PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abon adalah makanan yang terbuat dari daging yang disuwir atau telah
dipisahkan seratnya,kemudian ditambah bumbu dan digoreng.Daging sapid an
daging kerbau adalah daging yang umum digunakan dalam pembuatan abon.
Namun kini telah banyak pengembangan bahan baku pembuatan abon. Beberapa
yang terkenal selain abon sapi adalah abon ikan dan ayam. Menurut Sumarsono et
al., 2008,penggunaan kantong plastic yang ditutup rapat untuk mengemas abon
dapat mempertahankan kualitas selama penyimpanan sehingga abon dapat
disimpan beberapa bulan dalam suhu kamar. Umur simpan abon sapi dapat
mencapai lebih dari 60 hari dan memiliki rasa yang khas sehingga disukai
konsumen (Perdana,2009)
Tingginya tingkat konsumsi produk olahan perternakan merupakan suatu
peluang usaha tersendiri untuk dikembangkan. Bergesernya pola konsumsi
masyarakat dalam mengkonsumsi produk olahan perternakan,terutama
daging,dari mengkonsumsi daging segar menjadi produk olahan siap santap
mendorong untuk dikembangkan teknologi dalam hal pengolahan daging. Banyak
cara yang dikembangkan untuk meningkatkan nilai guna dan daya simpan dari
daging segar seperti diolah menjadi sosis,dendeng dan abon.
Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging
(sapi,kerbau,ikan laut) yang disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau
dipisahkan dari seratnya. Kemudian ditambahkan dengan bumbu-bumbu
selanjutnya digoreng. Dalam SNI 01-3707-1995 disebutkan abon adalah suatu
jenis makanan kering berbentuk khas,dibuat dari daging,direbus disayat-sayat,
dibumbui,digoreng dan dipres.
Abon sebenarnya merupakan produk daging awet yang sudah lama
dikenal masyarakat. Data BPS (1993) dalam Sianturi (2000) menunjukan bahwa
abon merupakan produk nomer empat terbanyak diproduksi. Abon termasuk
makanan rinngan atau lauk yang siap saji. Produk tersebut sudah dikenal oleh
masyarakat umum sejak dulu. Abon dibuat dari daging yang diolah sedemikian
rupa sehingga memiliki karakteristik kering,renyah dan gurih.Agar dapat
disimpan dalam waktu yang panjang maka daging ataupun ikan harus melalui
proses pengolahan dengan kandungan air yang sedikit sehingga akan
memperpanjang waktu simpan (Suryani et a,2007)
Bahan:
1. Daging ayam 700 kg
2. Minyak goreng
3. Bumbu :
Kelapa tua diambil santannya menjadi ± 460 kg air santan kental
Gula merah 50 gram
Ketumbar sangrai 1 1/4 sdm
Kemiri 5 gram
Bawang merah 50 gram
Bawang putih 30 gram
Garam halus secukupnya
Lengkuas 2 ruas jari
Daun salam 2 lembar
Catatan : Bumbu no 3-6 dihaluskan
3.2 Prosedur Kerja
1. Membersihkan dan mencuci daging ayam.
2. Mengkukus daging ayam sampai empuk, memisahkan bagian tulang dan
bagian yang tidak dipakai.
3. Melakukan pengecilan ukuran dengan cara menyuwir atau menyuir dengan
suwir abon.
4. Memasak suwiran daging ayam dengan santan kental dan bumbu-bumbu,
sampai air santan habis.
5. Menggoreng sampai warna coklat masak (api sedang dan terus membolak-
balik agar masak dengan merata dan tidak gosong).
