Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TEKNOLOGI MAKANAN DAN MINUMAN


(Produk Olahan Corned Beef dan Susu Bubuk)

Oleh Kelompok V:

NAMA : SUARNI ( Aktif )


ANNISA ( Tidak Aktif )
NURMIATI ( Tidak Aktif )
SRI WAHYUNI (Tidak Aktif )

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita

berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini

akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih

lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang

ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih

jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi

tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-

teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu

besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih

menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-

mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-

teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau

mengambil hikmah dari makalah ini.

Makassar, 31 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makanan dan minuman akan selalu berdampingan dalam memenuhi
kebutuhan energi pada tubuh manusia, tanpa adanya makanan dan minuman
manusia tentu tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik. Hal ini berarti
bahwa makanan akan selalu dibutuhkan baik sebagai makanan pokok maupun
makanan pendamping yang akan dihidangkan kapanpun dan dimanapun.
Pengawetan makanan dan minuman adalah cara yang digunakan untuk
membuat makanan/minuman memiliki daya simpan yang lama dan
mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan dan minuman tersebut.
Tujuan pengawetan adalah menjaga ketahanan terhadap serangan jamur
(kapang), bakteri, virus dan kuman agar daging tidak mudah rusak. Ada
beberapa cara pengawetan yaitu: pendinginan, pelayuan, pengasapan,
pengeringan, pengalengan dan pembekuan (Leith. 1989).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan/pengolahan Corned Beef
2. Bagaimana proses pembuatan/pengolahan Susu Bubuk

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembuatan/pengolahan Corned Beef
2. Untuk mengetahui proses pembuatan/pengolahan Susu Bubuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Corned Beef (Kornet sapi)


Kata corned berasal dari bahasa Inggris yang berarti di awetkan dengan
garam. Dari kata tersebut lahirlah istilah corned beef yaitu daging sapi yang
di-awetkan dengan penambahan garam dan dikemas dengan kaleng. Dalam
bahasa Indonesia, kata corned beef diadopsi menjadi daging kornet (Nugroho,
2008).
Corned Beef atau Kornet, adalah salah satu jenis produk olahan daging
sapi yang banyak digunakan dalam resep masakan Indonesia. Kornet daging
sapi diolah dengan cara diawetkan dalam air garam (brine), yaitu air yang
dicampur dengan larutan garam jenuh. Kemudian dimasak dengan cara
simmering, yaitu direbus dengan api kecil untuk menghindari hancurnya
tekstur daging sapi. Biasanya digunakan potongan daging yang mengandung
serat memanjang, seperti brisket. Nama “corned beef” berasal dari garam
kasar yang digunakan. Corn artinya butiran, yaitu butiran garam (Leith, 1989).
Daging adalah urat yang melekat pada kerangka kecuali urat dari bagian
bibir, hidung dan telinga dari hewan yang sehat sewaktu dipotong.Daging
terdiri dari otot, jaringan penghubung dan jaringan lemak. Daging merupakan
salah satu bahan pangan bergizi tinggi disamping telur, susu dan ikan. Daging
mengandung protein, lemak, mineral, air serta vitamin dalam susunan yang
berbeda tergantung jenis makanan dan jenis hewan (Nugroho. 2008).
Tujuan pembuatan daging kornet adalah untuk memperoleh produk daging
yang berwarna merah, meningkatkan daya awet dan daya terima produk, serta
menambah keragaman produk olahan daging. Dengan diproses menjadi
kornet, masalah penyimpanan daging sapi segar dapat diatasi. Kornet kalengan
dapat disimpan pada suhu kamar dengan masa simpan sekitar dua tahun.
Daging kornet dapat dihidangkan sebagai campuran perkedel, telur dadar, mi
rebus, pengisi roti, serta makanan lainnya (Nugroho, 2008).
B. Susu Bubuk
Susu merupakan salah satu bahan pangan yang kaya akan zat
gizi. Kandungan protein, glukosa, lipida, garam mineral, dan vitamin dengan
pH sekitar 6,80 menyebabkan mikroorganisme mudah tumbuh dalam susu.
Hal tersebut menyebabkan susu harus segera diolah pasca panen untuk
menghindari kerusakan akibat pencemaran mikroba. Proses pembuatan susu
pada setiap industri sangat bervariasi tergantung dari jenis produk yang
dihasilkan. Secara garis besar proses produksi pengolahan susu terdiri dari
kegiatan penerimaan dan penyimpanan bahan baku, penyiapan bahan baku,
proses produksi, pengemasan dan penyimpanan. Untuk menjamin kualitas
produk dari pengaruh zat-zat pengotor, proses pengolahan susu dilakukan
dengan sistem tertutup (close system) yang dikontrol atau dioperasikan dari
ruangan khusus.
Susu segar dapat diolah menjadi berbagai produk yang cukup digemari
serta memiliki daya simpan produk yang relatif lama. Produk-produk olahan
berbasis susu yang sudah dikenal dalam industri pengolahan susu adalah susu
homogenisasi, susu skim dan krim, mentega, susu kental manis, susu
bubuk, yoghurt, kefir, susu pasteurisasi atau sterilisasi, keju, es krim, karamel
atau kembang gula, dodol susu, tahu susu dan kerupuk susu.
Prinsip pembuatan susu bubuk adalah mengurangi kadar air yang terdapat
dalam susu sampai batas tertentu dengan tujuan agar daya simpan susu ini
menjadi lebih lama. Pengurangan kadar air berarti pula penurunan aktivitas air
dalam susu. Dengan menurunnya nilai Aw (water activity) maka pertumbuhan
organisme dapat terhambat.
BAB III
PEMBAHASAN

