Selain kesegaran dan mutu daging, bumbu merupakan faktor kunci yang menentukan
kualitas dan daya terima dendeng. Pembuatan dendeng di Indonesia umumnya menggunakan
bumbu garam, gula, lengkuas, ketumbar, dan bawang merah. Kadang-kadang ada juga yang
menambahkan lada dan bawang putih. Gula yang ditambahkan dapat berupa gula merah
maupun gula pasir. Campuran bumbu berguna untuk menambah aroma, cita rasa, dan untuk
memperpanjang daya awet.
Beberapa jenis rempah telah diketahui mempunyai daya antimikroba. Ketumbar dapat
menimbulkan bau sedap dan rasa pedas yang gurih, sehingga bau tidak sedap pada dendeng
dapat dihilangkan. Bawang putih dapat menimbulkan rangsangan tajam dan memacu selera
makan. Gula menambah rasa manis dan kelezatan, mengurangi rasa asin berlebihan akibat
penambahan garam, memperbaiki aroma dan tekstur daging. Gula juga berfungsi melunakkan
produk dengan mengurangi penguapan.
5. Prosedur Pembuatan Dendeng
Proses pembuatan dendeng belum dibakukan karena merupakan seni memasak yang
bersifat rahasia. Namun demikian yang menguntungkan dalam pembuatan dendeng secara
tradisional adalah produk disesuaikan dengan kebiasaan makan masyarakat didaerah dimana
produk dibuat.
Bahan-bahan yang diperlukan:
daging 1 kg;
gula merah 2 ons,
ketumbar 5 s.t,
lengkuas, asam, garam dan bawang secukupnya.
Pengeringan Dendeng
Dendeng tergolong dalam bahan makanan semi basah (intermediate moisture food),
yaitu bahan pangan yang mempunyai kadar air tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu
rendah, yaitu antara 15-50 %. Kadar air tersebut dapat dicapai melalui proses pengeringan
daging yang telah dibumbui. Pengeringan dendeng dapat dilakukan dengan bantuan sinar
matahari atau dengan menggunakan alat pengering buatan (artificial drying). Dibandingkan
dengan pengeringan secara alami, pada pengeringan buatan, hasil yang diperoleh menjadi
lebih bersih karena terhindar dari kontaminasi (serangga, debu, dll) dan proses dapat
dikontrol dengan baik (tidak tergantung kepada keadaan cuaca).
Pada pengeringan dendeng, terik matahari atau suhu alat pengering tidak boleh terlalu
panas karena permukaan dendeng akan menjadi retak-retak. Sebaliknya, bila sinar matahari
kurang panas dan tidak terus-menerus akan menyebabkan kapang mudah tumbuh. Kecepatan
pengeluaran air selama pengeringan dipengaruhi oleh luas permukaan, volume, dan bentuk
potongan dagingnya. Potongan daging yang tebal ataupun suhu pengeringan yang terlalu
tinggi dapat menyebabkan terjadinya case hardening, yaitu suatu kondisi ketika bagian luar
daging sudah kering, tetapi bagian dalamnya masih basah. Hal ini memungkinkan mikroba
untuk tumbuh dan berkembang biak, sehingga daya awet dendeng menjadi berkurang.
7. Penyimpanan Dendeng
Pada pembuatan dendeng, faktor hygienis penting karena penurunan kadar air dan
aktivitas air hanya mampu mempertahankan daya simpan, sedang kondisi penyimpanan
memungkinkan mikroorganisme tumbuh terutama kapang /jamur.
Dendeng tahan terhadap mikroorganisme selama penyimpanan pada suhu kamar (15200C) namun pada minggu ke-12 penyimpanan, jumlah jamur akan meningkat sedangkan
pada suhu 300C peningkatan jumlah jamur terlihat pada minggu ke-4 penyimpanan
(Purnomo, 1986). Apabila bahan kemasan, suhu dan kondisi penyimpanan kurang
diperhatikan, maka daya awet produk akan menurun.
Latihan
1. Jelaskan tujuan kuring yang dilakukan sebelum pembuatan dendeng
2. Jelaskan fungsi dari bumbu-bumbu yang ditambahkan pada daging
3. Sebutkan tahapan pembuatan dendeng sayat
4. Tuliskan hal-hal kritis dari tahap pengeringan dendeng
Daftar Pustaka
Anonim. 2004. Dapatkan Protein dari Dendeng. Indonesian Nutrition Network (INN) Jakarta
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet and M. Wotton. 1986. Ilmu Pangan. Penerjemah Hari
Purnomo dan Adiono, U.I. Press. Jakarta
Margono, T., D. Suryati. dan S.Hartinah, Buku Panduan Teknologi Pangan, Pusat Informasi Wanita
dalam Pembangunan PDII-LIPI . Jakarta
Purnomo, H., 1996. Dasar-Dasar Pengolahan dan Pengawetan Daging. PT Grasindo. Jakarta.
Soeparno. 1996. Pengolahan Hasil Ternak. UT. Depdikbud. Jakarta.