KELOMPOK 2
Aditta Meisafitri, S.Farm.
Eko Prasetyo, S.Farm.
Heryanti Primasari, S.Farm.
Maria Christiane B., S.Farm.
1006753526
1006753684
1006754453
1006753841
1006754283
1006753974
1006754131
Salah satu kelemahan daging segar adalah daya simpannya yang rendah
pada suhu kamar, sehingga harus disimpan pada suhu dingin atau suhu beku.
Kelemahan lainnya adalah tidak praktis dalam penggunaannya, terutama bagi
26
orang yang selalu sibuk dengan kegiatan di luar rumah. Untuk itu diperlukan
kehadiran produk olahan daging yang bisa diolah menjadi berbagai hidangan
hanya dalam waktu singkat.
Kata corned berasal dari bahasa Inggris yang berarti diawetkan dengan
garam. Corned beef yaitu daging sapi yang diawetkan dengan penambahan garam
dan dikemas dengan kaleng. Dalam bahasa Indonesia, kata corned beef diadopsi
menjadi daging kornet (Astawan, 2007).
Sedangkan menurut SNI (2005), kornet adalah produk yang dibuat dari
potongan daging sapi segar atau beku, tanpa tulang, boleh dicampur dengan
daging bagian kepala dan jantung yang memenuhi persyaratan dan peraturan
berlaku, dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan yang diijinkan
melalui proses curing (penggaraman) dan dikemas dalam wadah kedap udara
(hermetis) dan disterilkan.
Tujuan pembuatan daging kornet adalah untuk memperoleh produk daging
yang berwarna merah, meningkatkan daya awet dan daya terima produk, serta
menambah keragaman produk olahan daging. Kornet kalengan dapat disimpan
pada suhu kamar dengan masa simpan sekitar dua tahun. Daging kornet dapat
dihidangkan sebagai campuran perkedel, telur dadar, mi rebus, pengisi roti, serta
makanan lain.
BAB 2
PEMBUATAN KORNET DARI DAGING SAPI
2.1 Bahan
Bahan dasar pembuatan kornet adalah daging sapi yang digiling. Daging
tersebut kaya protein yang mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan
27
membentuk emulsi yang baik. Bahan tambahan yang diperlukan adalah garam
dapur, nitrit, alkali fosfat, bahan pengisi, air, lemak, gula, dan bumbu. Bagian
daging sapi yang digunakan untuk pembuatan kornet adalah brisket, rump, atau
round, yaitu daging-daging pada tubuh bagian depan dan belakang sapi.
28
Golongan (kelas) II
1. Paha depan
- Sengkel (Shank)
- Kelapa (Inside)
- Pendasar + gandik
(silver side)
Setiap golongan terdiri dari 3 jenis mutu, yaitu mutu I, II dan III dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
Warna
Mutu I
Merah khas daging
Ciri - ciri
Mutu II
Merah khas daging
Bau
Penampilan
Kering
Lembab
Basah
Kekenyalan
Kenyal
Kurang kenyal
Lembek
Karakteristik
Mutu III
Merah khas daging
1. Garam
Garam dapur (NaCI) merupakan bahan pembantu dalam proses
pembentukan emulsi daging kornet. Garam mampu memperbaiki sifat-sifat
fungsional produk daging dengan cara mengekstrak protein miofibriler dari
serabut daging selama proses penggilingan dan pelunakan daging. Garam
berinteraksi dengan protein daging selama pemanasan, sehingga protein
membentuk massa yang kuat, dapat menahan air, dan membentuk tekstur yang
baik. Selain itu, garam memberi rasa asin pada produk, dan bersama-sama
senyawa fosfat, berperan dalam meningkatkan daya menahan air dan
meningkatkan kelarutan protein serabut daging. Garam juga bersifat bakteriostatik
29
4. Air
Air yang ditambahkan ke dalam massa daging berfungsi untuk membantu
melarutkan garam-garam yang ada, sehingga dapat tersebar dan terserap dengan
baik dalam massa produk. Selain itu, air juga dapat memperbaiki sifat fluiditas
emulsi dan meningkatkan tekstur (kekenyalan) produk akhir.
30
5. Lemak
Penambahan lemak pada pembuatan daging kornet berfungsi untuk
membentuk produk yang kompak dan empuk, serta memperbaiki rasa dan aroma.
Bertambahnya kadar air dan lemak di dalam kornet akan menambah juiciness dan
keempukannya.
