Penyelesaian Tugas I:
A. Nama Produk
Kornet Daging Sapi PRONAS
B. Deskripsi Umum
Kornet mempunyai nama lain corned beef. Dalam resep masakan Indonesia, banyak sekali yang
menggunakan kornet sebagai salah satu bahan olahannya. Cara pembuatan kornet sapi adalah dengan
diawetkan dengan campuran air dan juga larutan garam jenuh. Setelah dicelupkan dengan larutan
garam maka kornet akan dimasak dengan cara simmering. Simmering adalah dimasak dengan
menggunakan api kecil agar tekstur sapi tetap terjaga, proses ini dilakukan di pabrik kornet. Banyak
sekali banyak orang yang menyukai kornet. Hal ini dikarenakan rasa dan teksturnya yang sangat
digemari orang. Ditambah lagi kornet sangat mudah untuk dimasak. Tentu saja nutrisi dan protein
yang ada pada kornet sangatlah sehat. Dalam proses pembuatannya, anda perlu mengetahui beberapa
poin mengenai proses pembuatan daging kornet.
Kaleng adalah salah satu jenis kemasan makanan yang mulai diperkenalkan pada perang dunia
kedua. Kelebihan menonjol dari kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi, sehingga
makanan yang disimpan di dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet. Kerusahan utama
yang terjadi pada bahan makanan adalah kerusakan yang disebabkan oleh mikroba. Jasad renik itulah
yang menyebabkan makanan jadi bau, busuk, dan bahkan menjadi beracun. Makanan kaleng adalah
makanan yang diawetkan dengan metode memasukkan dan menyimpan bahan pangan dalam wadah
yang terbuat dari kaleng kedap udara. Metode preservasi makanan ini dikembangkan pada akhir abad
ke-18. Tujuannya adalah mengawetkan bahan makanan bagi para tentara atau pelaut di medan perang.
PRONAS merupakan pelopor makanan kaleng yang masih di konsumsi sampai saat ini oleh
keluarga Indonesia. Pabrik yang berlokasi di jalan Diponegoro 101 Denpasar, Bali, pada awalnya di
dirikan untuk memproduksi makanan kaleng dan daging beku. Pengembangan sumber daya manusia
dan infrastruktur pun dijalankan secara intensif. Pengrekrutan dan pelatihan diterapkan dengan ketat
untuk menghasilkan karyawan yang kompeten dan profesional. Mesin-mesin pun didatangkan
langsung dari Jerman, Amerika Serikat, Korea dan China untuk memastikan proses produksi yang
efisien dan higienis. Seiring meningkatnya kesadaran terhadap kehalalan produk, perusahaan
mendapatkan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Islam Daerah Bali pada tahun 1995 dan dari komisi
fatwa MUI pada tahun 2000. Kini, di usianya lebih dari 70 tahun, PRONAS tetap berkomitmen untuk
terus menghasilkan makanan kaleng dengan kualitas terbaik bagi keluarga Indonesia.
Kornet Daging Sapi PRONAS terbuat dari daging sapi pilihan yang dicampur dengan tepung,
agar kornet sapi ini memiliki tekstur yang tidak lembek dan berair saat dimasak. Dengan
menggunakan daging kornet Pronas Anda dapat menciptakan makanan lezat, sehat, dan mudah untuk
keluarga. Corned beef dari Pronas merupakan daging kornet sapi dilengkapi dengan kandungan
protein dan mineral yang baik untuk kesehatan. Pronas memiliki rasa asli daging sapi dan tersedia
dalam 4 ukuran kemasan yaitu: 50 gram, 120 gram, 198 gram dan 340 gram. Varian size pada
makanan kaleng daging kornet ini dapat Anda sesuaikan dengan kebutuhan.
Pada studi kasus kali ini saya akan melakukan sebuah pengendalian dan penjaminan mutu, yang
dimana produk yang saya jadikan objek adalah produk “Kornet Daging Sapi PRONAS” dengan
varian kemasan kaleng 50 gram.
D. Bahan Baku
Aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja
ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa,
tekstur, dan memperpanjang daya simpan. Selain itu dapat meningkatkan nilai gizi seperti protein,
mineral dan vitamin. Penggunaan aditif makanan telah digunakan sejak zaman dahulu. Bahan aditif
makanan ada dua, yaitu bahan aditif makanan alami dan buatan (sintetis).
