lemaknya
dipangkas,
dipotong
dibumbui dengan
tipis
menjadi
serpihan
yang
dikeringkan dengan api kecil atau diasinkan dan dijemur. Hasilnya adalah daging
yang asin dan setengah manis dan tidak perlu disimpan di lemari es.
Pada prinsipnya, pembuatan dendeng yaitu pengirisan terhadap daging setebal
lebih kurang 2 mm,kemudian diberi bumbu dan dikeringkan.
Menurut Badan Standarisasi Nasional (1992), dendeng sapi merupakan
produk makanan berbentuk lempengan yang terbuat dari daging sapi segar dan
atau sapi daging beku, yang diiris atau digiling, ditambah bumbu dan dikeringkan
dengan sinar matahari atau alat pengering dengan ataun tanpa penambahan bahan
pangan lain dan bahan tambah pangan yang diizinkan. Dendeng memiliki cita rasa
yang khas, yaitu manis agak asam dan warna yang gelap akibat kadar gulanya
yang cukup tinggi.
Penggunaan gula, garam, dan bumbu-bumbu menimbulkan bau khas pada
produk akhir (Purnomo 1996 dalam Febrina 2010). Dendeng dapat dikategorikan
sebagai bahan pangan semi basah karena dendeng memiliki kadar air yang berada
dalam kisaran kadar air bahan pangan semi basah, yaitu 25%. Bahan pangan semi
basah merupakan campuran suatu bahan pangan ang pada umumnya ditambah
dengan bahan pengikat air yang dapat menurunkan daya ikat air produk, sehingga
pertumbuhan mikroorganisme terhambat (Purnomo 1996 dalam Febrina 2010).
Purnomo (1996) dalam Febrina (2010) mengemukakan, ditinjau dari cara
pembuatanya, dendeng dikelompokan menjadi dendeng iris (slicer) dan giling.
Selama pembuatan dan pengeringan akan terjadi pula pembentukan komponenkomponen citarasa, yang akan menambah rasa dan aroma dendeng menjadi lebih
sedap.
Dendeng dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dendeng sayat dan dendeng
giling. Dendeng sayat menggunakan bahan utama daging yang disayat atau diiris
tipis. Dendeng giling merupakan produk olahan hasil ternak dengan menggunakan
berbagai jenis daging antara lain daging ayam, dan daging sapi. Daging tersebut
digiling dengan mesin penggilingan daging dan dicampurkan bumbu-bumbu
setelah itu dikeringkan. Proses penggilingan daging juga bertujuan untuk
mengempukkan daging.
Bahan-bahan yang digunakan
1. Daging.
Daging menurut Badan Standarisasi Nasional (1995), adalah urat daging
yang melekat pada kerangka kecuali urat daging dari bagian bibir, hidung dan
telinga yang berasal dari hewan sehat pada saat dipotong (Badan Standarisasi
Nasional 1995). Daging yang digunakan dalam pembuatan dendeng kali ini yaitu
daging sapi dan ikan. Daging-daging tersebut harus memiliki mutu yang baik. Hal
tersebut dapat dilihat dari warna daging yang mengkilat dan bau yang segar.
Daging yang digunakan dalam pembuatan dendeng yaitu daging sapi dan
daging ikan nila. Ikan Nila Merah merupakan jenis ikan air tawar yang
mempunyai daging berwarna putih dan enak rasanya, sehingga banyak digunakan
sebagai bahan makanan dengan kandungan lemak rendah. Dengan kandungan
lemak yang rendah diharapkan tidak terjadi ketengikan selama penyimpanan
produk dendeng (Dewi dan Ibrahim 2006)
2. Bawang Putih
Bawang
putih
dapat
dipakai
sebagai
pengawet
karena
bersifat
bakteriostatik yang disebabkan oleh adanya zat aktif allicin yang sangat efektif
terhadap bakteri, selain itu bawang putih mengandung scordinin, yaitu senyawa
komplek thioglisidin yang bersifat antioksidan. Bawang putih memiliki aroma
yang kuat dan tajam, tetapi hampir tidak berbau jika belum dimemarkan atau
dipotong-potong.