A. MAKANAN CORNED BEEF


1. Cara pengolahan / pembuatan
 Diagram Alir
Diagram alir pembuatan kornet atau corned beef dapat dilihat
sebagai berikut :

Daging Sapi

Chopping suhu rendah

Mixing

Exhausting

Seaming

Sterilisasi

Cooling

Labelling

Corned Beef

 Penjelasan Proses Pembuatan Kornet


a. Pembersihan Bahan Baku (Daging Sapi)
Pembersihan dilakukan dengan menggunakan air bersih
yang mengalir, guna menghilangkan kotoran yang menempel pada
bahan. Selain itu menghilangkan bagian-bagian yang tidak bisa
dimakan.

b. Chopping
Daging sapi digiling dengan chopper pada suhu rendah
sehingga selama penggilingan, suhu dapat dipertahankan tetap di
bawah 16°C. Hal tersebut dilakukan dengan menambahkan es batu
atau air dingin. Hasil gilingan berupa daging cincang yang masih
kasar.

c. Curing
Setelah dicincang, daging dimasukkan ke dalam mixer
untuk mencampur daging, bumbu, dan bahan lainnya menjadi
adonan yang homogen yang disebut dengan curing. Agar emulsi
tetap terjaga stabilitasnya, pencampuran harus dilakukan pada suhu
rendah (10-16°C). Menurut Soeparno (2005) curing adalah cara
processing daging dengan menambahkan beberapa bahan seperti
garam NaCl, Na-nitrat dan atau Na-nitrit dan gula (dekstrosa atau
sukrosa), serta bumbu-bumbu. Maksud curing antara lain untuk
mendapatkan warna yang stabil, aroma, tekstur dan kelezatan yang
baik, dan untuk mengurangi pengerutan daging selama processing
serta memperpanjang masa simpan produk daging.
d. Filling
Emulsi daging yang telah terbentuk selanjutnya diisikan ke
dalam kaleng yang sebelumnya telah disterilkan dengan panas.
kemudian ditimbang dengan timbangan kasar. Pengisian dilakukan
dengan metode hot filling. Hot filling adalah kombinasi proses
pengawetan dengan pemanasan (pasteurisasi) dengan metode
lainnya (pengawetan sekunder) untuk memberikan tingkat
keamanan produk yang diinginkan. Produk pangan diisikan ke
dalam kemasan dalam keadaan panas (hot fiiling), umumnya pada
suhu 180°F. Pemanasan yang diberikan tidak membunuh spora dan
pada proses pendinginan terbentuk kondisi vakum (anaerobik)..
Setelah dilakukan filling, kaleng disusun dalam nampan dan
diletakkan ke atas conveyor belt. Lalu dalam perjalanannya menuju
ke exhauster box, kaleng-kaleng tersebut ditimbang kembali
dengan timbangan digital yang lebih akurat. Beratnya bervariasi
tergantung jenis kaleng yang digunakan. Pengisian dilakukan
dengan menyisakan sedikit ruang kosong di dalam kaleng, disebut
head space. Ukuran head space bervariasi, umumnya kurang dari ¼
tinggi kaleng.
e. Exhausting
Kaleng yang telah diisi, kemudian divakum (exhausting)
dengan cara melewatkannya melalui ban berjalan ke dalam
exhauster box bersuhu 90-95°C selama 15 menit.
f. Seaming
Setelah keluar dari exhauster box, kaleng dalam keadaan
panas langsung ditutup dengan mesin penutup kaleng. Semakin
tinggi suhu penutupan ka-leng, maka semakin tinggi pula tingkat
kevakumannya (semakin rendah tekanannya). Proses penutupan
kaleng juga merupakan hal yang sangat penting karena daya awet
produk dalam kaleng sangat tergantung pada kemampuan kaleng
(terutama bagian-bagian sambungan dan penutupan) untuk
mengisolasikan produk di dalamnya dengan udara luar. Penutupan