Bahan tambahan makanan adalah bahan yang bukan secara alamiah merupakan bagian dari
bahan makanan, tetapi terdapat dalam bahan makanan tersebut karena perlakuan saat pengolahan,
penyimpanan atau pengemasan. Agar makanan yang tersaji tersedia dalam bentuk yang lebih menarik,
rasa enak, rupa dan konsistensinya baik serta awet maka sering dilakukan penambahan bahan
tambahan makanan yang sering disebut zat aditif kimia. Adakalanya makanan yang tersedia tidak
mempunyai bentuk yang menarik meskipun kandungan gizinya tinggi. Untuk bahan tambahan
makanan alami pada produk kornet daging sapi PRONAS meliputi garam, air, gula, dan merica.
Sedangkan untuk bahan tambahan zat adiktif kimia meliputi natrium nitrit, sekuestran natrium
polifosfat, dan bumbu-bumbu (mengandung penguat rasa mononatrium glutamat, antioksidan asam
askorbat).
Adapun rincian bahan baku untuk pembuatan produk kornet daging sapi PRONAS adalah
sebagai berikut:
1. Daging sapi yang digiling
Daging sapi cincang atau daging sapi giling harus terdiri dari daging sapi segar dan / atau
beku yang dipotong dengan atau tanpa bumbu dan tanpa penambahan lemak daging sapi,
tidak boleh mengandung lebih dari 30 persen lemak, dan tidak mengandung air tambahan,
fosfat, pengikat, atau ekstender.
2. Garam
Garam dapur adalah sejenis mineral yang dapat membuat rasa asin. Biasanya garam dapur
yang tersedia secara umum adalah Natrium klorida (NaCl) yang dihasilkan oleh air laut.
E. Karakteristik Variabel
Data/Karakteristik Variabel adalah data yang sifatnya kontinu dan umumnya berupa daa
terukur atau data yang didapat dari hasil pengukuran. Pada studi kasus ini karakteristik variabel yang
digunakan adalah kandungan protein pada produk kornet daging sapi PRONAS. Kandungan protein
tersebut satuannya adalah gram dan diketahui standar kandungannya adalah 6 gram dengan batas
spesifikasi sebesar 5,8 gram-6,5 gram.
Gambar 1.3 Cacat/Defect Kaleng Mengembang Produk Kornet Daging Sapi PRONAS
2. Kaleng penyok
Penyoknya kaleng dapat membuat terjadinya lubang-lubang kecil. Tentunya apabila terdapat
lubang kecil maka mikroba dapat masuk kapan saja. Oleh sebab itu anda perlu waspada
mengenai produk dari pabrik kornet.
Gambar 1.4 Cacat/Defect Kaleng Penyok Produk Kornet Daging Sapi PRONAS
3. Ketahanan kadaluarsa
Salah satu yang menjadi atribut utama bagaimana menentukan produk yang berkualitas
adalah dengan ketahanan kadaluarsa yang baik.
Gambar 1.5 Cacat/Defect Ketahanan Kadaluarsa Produk Kornet Daging Sapi PRONAS
H. Proses Pembuatan
Ada beberapa proses yang perlu diketahui dalam pembuatan daging kornet. Rangkaian proses
tersebut merupakan proses yang dilakuan agar dapat mendapatan tekstur dan rasa kornet yang
diinginkan. Dengan melakukan rangkaian proses tersebut secara tepat maka pabrik akan
menghasilkan produk yang berkualitas yang dapat menguntungkan pabrik berlipat ganda.
1. Menggiling daging
Langkah pertama yang dilakukan terlebih dahulu adalah menggiling daging sapi. Daging
sapi digiling menggunakan mesin penggiling atau chopper. Saat proses penggilian pihak
pabrik harus memastikan bahwa daging berada dalam suhu rendah. Suhu biasanya
ditetapkan dibawah 16 derajat celsius. Cara untuk mempertahankannya adalah dengan
menaruh es.
