Anda di halaman 1dari 9

Fakta ilmiah bahaya minuman bersoda

Siapa yang tidak suka meminum minuman ringan bersoda ( berkarbonasi ) ? . Meminum minuman
ini saat di tengah terik matahari, rasanya amat menyegarkan. Menemukan minuman ini pun
mudah : tersedia di kios penjual rokok, restoran, hingga kafe. Namun tahukah Anda apa bahaya
minuman bersoda semacam ini bila dikonsumsi secara berlebihan ?
Para peneliti menyatakan bahwa mereka yang mengonsumsi paling tidak dua minuman ringan
bersoda tiap minggu berisiko 87 persen lebih besar mengalami kanker pankreas mematikan
dibandingkan mereka yang menghindari soda.
Mari kita menyimak fakta ilmiah bahaya minuman bersoda berikut ini :
Satu kalengnya menyamai 10 sendok gula yang cukup untuk menghancurkan Vitamin B, dimana
kekurangan Vitamin B akan mengakibatkan buruknya pencernaan, lemahnya tingkat kesehatan,
tegangnya urat syaraf, pusing, sulit tidur, cemas dan kejangnya otot

Mengandung CO2 yang menyebabkan lambung tidak bisa menghasilkan enzim yang sangat penting
bagi proses pencernaan, hal ini terjadi jika mengkonsumsinya bersamaan dengan makan, atau
setelahnya. Juga menyebabkan peniadaan fungsi enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh
lambung, yang selanjutnya tergganggunya proses pencernaan dan pengambilan sari-sari makanan.
Mengandung kafein yang menyebabkan meningkatnya frekuensi detak jantung, naiknya tekanan
darah, gula dalam darah, bertambahnya keasaman lambung, bertambahnya hormon-hormon dalam

darah yang kadang bisa menyebabkan radang dan terlukanya lambung serta usus duabelas jari.
Sebagaimana ia meningkatkan tekanan di bagian bawah saluran makanan yang menyebabkan
tertolaknya makanan dan zat asam dari dalam lambung ke tenggorokan ( saluran makan ), yang hal
ini dapat menyebabkan rasa nyeri dan radang.
Mengandung zat asam fosfor yang menyebabkan rapuh dan lemahnya tulang, khususnya dalam
usia pertumbuhan, dimana hal ini banyak menjadikan keretakan pada tulang.
Mengandung senyawa asam fosforik, malik dan karbonik yang menyebabkan tergerogotinya lapisan
pelindung gigi.
Mengandung zat kimia buatan yang bisa merusak otak, dan menyebabkan hilangnya ingatan secara
bertahap, dan rusaknya fungsi hati.
Tuanglah satu kaleng Coca Cola dalam tempat kloset, kemudian biarkan selama satu jam,
kemudian tariklah spon, maka kita akan melihat bahwa seluruh bercak-bercak hitam yang ada telah
hilang, hal ini dikarenakan senyawa asam telah menghilangkan keraknya dengan reaksi yang kuat.
Untuk menghilangkan karat yang ada di sebagian kendaraan kita atau di paku yang berkarat, maka
gosoklah bagian yang ingin dibersihkan dengan lap yang telah dibasahi dengan Coca Cola, maka
Coca Cola akan bereaksi untuk membersihkannya dengan baik.
Untuk membersihkan lempengan accu dari karat, masukkanlah lempengan penghubung tersebut
kedalam sekaleng Coca Cola, dan amatilah gelembung-gelembung gas yang muncul, sebagai
akibat reaksi pembersihan karat.
Untuk menghilangkan noda minyak dari pakaian, campurkan sekaleng Coca Cola ke deterjen, dan
perhatikan hilangnya noda-noda minyak tersebut.
Derajat keasaman (pH) dalam minuman-minuman bersoda seperti Pepsi Cola dan Coca Cola
mencapai 3-4 ( sangat asam ), yang dengan pH tersebut, cukup untuk meluruhkan gigi dan tulang
bersamaan dengan berjalannya waktu. Tubuh kita berhenti membangun tulang setelah usia 30
tahun, dan mulai luluh dengan persentase 8-18% tiap tahunnya sesuai dengan tingkat keasaman
yang kita konsumsi ( persentase keasaman tidak didasarkan dalam rasa makanan, tetapi dalam
persentase kandungan potassium, khlor, magnesium dan senyawa-senyawa fosfor yang lain).
Larutan kalsium akan mengendap ditenggorokan, sel-sel kulit, dan anggota-anggota vital dalam
tubuh yang bisa berpengaruh pada fungsi ginjal, dan menyebabkan batu ginjal.
Minuman-minuman bersoda tidak memiliki manfaat bagi tubuh, bahkan mengandung garam dan
gula berlebihan, selain bahan pengawet dan pewarna.
Sebagian orang lebih memilih meminum minuman dingin bersoda setelah makan. Perilaku ini
mempengaruhi enzim-enzim pencernaan, yaitu merendahkan suhu panas tubuh, sehingga enzim-