6. Mempres/ meniriskan sampai benar-benar kering.
7. Abon siap dikemas/ dikonsumsi.
3.3 Diagram Alir
Membersihkan dan
Daging
mencuci
Ayam
Mengukus sampai empuk
- Ketumbar Sangrai
- Kemiri
Santan Kental Memasak suwiran daging ayam - Bawang Merah
sampai santan habis - Bawang Putih
Mempres / meniriskan
sampai benar-benar kering
Abon Ayam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Diketahui :
Beratdaging ayam mentah : 625 gram
Berat daging ayam suwir : 280 gram
Berat abon ayam yang dihasilkan : 119 gram
Berat Akhir
Rendemen (%) = x 100%
Berat Awal
119
= 280 x 100%
= 71,1%
4.2. Pembahasan
Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal dari daging yang
disuwir-suwir dengan berbentuk serabut atau dipisahkan dari seratnya. Kemudian
ditambahkan dengan bumbu-bumbu selanjutnya digoreng. Dalam SNI 01-3707-1995
disebutkan abon adalah suatu jenis makanan kering berbentuk khas, dibuat dari
daging, direbus disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres (Suryani, 2007).
Abon termasuk makanan ringan atau lauk yang siap saji. Produk tersebut
sudah dikenal oleh masyarakat umum sejak dulu. Abon dibuat dari daging yang diolah
sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik kering, renyah dan gurih.
Pada praktikum kali ini, praktikan membuat abon dengan bahan dasar berupa
daging ayam. Pembuatan abon ini menggunakan prinsip pengurangan kadar air yang
ada dalam daging ayam tersebut. Pengurangan kadar air bahan sampai batas dimana
perkembangan mikroorganisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan
pembusukan dapat terhambat atau bahkan terhenti. Dengan demikian, bahan yang
dikeringkan dapat mempunyai waktu simpan yang lebih lama.
Seperti penjelasan yang diungkapkan oleh Winarno et al. (1982) yang
menyatakan bahwa pembuatan abon merupakan salah satu cara pengeringan dalam
pengolahan bahan pangan yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan,
memperkecil volume dan berat bahan, sehingga dapat mengurangi biaya
pengangkutan dan pengepakan.
Daging secara umum didifinisikan sebagai semua jaringan hewan yang
dikonsumsi namun tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang
mengkonsumsinya. Otot pada hewan berubah menjadi daging setelah pemotongan
atau penyembelihan karena fungsi fisiologisnya telah berhenti. Karkas broiler
adalah ayam yang telah dipotong dan dibersihkan bulu, tanpa kepala, leher, kaki, dan
jeroan (Siregar et al.1982).
Sebagai langkah awal pembuatan daging ayam, praktikan mempersiapkan
semua alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu. Kemudian, daging ayam
dibersihkan (dicuci). Hal ini dilakukan untuk membuang bagian-bagian bahan yang
tidak dapat digunakan dalam pembuatan abon. Daging ayam disiangi dengan
membuang bagian yang tidak dapat dimakan. Bagian yang dibuang hanya pada bagian
lemak daging yang menempel pada bagian kulit saja. Kemudian ditimbang dengan
tujuan untuk mengetahui berat awal bahan baku (daging ayam) sebelum dikukus.
Perlakuan kedua pada daging adalah proses pengukusan. Daging ayam
dikukus sampai empuk dan serat-serat daging terlihat dengan jelas.Secara umum,
tujuan pengukusan adalah membuat tekstur bahan (daging ayam) menjadi empuk.
Kondisi tekstur bahan yang empuk mudah dicabik menjadi serat yang halus. Daging
ayam memiliki tekstur daging yang lunak dan berserat sehingga proses pengukusan
lumayan cepat. Pengukusan dilakukan untuk bahan yang memang lunak seperti
daging ayam ini. Lama pengukusan atau perebusan tidak boleh berlebihan, akan tetapi
cukup sampai mencapai titik didihnya saja. Suhu yang terlalu tinggi akan
menyebabkan penurunan mutu rupa dan tekstur bahan.
Selama menunggu proses pengukusan, bahan-bahan lain yang digunakan sebagai
bumbu pun disiapkan. Bahan-bahan ini yakni bawang merah, bawang putih, ketumbar,
dan lengkuas. Bahan tersebut dikupas, dibersihkan lalu dihaluskan dan ditumis.