0-2 Pencampuran
(Mixing)
0-3 Pengisian
0-4 Exhausting
0-5 Pensterilan
I-1 Inspeksi
Ringkasan Penyimpanan
Kegiatan Jumlah
Operasi 5
Inspeksi 1
Penyimpanan 1
Total 7
Buat peta kontrol X, R dan σ nya bila spesifikasi anda ketahui/tetapkan sendiri! Bahas hasil grafik
peta kontrol tersebut dengan diagram sebab akibat serta usulan perbaikan prosesnya ! (Jumlah
observasi minimal 50 kali pengamatan dan buat salah satu data ada yg out of control untuk di analisis
menggunakan diagram sebab akibat)
Penyelesaian Tugas 2:
A. TABEL LEMBAR DATA CHART KONTROL X, R, DAN σ
Tabel 2.1 Lembar Data Chart Kontrol X, R, dan σ Kornet Daging Sapi PRONAS
LEMBAR DATA UNTUK CHART KONTROL X, R, dan σ
Produk : Kornet Daging Sapi PRONAS Batas Spesifikasi = 5,8-6,2 Gram
Karakteristik : Kandungan Protein Standar Nilai = 6 Gram
Unit Ukuran : Gram
Pengamatan 4 Unit (Item)
Rata- Standar Catatan
No Tanggal dalam Sampel Range
rata Deviasi Operation
A B C D
1. 01/01/2023 5,8 5,9 5,9 6 5,9 0,2 0,08165 Terkendali
2. 02/01/2023 5,9 5,9 6 6,1 5,975 0,2 0,09574 Terkendali
3. 03/01/2023 5,9 6 5,9 6,2 6 0,3 0,14142 Terkendali
4. 04/01/2023 6 6,1 6 5,8 5,975 0,3 0,12583 Terkendali
5. 05/01/2023 6,1 6,2 6,1 6,1 6,125 0,1 0,05 Terkendali
6. 06/01/2023 6,2 5,8 6,2 6,2 6,1 0,4 0,2 Terkendali
7. 07/01/2023 5,8 6,1 5,8 5,8 5,875 0,3 0,15 Terkendali
8. 08/01/2023 5,9 6,2 6 5,8 5,975 0,4 0,17078 Terkendali
9. 09/01/2023 5,9 5,8 6,1 5,8 5,9 0,3 0,14142 Terkendali
10. 10/01/2023 6 6 6,2 5,9 6,025 0,3 0,12583 Terkendali
11. 11/01/2023 6,1 5,9 5,8 5,9 5,925 0,3 0,12583 Terkendali
12. 12/01/2023 6,2 5,9 6,1 5,9 6,025 0,3 0,15 Terkendali
13. 13/01/2023 5,8 6 6,2 5,9 5,975 0,4 0,17078 Terkendali
14. 14/01/2023 5,9 6,1 5,8 6 5,95 0,3 0,1291 Terkendali
15. 15/01/2023 5,9 6,2 5,9 6,1 6,025 0,3 0,15 Terkendali
16. 16/01/2023 6 5,8 5,9 5,8 5,875 0,2 0,09574 Terkendali
17. 17/01/2023 6,1 6,1 6 5,8 6 0,3 0,14142 Terkendali
18. 18/01/2023 6,2 6,2 6,1 5,9 6,1 0,3 0,14142 Terkendali
19. 19/01/2023 5,8 5,8 6,2 5,8 5,9 0,4 0,2 Terkendali
20. 20/01/2023 5,9 5,9 5,8 5,8 5,85 0,1 0,05774 Terkendali
21. 21/01/2023 5,9 5,9 5,9 6,1 5,95 0,2 0,1 Terkendali
22. 22/01/2023 6 6 5,9 5,8 5,925 0,2 0,09574 Terkendali
23. 23/01/2023 6,1 6,1 6 5,8 6 0,3 0,14142 Terkendali
24. 24/01/2023 6,2 6,2 6,1 6,1 6,15 0,1 0,05774 Terkendali
25. 25/01/2023 5,8 5,8 6,2 6,2 6 0,4 0,23094 Terkendali
26. 26/01/2023 6,1 5,9 5,8 5,8 5,9 0,3 0,14142 Terkendali
27. 27/01/2023 6,2 5,9 5,8 5,9 5,95 0,4 0,17321 Terkendali
28. 28/01/2023 5,8 6 6,5 6,5 6,2 0,7 0,3559 Tidak
29. 29/01/2023 5,9 6,1 5,9 6 5,975 0,2 0,09574 Terkendali
30. 30/01/2023 5,9 6,2 5,9 6,1 6,025 0,3 0,15 Terkendali
