai. Oleh karena itu, tempe sangat baik untuk diberikan kepada segala kelompok umur (dari bayi hingga lansia), sehingga bisa disebut sebagai makanan semua umur. Dibandingkan dengan kedelai, terjadi beberapa hal yang menguntungkan pada tempe. Secara kimiawi hal ini bisa dilihat dari meningkatnya kadar padatan terlarut, nitrogen terlarut, asam amino bebas, asam lemak bebas, nilai cerna, nilai efisiensi protein, serta skor proteinnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa zat gizi tempe lebih mudah dicerna, diserap, dan dimanfaatkan tubuh dibandingkan dengan yang ada dalam kedelai. Ini telah dibuktikan pada bayi dan anak balita penderita gizi buruk dan diare kronis. Dengan pemberian tempe, pertumbuhan berat badan penderita gizi buruk akan meningkat dan diare menjadi sembuh dalam waktu singkat. Pengolahan kedelai menjadi tempe akan menurunkan kadar raffinosa dan stakiosa, yaitu suatu senyawa penyebab timbulnya gejala flatulensi (kembung perut).

FERMENTASI KECAP Kecap merupakan salah satu bentuk pangan tradisional yang dibuat dari kedelai atau kacang-kacangan lainnya. Kecap berasal dari cina dan sudah lama dikenal serta dibuat oleh masyarakat Indonesia. Kecap dapat dibuat melalui 3 cara, yaitu dengan cara fermentasi, hidrolisis asam, dan kombinasi kedua cara tersebut. Dibandingkan dengan kecap yang dibuat dengan cara hidrolisis, kecap yang berasal dari proses fermentasi biasanya mempunyai cita rasa dan aroma yang lebih baik. Hal ini mungkin merupakan alas an mengapa jarang dijumpai pembuayan kecap secara hidrolisis asam. Pembuatan kecap secara fermentasi pada prinsipnya adalah memecah protein, lemak, dan karbohidrat oleh aktivitas enzim dan kapang, ragi (khamir), serta bakteri menjadi fraksifraksi yang lebih sederhana. Fraksi-fraksi tersebut menentukan cita rasa, aroma, dan komposisi kecap. Pembuatan kecap secara kombinasi merupakan gabungan kedua cara di atas. Sebagian protein dihidrolisis dengan asam, kemudian dilanjutkan dengan fermentasi. Pembuatan kecap di Indoensia umumnya dilakukan secara fermentasi. Pembuatan kecap dengan fermentasi umum terdiri dari dua tahap, yaitu fermentasi kapang (solid stage

fermentation.

Dan fermentasi dalam larutan garam (brine fermentation). Selama

fermentasikapang, mikroba yang berperan adalah Asperghillus Oryzae, A. Flavus, A. niger, dan Rhizophus ologosporus. Selama fermentasi, garam yang berperan adalah beberapa jenis khamir bateri, antara lain Zygosacharomyces dan Hansenula (khamir), serta Lactobacillis (bakteri). Fermentasi kapang dapat dilakukan secara spontan atau menggunakan biakan murni (koji). Pada fermentasi kapang secara spontan, mula-mula dipilih kedelai yang baik, kemudian di cuci dan direbus, lalu ditiriskan dan dihamparkan pada tampah (nyiru) sampi dingin. Selanjutnya, ditutup menggunakan daun pisang atau karung goni dan dibiarkan selama 3-5 hari sehingga ditumbuhi kapang. Kedelai yang telah difermentasi dengan kapang (baik secara spontan maupun dengan menggunakan koji), selanjutnya direndam dalam larutan garam 20 persen dan dibiarkan terfermentasi selama 3-10 minggu. Hasil fermentasi garam kemudian ditambahkan dengan sejumlah air dan direbus. Setelah itu, kedelai disaring dan filtrasi dipasteurisasi pasa suhu 6070C selama 30 menit. Bila suhu pasteurisasi terlalu tinggi akan terjadi pemecahan dan penggumpalan protein sehingga mutu kecap akan menurun. Filtrasi tersebut lalu dimasak bersama gula aren dan bumbu (untuk kecap asin) dan disaring. Filtrate hasil penyaringan merupakan kecap yang sudah jadi dan siap dibotolkan menjadi beberapa tingkatan mutu dari 1 kg kedelai dapat dihasilkan 5,5, sampai 15 liter kecap. Setara skematis, proses pembuatan kecap dapat dilihat pada gambar