6. Pengisi/Pengikat
Penambahan bahan pengisi dan pengikat pada produk daging adalah untuk
meningkatkan stabilitas, daya ikat air, aroma dan karakteristik irisan produk, serta
untuk mengurangi pengerutan selama pemasakan dan mengurangi biaya
formulasi. Bahan pengisi yang dapat ditambahkan adalah tepung tapioka, terigu,
atau susu skim. Penambahan bahan pengisi pada produk daging harus tidak
melebihi 3,5 persen dari produk.
7. Gula dan Bumbu
Fungsi utama gula dalam pembuatan kornet adalah untuk memodifikasi
rasa, menurunkan kadar air, dan sebagai pengawet. Bumbu merupakan bahan
aromatik yang diperoleh dari tumbuhan atau diproduksi secara sintetis. Bumbu
memberikan cita rasa enak yang diinginkan dalam kornet.
2.2 Alat
Peralatan yang diperlukan adalah (1) chopper untuk menggiling daging,
sehingga dihasilkan daging cincang, (2) mixer untuk mencampur adonan,
sehingga menjadi homogen, (3) alat pengukus untuk memasak adonan daging, (4)
exhauster untuk menyedot dan menghampakan udara di dalam kaleng, (5) mesin
penutup kaleng untuk menutup kaleng secara hermetis (kedap udara), (6) retort
untuk memanaskan kaleng dan isinya, sehingga tercipta kondisi yang steril.
2.3 Pembuatan Kornet di Pabrik
1.
Daging sapi digiling pada chopper dengan menggunakan suhu rendah, suhu
dipertahankan tetap dibawah 16oC. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
31
menambahkan air dingin atau es batu. Hasil gilingan berupa daging cincang
yang masih kasar.
2.
3.
4.
5.
6.
Setelah keluar dari exhauster box, kaleng dalam keadaan panas langsung
ditutup dengan mesin penutup kaleng
7.
8.
9.
32
33
Bahan
1 sdt garam
Pasta tomat dibuat sendiri dari 1 buah tomat yang direbus dan diambil
pastanya
Bumbu
Cara Memasak
Lumuri daging dengan garam dan sendawa sampai merata, lalu diamkan
selama 24 jam.
Didihkan air, masukkan daging, merica, dan bawang merah. Daging direbus
sampai empuk, lalu angkat. Sisihkan air kaldu.
Tumis bawang bombay dan bawang putih dengan mentega sampai harum.
34
BAB III
NILAI GIZI KORNET
15 g
23%
6 g
31%
86 mg
29%
1006 mg
42%
Karbohidrat total
0 g
0%
Serat pangan
0 g
0%
Lemak Jenuh
Kolesterol
Natrium
Protein
27 g
Vitamin A
0%
Kalsium
1%
35
Vitamin C
Zat besi
0%
12%
Persen Angka Kecukupan Gizi berdasarkan kebutuhan energi 2000 kkal. Kebutuhan energi anda
mungkin dapat lebih tinggi atau lebih rendah
Flat Sour - Apabila produk di dalam kaleng memberikan cita rasa asam karena
adanya aktivitas mikroba tanpa memproduksi gas, kebusukan tersebut dikenal
dengan sebutan flat sour (kaleng tetap datar, tidak menggembung, tetapi
produk menjadi asam). Jenis kebusukan ini disebabkan oleh aktivitas spora
bakteri tahan panas yang tidak terhancurkan selama proses sterilisasi. Hal
tersebut bisa terjadi akibat sanitasi selama pengolahan yang buruk atau karena
proses pengolahan tidak tepat.
36
Kaleng yang gembung dapat juga disebabkan oleh penuhnya pengisian kornet,
sehingga tidak cukup adanya ruang kosong di dalam kaleng.
StackBurn - Stack burn terjadi akibat pendinginan yang tidak sempurna, yaitu
kaleng yang belum benar-benar dingin sudah disimpan. Biasanya produk di
dalam kaleng menjadi lunak, berwarna gelap, dan menjadi tidak dapat
dikonsumsi lagi.
37
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, Made. 2007. Kliping Kuliner dan Wisata Nusantara. Harian Kompas 16
Oktober 2007, diunduh pada Sabtu, 2 Oktober 2010, pk. 20.33 WIB
http://nutritiondata.self.com/facts/sausages-and-corned-meats/3489/2,
diunduh
pada Minggu 3 Oktober 2010, pukul 20.52
38
diunduh
pada
Sabtu,