D. PETA KONTROL X
Penyelesaian Tugas 3:
A. Macam-macam defect/cacat atribut produk
Atribut merupakan deskripsi data yang bisa mengidentifikasi entitias, dan yang
membedakan antara entitas satu dengan entitas lainnya. Atribut yang dimaksud yaitu kecacatan
produk. Kornet daging sapi pronas 50gr ini memiliki beberapa jenis kecacatan seperti :
1. Kaleng mengembang
2. Kaleng penyok
3. Ketahanan kadaluarsa
Jenis kecacatan
produk
Pengamatan (n)(unit)
Ketahanan kadaluarsa
Proporsi 3√𝑝(1 − 𝑝) LKA = LKB =
Kaleng penyok
(p=d/n) √𝑛 p+3α p-3α
𝑝(1−p) 0,008482(1−0,008482)
• LCL = 𝑝 − 3√ = 0,008482 − 3√ = 0,003408
𝑛 2000
C. Peta Proporsi
Kaleng
Mengembang
Jenis kecacatan
produk
Pengamatan (n)(unit)
Ketahanan kadaluarsa
Proporsi 3√𝑝(1 − 𝑝) LKA = LKB =
Kaleng penyok
(p=d/n) √𝑛 p+3α p-3α
𝑝(1−p) 0,0082(1−0,0082)
• LCL = 𝑝 − 3√ = 0,0082 − 3√ = 0,002145
𝑛 2000
Kaleng
Mengembang
Kaleng Penyok
• ̅ = ∑𝑐 = 657 =13,14
C
n 49
Penyelesaian Tugas 4
A. Peta X-MR (Tabel Pengamatan, Tabel Perhitungan, Peta Kontrol X-MR, Fishbone)
A.1 Nama Produk
Kamera PhaseOne XF IQ4
X̄ 1891,12
Gt 1891,12
UCLx 1903,4952
̅
M 4,6531
Gt 4,6531
UCLMR 15,2016
LCLMR 0
D4 3,267
D3 0
Dari diagram fishbone diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat kecacatan pada produk
kamera PhaseOne XF IQ4 disebabkan oleh faktor manusia, metode kerja, lingkungan, mesin, dan
bahan baku. Kecacatan produk yang disebabkan karena faktor manusia terjadi karena kelalaian dari
para pekerja, para pekerja merasa jenuh dengan siklus kerja dan suasa kerjanya, disamping itu banyak
pekerja yang kurang disiplin. Kemudian untuk kecacatan produk yang disebabkan karena metode
kerja yaitu karena karyawan tidak bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang sudah ditetapkan,
kurangnya komunikasi antar pekerja, dan kurangnya pemahaman terhadap suatu proses pekerjaan.
Kemudian kecacatan produk yang disebabkan oleh lingkungan yaitu karena kondisi didalam pabrik
yang panas, bising, bahkan berdebu, kurangnya kebersihan di lingkungan pabrik. Kemudian kecacatan
produksi yang disebabkan oleh faktor mesin yaitu kurangnya perawatan mesin, sebelum digunakan
mesin tidak di cek terlebih dahulu sehingga tidak tahu apakah mesin tersebut dalam kondisi prima
atau tidak. Kemudian untuk kecacatan produk yang disebabkan oleh faktor bahan baku yaitu karena
bahan baku tidak di sortir dengan baik, dan mutu bahan baku tidak sesuai dengan standar sehingga
menghasilkan produk yang kurang layak. Dengan adanya diagram fishbone ini diharapkan dapat
menjadi bahan acuan untuk perusahaan agar dapat memproduksi dengan baik dan dapat
meminimalisir kecacatan produk.