yang baik akan mencegah terjadinya kebocoran yang dapat
mengakibatkan kerusakan.
g. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang
tercecer di permukaan kaleng akibat proses filling. Apabila kotoran
tidak dibersihkan, dikhawatirkan mikroba akan dapat tumbuh dan
mengkontaminasi produk setelah dibuka, karena proses sterilisasi
hanya difokuskan pada produk yang berada dalam kaleng.
h. Sterilisasi
Setelah ditutup, kaleng beserta isinya disterilisasi dengan
cara memasukkan kaleng ke dalam retort dan dimasak pada suhu
120°C dan tekanan 0,55 kg/cm2, selama 15 menit.
i. Cooling
Agar daging tidak mengalami pemanasan yang berlebihan,
kaleng yang telah disterilkan harus segera didinginkan di dalam
bak pendingin yang berisi air selama 20-25 menit. Pendinginan
pasca sterilisasi menjadi penting karena timbul perbedaan tekanan
yang cukup besar yang dapat menyebabkan rekontaminasi dari air
pendingin ke dalam produk. Perlu dipastikan bahwa air pendingin
yang digunakan memenuhi persyaratan mikrobiologis. Untuk
industri besar, proses pendinginan biasanya dilakukan secara
otomatis di dalam retort, yaitu sesaat setelah katup uap dimadkan
maka segera dibuka katup air dingin. Untuk ukuran kaleng yang
besar, maka tekanan udara dalam retort perlu dikendalikan
sehingga tidak menyebabkan terjadinya kaleng-kaleng yang
menggelembung dan rusak.
j. Pemberian label pada kemasan
Setelah permukaan kaleng dibersihkan dengan lap hingga
kering, produk siap untuk diberi label dan dikemas.

B. MINUMAN (Susu Bubuk)


1. Proses pengolahan / pembuatan
 Diagram Alir

 Penjelasan Proses Pembuatan Susu Bubuk


Proses tersebut secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu Wet Process (Proses Basah), Dry Process (Proses kering)
dan Blending (Pencampuran).
1. Wet Process (Proses Basah)
Proses basah adalah proses yang menggunakan bahan-
bahan yang masih berupa liquid atau cairan. Proses basah melalui
beberapa tahap, yaitu:
a. Penerimaan Susu Segar
Penyediaan susu segar sebagai bahan dasar diambil dari
Koperasi Unit Desa (KUD) yang sudah bekerjasama dengan
perusaahaan susu tersebut.
Proses penerimaan susu segar dari peternak adalah sebagai
berikut : mula-mula petemak mengumpulkan susu segar
dalam milk can ke pengumpul. Dari pengumpul susu segar ini
diangkut oleh truk pengangkut susu segar menuju ke KUD.
Biasanya pabrik susu menerima susu segar mulai pukul 06.00
sampai 14.00. setelah jam tersebut, setoran susu segar ditolak
karena dikhawatirkan sudah rusak akibat pertumbuhan
mikrobia, mengingat kemungkinan penyimpanan susu segar di
KUD yang terlalu lama. Sebelum susu segar tersebut diterima
oleh Pabrik Susu, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap
kualitas yang meliputi: uji bakteriologis, uji fisis dan uji
organoleptis yang dilakukan oleh bagian Quality Assurance
(QA).
b. Pendinginan
Susu yang telah disaring masuk plate cooler berupa Plate
Heat Exchanger (PHE) pada suhu maksimal 14 oC untuk
didinginkan hingga mencapai suhu 4 oC menggunakan media
chilled water bersuhu 2 oC. Susu dialirkan ke plate-
plate dengan arah yang berlawanan dengan media pendingin.
Dalam suhu rendah mikroba akan menjadi nonaktif, reaksi
enzimatis terhambat serta reaksi kimia yang menyebabkan
kerusakan dapat dicegah.

