PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Abon ikan merupakan salah satu produksi pangan kering yang diolah melalui
proses penggorengan dan penambahan bumbu-bumbuan. Beberapa keuntungan dari
proses pembuatannya ialah mudah dilakukandan metode pengolahan untuk mengawetkan
makanan. Produk yang dihasilkan memiliki aroma dan rasa yang khas serta dapat
dikembangkan sebagai salah satu usaha baik dalam skala industri kecil maupun
menengah.
Adapun jenis bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan abon dapat berupa
daging sapi, kerbau, ayam dan jenis ikan. Salah satu bahan yang juga dapat digunakan
untuk abon adalah ikan tuna. Untuk mendapatkan abon yang berkualitas tinggi,
diperlukan pengolahan yang baik. Proses pengolahan yang dilakukan dalam produk abon
adalah pemasakan, lama pemasakan yang tepat dalam pengolahan ikan tuna akan
menentukan kegurihan dan kelezatan abon.
B. Tujuan penelitian
1. Mengetahui bagaimana cara pengolahan abon ikan tuna.
2. Menganalisa kadar protein, kadar air dan metode angka lempeng total pada abon ikan
tuna.
C. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan abon ikan tuna ?
2. Bagaimana prosedur pembuatan abon ikan tuna?
3. Bagaimana analisa yang dilakukan dengan menentukan kadar protein, kadar air dan
metode angka lempeng total pada abon ikan tuna?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Abon
1|KIMIA TERPADU
Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging (sapi, kerbau,
ikan laut) yang disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari seratnya.
Kemudian ditambahkan dengan bumbu-bumbu selanjutnya digoreng. Dalam SNI 01-
3707-1995 disebutkan abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas, dibuat
dari daging, direbus disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres.
Abon sebenarnya merupakan produk daging awet yang sudah lama dikenal
masyarakat. Data BPS (1993) dalam Sianturi (2000) menunjukan bahwa abon merupakan
produk nomor empat terbanyak diproduksi. Abon termasuk makanan ringan atau lauk
yang siap saji. Produk tersebut sudah dikenal oleh masyarakat umum sejak dulu. Abon
dibuat dari daging yang diolah sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik kering,
renyah dan gurih. Pada umumnya daging yang digunakan dalam pembuatan abon yaitu
daging sapi atau kerbau (Suryani et al, 2007).
Abon ikan adalah jenis makanan awetan yang terbuat dari ikan laut yang diberi
bumbu, diolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan
mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai dayasimpan yang relatif
lama. Menurut Suryani (2007) Abon ikan merupakan jenis makanan olahan ikan yang
diberi bumbu, diolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan
mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya simpan yang relatif
lama. Karyono dan Wachid (1982) menyatakan, abon ikan adalah produk olahan hasil
perikanan yang dibuat dari daging ikan, melalui kombinasi dari proses penggilingan,
penggorengan, pengeringan dengan cara menggoreng, serta penambahan bahan pembantu
dan bahan penyedap terhadap daging ikan. Seperti halnya produk abon yang terbuat dari
daging ternak, abon ikan cocok dikonsumsi sebagai pelengkap makan roti ataupun
sebagai lauk-pauk.
B. Standar Mutu Abon
Abon sebagai salah satu produk industri pangan yang memiliki standar mutu yang
telah ditetapkan oleh Departemen Perindustrian. Penetapan standar mutu merupakan
acuan bahwa suatu produk tersebut memiliki kualitas yang baik dan aman bagi
konsumen. Para produsen abon disarankan membuat produk abon dengan memenuhi
Standar Nasional Indonesia sesuai dengan tabel 1.1
3. Kadar protein – sebagai petunjuk beberapa jumlah daging/ikan yang digunakan untuk
abon.
Menurut Wisena (1998) yang dikutip oleh Sianturi (2000), semakin tinggi harga
abon, kualitas abon semakin baik, dimana bahan tambahan yang digunakan sebagai
pencampur semakin sedikit atau tidak ada sama sekali.