• ̅ = ΣX = 90731 = 1890
X
Σn 48
3𝑀𝑅 3(4,1702)
• BKA = X + = 1890 + = 1901,3202
𝐷2 1,128
3𝑀𝑅 3(4,1702)
• BKB = X − = 1890 − = 1879,1382
𝐷2 1,128
F. Peta Np Dan Peta U (Tabel Pengamatan, Tabel Perhitungan, Peta Kontrol NP & U, Peta
Revisi)
Tabel 4.6 Data Pengamatan Peta Konrol NP
Pengamatan Jumlah Sampel (n) Jumlah Produk
1 100 Cacat
11 (C)
2 100 17
3 100 14
4 100 19
5 100 15
6 100 15
7 100 13
8 100 15
9 100 13
10 100 12
11 100 17
12 100 10
13 100 13
14 100 12
15 100 14
16 100 19
17 100 9
18 100 9
Dari gambar peta kendali NP diatas dapat diketahui bahwa untuk proses produksi masih
belum terkendali, dikarenakan terdapat banyak sampel yang berada di luar batas BKA dan juga
BKB. Sehingga data observasi yang out of control dihilangkan dan dilakukan revisi.
produk Kornet Daging Sapi Pronas yaitu Kaleng Mengembang, Kaleng Penyok, dan Ketahanan
Pada tabel check sheet diatas dapat diketahui bahwa ada 3 jenis ketidaksesuaian pada
Kadaluarsa. Untuk total yang ada di bagian bawah merupakan total defect dari semua jenis defect
9 II II IIIII 31
Analisis Menggunakan Seven Basic Tools (Check Sheet, Stratifikasi, Histogram, Diagram
Kaleng
Mengembang
Penyelesaian Tugas 5:
A. Analisis Kemampuan Proses
Perhitungan Nilai Kapabilitas Proses mengggunakan data variabel yaitu kandungan protein
pada kornet daging sapi PRONAS yang diukur dengan gram (gr). Dimana diketahui untuk standar
nilai nya adalah 6 gram dengan batas spesifikasi sebesar 5,5 gram – 6,5 gram. Untuk menghitung nilai
kapabilitas proses data harus in control atau dalam kendali terlebih dahulu sehingga data yang
gunakan adalah ada peta kontrol revisi X-R.
A.1 Peta Kontrol X
Tabel 5.1 Perhitungan Peta Kontrol X
Pengamatan 4 Unit (Item) dalam
Rata- Standar
No Sampel Range LKA LK LKB
rata Deviasi
A B C D
1. 5,8 5,9 5,9 6 5,9 0,2 0,08165 6,183 5,9730 5,763
2. 5,9 5,9 6 6,1 5,975 0,2 0,09574 6,183 5,9730 5,763
3. 5,9 6 5,9 6,2 6 0,3 0,14142 6,183 5,9730 5,763
4. 6 6,1 6 5,8 5,975 0,3 0,12583 6,183 5,9730 5,763
5. 6,1 6,2 6,1 6,1 6,125 0,1 0,05 6,183 5,9730 5,763
6. 6,2 5,8 6,2 6,2 6,1 0,4 0,2 6,183 5,9730 5,763
7. 5,8 6,1 5,8 5,8 5,875 0,3 0,15 6,183 5,9730 5,763
8. 5,9 6,2 6 5,8 5,975 0,4 0,17078 6,183 5,9730 5,763
9. 5,9 5,8 6,1 5,8 5,9 0,3 0,14142 6,183 5,9730 5,763
10. 6 6 6,2 5,9 6,025 0,3 0,12583 6,183 5,9730 5,763
11. 6,1 5,9 5,8 5,9 5,925 0,3 0,12583 6,183 5,9730 5,763
12. 6,2 5,9 6,1 5,9 6,025 0,3 0,15 6,183 5,9730 5,763
13. 5,8 6 6,2 5,9 5,975 0,4 0,17078 6,183 5,9730 5,763
14. 5,9 6,1 5,8 6 5,95 0,3 0,1291 6,183 5,9730 5,763
15. 5,9 6,2 5,9 6,1 6,025 0,3 0,15 6,183 5,9730 5,763
16. 6 5,8 5,9 5,8 5,875 0,2 0,09574 6,183 5,9730 5,763
17. 6,1 6,1 6 5,8 6 0,3 0,14142 6,183 5,9730 5,763
18. 6,2 6,2 6,1 5,9 6,1 0,3 0,14142 6,183 5,9730 5,763
19. 5,8 5,8 6,2 5,8 5,9 0,4 0,2 6,183 5,9730 5,763
20. 5,9 5,9 5,8 5,8 5,85 0,1 0,05774 6,183 5,9730 5,763
21. 5,9 5,9 5,9 6,1 5,95 0,2 0,1 6,183 5,9730 5,763
22. 6 6 5,9 5,8 5,925 0,2 0,09574 6,183 5,9730 5,763
23. 6,1 6,1 6 5,8 6 0,3 0,14142 6,183 5,9730 5,763