Plate Cooler
Fungsi          : mendinginkan susu segar hingga 2 – 4oC
Jumlah          : 1 buah
Bahan           : Stainless Steel
Kapasitas      : 1000 liter/jam
Tipe              : Plate Heat Exchanger
Media           : chilled water bersuhu 1 – 2oC

Susu kemudian dialirkan ke dalam Fresh Milk Tank (FMT).


Tangki ini dilengkapi pengaduk untuk menjaga susu tetap
homogen, mencegah terbentuknya krim dan dilapisi
dengan whole glass untuk menjaga suhu susu tetap 4oC.
Fresh Milk Tank
Fungsi          : menyimpan susu segar yang sudah didinginkan
Jumlah          : 3 buah
Bahan           : Stainless Steel
Kapasitas      : 10000 liter/jam
c. Pasteurisasi
Pasteurisasi bertujuan untuk membunuh semua
mikroba pathogen yang dapat merusak susu serta menyebabkan
penyakit pada bayi. Mikroba pathogen yang banyak terdapat
pada susu antara lain Mycobacterium tuberculosis penyebab
penyakit tuberkulosis, Coxiella burnetti, penyebab penyakit Q
fever, Salmonella, Shigella sp., penyebab penyakit enterik
seperti thypoid dan parathypoid, serta Enterobacter sakazakii
penyebab penyakit radang otak pada bayi. Pasteurisasi juga
dimaksudkan untuk memperpanjang daya simpan produk
dengan cara menginaktivasi enzim yang terdapat dalam susu
seperti lipase, fosfatase, peroksidase dan katalase.
Pasteurisasi dilakukan secara kontinyu menggunakan suhu
tinggi dalam waktu singkat, atau disebut sistem HTST (High
Temperature Short Time). Suhu yang digunakan adalah 83 oC
dengan penahanan dalam holding tube selama 15 detik. Waktu
yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nutrisi
terutama protein yang mudah mengalami denaturasi.
PHE untuk pasteurisasi tersiri dari tiga bagian, yaitu bagian
regenerasi, pasteurisasi dan pendinginan..
PHE Pasteurized
Fungsi          : membunuh bakteri pathogen yang terdapat di
dalam susu dengan pemanasan pada suhu 80 oC selama 5 detik
Jumlah          : 1 buah
Bahan           : Stainless Steel
Kapasitas      : 50000 liter
Tipe              : Plate Heat Exchanger
Media           : steam bersuhu 145-152 oC
Susu dialirkan ke bagian regenerasi untuk mengalami
pemanasan awal menggunakan medium pemanas yaitu susu
yang telah mengalami pasteurisasi bersuhu 60 oC. Susu
kemudian dialirkan ke bagian pasteurisasi untuk mengalami
pemanasan lebih lanjut hingga suhu 83 oC dengan medium
pemanas steam bersuhu 110 oC. Susu lalu masuk holding tube
untuk ditahan suhunya selama 15 detik
Setelah itu susu didinginkan dengan melewati bagian
regenerasi terlebih dahulu sehingga terjadi kontak tidak
langsung karena dibatasi oleh plat. Dengan cara demikian, susu
segar yang baru masuk akan mengalami pemanasan awal dan
susu yang sudah dipasteurisasi akan mengalami penurunan
suhu. Pendinginan kemudian dilakukan di bagian pendingin
sampai suhu mencapai 4 oC. Pendinginan bertujuan untuk
shocking bacteria, yakni mematikan bakteri yang tahan
terhadap suhu pasteurisasi. Apabila kondisi pasteurisasi tidak
mencapai suhu dan waktu yang ditentukan, maka secara
otomatis susu kembali ke balance tank untuk diproses ulang.
Selanjutnya susu dialirkan ke unit compounding.
d. Compounding (Pencampuran Basah)
Compounding merupakan proses pencampuran,
pendispersian, dan pelarutan komponen padat (bubuk), susu
segar yang telah dipasteurisasi, dan minyak nabati yang telah
diformulasi untuk memperoleh campuran yang homogen
sebelum dilakukan proses pengeringan. Komponen bubuk yang
ditambahkan berupa susu bubuk, skim, gula, whey, pemberi
aroma, emusifier/stabilizer yaitu lechitin, vitamin dan mineral.
Sedangkan minyak nabati yang diformulasi telah mengalami
proses oil blending sebelum menuju unit compounding.
Compounding Tank
Fungsi          : mencampur susu kental dengan material lain dan
rework
Jumlah          : 2 buah
Bahan           : Stainless Steel
Kapasitas      : 10000 liter/jam
Media           : ice water (4-9oC)
Pelengkap     : agitator tipe propeller dengan kecepatan 40 rpm
Pencampuran komponen bubuk, susu segar dan minyak
dilakukan di compounding tank. Proses pencampuran
berlangsung pada suhu 60-70 oC. Pada kisaran suhu tersebut,
susu bubuk memiliki sifat dapat terbasahi serta campuran
memiliki viskositas yang rendah sehingga proses pencampuran
berlangsung cepat dan sempurna. Compounding tank terdiri