Adapun tujuan untuk meningkatkan mutu organoleptik dan cita rasa dalam
pengolahan abon ditambahkan dengan rempah-rempah. Penambahan ini juga
berfungsi sebagai pengawet alami.
a. Selain pemberi aroma, bawang merah berfungsi sebagai pengawet alami karena
mengandung efek anti bakteri dari senyawa alliin atau alisin yang akan diubah
menjadi asam piruvat, ammonia dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisidia
(Winarno, 1994).
b. Fungsi garam dalam produk olahan daging seperti abon ayam ini adalah sebagai
cita rasa, penghambat pertumbuhan mikroorganisme, menigkatkan daya mengikat
air selama proses pemasakan, dan dapat mengurangi denaturasi mioglobin pada
penambahan 2 g/100 g daging. Garam juga berfungsi untuk meningkatkan daya
simpan, karena dapat menghambat pertumbuhan organisme pembusuk.
Penambahan garam dapat meningkatkan ion-ion tembaga, mangan dan besi. Ion-
ion tersebut berfungsi sebagai katalis dalam reaksi ketengikan(Winarno, 1994).
c. Fungsi gula dalam pembuatan abon adalah sebagai penambah cita rasa serta salah
satu komponen pembentuk warna coklat yang diinginkan pada hasil akhir produk
abon sapi (Sianturi, 2000). Kandungan gula yang tinggi dapat berperan sebagai
penghambat proses oksidasi dan ketengikan, selain itu penambahan gula kedalam
bahan pangan dalam konsentrasi yang tinggi akan menurunkan kadar air yang
tersedia untuk pertumbuhan miroorganosme dan aktivitas air (aw) dari bahan
pangan (Winarno, 1994).
d. Ketumbar (Coriandrum sativum linn) banyak digunakan untuk bumbu masak,
dalam penggunaan ketumbar dilakukan penggerusan terlebih dahulu. Ketumbar
dapat menimbulkan bau sedap dan rasa gurih, komponen lain dari ketumbar
adalah 26% lemak, 17% protein, 10% pati, dan 20% gula (Purnomo, 1997).
e. Lengkuas mengandung minyak atsiri , senyawa flavonoid, fenol dan trepenoid.
Rimpang lengkuas mengandung zat-zat yang dapat menghambat enzim santin
oksidase sehingga bersifat antitumor. Minyak atsiri rimpang lengkuas yang
mengandung senyawa flavonoid, berfungsi sebagai antioksidan pada proses
pembuatan makanan kering.
Bumbu-bumbu yang dihaluskan serta ditumis tadi selanjutnya ditambah gula
jawa, serai, lengkuas, daun salam, gula, dan garam. Bumbu ditumis hingga harum.
Daging ayam yang telah dikukus tadi ditiriskan dan disayat-sayat atau disuwir-
suwir sehingga ukuran daging menjadi lebih kecil. Hal ini dilakukan agar bahan
terpisah menjadi serat yang halus.Tekstur berupa serat yang halus merupakan ciri
khas dari produk abon. Untuk skala industri, pencabikan dapat dilakukan dengan
mesin. Akan tetapi untuk skala rumah tangga (seperti yang dilakukan saat praktikum),
pencabikan/suwir-suwir dilakukan dengan cara manual (dengan bantuan ujung pisau).
Pemasakan suwiran daging ayam dengan santan kental dan bumbu dilakukan
sampai air santan habis. Ketika hal ini telah terjadi, maka langkah selanjutnya adalah
penggorengan.
Penggorengan merupakan salah satu metode pengeringan untuk
menghilangkan sebagian air dengan menggunakan energi panas dari minyak.
Dengan menguapnya air, terjadi penetrasi minyak ke dalam bahan yaqng
digoreng. Api yang digunakan tidak boleh terlalu besar agar bahan tidak gosong.
Selama digoreng, bahan diaduk agar matang secara merata. Penggorengan
dilakukan sampai bahan berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan.