Winarno
(2004)
menyatakan
bahwa,
senyawa
yang
menimbulkan aroma pada bawang putih adalah senyawa sulfur yang akan
menimbulkan bau bila jaringan sel bawang mengalami kerusakan sehingga
terrjadi kontak antara enzim dalam bahan dan substrat
3. Gula Merah
2. Pengirisan
Daging sapi diiris tipis menggunakan pisau. Daging ikan diiris dengan
membelah tubuh ikan menjadi dua bagian yang kemudian ditambahkan jeruk
nipis. Tujan dari penambahan jeruk nipis ini yaitu mengurangi bau amis dari ikan.
Pengirisan dimaksud untuk memperluas permukaan daging sehingga pengeringan
akan berlangsung dengan cepat selain itu untuk mempermudah penyerapan dari
bumbu-bumbu yang ditambahkan.
3. Penggilingan
Penggilingan dilakukan terhadap daging sapi. Penggilingan bertujuan untuk
memudahkan pencampuran bumbu hingga homogen dan daging mudah dibentuk.
Proses penggilingan daging dilakukan dengan menggunakan blender lalu
ditambahkan oleh bumbu-bumbu yang telah ditimbang sebelumnya.
4. Pencampura Bumbu
Daing yang telah di giling ataupun disayat kemudian ditambahkan bumbu.
Untuk daging giling penambhan bumbu dilakukan pada saat proses penggilingan
sedngkan daging ikan penambhan bumbu dilakukan dengan cara melumuri bagian
tubuh ikan. Bumbu-bumbu yang ditambahkan sebelumnya dilakukan proses
penghancuran dengan menggunakan blender. Bumbu-bumbu yang ditambahkan
diantaranya bawang putih, gula merah, garam, ketumbar, dan lada. Penambahan
bumbu tersebut berfungsi untuk memberi cita rasa, aroma, mmperbaiki warna,
dan sebagai bahan pengawet.
5. Pencetakan
Proses pencetakan hanya dilakukan pada daging giling. Pencetakan ini
biasanya menggunakan alat bantuan seperti penggiling untuk lebih meratakan
tipisnya daging sapi. Prses pencetakan bertujuan untuk membuat ukuran daging
seragam.
6. Pengeringan
Pengeringan adalah salah satu metode pengawetan dengan cara mengurangi
kadar air suatu bahan pangan. Pengeringan yang dilakukan erhadap daging
dilakukan dengan menggunakan sinar matahari selama 7 hari. Proses pengeringan
juga dapat menggunakan alat pengering contohnya oven. Keuntungan dari
pengeringan dendeng dengan oven adalah waktu yang lebih singkat serta tidak
tergantung sinar matahari (Husna 2014)
Hal yang penting dalam pengeringan adalah suhu yang digunakan hendaknya
jangan terlalu tinggi, karena akan menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak
dikehendaki pada pangan. Demikian juga panas yang berlebihan dapat
menyebabkan case hardening, yaitu suatu keadaan dibagian luiar (permukaan)
pangan menjadi keriput dan keras, sedangkan air terperangkap didalamnya
(bagian dalam masih basah). Cara mencegah case hardening adalah dengan
membuat suhu pengeringan tidak terlalu tinggi atau proses pengeringan awal tidak
terlalu cepat.
Tujuanya dari pengeringan ialah untuk melawan kebusukan bahan oleh
aktifitas mikroba. Meskipun bahan yang kering bukan berarti telah steril. Mikroba
memang tidak dapat tumbuh pada bahan yang kering. didinginkan. Keuntungan
pengeringan
bagian yaitu :
1. Faktor Internal, yaitu :
a. Sifat bahan
Sifat
bahan
yang
dikeringkan
merupakan
faktor
utama
yang
mempengaruhi kecepatan pengeringan. Jika dua bahan pangan dengan ukuran dan
bentuk yang sama dikeringkan pada kondisi yang sama, kedua potongan tersebut
akan kehilangan air dengan kecepatan yang sama pada awal pengeringan.