Beberapa bumbu tambahan yang sering digunakan dalam pembuatan abon ikan
adalah santan kelapa, rempah-rempah (bumbu), gula, garam, minyak goreng.
1. Santan kelapa
Santan kelapa merupakan emulsi lemak dalam air yang terkandung dalam kelapa
yang berwarna putih yang diperoleh dari daging buah kelapa. Kepekatan santankelapa
yang diperoleh tergantung pada tua atau muda kelapa yang akan digunakan dan jumlah
dalam pembuatan air yang ditambahkan.
Penambahan santan kelapa akan menambah cita rasa dan nilai gizi suatu produk yang
akan dihasilkan oleh abon. Santan akan menambah rasa gurih karena kandungan
lemaknya yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian abon yang dimasak dengan
menggunakan santan kelapa akan lebih gurih rasanya dibandingkan abon yang dimasak
tidak menggunakan santan kelapa.
2. Rempah-rempah
Penggunaan gula dan garam dalam pembuatan abon bertujuan menambah cita rasa
dan memperbaiki tekstur suatu produk abon. Pada pembuatan abon, gula mengalami
reaksi millard. Sehingga menimbulkan warna kecoklatan yang dapat menambah daya
tarik suatu produk abon dan memberikan rasa manis.
Garam dapur (NaCl) merupakan bahan tambahan yang hampir selalu digunakan
untuk membuat suatu masakan. Rasa asin yang ditimbulkan oleh garam dapur berfungsi
sebagai penguat rasa yang lainnya. Garam dapat berfungsi sebagaipengawet karena
berbagai mikroba pembusuk, khususnya yang bersifat proteolitik sangat peka terhadap
kadar garam.
4. Minyak goreng
Fungsi minyak goreng dalam pembuatan abon adalah sebagai pengantar panas,
penambah rasa gurih dan penambah nilai gizi, khususnya kalori yang ada dalam bahan
pangan.
BAB III
PEMBUATAN PRODUK
Bawang merah 5g
Lengkuas 10 g
Sereh 2g
Gula pasir 20 g
Garam 1-1,5 g
Santan kental 20 ml
Alat :
Wajan Pisau
Kompor Panci
Blender Cobek
Waskom
B. Cara kerja :
3. Panaskan air dalam panci lalu masukan garam, sereh dan daun salam.
4. Masukan daging lalu rebus selama 30-60 menit hingga matang dan empuk.
7. Campurkan bubuk ketumbar, garam, gula pasir dan penyedap rasa dalam
daging yang sudah dicabik-cabik, lalu aduk hingga rata.
8. Haluskan bawang merah, bawang putih dan lengkuas hingga halus, lalu
campurkan ke dalam daging.
10. Tuangkan santan kental ke dalam campuran daging, kemudian aduk hingga
rata.
11. Panaskan minyak goreng dalam wajan, kemudian masukan daging yang sudah
dibumbui.
12. Goreng abon dengan api kecil sambil diaduk hingga matang. Ciri abon yang
sudah matang yaitu timbul suara gemeresik jika diremas
BAB IV
ANALISA PRODUK
A. Analisa Kadar Protein Secara Analisis Proksimat
1. Prinsip
Alat
Labu Kjeldahl
Alat destilasi kjeldahl Neraca analitik
Alat destruksi Buret
Kompor Batu didih
Erlenmeyer
Bahan
Larutan H2SO4
Selen Larutan NaOH
Batu didih Larutan asam borat
Indikator pp Larutan HCl
3. Prosedur kerja
1) Timbang 1 g contoh kedalam labu kjeldahl, tambahkan 1 g katalis selen, 8
butir sampai 10 butir batu didih dan 25 ml H2SO4 pekat.
2) Panaskan campuran dalam pemanas listrik sampai mendidih dan larutan
menjadi jernih kehijau-hijauan. Lakukan dalam lemari asam atau lengkapi alat
destruksi dengan unit penghisap asap.
3) Biarkan dingin, kemudian encerkan dengan air suling secukupnya.
