KOMPOSISI
KANDUNGAN
BAHAN PANGAN
BAHAN PANGAN
Gula dalam soda adalah makanan bagi bakteri di mulut, yang kemudian
menghasilkan asam yang membantu plak menggerogoti lapisan pelindung gigi.
Tubuh manusia hanya dapat memanfaatkan sejian kadar gula yang anda konsumsi
sebagai energi, sisanya akan berubah menjadi lemak dan disimpan untuk
digunakan nanti. Banyak orang mengira lemak menjadi biang kerok berat badan
berlebihan, padahal banyak penelitian yang membuktikan bahwa gula menjadi
penyebab lebih besar dari kenaikan berat badan.
b. CO2
Karbon dioksida atau CO2 merupakan bahan yang aman digunakan pada produk
minuman karena pada dasarnya sama dengan gas alam yang kita keluarkan saat
bernafas dan dihirup tanaman saat proses respirasi, kata Ahli gizi dan Pakar Teknologi
Pangan, Prof. Dr. Made Astawan.
Ia mengungkapkan, hasil kajian JECFA (Join Expert Committee on Food Additivies)
menetapkan ADI (Acceptable Daily Intake) untuk karbon dioksida adalah "not
specified", artinya tidak ada kekhawatiran risiko mengenai penambahan zat ini dalam
minuman.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun menetapkan karbon dioksida
merupakan bahan pengkarbonasi yang diizinkan penggunaannya pada produk pangan,
yaitu untuk membentuk karbonasi pada produk makanan dan minuman.
Penggunaan karbon dioksida ( CO2) pada minuman atau air buah dengan maksud
untuk mendapatkan suatu rasa yang diinginkan. Karbonasi menghasilkan yaitu “desis”
yang menguatkan kesegaran rasa serta “kilau” dan “gelembung” ketika minuman
tersebut dituangkan dari wadahnya. (Anonim,2001)
Minuman berkarbonasi yang mengandung gelembung – gelembung CO2 membuat
perut terasa penuh dan menurunkan keinginan untuk makan, sehingga tubuh
kekurangan akan viatamin, mineral, dan makanan sebagai sumber energi.
(Nurlatifah,2013)
c. Perisa emulsi kola
Perisai sintesis dibuat dari bahan – bahan kimia, jika penggunaannya terlalu berlebihan
maka akan memberikan dampak negatif bagi tubuh dan membahayakan kesehatan.
Salah satunya adalah ada kemungkinan menimbulkan kelainan genetic seperti kanker,
penuaan sel, dan kerusakan organ yang lain.
d. Pengatur keasaman sitrat
Konsumsi minuman bersoda memang sedang marak, terutama dikalangan anak
muda. Menurut Dr. Peter Rock, minuman bersoda merupakan faktor penyebab
kerusakan gigi pada anak muda Inggris karena dapat menggerus email pelindung
gigi, melemahkan gigi dan menipiskan lapisan gigi.
Di Indonesia sendiri minuman bersoda bukan lagi hal yang luar biasa. Minuman
bersoda merupakan minuman ringan yang memiliki sensasi menggigit ketika
dikonsumsi. Awalnya minuman bersoda sangat dihindari oleh mereka yang takut
gemuk karena kandungan gula di dalam minuman tersebut. Tapi belakangan diketahui
bahwa masih ada bahaya yang lain mengintai, yakni kerusakan email gigi. Menurut
para ahli, penyebab utamanya adalah kandungan asam sitrat dalam minuman bersoda.
Asam sitrat merupakan asam organik yang dapat melarutkan kalsium dan fosfat pada
email gigi yang kemudian akan menjadi awal mula dari karies gigi.
Proses pelarutan email gigi terlihat dari berkurangya kadar kalsium dan fosfat yang
terkandung dalam email gigi. Terjadinya karies gigi dapat dihambat dengan fluor.
Pengaruh fluor terhadap penghambatan karies gigi dapat diamati melalui perbandingan
perlakuan perendaman email gigi dalam minuman bersoda tanpa penambahan Natrium
Fluorida dan dengan penambahan Natrium Fluorida.
e. Pewarna caramel
Penelitian yang dilakukan oleh Center for Science in the Public Interest (CSPI),
sebuah organisasi kesehatan masyarakat berbasis di Washington ini menemukan
adanya zat yang dapat menjadi pemicu ribuan jenis kanker dalam perwarna karamel
yang digunakan pada pabrik minuman bersoda.
