Anda di halaman 1dari 20

REVISI

LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TEKNOLOGI PANGAN

PRAKTIKUM (VII) : Pengolahan Daging Bakso Sapi

Disusun oleh :
Kelompok D6
1. Adita Anugerah Putri 22030118130055
2. Gebriel Ruth Cristein Engka 22030118130057
3. Sinatria Pambudi 22030118140111

Tanggal Praktikum : 26 September 2019

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Praktikum pengolahan daging pada bahan pangan dilakukan pada
hari Kamis, 26 September 2019. Praktikum yang dilakukan yaitu
mengenai pengujian pengolahan daging pada produk bakso sapi. Dalam
praktikum ini dilakukan proses pengolahan pembuatan bakso dengan
memperhatikan prinsip pembuatan bakso sapi. Selanjutnya dilakukan
pengamatan karakteristik organoleptik bakso baik sebelum direbus
maupun sesudah direbus untuk melihat perbedaan dan perbandingannya.
Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain:
1. Mengetahui proses pembuatan bakso secara sederhana.
2. Mengetahui fungsi bahan yang ditambahkan dalam pembuatan bakso.
3. Mengetahui mutu bakso yang baik.
4. Mengetahui karakterisktik organoleptik bakso meliputi warna, aroma,
rasa, dan tekstur.
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan
bakso.

B. Tinjauan Pustaka
1. Pengolahan Daging
Salah satu kelemahan daging segar adalah daya simpannya yang
rendah pada suhu kamar, sehingga harus disimpan pada suhu dingin
atau suhu beku. Kelemahan Iainnya adalah tidak praktis dalam
penggunaannya, terutama bagi mereka yang sibuk dengan kegiatan di
luar rumah. Oleh karena itu, diperlukan produk olahan daging yang
bisa diolah menjadi berbagai hidangan hanya dalam waktu singkat.
Teknologi restrukturisasi memungkinkan untuk menghasilkan produk
daging yang mempunyai nilai tambah melalui pengolahan potongan
karkas yang berkualitas rendah. Proses restrukturisasi daging
memberikan beberapa keuntungan diantaranya adalah meningkatnya
nilai jual, prosesnya mudah dan mudah dibentuk sesuai dengan
keinginan, lebih ekonomis. Alasan utama proses restrukturisasi adalah
untuk mengubah bentuk dari bagian karkas daging yang bernilai jual
rendah menjadi produk yang mempunyai nilai jual tinggi. Beberapa
contoh daging restrukturisasi adalah nugget, sosis, dan kornet. 1
2. Bakso
Bakso merupakan jenis makanan yang berupa bola-bola yang
terbuat dari daging dan tepung. Makanan ini biasanya disajikan
dengan kuah dan mie. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
pembuatan bakso adalah daging, bahan perekat, bumbu dan es batu
atau air es. Biasanya jenis bakso di masyarakat pada umumnya diikuti
dengan nama jenis bahan seperti bakso ayam, bakso ikan dan bakso
sapi atau bakso daging.Pada pembuatan bakso, kualitas bakso sangat
ditentukan oleh kualitas daging, jenis tepung yang digunakan,
perbandingan banyaknya daging dan tepung yang digunakan untuk
membuat adonan, dan pemakaian jenis bahan tambahan yang
digunakan, misalnya garam dan bumbu-bumbu juga berpengaruh
terhadap kualitas bakso segar. Penggunaan daging yang berkualitas
tinggi dan tepung yang baik disertai dengan perbandingan tepung
yang besar dan penggunaan bahan tambahan makanan yang aman
serta cara pengolahan yang benar akan dihasilkan produk bakso yang
berkualitas baik. Bakso yang berkualitas baik dapat dilihat dari
tekstur, warna dan rasa. Teksturnya yang halus, kompak, kenyal dan
empuk. Permukaan yang halus, yaitu irisannya rata, seragam dan serat
dagingnya tidak tampak. 2
3. Bakso Daging Sapi
Bakso yang dijual di Indonesia umumnya terbuat dari daging sapi.
Daging sapi yang digunakan biasanya terbuat dari daging segar yang
belum mengalami fase rigormortis. Daging sapi fase pre-rigormortis
memiliki daya ikat air yang tinggi, dalam arti kemampuan protein
daging mengikat dan mempertahankan air tinggi sehingga
menghasilkan bakso dengan kekenyalan tinggi. Hal ini didukung oleh
perubahan daging sapi fase pre-rigormortis ke rigormortis selama
penggilingan, pencampuran, penghalusan, pencetakan dan perebusan
sangat memacu kekenyalan bakso. Pada kondisi perubahan fase ini,
disamping daya ikat air-protein tinggi, protein aktin dan miosin belum
saling berinteraksi menjadi aktomiosin, pH cukup tinggi, akumulasi
asam laktat cukup rendah dan tekstur tidak lunak. 3