Komposisi kimia dan struktur fisik bahan pangan berpengaruh terhadap tekanan
uap air dalam keseimbangan dan difusifitas air dalam bahan tersebut pada suhu
tertentu (Wirakartakusumah, 1992).
b. Ukuran
Kecepatan pengeringan lempengan basah yang tipis berbanding terbalik
dengan kuadrat ketebalannya. Waktu pengeringan dapat dipersingkat dengan
pengurangan ukuran bahan yang dikeringkan. Keadaan ini akan diterapkan pada
spray drying dimana diameter dari partikel atau dari penyemprotan hanya
beberapa mikron (Wirakartakusumah, 1992).
c. Unit Pemuatan
Beberapa hal penambahan muatan bahan basah pada rak pengeringan
analog dengan meningkatkan ketebalan dari suatu potongan bahan, sehingga akan
(Wirakartakusumah,
1992).
2. Faktor eksternal, yaitu :
a. Depresi Bola Basah
Depresi bola basah, yaitu perbedaan suhu udara (suhu bola kering) dengan
suhu bola basah, merupakan faktor eksternal paling penting dalam pengeringan.
Jika depresi bola basah udara yang melewati bahan nol, berarti udara jenuh dan
tidak akan terjadi pengeringan. Jika depresi bola basah besar, maka potensial
pengeringan tinggi dan kecepatan pengeringan pada suatu tahap awal maksimum
(Wirakartakusumah, 1992).
b. Suhu Udara
Pada tahap selanjutnya, kecepatan akan bertambah tinggi pada suhu udara
yang lebih tinggi karena pada kadar air yang rendah pengaruh penguapan terhadap
pendinginan udara dapat diabaikan dan pada suhu bahan mendekati suhu udara.
Distribusi air dalam bahan mempengaruhi kecepatan pengeringan akan bertambah
cepat dengan meningkatnya suhu pengeringan (Wirakartakusumah, 1992).
Pengujain Organoleptik
Uji hedonik adalah.
1. Warna.
Warna adalah
Berdasarkan tabel hasil rekapitualsi dendeng bahwa daya terima tertinggi dari
segi warna yaitu dendeng yang dibuat oleh kelompok 3 atau dengan kode 234.
Skor yang didapatkan dengan rata-rata 5. Warna coklat dari kedua macam
dendeng ikan tersebut terbentuk akibat adanya reaksi non-enzimatis (Reaksi
Maillard), yaitu reaksi antara gula pereduksi dari gula campuran dan gugus amino
primer dari asam amino yang berasal dari protein ikan. (Dewi dan Ibrahim 2006)
2. Aroma
Aroma adalah
Berdasarkan tabel hasil rekapitualsi dendeng bahwa daya terima tertinggi dari
segi aroma yaitu dendeng yang dibuat oleh kelompok 6 atau dengan kode 456. Skor
yang didapatkan dengan rata-rata 4,9.
Daftar Pustaka
Badan Standarisasi Nasiona. 1992. SNI 01-2908-1992 Tentang Dendeng Sapi.
Badan Standarisasi Nasiona l. 1995. 01-3947-1995. Tentang Daging,
Dewi E.N, Ibrahim R. 2006. PENGARUH JENIS GULA PADA PROSES
PENGOLAHAN DENDENG IKAN NILA MERAH TERHADAP MUTU. Jurnal
Sanitek Perikanan Vol. 2. No.1. 2006 : 59 66
Husna N.E 2014. DENDENG IKAN LEUBIEM (Canthidermis maculatus)
DENGAN VARIASI METODE PEMBUATAN, JENIS GULA, DAN
METODE PENGERINGAN. JURNAL TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
PERTANIAN INDONESIA Vol.06 , No.03 , 2014
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press,
Yogyakarta.
Winarno F G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia, Jakarta.