FERMENTASI TAUCO Tauco, meski penggunaannya dalam masakan hanya terbatas dalam jumlah kecil, namun kehadirannya tak bisa dipungkiri, mampu menambah nilai rasa sebuah masakan. Gurih dan menyumbangkan aroma serta rasa khas yang sukar digantikan dengan bahan lain. Terbuat dari kacang kedelai yang proses pembuatannya mirip pembuatan kecap, tauco pun merupakan produk hasil fermentasi. Fermentasi merupakan istilah yang mengacu pada sebuah proses dengan menggunakan mikroba yang ditambahkan pada bahan baku untuk menghasilkan jenis produk baru dengan sifat dan karakteristik yang berbeda, tergantung jenis mikroba yang ditambahkan. Selama proses fermentasi akan terjadi perubahan fisika (bentuk) dan kimiawi. Kedelai merupakan bahan pangan sumber protein nabati yang sangat baik. Dari susunan asam amino pembentuk proteinnya, kedelai memiliki asam amino dengan mutu yang mendekati protein hewan. Kandungan asam lemaknya pun didominasi oleh asam lemak tidak jenuh yang baik untuk kesehatan. Karena itu, kandungan gizi produk fermentasi olahan kedelai pun sangat baik. Bahkan, berkat proses fermentasi yang terjadi, zat gizi kacang kedelai setelah menjadi tauco pun jadi lebih mudah dicerna, sama seperti produk fermentasi lainnya. Pada umumnya tauco dibuat secara spontan, sehingga jenis mikroba yang tumbuh akan bermacam-macam jenisnya dan keadaan yang demikian ini akan berpengaruh terhadap mutu dari tauco yang dihasilkan baik dari segi flavor maupun kandungan proteinnya. Bahan baku yang sering digunakan untuk membuat tauco adalah kedelai hitam atau kedelai kuning, tetapi yang sering dan umum digunakan adalah kedelai hitam. Bahan tambahan untuk pembuatan tauco adalah berbagai jenis tepung seperti tepung terigu, tapung beras atau tepung beras ketan. Pada prinsipnya proses pembuatan tauco melalui dua tahapan fermentasi yaitu: fermentasi kapang dan fermentasi garam. Secara tradisional, kedua tahapan fermentasi tersebut dilakukan secara spontan dimana mikroba yang berperan selama fermentasi bersal dari udara sekitarnya atau dari sisa-sisa spora kapang yang tertinggal pada wadah bekas fermentasi sebelumnya. Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan untuk membuat tauco meliputi: perendaman, pencucian, pengukusan, penirisan, penambahan laru, fermentasi kapang, dan dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan garam (fermentasi garam) selanjutnya adalah penyempurnaan.