C. Analisa Bahan
1. Daging Sapi
Daging sapi diartikan sebagai semua jaringan hewan dan semua
produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk
dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang
memakannya. Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan asal
ternak yang mengandung nutrisi berupa air, protein, lemak, mineral,
dan sedikit karbohidrat sehingga dengan kandungan tersebut
menjadikan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri dan
menjadikan mudah mengalami kerusakan. Daging sapi memiliki
warna merah terang, tidak pucat dan mengkilap. Secara kasat mata
fisik daging sedikit kaku, elastis dan tidak lembek, jika dipegang
masih terasa basah dan tidak lengket di tangan, dari segi aroma daging
sapi sangat khas (gurih). 4,5
Pada praktikum kali ini, daging sapi memiliki fungsi sebagai
bahan baku utama dalam pembuatan bakso sapi.
2. Tepung Tapioka
Tepung tapioka diproduksi dari umbi tanaman singkong,
mengandung 90 % pati berbasis berat kering. Tepung tapioka
digunakan sebagai bahan pengisi untuk menambah bobot produk
dengan mensubstitusi sebagian daging sehingga biaya dapat ditekan.
Tepung tapioka dibuat dari hasil penggilingan ubi kayu yang dibuang
ampasnya.Ubi kayu tergolong polisakarida yang mengandung pati
dengan kandungan amilopektin yang tinggi tetapi lebih rendah
daripada ketan yaitu amilopektin 83 % dan amilosa 17 %, sedangkan
buah-buahan termasuk polisakarida yang mengandung selulosa dan
pektin. 6,7
Fungsi tepung dalam proses pembuatan bakso sapi adalah sebagai
bahan pengisi dan pengikat untuk memperbaiki stabilitas emulsi,
menurunkan penyusutan akibat pemasakan, memberi warna yang
terang, meningkatkan elastisitas produk, membentuk tekstur yang
padat dan menarik air dari adonan.
Pengikatan air oleh tepung dipengaruhi oleh gugus hidrofilik
molekul pati sesuai kelembaban udara di sekitarnya. Selain itu, ada
interaksi antara pati dan protein sehingga air tidak dapat diikat lagi
secara sempurna karena protein yang seharusnya mengikat air
digunakan untuk mengikat pati. Pengikatan air oleh pati dipengaruhi
oleh kandungan amilosa, semakin tinggi amilosa maka pati akan
bersifat kering dan mengandung air sedikit. 8
3. Brokoli
Brokoli merupakan sayuran yang dapat tumbuh dengan iklim yang
sejuk atau dingin dengan kisaran suhu 15,5 - 18,0 C dengan
ketinggian tempat sekitar 700 mdpl. Brokoli banyak terdapat
dipasaran sehingga cukup mudah untuk mendapatkan brokoli.
Penganekaragaman makanan dengan menggunakan brokoli masih
sangat jarang dan hanya diolah sebagai sayur. Vitamin A dan C pada
brokoli yang cukup tinggi sangat baik untuk dikembangkan atau
ditambahkan dalam pembuatan suatu makanan. Perbandingan brokoli
dalam suatu makanan dapat mempengaruhi warna, aroma, rasa,
tekstur serta daya terima karena merupakan suatu inovasi baru dalam
penganekaragaman pangan. 9

