Oleh Kelompok V:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini
akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih
lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang
tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-
teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu
besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan dan minuman akan selalu berdampingan dalam memenuhi
kebutuhan energi pada tubuh manusia, tanpa adanya makanan dan minuman
manusia tentu tidak dapat melakukan aktivitas dengan baik. Hal ini berarti
bahwa makanan akan selalu dibutuhkan baik sebagai makanan pokok maupun
makanan pendamping yang akan dihidangkan kapanpun dan dimanapun.
Pengawetan makanan dan minuman adalah cara yang digunakan untuk
membuat makanan/minuman memiliki daya simpan yang lama dan
mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan dan minuman tersebut.
Tujuan pengawetan adalah menjaga ketahanan terhadap serangan jamur
(kapang), bakteri, virus dan kuman agar daging tidak mudah rusak. Ada
beberapa cara pengawetan yaitu: pendinginan, pelayuan, pengasapan,
pengeringan, pengalengan dan pembekuan (Leith. 1989).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembuatan/pengolahan Corned Beef
2. Bagaimana proses pembuatan/pengolahan Susu Bubuk
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembuatan/pengolahan Corned Beef
2. Untuk mengetahui proses pembuatan/pengolahan Susu Bubuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Daging Sapi
Mixing
Exhausting
Seaming
Sterilisasi
Cooling
Labelling
Corned Beef
b. Chopping
Daging sapi digiling dengan chopper pada suhu rendah
sehingga selama penggilingan, suhu dapat dipertahankan tetap di
bawah 16°C. Hal tersebut dilakukan dengan menambahkan es batu
atau air dingin. Hasil gilingan berupa daging cincang yang masih
kasar.
c. Curing
Setelah dicincang, daging dimasukkan ke dalam mixer
untuk mencampur daging, bumbu, dan bahan lainnya menjadi
adonan yang homogen yang disebut dengan curing. Agar emulsi
tetap terjaga stabilitasnya, pencampuran harus dilakukan pada suhu
rendah (10-16°C). Menurut Soeparno (2005) curing adalah cara
processing daging dengan menambahkan beberapa bahan seperti
garam NaCl, Na-nitrat dan atau Na-nitrit dan gula (dekstrosa atau
sukrosa), serta bumbu-bumbu. Maksud curing antara lain untuk
mendapatkan warna yang stabil, aroma, tekstur dan kelezatan yang
baik, dan untuk mengurangi pengerutan daging selama processing
serta memperpanjang masa simpan produk daging.
d. Filling
Emulsi daging yang telah terbentuk selanjutnya diisikan ke
dalam kaleng yang sebelumnya telah disterilkan dengan panas.
kemudian ditimbang dengan timbangan kasar. Pengisian dilakukan
dengan metode hot filling. Hot filling adalah kombinasi proses
pengawetan dengan pemanasan (pasteurisasi) dengan metode
lainnya (pengawetan sekunder) untuk memberikan tingkat
keamanan produk yang diinginkan. Produk pangan diisikan ke
dalam kemasan dalam keadaan panas (hot fiiling), umumnya pada
suhu 180°F. Pemanasan yang diberikan tidak membunuh spora dan
pada proses pendinginan terbentuk kondisi vakum (anaerobik)..
Setelah dilakukan filling, kaleng disusun dalam nampan dan
diletakkan ke atas conveyor belt. Lalu dalam perjalanannya menuju
ke exhauster box, kaleng-kaleng tersebut ditimbang kembali
dengan timbangan digital yang lebih akurat. Beratnya bervariasi
tergantung jenis kaleng yang digunakan. Pengisian dilakukan
dengan menyisakan sedikit ruang kosong di dalam kaleng, disebut
head space. Ukuran head space bervariasi, umumnya kurang dari ¼
tinggi kaleng.
e. Exhausting
Kaleng yang telah diisi, kemudian divakum (exhausting)
dengan cara melewatkannya melalui ban berjalan ke dalam
exhauster box bersuhu 90-95°C selama 15 menit.
f. Seaming
Setelah keluar dari exhauster box, kaleng dalam keadaan
panas langsung ditutup dengan mesin penutup kaleng. Semakin
tinggi suhu penutupan ka-leng, maka semakin tinggi pula tingkat
kevakumannya (semakin rendah tekanannya). Proses penutupan
kaleng juga merupakan hal yang sangat penting karena daya awet
produk dalam kaleng sangat tergantung pada kemampuan kaleng
(terutama bagian-bagian sambungan dan penutupan) untuk
mengisolasikan produk di dalamnya dengan udara luar. Penutupan
yang baik akan mencegah terjadinya kebocoran yang dapat
mengakibatkan kerusakan.
g. Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang
tercecer di permukaan kaleng akibat proses filling. Apabila kotoran
tidak dibersihkan, dikhawatirkan mikroba akan dapat tumbuh dan
mengkontaminasi produk setelah dibuka, karena proses sterilisasi
hanya difokuskan pada produk yang berada dalam kaleng.
h. Sterilisasi
Setelah ditutup, kaleng beserta isinya disterilisasi dengan
cara memasukkan kaleng ke dalam retort dan dimasak pada suhu
120°C dan tekanan 0,55 kg/cm2, selama 15 menit.
i. Cooling
Agar daging tidak mengalami pemanasan yang berlebihan,
kaleng yang telah disterilkan harus segera didinginkan di dalam
bak pendingin yang berisi air selama 20-25 menit. Pendinginan
pasca sterilisasi menjadi penting karena timbul perbedaan tekanan
yang cukup besar yang dapat menyebabkan rekontaminasi dari air
pendingin ke dalam produk. Perlu dipastikan bahwa air pendingin
yang digunakan memenuhi persyaratan mikrobiologis. Untuk
industri besar, proses pendinginan biasanya dilakukan secara
otomatis di dalam retort, yaitu sesaat setelah katup uap dimadkan
maka segera dibuka katup air dingin. Untuk ukuran kaleng yang
besar, maka tekanan udara dalam retort perlu dikendalikan
sehingga tidak menyebabkan terjadinya kaleng-kaleng yang
menggelembung dan rusak.
j. Pemberian label pada kemasan
Setelah permukaan kaleng dibersihkan dengan lap hingga
kering, produk siap untuk diberi label dan dikemas.
Plate Cooler
Fungsi : mendinginkan susu segar hingga 2 – 4oC
Jumlah : 1 buah
Bahan : Stainless Steel
Kapasitas : 1000 liter/jam
Tipe : Plate Heat Exchanger
Media : chilled water bersuhu 1 – 2oC
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Corned beef yaitu daging sapi yang di-awetkan dengan penambahan garam
dan dikemas dengan kaleng. Dalam bahasa Indonesia, kata corned beef
diadopsi menjadi daging kornet. Cara pengolahan / pembuatan:
Daging Sapi
Chopping suhu rendah
Mixing
Filling
Exhausting
Seaming
Sterilisasi
Cooling
Labelling
Corned Beef
2. Prinsip pembuatan susu bubuk adalah mengurangi kadar air yang terdapat
dalam susu sampai batas tertentu dengan tujuan agar daya simpan susu ini
menjadi lebih lama. Pengurangan kadar air berarti pula penurunan
aktivitas air dalam susu. Dengan menurunnya nilai Aw (water activity)
maka pertumbuhan organisme dapat terhambat. Cara pengolahan /
pembuatan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
Wet Process (Proses Basah),
Dry Process (Proses kering) dan
Blending (Pencampuran).
DAFTAR PUSTAKA
Soeparno. 2005. Ilmu dan Taknologi daging. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.