enzim pencernaan kehilangan kemampuannya untuk bekerja dimana suhu tubuh normal adalah
suhu yang sesuai dengan fungsi kerja enzim-enzim tersebut. Maka enzim-enzim tersebut tidak bisa
mencerna makanan dengan baik yang bisa mengakibatkan soda, dan sebagian zat beracun
berpindah bersama darah menuju sel-sel tubuh, dan kadang pada akhirnya membuat bermacammacam penyakit.
Sebenarnya kita menelan gas CO2, jika kita mengkonsumsi minuman bersoda.
Ingatkah kita kepada sebuah perlombaan Siapa yang paling banyak meminum Pepsi Cola di
Universitas New Delhi, India. Yang menang dalam lomba itu telah meminum 8 kaleng yang akhirnya
meninggal dunia di tempat yang sama karena tingginya gas CO2 di dalam darahnya yang berakibat
tidak bisanya darah mendapatkan O2 secara normal. Sebagai akibat dari perlombaan itu, rektor
universitas tersebut melarang penjualan air bersoda didalam kampus.
Pernah ada uji coba dengan meletakan sebuah gigi pecah kedalam segelas Pepsi Cola, dan
beberapa hari yang telah ditentukan ternyata gigi tersebut sudah larut. Gigi-gigi dan tulang-tulang
adalah bagian anggota tubuh yang paling akhir terurai setelah kematian dalam beberapa tahun,
akan tetapi air bersoda ini melarutkannya dalam beberapa hari, maka bayangkan apa yang
mungkin dilakukannya terhadap sel-sel lunak di tubuh manusia ?

Mari kita kembali kepada gaya hidup sehat melalui makanan dan minuman alami.