4. Bumbu – bumbu
Bumbu-bumbu yang digunakan dalam pembuatan bakso sapi
meliputi garam, bawang putih, gula, dan lada atau merica. Garam
merupakan komponen bahan makanan yang ditambahkan dan
digunakan sebagai penegas cita rasa, bahan pengawet dan bahan untuk
melemaskan adonan pada industri roti. Penggunaan garam tidak boleh
terlalu banyak karena akan menyebabkan terjadinya penggumpalan
dan rasa produk menjadi asin. Selain garam, pemakaian gula dan
bumbubumbu juga dapat memperbaiki rasa dan aroma produk yang
dihasilkan. Pemakaian gula dapat mempengaruhi cita rasa yaitu
dengan menambahkan rasa manis, kelezatan, aroma dan terkstur
daging serta mampu menetralisir garam yang berlebihan. Bawang
putih berfungsi sebagai penambah aroma dan untuk meningkatkan cita
rasa produk yang dihasilkan. Bawang putih dapat meningkatkan daya
awet bahan makanan karena bersifat fungistotik dan fungisidal. Bau
khas dari bawang putih berasal dari minyak volatil yang mengandung
komponen sulfur. Merica atau lada sering ditambahkan dalam bahan
pangan yang bertujuan sebagai penyedap masakan dan
memperpanjang daya awet makanan. Lada memiliki rasa yang pedas
dan aromanya yang khas. Rasa lada yang pedas disebabkan karena
adanya zat piperin dan piperanin serta khasivin yang merupakan
persenyawaan dari piperin dan alkaloida. 10

BAB II
METODE

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Pisau e. Wadah
b. Timbangan f. Blender
c. Talenan g. Sendok
d. Panci h. Serbet
2. Bahan
a. 50 gr tepung tapioka e. ½ sdt merica
b. 350 gr daging sapi f. ½ sdt garam
c. 100 gr brokoli g. 1 sdt gula
d. 4 siung bawang putih h. Air

B. Cara Kerja
1. Mencuci brokoli dan memotong brokoli sampai kecil-kecil
2. Memasukkan daging giling ke wadah yang telah disiapkan
3. Memasukkan potongan brokoli, tepung tapioka, gula, garam dan
merica ke dalam wadah
4. Meengaduk adonan tersebut sampai homogen
5. Melakukan pengamatan karakteristik warna, rasa, aroma, tekstur dan
berat pada bakso sebelum direbus
6. Membentuk adonan menjadi bola-bola kecil menggunakan tangan
7. Mengangkat bakso yang terbentuk dengan sendok, sedikit diratakan
8. Memasukkan bakso ke dalam air hangat (500C) selama 20 menit
9. Merebus bakso dalam air mendidih sampai bakso terapung
10. Melakukan pengamatan karakteristik warna, aroma, rasa, tekstur dan
berat setelah dimasak

BAB III
HASIL

A. Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengolahan Daging Bakso Sapi Sebelum dan Setelah di rebus

N Hasil Pengamatan
Indikator
O Sebelum direbus Setelah direbus

1. Berat 438 gr 463 gr

2. Aroma Aroma khas daging sapi Aroma bakso sapi

3. Rasa Rasa tepung Rasa asin, kurang gurih

4. Tekstur Lunak Agak padat

5. Warna Coklat kemerahan Abu-abu

B. Dokumentasi
Gambar 1. Mencuci brokoli terlebih Gambar 2. Menimbang brokoli

dahulu sebanyak 100 gr

Gambar 3. Memotong brokoli Gambar 4. Menimbang daging sapi


sampai kecil-kecil giling sebanyak 350 gr

Gambar 5. Menimbang tepung Gambar 6. Memasukkan potongan


tapioka sebanyak 50 gr brokoli, tepung tapioka, gula,
garam dan merica ke dalam wadah
berisi daging sapi giling
Gambar 7. Mengaduk adonan Gambar 8. Melakukan pengamatan

sampai homogen karakteristik aroma dan warna pada


daging sebelum direbus

Gambar 9. Melakukan pengamatan Gambar 10. Menimbang daging


karakteristik rasa pada daging sapi sebelum dibentuk adonan
sebelum direbus

Gambar 11. Membentuk adonan Gambar 12. Menimbang bakso


bola kecil dan merebus bakso dalam yang telah direbus
air mendidih sampai bakso terapung
Gambar 13. Melakukan pengamatan Gambar 14. Melakukan
karakteristik rasa pada bakso setelah pengamatan karakteristik warna
direbus dan aroma pada bakso setelah
direbus
BAB IV
PEMBAHASAN

