UJI BORAKS
A. Latar Belakang
Indonesia dikenal dengan kuliner yang kaya dan beragam, dengan citarasa yang lezat
kuliner indonesia benyak digemari dan dapat bersaing dengan kuliner luar negeri. selain itu
beberapa kuliner indonesia juga memiliki kemiparan dengan kuliner luar negeri. hal ini dapat
terjadi karena kulturasi budaya. contohnya saja seperti bakso, mie ayam, siomay dsb. kuliner
tersebut banyak dijajakan oleh penjual mulai dari tempat yang elit hingga ke pedagang kaki
lima.
Namun beberapa tahun belakangan banyak padagang nakal yang menambahkan zat
kimia berbahaya kedalam makanan yang mereka jual. penggunaan zat kimia berbahaya
seperti boraks dan formalin mereka gunakan bukan tanpa alasan. pedagang nakal ini
menggunakan formalin salah satunya untuk mengawetkan mie basah hasil produksi mereka
agar dapat bertahan selama beberapa hari. selain itu makanan yang acapkali diakali dengan
penambahan boraks adalah bakso, tahu, mie dengan tujuan dapat memperbaiki tekstur dan
kepadatan sehingga menjadi bakso dan mie yang lebih kenyal, serta tahu yang tidak mudah
hancur. boraks juga dipakai oleh para pedagang kerupuk nakal untuk member kerenyahan
serta rasa gurih.
Boraks berbahaya apabila dikonsumsi terutama pada jangka waktu yang lama. boraks
dalam dosis yang tinggi dapat meracuni sel-sel tubuh dan menyebabkan kerusakan usus, hati,
ginjal dan otak. penyakit yang ditimbulkannya seperti kanker dan gangguan fungsi hati.
terdapat beberapa ciri makanan yang mengandung boraks seperti, bertekstur kenyal, tidak
mudah hancur, berwarna mencolok daripada aslinya, beraroma menyengat, tidak mudah
rusak atau busukwalaupun ditaruh pada suhu yang tidak semestinya. selain itu untuk
mengetahui makanan tersebut mengandung boraks atau tidak dapat dilakukan pengujian. oleh
karena itu dilakukannya praktikum uji boraks ini.
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam laporan praktikum uji boraks ini adalah untuk mengetahui
kandungan boraks pada makanan dalam hal adalah tahu putih.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Praktikum
Kajian Pustaka
Menurut syah (2005), bahan tambahan pangan (btp) adalah bahan atau campuran
bahan yang secara alami, bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi
ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan dan
untuk memperbaiki karakter pangan agar memiliki kualitas yang meningkat. peraturan
pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan pada bab 1 pasal
1 menyebutkan, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah bahan yang
ditambahkan kedalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan atau produk
pangan.
Zat adiktif makanan adalah bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu
pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu atau bahan yang ditambahkan pada makanan
ataupun minuman pada waktu proses atau pembuatannya dan terdapat pada hasil akhirnya
(pardiazi, 1980).
Pemakaian btp (bahan tambahan pangan) yang aman merupakan pertimbangan yag
penting. jumlah btp (bahan tambahan pangan) yang diizinkan untuk digunakan dalam pangan
harus merupakan kebutuhan minimum untuk mendapatan pegaruh yang dikehendaki. pada
prinsipnya konsumen harus diberi informasi adanya bahan tambahan pangan (btp) dalam
bahan baku makanan. pernyataan yang tertera atau etiket harus diberikan informasi adanya bt
(bahan tambahan pangan) kepada konsumen. hal ini merupakan metode yang paling efektif
untuk mencapai tujuan tersebut (baliwati, 2004).
B. Boraks
Boraks (na2b4o7.10 h2o) adalah kristal putih yang dapat larut dalam air dingin
membentuk natrium hidroksida dan asam borat. boraks mudah larut dalam air dan tidak
berbau serta memiliki ph 9,5. boraks maupun asam borat sebenarnya digunakan dalam
industri non pangan karena memiliki sifat antiseptik dan biasa digunakan dalam industri
farmasi sebagai ramuan obat seperti salep, bedak, obat pencuci mata, obat oles mulut, solder,
bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa (suhada dan rikky, 2012).
asam borat atau boraks (boric acid) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan
digunakan sebagai campuran bahan makanan, boraks dalam air berubah menjadi natrium
hidroksida dan asam borat (syah, 2005).
Senyawa-senyawa asam borat ini mempunyai sifat-sifat kimia sebagai berikut : jarak
lebur sekitar 171o c. larut dalam 18 bagian air dingin, 4 bagian air mendidih, 5 bagian
gliserol 85%, dan tidak larut dalam eter. kelarutan dalam air bertambah dengan penambahan
asam klorida, asam sitrat atau asam tartrat. mudah menguap dengan pemanasan dan
kehilangan satu molekul airnya pada suhu 1000 c yang secara perlahan berubah menjad asam
metaborat (hbo2). asam borat merupakan asam lemah dengan garam alkalinya bersifat basa,
mempunyai bobot molekul 61,83 berbentuk serbuk halus kristal transparan atau granul putih
tak berwarna dan tak berbau serta agak manis (khamid, 2006).