24. 6,2 6,2 6,1 6,1 6,15 0,1 0,05774 6,183 5,9730 5,763
25. 5,8 5,8 6,2 6,2 6 0,4 0,23094 6,183 5,9730 5,763
26. 6,1 5,9 5,8 5,8 5,9 0,3 0,14142 6,183 5,9730 5,763
27. 6,2 5,9 5,8 5,9 5,95 0,4 0,17321 6,183 5,9730 5,763
28. 5,9 6,1 5,9 6 5,975 0,2 0,09574 6,183 5,9730 5,763
Perhitungan :
Kesimpulan:
➢ 𝐶𝑃 < 1,0 = 0,39 < 1,0 → proses tidak kapabel
➢ 𝐶𝑃𝐾 < 𝐶𝑃 = 0,34 < 0,39 →→ proses tidak tepat di tengah spec. limit
➢ 1⁄ = 1⁄
𝐶𝑃 0,39 = 2,5641 = 256,41% dari spesifikasi yang terpakai proses
b. Input
Selain bahan baku utama yang berupa daging sapi, ada pula tambahan bahan baku seperti
kemasan kaleng, sticker brand. Dan lain sebagainya. Bahan baku yang masuk ke gudang akan
diperiksa untuk memastikan kualitas dari bahan baku tersebut. Pemeriksaan kualitas bahan baku
dilakukan dengan cara manual oleh petugas, dengan cara visual (penglihatan). Pemeriksaan bahan
baku utama yaitu daging sapi dengan dilihat tidak adanya kecacatan pada daging sapi tersebut, warna
daging sesuai dengan standar yang ditentukan pabrik. Warna daging sendiri sebagai acuan awal
bagaimana memilih daging yang baik dan fresh
Untuk bahan pelengkap seperti bumbu, kemasan, dan bahan pendukung lainnya juga akan dilakukan
pemeriksaan untuk menyesuaikan dari permintaan customers. Bahan baku yang lolos kualifikasi akan
dimaksukkan di gudang bahan baku untuk diproses, tapi jika ada bahan yang cacat maka akan
dikembalikan ke pihak suppliers sesuai kesepakatan antara kedua belah pihak.
c. Processes
Pada tahap proses produksi kornet daging sapi PRONAS dilakukan oleh operator yang
dilakukaan sesuai perintah supervisor/manajer atasan, dimana permintaan dari produk sudah dibuat
oleh staff atau dari customers sendiri sesuai dengan job description/pembagian tugasnya. Adapun
tahapan pembuatan kornet daging sapi PRONAS sebagai berikut :
• Warehouse
• Proses Penggilingan (Chopper)
• Proses Pencampuran (Mixing)
• Proses Pengisian kornet dalam kemasan kaleng (Exhausting)
• Proses Sterilisasi Produk
d. Outputs
➢ Proses Quality Control
Tahap ini merupakan proses pengecekan produk setelah semua proses produksi selesai, kornet
daging sapi PRONAS yang sudah selesai akan dimasukan ke departemen quality control untuk
melakukan pengecekan terhadap kondisi kaleng Jika ditemukan cacat atau masalah akan
dikembalikan lagi ke bagian exhausting untuk dilakukan perbaikan ulang bahkan sampai proses ulang.
Selanjutnya tahap finishing jika produk lolos quality control.
➢ Proses Packaging
Pada proses ini semua dilakukan pemeriksaan ulang seperti sebagai berikut:
a) Cek kualitas : Pemasangan label (sticker brand) terpasang dengan baik dan sesuai dengan SOP,
pengecekan kualitas kornet daging sapi PRONAS
b) Pairs : Kornet dan kemasan kalengnya harus berkualitas baik
c) Packaging : Memastikan barang sudah di kemas dengan baik.
d. Customers
Setelah semua produk selesai di packing maka semua produk siap dikirim ke pasar, pengiriman
menggunakan angkutan darat (truck dan pick up) untuk jalur yang masih dalam jangkauan. Sedangkan
jika ekspor akan menggunakan kapal.