http://zilzaal.blogspot.co.id/2012/04/fakta-ilmiah-bahaya-minuman-bersoda.html

Kupas Fakta Minuman Berkarbonasi oleh SEAFAST Center by Agnes Susanto | Advertorial
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi seputar makanan dan minuman,
masyarakat semakin memperhatikan efek dari makanan ataupun minuman yang mereka
konsumsi terhadap kesehatan.
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi seputar makanan dan minuman,
masyarakat semakin memperhatikan efek dari makanan ataupun minuman yang mereka konsumsi
terhadap kesehatan. Salah satu yang marak dibahas oleh masyarakat adalah sensasi krenyes di
lidah dari minuman bersoda atau minuman berkarbonasi, mulai dari kesalahan informasi akibat
penjelasan yang kurang ilmiah hingga paranoia karena kurangnya pengertian masyarakat akibat
mis-informasi ini. Minuman berkarbonasi beredar sejak awal abad 19 dalam bentuk air bersoda dan
tahun 1851 mulai diproduksi minuman berkarbonasi dengan perisa. Minuman bersoda sendiri mulai
beredar di Indonesia sejak tahun 1927. Jadi bisa disimpulkan bahwa minuman berkarbonasi
bukanlah hal baru tapi yang perlu diperhatikan adalah fakta-fakta di balik rumor yang marak
diperbincangkan di masyarakat. Oleh karena itu, Southeast Asia Food and Agricultural & Tehnology
(SEAFAST) Center dari Institut Pertanian Bogor (IPB) melakukan studi literatur terhadap kebenaran
hal ini. Asosiasi Industri Minuman Ringan atau ASRIM juga mengundang para pakar, Dr. Puspo Edi
Giriwono (Peneliti dari SEAFAST Center), Prof. Dr. Made Astawan (Ahli Gizi dan Pakar Teknologi
Pangan) serta Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB (Pakar Gastroenterologi) untuk
membahas efek karbonasi pada minuman terhadap kesehatan manusia. [caption
id="attachment_26217" align="aligncenter" width="400"]
Kupas Fakta Minuman Berkarbonasi bersama ASRIM, SEAFAST dan dokter pakar
gastroenterologi[/caption] Karbonasi pada minuman Karbonasi dalam minuman dilakukan melalui
proses karbonasi, memasukkan karbon dioksida (CO2) ke dalam cairan dengan tekanan tinggi.
Karbonasi inilah yang akan menghasilkan gelembung dalam minuman dengan cita rasa mengigit
atau krenyes. Penggunaan karbon dioksida dalam minuman telah dimulai sejak abad ke-18 di
Inggris. Metode ini diaplikasikan oleh para produsen minuman ringan berperisa untuk menciptakan
sensasi sparkle dan segar. Karbon dioksida ini aman untuk digunakan dalam produk minuman. Hasil
kajian Join Expert Committee on Food Additives (JECFA) memang belum menetapkan berapa nilai
ADI atau Asupan Harian yang Diperbolehkan untuk karbon dioksida ini namun, dikatakan lebih
lanjut, bahwa hal ini menunjukkan tidak adanya kekhawatiran risiko mengenai penambahan CO2
dalam minuman. Badan Pengawas Obat dan Makanan juga menetapkan bahwa karbon dioksida
sebagai bahan pengkarbonasi sudah diijinkan penggunaannya pada produk pangan untuk
membentuk karbonasi pada makanan dan minuman. Ahli gizi dan pakar teknologi pangan, Prof. Dr.
Made Astawan, juga mengatakan, Minuman bersoda akan tetap menggigit atau krenyes selama
kemasannya belum dibuka. Menariknya, saat diminum, sebagian besar karbonasi ini tidak sampai di
lambung karena sebagian besar gas sudah menguap ketika kemasan dibuka. Lanjutnya lagi, Jadi
hanya gelembung yang tersisa dalam minuman akan segera diserap melalui dinding saluran cerna.
Jumlah ini relatif sangat kecil dibandingkan dengan jumlah karbon dioksida yang dihasilkan dari
tubuh secara alami melalui metabolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi energi. Efek
karbonasi terhadap kesehatan Banyak rumor yang beredar mengenai kekhawatiran terhadap efek
karbonasi untuk kesehatan. Hal inilah yang melatarbelakangi studi yang dilakukan oleh SEAFAST
Center. Berikut ini adalah pemaparan hasil studi literaturnya: Karbonasi dan kesehatan mulut:
berdasarkan hasil riset, karbonasi tidak dapat menjadi penyebab tunggal kerusakan gigi yang
terjadi. Studi klinis menunjukkan bahwa rusaknya enamel gigi lebih disebabkan karena faktor
lainnya yang memudahkan keasaman air liur meningkat dengan cepat seperti penderita karies atau
gigi berlubang. Sehingga perlu diperhatikan tingkat keasaman tinggi tersebut yang juga didapat dari
produk makanan dan minuman lain yang tidak berkarbonasi. Menjaga kesehatan gigi adalah faktor