4) Tambahkan 75 ml larutan NAOH 30% (periksa dengan indikator PP sehingga
campuran menjadi basa)
5) Suling selama 5 menit sampai dengan 10 menit atau sampai saat larutan
destilat telah mencapai kira-kira 150 ml, dengan penampung destilat 50 ml
larutan H3BO3 4%.
6) Bilas ujung pendingin dengan air suling
7) Titar larutan campuran destilat dengan larutan HCl 0,1000 M, dan
8) Lakukan penetapan blanko.
4. Data dan Perhitungan
Berat sampel abon ikan : 1,0030 gram
Berat selen : 1,0017 gram
Volume titar blangko :0 ml
Volume titar sampel : 5,38 ml
N HCL : 0,1285 N
100%
¿ ×
6,03 %
Keterangan :
Alat
Oven
Neraca analitik
Desikator
Krus
Jepitan krus
Bahan
Sampel Abon Ikan Tuna
3. Prosedur Kerja
1) Panaskan krus beserta tutupnya dalam oven pada suhu (100±5’)0C selama kurang
lebih 1 jam dan dinginkan dalam desikator selama 20 menit sampai dengan 30
menit, kemudian timbang dengan neraca analitik ( krus dan tutupnya = W0 )
2) Masukkan 5 gram contoh kedalam krus yang bertutup dan timbang beratnya. (W1)
3) Panaskan krus yang berisis contoh tersebut dalam keadaan terbuka dengan
meletakkan tutup krus disamping krus di dalam oven pada suhu (100±5’)0C
selama 3 jam setelah suhu oven (100±5’)0C.
4) Tutup krus ketika masih dalam oven, pindahkan segera ke desikator dan dinginkan
selama 20 menit sampai 30 menit kemudian timbang.
5) Lakukan pemanasan kembali selama 1 jam dan ulangi sampai perubahan berat
antara pemanasan selama 1 jam mempunyai interval < 2 mg (W2).
6) Lakukan penetapan duplo, dan
7) Hitung kadar air dalam contoh.
4. Data dan Perhitungan
Berat krus konstan : 38,4705 gram (W0)
Berat krus + sampel : 43,4910 gram (W1)
Berat krus + sampel konstan : 43,1327 gram (W2)
Kadar Air
¿ ×100
¿ ×100 =7,13
Keterangan :
W0 = Bobot krus kosong dan tutupnya (gram)
W1 = Bobot krus, tutupnya dan contoh sebelum dikeringkan (gram)
W2 = Bobot krus, tutupnya dan contoh setelah dikeringkan (gram)
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisa Kadar Protein Dalam Abon Ikan Tuna
Berdasarkan praktikum diatas untuk mengetahui kadar protein
dalam abon ikan tuna dapat ditentukan dengan cara analisa kadar protein dengan
metode kjeldahl, dimana dalam metode ini melalui tahapan tiga proses yaitu,
1) Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO,
CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk
mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4
dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4. Dengan
penambahan katalisator tersebut titk didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi
berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi, kadang-kadang juga
diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi karena zat tersebut
selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan dari valensi tinggi ke
valensi rendah atau sebaliknya.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
(protein) (NH4)2SO4
2) Tahapan destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3)
dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi
tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang
besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya
akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan.
Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung
destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam.
3) Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida
yang bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi
ditandai dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang
selama 30 detik bila menggunakan indikator PP.
Reaksi yang terjadi pada tahap ini adalah:
HCl 0,1 N + NaOH 0,1 N -> NaCl + H2O
B. Analisa Uji Angka Lempeng Total Pada Makanan Secara Mikrobiologi
Sebelum menggunakan alat ini tangan kita harus di basahi dengan alcohol
tujuannya agar tidak ada bakteri yang akan masuk pada saat praktik berlangsung.
Pertama kita menggunakan Finnipet untuk mengambil larutan dengan ukuran 9ml dan di
masukkan ke dalam tabung reaksi. Sebelumnya tabung reaksi di beri label pengenceran
dari 10-2 sampai dengan 10-3.