.
Gambar 5.5 Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov-Smirnov Test
Pada Uji Kenormalan Data Kolmogorov-Smirnov yang telah dilakukan untuk proporsi dari
kecacatan pada data pengamatan, dapat dilihat bahwa nilai KS: 0,105 dengan P-Value > 0,150 di
mana lebih dari 0,05; sehingga dapat disimpulkan bahwa data sudah normal
Jenis kecacatan
produk
Pengamatan (n)(unit)
Ketahanan kadaluarsa
Proporsi 3√𝑝(1 − 𝑝) LKA = LKB =
Kaleng penyok
(p=d/n) √𝑛 p+3α p-3α
𝑝(1−p) 0,0082(1−0,0082)
• LCL = 𝑝 − 3√ = 0,0082 − 3√ = 0,002145
𝑛 2000
K. Peta Proporsi
Perhitungan :
➢ USL = 6 + 0,2 = 6,2 gram
➢ LSL = 6 – 0,2 = 5,8 gram
292,7
➢ 𝜇̂ = 𝑋̅ = = 5,97347
49
𝑅̅ 0,288
➢ 𝜎̂ = = = 0,1701122268
𝑑2 1,693
𝑈𝑆𝐿−𝐿𝑆𝐿 6,2−5,8
➢ 𝐶𝑃 = = = 0,39
6𝜎 6 𝑥 0,1701122268
̂ −𝐿𝑆𝐿
𝜇 5,97347−5,5
➢ 𝐶𝑃𝐿 = = = 0,34
3𝜎 3 𝑥 0,1701122268
𝑈𝑆𝐿−𝜇 ̂ 6,5−5,97347
➢ 𝐶𝑃𝑈 = = = 0,44
3𝜎 3 𝑥 0,1701122268
➢ 𝐶𝑃𝐾 = 𝑀𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 (𝐶𝑃𝐿 , 𝐶𝑃𝑈 ) = 0,34
➢ 1⁄ = 1⁄
𝐶𝑃 0,39 = 2,5641 = 256,41%
B.2.5 Nilai DPU, TOP, DPO, DPMO, dan Nilai Sigma (𝝈)
Tabel 5.6 Perhitungan Nilai DPU, TOP, DPO, DPMO, dan Nilai Sigma (𝜎)
No d=
Pengamatan Tingkat Nilai
Cacat CTQ DPO DPMO DPU TOP
(n) Unit Cacat (P) Sigma
(Unit)
1. 2000 4 0,002 3 0,000667 666,6667 4,71 0,002 6000
2. 1500 3 0,002 3 0,000667 666,6667 4,71 0,002 4500
3. 1600 7 0,004375 3 0,001458 1458,333 4,48 0,0044 4800
4. 1500 6 0,004 3 0,001333 1333,333 4,50 0,004 4500
5. 1500 4 0,002666667 3 0,000889 888,8889 4,63 0,0027 4500
6. 1500 12 0,008 3 0,002667 2666,667 4,29 0,008 4500
7. 1600 1 0,000625 3 0,000208 208,3333 5,03 0,0006 4800
8. 1500 6 0,004 3 0,001333 1333,333 4,50 0,004 4500
9. 1600 7 0,004375 3 0,001458 1458,333 4,48 0,0044 4800
10. 1500 4 0,002666667 3 0,000889 888,8889 4,63 0,0027 4500
11. 1600 4 0,0025 3 0,000833 833,3333 4,64 0,0025 4800
12. 2000 7 0,0035 3 0,001167 1166,667 4,54 0,0035 6000
13. 1500 2 0,001333333 3 0,000444 444,4444 4,82 0,0013 4500
14. 1500 5 0,003333333 3 0,001111 1111,111 4,56 0,0033 4500
15. 1500 4 0,002666667 3 0,000889 888,8889 4,63 0,0027 4500
16. 1600 4 0,0025 3 0,000833 833,3333 4,64 0,0025 4800
17. 2000 6 0,003 3 0,001 1000 4,59 0,003 6000
18. 2000 8 0,004 3 0,001333 1333,333 4,50 0,004 6000
19. 1500 3 0,002 3 0,000667 666,6667 4,71 0,002 4500
20. 1600 6 0,00375 3 0,00125 1250 4,52 0,0038 4800
21. 1500 11 0,007333333 3 0,002444 2444,444 4,31 0,0073 4500
22. 1600 4 0,0025 3 0,000833 833,3333 4,64 0,0025 4800
23. 1500 7 0,004666667 3 0,001556 1555,556 4,46 0,0047 4500
Kaleng Penyok
D. Improve (I)
Dari hasil tahap analisis yang telah dilakukan, maka dapat menentukan tahap selanjutnya yaitu
tahap perbaikan (improve). Dalam pengukuran kualitas produk menggunakan metode six sigma perlu
mengindentifikasi nilai produk berdasarkan perspektif pembeli dengan mengetahui apa yang
diinginkan oleh konsumen, pada dasarnya konsumen menginginkan produk yang memiliki kualitas
baik secara fisik dan visual. Pada PT Sport Glove Indonesia, pembeli memesan produk sarung tangan
dengan spesifikasi sebagai berikut:
• Produk kornet daging sapi kalengan yang kemasannya aman.