a. Fungsi Bahan
1. Daging Sapi
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua
hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut sesuai untuk dikonsumsi.
Pada praktikum ini, digunakan daging sapi sebagai bahan utama
karena produk yang ingin dihasilkan adalah bentuk olahan daging
berupa bakso sapi. Lebih spesifiknya, digunakan daging sapi yang
sudah digiling. Daging sapi giling adalah salah satu diversifikasi
bentuk olahan daging. 11
Penggunaan daging sapi giling pada pembuatan bakso ini
dikarenakan daging giling lebih mudah dibentuk dan lebih mudah
tercampur rata bila diberi bumbu. Daging giling ini juga biasanya
digunakan dalam pembuatan bakso. Namun begitu, daging giling lebih
rentan mengalami kerusakan yang dapat disebabkan oleh kontaminasi
mikroba ataupun oksidasi lemak.
2. Tepung Tapioka
Tepung tapioka adalah tepung yang berasal dari umbi akar ketela
pohon, serta memiliki sifat-sifat fisik yang serupa dengan tepung sagu,
sehingga penggunaan keduanya dapat saling ditukar. Penambahan
tepung tapioka pada pembuatan bakso berfungsi untuk menambah
volume, sehingga meningkatkan daya ikat air dan memperkecil
penyusutan. Hal ini dapat terjadi karena proses gelatinisasi dari tepung
tapioka yang mempunyai sifat mudah menyerap air dan air diserap
pada saat temperatur meningkat. 12
3. Brokoli
Brokoli adalah salah satu sayuran yang dikenal memiliki
kandungan gizi tinggi. Brokoli merupakan jenis sayur yang sangat
berguna bagi tubuh yang mampu mengatasi beberapa penyakit antara
lain adalah memperkecil resiko terjadinya kanker kanker, mengurangi
resiko terkena katarak, membantu melawan anemia, mengurangi
resiko terkena spina bifida. 13
Pada praktikum ini, brokoli digunakan
sebagai campuran dalam pembuatan bakso agar bakso lebih sehat
karena mengandung sayur. Selain itu, brokol juga menambah volume
dari bakso.
4. Garam
Garam adalah benda padat berwarna putih berbentuk kristal yang
merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium
Chlorida (>80%) serta senyawa lainnya, seperti Magnesium Chlorida,
Magnesium sulfat, dan Calsium Chlorida. Sumber garam yang didapat
di alam berasal dari air laut, air danau asin, deposit dalam tanah,
tambang garam, sumber air dalam tanah. Garam diperoleh dengan tiga
cara, yaitu penguapan air laut dengan sinar matahari, penambangan
batuan garam (rock salt) dan air sumur air garam (brine). Garam hasil
tambang berbeda-beda dalam komposisinya, tergantung pada lokasi,
namun biasanya mengandung lebih dari 95% NaCl. 14 Pada pembuatan
bakso ini, garam digunakan sebagai penyedap atau bumbu untuk
bakso bersama merica dan bawang putih.
5. Merica
Lada atau merica merupakan tumbuhan merambat yang hidup
pada iklim tropis dimana bijinya sangat sering dimanfaatkan sebagai
bumbu masakan. Aroma dan rasa lada sangat khas, sehingga
terkadang menjadi bagian dari resep masakan andalan. Ada dua jenis
lada ada yang hitam dan ada yang putih. Pada pembuatan bakso ini
digunakan lada putih. Lada putih berguna untuk bumbu masak,
sebagai penyedap dan pelezat, pengewet daging, campuran ahan obat-
obatan tradisional, dan dapat dijadikan minuman kesehatan. 15
pada
praktikum ini, sesuai dengan fungsinya, merica digunakan sebagai
bumbu dan penyedap bersama bawang putih dan garam. Selain itu,
juga untuk mengawetkan olahan daging.
6. Bawang Putih
Bawang putih termasuk kedalam tumbuhan berumbi lapis atau
disebut juga dengan tumbuhan siung yang bersusun. Bawang putih
adalah tanaman dari Allium sekaligus nama dari umbi yang
dihasilkan. Umbi dari tanaman bawang putih merupakan bahan utama
untuk bumbu dasar masakan Indonesia. 16 Pada praktikum ini, bawang
putih digunakan sebagai bumbu untuk bakso agar rasanya lebih
nikmat dan tidak hambar.