dari dua bagian dan digunakan secara bergantian bergantian,
satu tangki untuk proses compounding, satu tangki untuk
transfer.
e. Sterilisasi
Tujuan utama dari proses sterilisasi adalah menurunkan
jumlah total sel mikroba dan spora agar susu dapat disimpan
dalam jangka waktu lama tanpa pendinginan. Sterilisasi
dilakukan menggunakan sistem Ultra High
Temperature (UHT) dengan cara menyemprotkan atau
menginjeksikan steam (Direct Steam Injection/ DSI ) ke dalam
campuran susu yang bergerak dalam suatu tabung sterilisasi.
Proses DSI terdiri dari dua tahap, yaitu DSI I, susu dipanaskan
pada suhu 85 oC selama 4 detik, kemudian dilanjutkan dengan
DSI II susu dipanaskan pada suhu 120 oC selama 1 detik.
Sterilisasi dilakukan dengan dua tahap untuk mencegah
denaturasi dan menghindari terjadinya browning.
Sterilizer
Fungsi          : menaikkan suhu campuran dari 60 oC menjadi
120 oC dengan menggunakan uap panas secara langsung
Jumlah          : 2 buah
Bahan           : Stainless Steel
Tipe              : Ultra High Temperature
Metode         : Direct Steam Injection
f. Homogenisasi
Homogenasi adalah suatu perlakuan untuk menyeragamkan
ukuran globula lemak yang semula bervariasi dari 4-8 mikron
menjadi 2 mikron. Tujuannya untuk menghindari pemecahan
lemak dan terbentuknya lapisan krim (creaming) bila susu
didiamkan. Homogenisasi tidak hanya dapat
menghambat creaming melalui pemecahan globula lemak
melainkan juga melalui pencegahan pembentukan flokula oleh
aglutinasi.
Homogenizer
Fungsi          : memecah dan menyeragamkan globula lemak
hingga berukuran ± 2 mikron
Jumlah          : 1 buah
Bahan           : Stainless Steel
Kapasitas      : 5000 liter/jam
Tipe              : Two Stage Homogenizer dengan tekanan pada
tahap pertama 200 bar dan pada tahap kedua 80
bar
Prinsip kerja homogenizer adalah dengan mengalirkan susu
melalui celah yang sempit dengan kecepatan tinggi dan tekanan
yang besar sehingga terjadi tumbukan antara globula lemak
dengan katup penghalang dalam  homogenizer yang
menyebabkan globula-globula lemak pecah.. Tenaga
hidrodinamik dari pemotongan, kavitasi dan turbulensi yang
terjadi dalam katup homogenisasi diduga sebagai penyebab
terjadinya pemecahan globula lemak.
Proses homogenisasi dilakukan dalam dua tahap. Pada
tahap pertama digunakan tekanan 200 bar dan pada tahap kedua
digunakan tekanan 80 bar. Tahap kedua dimaksudkan untuk
memecah globula lemak yang belum pecah pada tahap pertama
serta untuk mencegah penggabungan kembali globula lemak
hasil pemecahan pada tahap pertama
Susu kemudian ditampung di Mixed Storage Tank (MST).
Tangki ini dilengkapi dengan mantel berisi air dingin untuk
menjaga kestabilan suhu campuran serta dilengkapi pengaduk
berkecepatan 400 rpm untuk menghomogenkan campuran
selama dalam penyimpanan. Mixed Storage Tank (MST)
berjumlah 4 buah, masing-masing memiliki kapasitas 10.000
liter.
Mixed Storage Tank (MST)
Fungsi          : menampung susu homogenisasi sebelum masuk
pengering
Jumlah          : 4 buah
Bahan           : Stainless Steel
Kapasitas      : 10000 liter
Pelengkap     : agitator tipe propeller dengan kecepatan 40 rpm
dan isolator glasswool
2. Dry Process (Proses Kering)
Proses kering yaitu proses untuk menghasilkan susu dalam
bentuk bubuk kering. Adapun tahapan prosesnya meliputi:
a. Evaporasi
Evaporasi merupakan proses penguapan sebagian air yang
terdapat dalam susu untuk memperoleh susu pekat dengan
kadar padatan sesuai dengan yang dikehendaki. Total solid
bahan meningkat 10% (dari 40  menjadi 50 %) agar proses
pengeringan selanjutnya lebih efisien.
Campuran susu dari MST dievaporasi menggunakan Single
Effect Evaporator tipe falling film. Susu mengalir dari atas ke
bawah pada bagian dalam tabung evaporator dan membentuk
lapisan tipis yang mudah menguap oleh panas dari uap yang
berada di sekeliling luar tabung. Evaporasi dilakukan dalam
satu tahap yang terdiri dari tiga fase sehingga prosesnya lebih
efisien.
Evaporator
Fungsi          : memekatkan susu dengan cara menguapkan air
dalam susu sehingga menaikkan total solid susu
dari 40% menjadi 50%
Jumlah          : 1 buah
Bahan           : Stainless Steel
Jenis             : single effect evaporator
Tipe              : falling film evaporator
Kapasitas      : 7500 kg/jam
Media           : steam dengan suhu 180 oC