• Produk kornet daging sapi kalengan yang kemasannya kuat.
• Produk kornet daging sapi kalengan yang tahan lama. .
Setelah mengetahui keinginan dari konsumen tersebut ternyata pada kenyataanya masih banyak
terjadi kecacatan produk. Berdasarkan hasil perhitungan CTQ yang dilakukan, proporsi jenis cacat
yang besar atau sering terjadi adalah kaleng mengembang, itu berarti ada kesalahan pada proses
produksi kornet daging sapi yang dapat membuat kemasan kaleng mengembang. Maka perlu
dilakukan penetapan rencana untuk mengurangi angka kecacatan produk dan meningkatkan kualitas
produk, pada tahap rencana tindakan dapat menggunakan analisis 5W - 1H (what, where, when, why,
who dan how) untuk pengembangan rencana tindakan dapat dilihat pada tabel berikut :
E. Control (C)
Tahap pengendalian (control) merupakan tahap operasional terakhir dalam peningkatan kualitas
six sigma. Dari 5 perbaikan yang telah diusulkan terdapat 5 perbaikan yang dilakukan dan
dikendalikan oleh pihak perusahaan yaitu:
a. Pada faktor manusia, sebaiknya perusahaan bisa memberikan training/pelatihan untuk
meningkatkan skill kerja karyawan. Karena pada dasarnya sumber daya manusia yang baik
adalah kunci utama dari keberhasilan dan kualitas produk yang dihasilkan. Kemudian
manajer juga bisa memberikan motivasi dan semangat kerja yang lebih, misalnya dengan
pemberian reward kepada karyawan yang mampu melampaui target yang ditetapkan dengan
harapan karyawan akan memberikan kinerja terbaiknya demi perusahaan kedepannya.
b. Pada faktor material, sebaiknya perusahaan bisa memilih supplier bahan baku yang tepat.
Misalnya pemilihan daging sapi yang berkualitas serta kemasan kaleng yang higenis
sehingga nanti akan berpengaruh besar terhadap kualitas produk. Perlu juga memilih
supplier yang kualitasnya konsisten agar produk kornet daging sapi PRONAS ini menjadi
produk yang berkualitas di pasaran. Menjalin hubungan dengan baik kepada supplier juga
bisa menjadi solusi untuk perusahaan agar terjadi feedback yang baik kepada sesama.
c. Pada faktor mesin, sebaiknya perusahaan bisa melakukan pengecekan berkala terhadap
kemampuan mesin. Mesin yang terlalu lama harus diganti atau diperbaiki. Diperlukan juga
penjadwalan untuk perawatan mesin agar tidak rusak.
d. Pada faktor lingkungan, perusahaan sebaiknya bisa menata ulang design layout ruang
produksi. Fasilitas dan ruang yang ergonomis dapat menambah kesan kenyamanan dan
meningkatkan kinerja karyawan.
e. Pada faktor metode, sebaiknya perusahaan bisa lebih tegas menekankan urutan prosedur
produksi kepada karyawan. Perbaikan bisa dilakukan dengan penambahan display tentang
tata cara prosedur produksi dan stasiun kerja. Kemudian antar karyawan juga harus saling