Erlenmeyer yang sudah di tutup dengan kertas alumunium foil begitu juga
dengan finnipet dan cawan di bungkus dengan kertas kap kemudian di masukkan ke
dalam tabung sterilisasi dan di tutup dengan rapat agar tidak menguap.
Setelah 30 menit plastik steril dan alat yang ada pada tabung sterilisasi di
keluarkan. Hasil dari homogenisasi pada penyiapan sampel yang merupakan pengenceran
10-2 dipipet sebanyak 1 ml kedalam tabung PDF pertama, dikocok homogen hingga
diperoleh pengenceran 10-3. Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan petri
dan dibuat duplo, ke dalam setiap cawan dituangkan 1 ml media PCA. Cawan petri yang
sudah ditambahkan media PCA pada suhu 45°C, segera digoyang dan diputar sedemikian
rupa hingga suspensi tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer
dibuat uji kontrol (blangko). Pada satu cawan diisi 1 ml pengencer dan media agar, pada
cawan yang lain diisi media. Setelah media memadat, cawan diinkubasi dalam Inkubator.
Inkubator merupakan alat yang digunakan untuk inkubasi yaitu media pengujian dengan
suhu yang telah diatur. Inkubator Berfungsi untuk menginkubasikan atau mengkondisikan
media / kultur pada kondisi terutama suhu tertentu. suhu 35-37°C selama 48 jam dengan
posisi dibalik. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Berdasarkan hasil pengujian Angka Lempeng Total sampel yang ada setelah
mengalami beberapa pengenceran, untuk Abon Ikan Tuna jumlah total bakteri terhitung
sebanyak 1,84 × 104 koloni/ml setelah pengamatan 2 hari, sedangkan untuk pengamatan
selama 4 hari terhitung jumlah total bakterinya sebanyak 2,89× 105 koloni/ml, perhitungan
bakteri dihitung selama inkubasi 2 hari sesuai rumus yang ada pada SNI tentang Persyaratan
Mutu dan Keamanan Pangan Abon ,Penentuan Angka Lempeng Total pada produk . Hal ini
disebabkan karena penanganannya tepat sehingga pertumbuhan mikroorganisme dapat
ditekan / dihambat.
Pertumbuhan mikroorganisme dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu :
pertumbuhan individu dan pertumbuhan koloni atau pertumbuhan populasi. Pertumbuhan
individu diartikan sebagai bertambahnya ukuran tubuh, sedangkan pertumbuhan populasi
diartikan sebagai bertambahnya kuantitas individu dalam suatu populasi atau bertambahnya
ukuran koloni. Namun demikian pertumbuhan mikroorganisme unisel (bersel tunggal) sulit
diukur dari segi pertambahan panjang, luas, volume, maupun berat, karena pertambahannya
sangat sedikit dan berlangsung sangat cepat (lebih cepat dari satuan waktu mengukurnya),
sehingga untuk mikroorganisme yang demikian satuan pertumbuhan sama dengan satuan
perkembangan.
Hal yang dapat diperhatikan dalam pengujian angka lempeng total ini
yaitu keamanan dan keselamatan kerja selama melakukan analisa, maka perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
melakukan analisa, menggunakan jas laboratorium selama melakukan analisa,
lakukan setiap tahapan analisa secara aseptis, membersihkan meja kerja sebelum dan
sesudah melakukan analisa, membersihkan segera contoh yang tercecer dan
mengandung bakteri dengan menggunakan bahan desinfektan, dan media agar yang
sudah dipakai di sterilkan terlebih dahulu sebelum dibuang.
C. Analisis Kadar Air Pada Abon Ikan Tuna Secara Analisis Proksimat
1. Sampel Abon Ikan Tuna memiliki kadar protein sebesar 6,03 % , Jumlah sel
mikrobia/ml 1,84 × 104 koloni/ml ( selama 2 hari ) dan 2,89× 105 koloni/ml
( selama 4 hari ), dan terdapat kadar air sebesar 7,13 %.
2. Berdasarkan analisa yang sudah dilakukan diperoleh data hasil yang sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia mengenai Persyaratan Mutu dan
Keamanan Pangan Abon. Terkecuali pada uji kadar protein.