b. Proses Pembuatan
Proses pengolahan daging menjadi bakso sapi mengingat daya simpan
daging yang belum diolah sangat rendah. Proses ini diawali dengan
mencuci dan memotong brokoli hingga kecil-kecil sebagai campuran
bakso. Kemudian, daging sapi yang telah digiling dimasukkan ke dalam
wadah dan dicampurkan dengan brokoli, 50 gr tepung tapioca, garam,
merica, dan bawang putih yang telah dihaluskan. Setelah tercampur rata,
adonan bakso ditimbang dan diamati warna, aroma, tekstur dan aroma nya.
Kemudian, bakso dibentuk menjadi bulat-bulat kecil menggunakan tangan
dengan bantuan sendok makan. Setelah itu, dilanjutkan dengan proses
perebusan bakso. Bakso sudah matang jika sudah tidak tenggelam di air
rebusan (terapung). Setelah matang, bakso ditimbang kembali dan diamati
organoleptiknya.

c. Karakteristik
1. Warna
Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi berubahan warna adonan
bakso dari coklat kemerahan menjadi abu-abu. Hal ini dapat terjadi
karena jika daging dimasak diatas suhu 800C pigmennya akan
terdenaturasi dan berubah menjadi coklat keabuan yang merupakan
warna khas daging yang dimasak.
2. Aroma
Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi perubahan aroma bakso
dari bau khas daging sapi menjadi aroma bakso sapi. Hal ini dapat
terjadi karena setelah mengalami proses pemasakan, bau khas atau bau
amis hilang dan aroma nya digantikan dengan aroma daging yang
sudah matang beserta bumbu campuran adonan tersebut.
3. Rasa
Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi perubahan rasa dari rasa
tepung menjadi asin, kurang gurih. Hal ini dapat terjadi karena pada
saat bakso belum matang, tepung dan bahan lainnya belum menyatu
dengan dagingnya sehingga yang dominan terasa hanya tepung.
Setelah perebusan, bakso menjadi kurang gurih karena bawang yang
digunakan kurang juga merica nya sehingga bumbu nya tidak cukup
berasa.
4. Tekstur
Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi perubahan tesktur dari
lunak menjadi agak padat. Hal ini dapat terjadi karena jika daging
mengalami proses pemasakan, ototnya akan mengencang. Selain itu,
tekstur dari bakso yang dihasilkan juga tidak seperti bakso yang dijual
pasaran. Teksturnya lebih lembut karena jumlah daging yang
digunakan itu lebih banyak dari jumlah tepung yang digunakan.
5. Berat
Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi perubahan berat dari 438
gr menjadi 463 gr setelah mengalami proses perebusan. Hal ini dapat
terjadi karena bakso sapi menyerap air saat perebusan sehingga
menyebabkan penambahan berat pada bakso yang dihasilkan setelah
matang.
d. Faktor yang Memengaruhi Kualitas Produk dan Proses Pengawetan
1. Jumlah daging dan bahan campuran yang digunakan
Banyak daging yang digunakan memengaruhi pengolahan bakso
sapi pada bagian tekstur. Semakin banyak daging yang digunakan
maka bakso akan semakin lembut. Namun, jika jumlah tepung lebih
banyak dari daging, maka bakso akan lebih kenyal. Bahan campuran
campuran lainnya seperti garam, merica, dan lada juga berpengaruh.
Jika jumlahnya tidak seimbang maka rasa bakso yang dihasilkan
menjadi kuran nikmat.
2. Waktu perebusan
Waktu perebusan sangat memengaruhi hasil dari pengolahan
bakso sapi. Semakin lama waktu perebusan, akan dihasilkan bakso
yang lebih padat dan alot sehingga akan mengurangi kenikmatan.
Selain itu, kandungan gizi yang ada pada daging maupun bahan
cmpuran lainnya yang tidak tahan panas bisa rusak.
BAB V
KESIMPULAN

1. Terdapat fungsi-fungsi bahan seperti tepung tapioka, daging sapi, brokoli,


bawang putih dan bumbu lainnya dalam proses pembuatan bakso sapi
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan bakso adalah jumlah daging
dan bahan yang dicampurkan dan waktu perebusan
3. Dari percobaan, didapatkan warna bakso yang berubah sebelum dan
sesudah direbus yaitu coklat kemerahan menjadi warna abu-abu, rasa
tepung menjadi rasa asin, aroma khas daging sapi menjadi aroma bakso
sapi, tekstur lunak menjadi agak padat dan berat yang awalnya 438 gr
menjadi 463 gr.
DAFTAR PUSTAKA