Tujuan dari perendaman kedelai pada tahap pertama adalah untuk memudahkan pengupasan kulit kedelai, mengembangkan biji kedelai dan untuk membantu mempercepat pengukusan atau perebusan. Perendaman kedelai biasanya dilakukan semalam atau sekitar 20 sampai 22 jam. Berbeda dengan pembuatan tempe, pada pembuatan tauco sering ditambahkan tepung misalnya tepung beras, tepung ketan, atau tepung terigu. Adapun tujuan dari penambahan tepung ini adalah untuk: 1. Merangsang pertumbuhan kapang 2. Menambah volume produk 3. Menurunkan kadar air 4. Sumber lignin, glikosida, dan asam glutamat Selama proses fermentasi kapang mikroba yang berperan adalah kapang dari jenis AspergillusI yaitu A. oryzae atau dari jenis R. oryzae dan R. oligosporus. Diantara kapangkapang tersebut yang lebih sering digunakan dalam pembuatn tauco adalah kapang A. oryzae. Penggunaan kapang yang berbeda akan berpengaruh pada mutu dari taoco yang dihasilkan. Mikroba yang aktif dalam fermentasi garam adalah Lactobacillus delbrueckii, Hansenula sp., dan Zygosaccharomyces yang dapat tumbuh secara spontan. Selama fermentasi kapang, kapang yang berperan akan memproduksi enzim seperti enzim amilase, enzim protease, dan enzim lipase. Dengan adanya kapang tersebut maka akan terjadi pemecahan komponen-komponen dari bahan tersebut. Selama proses fermentasi garam, enzim-enzim hasil dari fermentasi kapang akan memecah komponen-komponen gizi dari kedelai menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Protein kedelai akan diubah menjadi asam amino, sedangkan karbohidrat akan diubah menjadi senyawa organik. Senyawa-senyawa tersebut kemudian akan bereaksi dengan senyawa lainnya yang merupakan hasil dari proses fermentasi asam laktat dan alkohol. Reaksi antara asam-asam organik dan etanol (alkohol) lainnya akan menghasilkan ester-ester yang merupakan senyawa pembentuk cita rasa dan aroma. Adanya reaksi antara asam amino dengan gula akan menyebabkan terjadinya pencoklatan yang akan mempengaruhi mutu produk secara keseluruhan. Karena proses fermentasi ini, struktur protein di dalam kedelai terpecah-pecah menjadi berbagai macam asam amino. Berbagai asam amino ini bercampur dengan garam yang ditambahkan, membentuk kandungan umami yang tinggi sekali. Umami adalah sebutan komponen rasa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi gurih. Rasa gurih/umami terjadi karena terbentuknya MSG alami dalam tauco.MSG seperti kita ketahui

adalah singkatan Mono Sodium Glutamat, di mana sodium adalah nama lain dari Natrium dan glutamat dari asam glutamat salah satu bentuk asam amino alami. Reaksi antara asam glutamat dan natrium chorida (NaCl = garam) menghasilkan senyawa baru Mono Sodium Glutamat.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Fermentasi adalah proses penguraian gula menjadi alkohol dan CO2 yang berlangsung karena adanya ekstrak khamir atau sebenarnya enzim-enzim yang terdapat dalam ekstrak tersebut. Prinsip dari sebuah fermentasi adalah memperbanyak jumlah

mikroorganisme dan menggiatkan metabolismenya dalam bahan pangan. Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi pertumbuhan dan produksi maksimum dalam fermentasi harus sesuai, terutama faktor-faktor berikut ini: suhu inkubasi, pH medium, oksigen, cahaya, dan agitasi. Proses fermentasi menyebabkan sejumlah protein, lemak dan karbohidrat mengalami degradasi menjadi fraksi-fraksi yang lebih sederhana dan lebih mudah dicerna dari pada bahan asalnya. Protein akan dihidrolisis oleh enzim protease menjadi peptida-peptida, pepton-pepton, asam-asam amino dan amoniak, demikian pula lemak atau trigliserida oleh enzim lipase diubah menjadi asam-asam lemak, alkohol atau ester Mikroorganisme yang paling berperan penting dalam proses fermentasi adalah bakteri pembentuk asam laktat, bakteri pembentuk asam asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil alkohol. Jenis-jenis kapang tertentu juga berperan utama dalam fermentasi beberapa bahan pangan.

B. Saran Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan para pembaca mampu memahami tentang Fermentasi pada Kacang-Kacangan dalam Ilmu Teknologi Pangan dan

menerapkannya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://lordbroken.wordpress.com/2011/10/01/pembuatan-dan-fermentasi-tauco/ http://books.google.co.id/books?id=bH0l24dGQG0C&pg=PA78&dq=fermentasi+kacangkacangan&hl=en&sa=X&ei=sfBMU_qEHsnGrAeS64DAAw&redir_esc=y#v=onepage&q=f ermentasi%20kacang-kacangan&f=false

Anda mungkin juga menyukai