Uap air yang dihasilkan akan masuk ke vapor separator dan


dipisahkan dari droplet susu yang terbawa bersamanya dengan
gaya sentrifugal. Sebagian uap air masuk ke TVR dan sebagian
lainnya masuk ke preheater pertama. Dari preheater pertama,
sebagian uap air yang belum terembunkan akan masuk ke
kondenser. Di kondenser, uap air terembunkan dan ditampung
dalam tangki kondensat. Kondenser juga berfungsi untuk
menghasilkan kondisi vakum dengan cara membuang uap air
hasil penguapan di calandria. Kondisi operasi dibuat vakum
untuk memperoleh suhu penguapan air yang cukup rendah
sehingga kerusakan nutrisi dapat dikurangi.
Evaporator dilengkapi dengan densitymeter untuk
mengukur densitas susu yang dikentalka sehingga apabila
kadar total solid yang dikehendaki tidak terpenuhi, maka secara
otomatis cairan akan diproses kembali. Bila kadar total solid
telah memenuhi persyaratan, maka cairan dipompa
menuju concentrate tank. Concentrate tank berjumlah dua buah
dengan volume masing-masing 10000 liter. Penyimpanan
pada concentrate tank disertai dengan proses pengadukan pada
kecepatan 400 rpm untuk mencegah pengendapan dan
pemisahan partikel susu.
Concentrate Tank
Fungsi          :  menampung sementara konsentrat hasil
evaporasi sebelum mengalami proses lebih lanjut
Jumlah          : 2 buah
Bahan           : Stainless Steel
Kapasitas      : 10000 liter/jam
b. Pengeringan (Spray Drying)
Spray Dryer
Fungsi          : mengeringkan susu kental yang telah dikabutkan
sehingga menjadi susu bubuk yang kering dan
halus
Jumlah          :1 buah
Bahan           : Stainless Steel
Kapasitas      : 3000 kg/jam
Tek. nozzle   : maksimal 270 ba
3. Dry Blending
Dry blending adalah proses pencampuran
base powder yang dihasilkan spray dryer dengan raw material
lainnya seperti whey powder, gula dan material premix. Vitamin
yang ditambahkan adalah vitamin dan mineral yang tahan
pemanasan. Material tersebut ditampung dalam hopper tersendiri.
Sebelum dilakukan pencampuran di lindor blender material
dilewatkan pada conveyor untuk ditimbang dahulu di weight
hopper.
Dari weight hopper, material akan tertahan di hopper lindor
yang berfungsi untuk mengurangi tekanan yang besar dari aliran
material. Dalam hopper lindor, terdapat hammer silicon yang
dihubungkan dengan slang pneumatic untuk memperoleh
hembusan udara dari luar. Hammer berfungsi untuk menggetarkan
dinding hopper agar semua material dapat turun ke lindor blender
untuk dicampur. Lindor blender memiliki kapasitas maksimal 4
ton, tetapi untuk mempermudah pencampuran digunakan 2 ton
bahan. Pencampuran dilakukan selama 5 menit dengan frekuensi
putaran 40 Hz.
Sebelum diisikan ke dalam wooden bin, powder dari lindor
diperiksa oleh QC. Setelah dinyatakan released, powder diisikan
ke wooden bin melalui bin filling. Bin filling dilengkapi dengan
metal detector sehingga ketika ada logam yang terdeteksi maka
pengisian powder ke wooden bin terhenti secara otomatis. Wooden
bin merupakan tempat penyimpanan sementara susu bubuk
sebelum dikemas. Wooden bin memiliki kapasitas 700 kg.