1. Miskiyah. Teknologi Restrukturisasi untuk Meningkatkan Mutu


Daging Kualitas Rendah. Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia
XXVII Dukungan Teknologi Unluk Meningkatkan Produk Pangan
Hewani Dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat. 2017. Halaman
132-136.
2. Sulistiyani. Pengaruh Penggunaan Jamur Kuping (Auricularia
Auricula) Sebagai Bahan Pensubstitusi Daging Sapi Terhadap
Komposisi Proksimat Dan Daya Terima Bakso. Skripsi.Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2015.
3. Wiji B. Deteksi Kemurnian Daging Sapi Pada Bakso Di Kota
Yogyakarta Dengan Teknik PCR-RFLP. Yogyakarta : Fakultas
Teknobiologi Universitas Atmajaya Yogyakarta; 2011
4. Ilmi, Jauharul A A, Harjanti, Wahyu D , Sutaryo. Total Koloni Bakteri,
Nilai pH dan Kadar Air Daging Sapi di Berbagai Grade Pasar
Tradisional di Kabupaten Semarang. Skripsi. Fakultas Peternakan &
Pertanian Undip. 2016.
5. Fardi, Alwan Profil Protein Daging Sapi Yang Terinfeksi Fasciola
Berbasis Sds-Page. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Semarang.
2017.
6. Imanningsih, Nelis. Profil Gelatinisasi Beberapa Formula Tepung-
Tepungan untuk Pendugaan Sifat Pemasakan. Penel Gizi Makan 2012,
35(1): 13-22. Halaman 14. 2012.
7. Arnida Mustafa. Analisis Proses Pembuatan Pati Ubi Kayu (Tapioka)
Berbasis Neraca Massa. Agrointek. Agustus 2015;9(2) :127
8. Yuanita, Lis, Lisnawaty Silitonga. Sifat Kimia dan Palatabilitas
Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi
yang Berbeda. Program Studi Peternakan Fakultas pertanian
Universitas Palangka Raya. Jurnal Ilmu Hewani Tropika. Juni 2014;
3(1):2.
9. Azeliya, Renny Maya. Pembuatan Bolu Brokoli (Brassica Oleracea L)
Dilihat Dari Kadar Beta Karoten Dan Kadar Vitamin C Serta Daya
Terima. Skripsi.Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2013
10. Rakhmawati ED. Pengaruh Penambahan Tepung Kecambah Kacang
Hijau (Phaseolus radiates L.) Terhadap Kualitas Kimia dan Tingkat
Kesukaan Bakso Daging Ayam Broiler [skripsi]. Surakarta : Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. 2011
11. Amertaningtyas D. Kualitas Daging Sapi Segar Di Pasar Tradisional
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. J Ilmu dan Teknologi
Hasil Ternak. 2012; 7(1) : 42
12. Alam MHN. Pengaruh Macam dan Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Terhadap Tanaman Brokoli( Brassica oleraceaevar. italica ) [skripsi].
Malang: Fakultas Peternakan dan Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Malang. 2017
13. Ariyani L dkk. Pengaruh Perbandingan Komposisi Jamur Merang
(Volvariella Volvaceae), Tepung Kedelai dan Tepung Pengisi
Terhadap Karakteristik Bakso Jamur [skripsi]. Bandung: Fakultas
Teknik. Universitas Pasundan. 2017
14. Maulana KD. Peningkatan Kualitas Garam Bledug Kuwu Melalui
Proses Rekristalisasi dengan Pengikat Pengotor CaO, Ba(OH)2, dan
(NH4)2CO3. J of Creativity Student. 2017;2(1)
15. Widyastuti T dkk. Analisis Faktor-Faktor Produktivitas Tanaman dan
Kelayakan Ekonomi Lada (Piper nigrum l.) di Kabupaten Belitung
Timur [skirpsi]. Yogyakarta: Fakultas Pertanian. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. 2017.
16. Supitri C.  Efektivitas Penggunaan Salep Ekstrak Bawang Putih
(Allium sativum) Terhadap Potensi Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus [skripsi]. Bandung: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Pasundan. 2018.

Anda mungkin juga menyukai