penting dalam kesehatan gigi. Karbonasi dan kanker esofagus atau kerongkongan: temuan terakhir
hasil penelusuran literatur pada beberapa artikel medis, memusatkan perhatian pada dampak lebih
lanjut dari penyakit GERD atau Gastroesophageal Reflux Disease yaitu meningkatnya risiko
timbulnya kanker esofagus atau kerongkongan. Hasil studi ini menegaskan bahwa TIDAK ada
keterkaitan konsumsi minuman berkarbonasi dengan kanker esofagus. Faktor dominan penyakit
kanker ini adalah merokok, obesitas dan konsumsi alkohol. Karbonasi dan kesehatan lambung: hasil
penelurusan berbagai artikel ilmiah tentang dampak karbonasi terhadap kesehatan saluran
pencernaan tidak ditemukan adanya korelasi antara karbonasi dalam minuman dengan kesehatan
saluran pencernaan. Faktor yang menyebabkan penyakit pada saluran cerna sangat kompleks
sehingga tidak bisa disimpulkan minuman ringan berkarbonasi menyebabkan ternjadinya penyakit
penyakit ini. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, seorang pakar gastroenterologi dari
Universitas Indonesia juga menambahkan mengenai keterkaitan minuman berkarbonasi terhadap
kesehatan lambung, Secara penelitian klinis juga memperlihatkan bahwa konsumsi minuman
berkarbonasi oleh seseorang dalam kondisi yang sehat dalam jumlah yang wajar tidak akan
menimbulkan gangguan terhadap kesehatan lambung. Hasil studi literatur SEAFAST Center ini
akan mulai dipublikasikan pada bulan April 2014 supaya masyarakan bisa mendapatkan informasi
yang benar mengenai minuman berkarbonasi dan lebih memahami fakta di balik karbonasi ini.
Kami ingin membantu membangun masyarakan yang lebih memahami apa yang mereka konsumsi,
tidak berdasarkan pada persepsi umum semata namun informasi yang berlandaskan pada bukti
ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga mereka dapat membuat keputusan, tegas
Suroso. Sumber: Kupas Fakta Tentang Karbonasi Dalam Minuman: Pemaparan Hasil Studi
Literatur "Efek Karbonasi dalam Minuman Terhadap Kesehatan". ASRIM 2014 Apr 2.
Jawaban TanyaDok.com di : https://www.tanyadok.com/adv/kupas-fakta-minuman-berkarbonasi

Lomba Menulis Artikel Ilmiah Populer merupakan lomba karya tulis mahasiswa
se-Indonesia dengan temaFakta Ilmiah Seputar Minuman Berkarbonasi & Gaya
Hidup Masyarakat Modern dimaksudkan untuk mewadahi gagasan-gagasan
inovatif dan kreatif mahasiswa dalam bentuk tulisan ilmiah.
A. Nama Kegiatan
Lomba Menulis Artikel Ilmiah Populer
B. Tema:
Fakta Ilmiah Seputar Minuman Berkarbonasi & Gaya Hidup Masyarakat Modern
C. Waktu Pelaksanaan
1. Pendaftaran dan Pengumpulan Karya Tulis :25 April 2016 25 Juni 2016
2. Penjurian tahap 1 : 27 Juni 2016 11 Juli 2016
3. Penjurian tahap 2 : 12 Juli 2016 23 Juli 2016
4. Pengumuman pemenang :25 Juli 2016
D. Hadiah dan Penghargaan
Hadiah untuk para pemenang sebagai berikut:
a.

Pemenang ke-1 : Rp 10.000.000*, piagam dan Goodybag

b.

Pemenang ke-2 : Rp 7.500.000*, piagam dan Goodybag

c.

Pemenang ke-3 : Rp 5.000.000*, piagam dan Goodybag

d.

Pemenang ke-4 : Rp 2.500.000*, piagam dan Goodybag

e.

Pemenang ke-5 : Rp 1.500.000*, piagam dan Goodybag

*Hadiah dipotong pajak


E. Ketentuan Umun

Peserta adalah Mahasiswa aktif D3/S1 dari PTN/PTSdi seluruh Indonesia,


dibuktikan dengan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM).
Bersifat individu.
Peserta boleh mengirimkan lebih dari satu karya dengan cara mengisi
formulir pendaftaran untuk setiap artikel,
Setiap karya harus mendapat persetujuan dari ketua jurusan/dosen
pembimbing.