Contoh Susu Bubuk Yakni :


 Dancow
 Prenagen
 Sustagen
 Lactogen
 SGM

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Corned beef yaitu daging sapi yang di-awetkan dengan penambahan garam
dan dikemas dengan kaleng. Dalam bahasa Indonesia, kata corned beef
diadopsi menjadi daging kornet. Cara pengolahan / pembuatan:
 Daging Sapi
 Chopping suhu rendah
 Mixing
 Filling
 Exhausting
 Seaming
 Sterilisasi
 Cooling
 Labelling
 Corned Beef
2. Prinsip pembuatan susu bubuk adalah mengurangi kadar air yang terdapat
dalam susu sampai batas tertentu dengan tujuan agar daya simpan susu ini
menjadi lebih lama. Pengurangan kadar air berarti pula penurunan
aktivitas air dalam susu. Dengan menurunnya nilai Aw (water activity)
maka pertumbuhan organisme dapat terhambat. Cara pengolahan /
pembuatan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
 Wet Process (Proses Basah),
 Dry Process (Proses kering) dan
 Blending (Pencampuran).
DAFTAR PUSTAKA

Astawan , Made. Kornet. http://kulinerkita.multiply.com/reviews/item/116


[11September 2012]

Leith, P.1989. The Cook’s Hand Book. Papermack Division, Macmillan


Publ.Ltd.,

London Nugroho, Catur Priyo. 2008. Agribisnis Ternak Ruminansia. Direktorat


Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan
Nasional,J akarta., Bogor.

Soeparno. 2005. Ilmu dan Taknologi daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 01-3775-2006 tentang Kornet.

Wagiyono. 2003. Menguji Kesukaan secara Organoleptik. Departemen


Pendidikan Nasional, Jakarta.

Palupi, W.D.E. Tinjauan Literatur Pengolahan Daging. Jakarta: Pusat


Dokumentasi dan Informasi Ilmiah

LIPI, 1986. 54 hal.


http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:f0omK9RFZJYJ:www.wari
ntek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/pangan/piwp/dendeng_ragi.pdf+diagra
m alir+pembuatan+kornet+pdf [11 April 2011]

Diar zahrah, 2015 Teknik-Pengolahan-Susu


http://diarzahrah.blogspot.com/2015/10/teknik-pengolahan-susu.html

Izulahmad. 2017 Mengetahui-Dan-Memahami-Proses


http://izulahmad4.blogspot.com/2017/03/1-mengetahui-dan-memahami-
proses.html

Anda mungkin juga menyukai