Pengaruhnya terhadap organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ
tubuh, boraks merupakan racun bagi semua sel. kadar tertinggi tercapai pada waktu
diekstraksi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh dibandingkan dengan
organ yang lain. dosis tertinggi yaitu 10-20 gr/kg berat badan orang dewasa dan 5 gr/kg berat
badan anak-anak (saparinto dan hidayati, 2006).
Boraks meskipun bukan pengawet makanan sering pula digunakan sebagai pengawet
makanan, selain sebagai pengawet, bahan ini berfungsi pula mengenyalkan makanan.
makanan yang sering ditambahakan boraks diantaranya adalah bakso, sosis, nugget, mie,
kerupuk dan lontong. bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan-kekenyalan
bakso khas yang berbeda dari bakso yang menggunakan banyak daging. kerupuk yang
mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, tekstur bagus dan renyah.
ikan basah yang tidak rusak selama 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan
tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin. tahu yang berbentuk bagus,
kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada
suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin. mie basah biasanya lebih awet sampai 2
hari pada suhu kamar 25°c, berbau menyengat, kenyal, tidak lengket, dan agak mengkilap
(yuliarti, 2007)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Praktikum uji boraks pada sampel bahan pangan ini dikukan pada :
Alat
Gelas ukur
Cawan penguap
Alu
Kawat kasa
Kaki tiga
Pipet tetes
Mortar
Sendok besi
Kain saring
Sendok pengaduk
Papper test
Korek api kayu
Bahan
Tahu putih
Etanol
Aquades
Kunyit
C. PROSEDUR KERJA ATAU CARA KERJA
Adapun hasil dan pembahasan dalam laporan praktikum uji boraks pada sampel bahan
pangan ini adalah sebagai berikut :
Pada praktikum uji boraks pada sampel bahan pangan kali uji dilakukan dua uji,
yaitu :
Percobaan ini menggunakan sampel tahu putih. sampel-sampel bahan pangan yang
diambil merupakan sampel yang sering sekali terindikasi dalam penggunaan boraks.
Pada percobaan pertama, sampel dilumatkan terlebih dahula dengan mortar agar
memudahkan pengujian, sertas dan terindikasi dengan baik. bahan yang digunakan sebagai
indikator pada uji ini adalah kunyit. kunyit yang digunakan terlebih dahulu sudah digerus dan
diambil ekstraknya. sebelum menguji boraks pada sampel, terlebih dahulu lakukan
standarisasi indikator dengan menambahkan larutan boraks dengan indikator
yang berasal dari kunyit. hasil standarisasi ini menghasilkan warna merah kecoklatan.
selanjutkan dilakukan uji boraks pada sampel bahan makanan. hasil yang didapat dari uji ini
adalah negatif. karena tidak ada satupun dari sampel yang memberikan warna merah
kecoklatan.
Pada percobaan kedua, sampel bahan makanan dilumatkan lalu diberi perlakuan
sesuai dengan prosedur. setelah diuapkan dengan penangas ketiga sampel dinyatakan negatif
karen tidak ada yang memberikan warna merah ceri. sisa pengendapan masing-masing
sampelpun tidak ada yang memberikan warna hijau kehitaan setelah ditambahkan etanol
bab v
penutup
kesimpulan
berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. bahan makanan yang mengandung boraks akan lebih kenyal dari biasanya, selain itu
makanan tidak mudah rusak dan busuk.
2. apabila sampel yang mengandung boraks diuji dengan menggunakan kunyit maka
akan menghasilkan warna merah kecoklatan.
3. sampel bahan pangan tahu putih yang diuji dinyatakn negatif mengandung boraks.
Daftar Pustaka
Baliwati, Y., F. 2004. Pengantar Pangan Dan Gizi. Cetakan I. Penerbit Swadaya.
Hal. 89 : Jakarta.
Khamid, I.R. 2006. Bahaya Boraks Bagi Kesehatan. Jakarta. Penerbit Kompas.
Saparinto C., Hidayati D., 2006. Bahan Tambahan Pangan. Yogyakarta: Kanisius
Suhada Dan Rikky. 2012. Higienis Sanitasi Pengolahan Dan Analis Boraks Pada
Bubur Ayam Yang Dijual Di Kecamatan Medan Sunggal. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara. Medan
Syah, D. Faisal Dan Yani M. 2005. Manfaat Dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan.
Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Yuliarti N., 2007. Awasi Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: Penerbit
Andi