Karamel yang ada pada minuman soda ini berbeda pembuatannya dengan
pemanasan gula hingga cair seperti yang biasa kita lakukan di rumah. Perwarna
karamel ini dibuat dengan mereaksikan gula dengan amonia dan sulfit di bawah
tekanan tinggi dan suhu.
Reaksi kimia yang menghasilkan pembentukan dua zat yang dikenal sebagai 2-MI
dan 4-MI inilah yang dalam penelitian pada mencit dapat menyebabkan kanker paru-
paru, hati, tiroid, dan darah atau leukemia.
Fakta ini dibenarkan pula oleh para peneliti lain dari University of California. Mereka
menemukan kandungan dalam jumlah besar zat karsinogen 4-MI di lima merek
minuman bersoda.
Direktur eksekutif CSPI, Michael F Jacobson telah mengajukan permohonan
regulator kepada Amerika Food & Drug Administration agar mereka segera bertindak.
Tipe pewarna yang digunakan cola adalah Carmel IV, yang dibuat berdasarkan
proses sulfit amonia karamel. Kemudian Carmel III, yang dihasilkan dengan proses
campuran amonia namun tanpa Sulfit, jenis kedua ini juga terkadang digunakan dalam
campuran bir, kecap, dan makanan lainnya
f. Natrium benzoat (pengawet)
Menurut Tranggono (1990), dampak dari penggunaan natrium benzoate bagi tubuh
antara lain :
1. Dapat menyebabkan kanker karena natrium benzoat berperan sebagai agent
karsinogenik.
2. Untuk natrium benzoat bisa menimbulkan reaksi alergi dan penyakit saraf.
3. Berdasarkan penelitian Badan Pangan Dunia (FAO), konsumsi benzoat
yang berlebihan pada tikus akan menyebabkan kematian dengan gejalagejala
hiperaktif, sawan, kencing terus- menerus dan penurunan berat badan.
4. Benzoat dipandang tidak mempunyai efek teratogenik menyebabkan
cacat bawaan) jika dikonsumsi melalui mulut, dan juga tidak mempunyai efek
karsinogenik.
1. Kandungan lilin
Dalam proses pembuatan mi, pengawetan dilakukan dengan deep frying yaitu
penggorengan dalam minyak panas pada suhu 120-160 derajat celcius selama
kurang lebih dua menit sampai kering dan diperoleh kadar air kurang dari 4%
sehingga mikroorganisme tidak dapat berkembangbiak. Bentuk mi yang masih
kering masih belum menimbulkan kecurigaan. Menurut penelitian ternyata di
dalam mi instan terdapat kandungan lilin yang berbahaya bagi kesehatan.
Kandungan lilin dalam mi instan berguna untuk membuat mi tidak lengket satu
sama lain. Kandungan lilin tersebut akan merusak sistem kerja pencernaan dalam
tubuh karena baru bisa dicerna oleh tubuh dalam waktu minimal 2 hari. Hal ini juga
didukung oleh penelitian Dr Kuo yang menggunakan kamera berukuran sangat
mini untuk melihat apa yang terjadi dengan mi instan di dalam saluran pencernaan.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, mi instan termasuk juga mi ramen asal
Jepang, tidak hancur selama dua jam proses pencernaan di dalam tubuh. Bentuk
mi yang masih utuh memaksa saluraan pencernaan manusia bekerja ekstra keras
untuk memecah makanan tersebut. Bahayanya jika mie instan tetap ada di dalam
saluran pencernaan untuk waktu yang lama, akan sangat berdampak pada
penyerapan nutrisi makanan lain yang dimakan.
2. Kandungan nipagin
TBHQ merupakan bahan kimia yang sering disebut memiliki fungsi sebagai
antioksidan. Tapi, TBHQ ini bukanlah berasal antioksidan alami tapi berasal dari
bahan kimia sintesis. Zat ini berfungsi untuk mencegah oksidasi lemak dan minyak,
sehingga dapat memperpanjang masa simpan makanan olahan, atau biasa
disebut bahan pengawet. Bahan ini yang membuat mi instan bisa awet disimpan
dalam waktu yang lama. TBHQ biasa digunakan di dalam makanan olahan instan.
Tetapi, bahan kimia tersebut juga bisa ditemukan di dalam bahan non-makanan,
seperti pestisida, kosmetik, dan parfum, karena sifatnya yang bisa mengurangi
tingkat penguapan. Kalau TBHQ ada di dalam makanan jelas membahayakan
tubuh manusia apalagi kalau kamu sering mengonsumsinya, bisa berakibat mual
disertai muntah, terjadi dering di telinga, mengigau, dan sesak napas.