Karya tulis merupakan gagasan orisinil buatan peserta dan belum pernah
atau tidak sedang diikutsertakan dalam lomba sejenis serta belum pernah

dipublikasikan.
Materi mengenai minuman berkarbonasi dapat dilihat di:
o

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/40

10/3827
o
http://www.beverageinstituteindonesia.org/
o

http://www.beverageinstituteindonesia.org/experts_archive/what-

experts-say/
o
http://circ.ahajournals.org/content/116/9/1081.citation

Bebas dari plagiarisme.

Peserta wajib mengisi formulir pendaftaran sekaligus mengunggah/upload

foto dan karya tulis secara online di www.giziyasmin.org/lomba


Karya tulis dikirimkan dalam bentuk pdf siap print (cover hingga daftar
pustaka dijadikan dalam satu file) dengan format nama file LAIP_Asal PTNPTS_Nama Peserta.pdf dengan ukuran maksimal 3.5 MB, paling lambat pada

tanggal 25 Juni 2016 pukul 23:59 WIB.


Karya tulis yang dikirimkan kepada panitia menjadi hak milik dan
wewenang panitia dan boleh dipublikasikan dengan tetap mencantumkan

nama penulis.
Karya yang diterima panitia akan direview oleh tim ahli juri untuk

menentukan pemenang.
Keputusan dewan juri bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

F. SISTEMATIKA PENULISAN
1.

Naskah artikel diketik dengan jenis huruf Times New Roman Style dengan
fontsize 12 dan spasi 1.5 pada kertas ukuran A4 dengan margin 4 cm dari
samping kiri dan 3 cm dari samping kanan, atas dan bawah.

2.

Naskah artikel diketik menggunakan tata Bahasa Indonesia baku dengan


memperhatikan ejaan yang disempurnakan (EYD), kejelasan kalimat, dan
mudah dipahami.

3.

Mencantumkan semua sumber kepustakaan yang diacu dan


menuliskannya dalam Daftar Pustaka,

4.

Naskah ditulis minimal 3 halaman dan maksimal 6 halaman. Jumlah


halaman tidak termasuk cover, halaman pengesahan, abstrak dan lampiran.
Jumlah halaman yang tidak sesuai dengan ketentuan akan mempengaruhi
penilaian.

5.

Bagian artikel yang ditulis meliputi:


a.

Halaman Judul, Download Format

b.

Halaman Orisinalitas, Download Format

c.

Lembar Pengesahan, Download Format

d.

Abstrak (menyatakan isi artikel),

e.

Pendahuluan, memuat tentang latar belakang masalah yang


diangkat,

f.

Isi, memuat tentang masalah yang diangkat,

g.

Penutup, memuat simpulan dari artikel,

h.

Daftar pustaka, memuat sumber-sumber yang digunakan dalam


naskah artikel.

G. Dewan Juri
1.

Prof. Dr. Ir. Made Astawan, MS

2.

Prof. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN

3.

dr. Elvina Karyadi, MSc, PhD, SpGK

4.

Dr. Tetty Herta Doloksaribu, STP, MKM

5.

dr. A. Andi Kurniawan Sp.KO

H. Kriteria Penilaian

Parameter yang dinilai


A. Judul: Daya tarik, kejelasan, dan kemampuan merepresentasikan
keseluruhan naskah

Bobot
(%)
10

B. Latar belakang dan perumusan masalah

20

C. Kerangka konsep dan cara pemecahan masalah

40

D. Kesimpulan atau rekomendasi: singkat, jelas dan aplikatif

10

E. Kepustakaan: relevansi dan kemutakhiran

10

F. Penulisan dan penyajian: sesuai kaidah ilmiah, konsistensi, dan


gaya bahasa

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi info@giziyasmin.org

10

Anda mungkin juga menyukai