Minyak goreng berfungsi untuk memperbaiki tekstur fisik bahan pangan dan
sebagai penghantar panas sehingga proses pemanasan menjadi lebih efisien
dibanding proses pemanggangan dan perebusan. Proses penggorengan juga dapat
meningkatkan cita rasa, kandungan gizi dan daya awet serta menambah nilai
kalori bahan pangan (Muchtadi, 2008).
Selama proses penggorengan terjadi perubahan-perubahan fisiko
kimiawi baik pada bahan pangan yang digoreng maupun minyak gorengnya. Suhu
penggorengan yang lebih tinggi dari pada suhu normal (168-1960C) maka akan
menyebabkan degradasi minyak goreng yang berlangsung dengan cepat (antara
lain penurunan titik asap). Proses penggorengan pada suhu tinggi dapat
mempercepat proses oksidasi. Lemak pada daging dan pada abon sapi dapat
menyebabkan terjadinya oksidasi. Hasil pemecahan ikatan rangkap dari asam
lemak tidak jenuh adalah asam lemak bebas yang merupakan sumber bau tengik.
Adanya antioksidan dalam lemak seperti vitamin E (tokoferol) dapat mengurangi
kecepatan proses oksidasi lemak, tetapi dengan adanya prooksidan seperti logam-
logam berat (tembaga, besi, kobalt dan mangan) serta logam porfirin seperti pada
mioglobin, klorofil, dan enzim lipoksidasi lemak akan dipercepat (Nazieb, 2009).
Selama proses penggorengan terjadi perubahan fisik, kimia dan sifat
sensori. Ketika makanan digoreng pada minyak goreng panas pada suhu yang
tinggi, banyak reaksi kompleks yang terjadi di dalam minyak dan pada saat itu
minyak akan mengalami kerusakan. Kerusakan minyak yang berlanjut dan
melebihi angka yang ditetapkan akan menyebabkan menurunnya efisiensi
penggorengan dan kualitas produk akhir. Komposisi bahan pangan yang digoreng
akan menentukan jumlah minyak yang diserap. Bahan pangan dengan kandungan
air yang tinggi, akan lebih banyak menyerap minyak karena semakin banyak
ruang kosong yang ditinggalkan oleh air yang menguap selama penggorengan.
Selain itu semakin luas permukaan bahan pangan yang digoreng maka semakin
banyak minyak yang terserap (Muchtadi, 2008).
Setelah proses penggorengan selesai, hal yang dilakukan selanjutnya
adalah memasukkan gorengan abon ke dalam kain kasa, meniriskannya dan
memasukkannya pada mesin spinner sampai abon menjadi benar-benar kering.
Proses selanjutnya adalah penimbangan abon yang telah jadi dan melakukan
tahap pengemasan.
Uji Organoleptik Abon Ayam
Hasil uji organoleptik pada abon yang dihasilkan ialah berwarna coklat
tua.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama praktikum, perubahan warna
abon menjadi warna coklat terjadi secara drastis pada proses penggorengan.
Adapun aroma yang dihasilkan dapat disebabkan karena bahan yang ada dalam
lemak (santan) yang manaair pada santan bersifat menguap ketika dipanaskan.
Bumbu yang digunakan dalam pembuatan abon dapat memberikan aroma
yang khas. Bawang merah memiliki bau dan citarasa yang khas yang ditimbulkan
oleh adanya senyawa yang mudah menguap dari jenis sulfur seperti propil sulfur.
Ketumbar dapat memberikan aroma yang diinginkan dan menghilangkan bau
amis. Kombinasi gula, garam dan bumbu-bumbu menimbulkan bau yang khas
pada produk akhir (Purnomo, 1995).
Dari segi rasa, abon yang dihasilkan terasa khas akibat adanya
penambahan bumbu serta santan kental pada daging ayam dalam proses
pengolahan. Lamanya proses penggorengan berpengaruh besar terhadap tekstur
akhir abon. Penggorengan yang terlalu lama dapat mengakibatkan tekstur abon
menjadi kasar.