Bumbu mi instan mengandung bahan penyedap rasa seperti MSG atau vetsin
yang dapat membahayakan untuk kesehatan. MSG dapat menyebabkan disfungsi
otak dan kerusakan berbagai organ. Selain itu, zat ini juga dapat menimbulkan
sejumlah penyakit, seperti alzheimer, parkinson, dan bahkan penyakit kesulitan
belajar. Sekarang ini mie instan tersedia dengan berbagai macam rasa, ada rasa
soto, rasa kari ayam, rasa rendang. Aneka macam rasa ini biasanya mengandung
flavour yang secara medis apabila dikonsumsi secara berlebihan dalam waktu
lama juga akan menimbulkan sejumlah keluhan penyakit.
Komposisi :
Tepung Beras, Pengembang natrium bikarbonat,
Gula, Perisa artifisial
Tepung Tapioka, Vanilla,
Garam, Penguat rasa dinatrium inosinat,
Tepung telur, Guanilat
Bahan berbahaya yang terkandung :
1. Guanilat
Dinatrium inosinat sering digunakan dalam kombinasi dengan aditif makanan lain seperti
dinatrium guanilat dan monosodium glutamat (MSG). Dinatrium inosinat, biasanya dijadikan
bahan campuran penambah rasa dalam makanan cepat saji, pada dasarnya adalah garam
disodium asam inosinic yang membuat hidangan lebih beraroma. Meskipun dapat
meningkatkan rasa, dinatrium inosinat dapat memiliki beberapa efek samping, terutama pada
orang yang sensitif terhadap penyedap rasa ini.
a. Kulit memerah
Kulit yang memerah seperti yang kita tahu, adalah karena terjadinya pelebaran pembuluh
darah yang menyebabkan sirkulasi darah meningkat. Peningkatan luar biasa dalam aliran
darah membuat kulit tampak merah. Dinatrium inosinat dapat memiliki dampak langsung
pada pembuluh darah dengan memperlebarnya, sehingga menghasilkan kulit memerah.
Dinatrium inosinat cenderung menyamai reaksi glutamat, suatu neurotransmitter yang
juga dapat melebarkan pembuluh darah.
b. Sakit kepala
Efek samping dinatrium inosinat lainnya adalah sakit kepala yang parah, setiap kali
setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung dinatrium inosinat. Ada juga
yang mengalami migrain setelah mengkonsumsi makanan aditif ini. Sakit kepala
akibat konsumsi makanan tambahan bisa menjadi hal yang sangat buruk dan
mungkin tidak mereda sampai berhenti mengkonsumsinya.
c. Berkeringat
Makan makanan yang mengandung dinatrium inosinat dapat menyebabkan keringat
berlebihan. kondisi ini juga dikenal dengan istilah hiperhidrosis, ini mungkin terjadi
karena kelenjar keringat menjadi terlalu aktif.
d. Rasa Terbakar
Orang sensitif terhadap makanan aditif ini mungkin mengalami sensasi terbakar di
sekitar daerah mulut. Kadang-kadang sensasi ini bisa menyebar ke daerah lain dari
wajah.
e. Mati rasa
Perasaan mati rasa di sekitar mulut dan di dada juga dapat terjadi sebagai efek
samping dari dinatrium inosinat. Selain itu efek samping juga dapat menyebabkan
ketidaknyamanan pada dada atau sesak setelah mengkonsumsi makanan aditif ini.
f. Ruam kulit
Efek samping dinatrium inosinat juga dapat memicu sensasi gatal, yang disertai oleh
ruam. Menkonsumsi bahan makanan ini terus menerus dapat menyebabkan ruam
dan gatal kronis. kulit bisa sangat gatal, sehingga penanganan medis mungkin
diperlukan. Dalam kasus yang jarang terjadi, ruam gatal yang parah bisa disertai
dengan pembengkakan bibir, lidah, dan tenggorokan, yang membutuhkan perhatian
medis yang mendesak.
g. Ketidaknyamanan Pada Lambung
Dinatrium inosinat dapat memberikan rasa gurih makanan tetapi juga dapat
memberikan ketidaknyamanan pada lambung yang dapat bermanifestasi dalam
bentuk nyeri perut bagian atas yang disertai dengan kembung, mual, dan
bersendawa.
h. Memburuknya Gejala Asam Urat
Orang yang menderita asam urat, harus menghindari makan makanan yang mengandung
penyedap rasa ini. Hal ini karena, dinatrium inosinat dasarnya adalah purin, yaitu senyawa
protein hewani dan dimetabolisme menjadi asam urat dalam tubuh sehingga dapat
memperburuk kondisi.