Oleh:
PERMATA NUR SASITHA HIDAYAH
IX-3 / 19
Tahun 2014-2015
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bahasa sehari hari, soft drink dapat diartikan sebagai minuman ringan
berkarbonasi atau bersoda. Karbonasi merupakan efek penginjeksian gas CO2
(karbondioksida) ke dalam minuman, sehingga memiliki penampakan bergelembung-
gelembung yang menyuguhkan kesan segar.
Sejak penemuan soft drink di Amerika Serikat pada tahun 1830, terjadi peningkatan
konsumsi secara tajam dari tahun ke tahun, yang diikuti negara-negara lain. Soft drink
kini begitu digandrungi banyak kalangan, terutama kaum muda. Selain menghilangkan
dahaga sekaligus memberi kenikmatan yang luar biasa, mengonsumsi soft drink dianggap
memiliki prestise tertentu. Hal ini ditunjang kemasannya yang lebih modern, juga
harganya yang relatif mahal ketimbang air minum dalam kemasan non karbonasi.
Merebaknya minuman ringan ini terjadi di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Minum
soft drink telah menjadi gaya hidup. Orang merasa lebih gaul bila minum minuman ini.
Namun demikian banyak orang hanya berfikir kesenangan sesaat tanpa memikirkan
dampak negatif bila soft drink diminum secara terus menerus dan berlebihan. Adapun
sebagian dari dampak negatif minum minuman bersoda adalah kerapuhan tulang
(Wyshak, 2000) dan kerusakan gigi (Jacobson, 2003).
1.2. Rumusan Masalah
Dari penelitian yang dilakukan, peneliti berharap hasil penelitian ini bermanfaat
baik untuk diri sendiri maupun masyarakat. Dengan penelitian ini akan diperoleh
beberapa manfaat, antara lain :
Air soda atau air berkarbonasi adalah air yang dikarbonasikan dan dibuat bersifat
efervesen dengan penambahan gas karbon dioksida di bawah tekanan. Air soda
mendapatkan namanya dari garam natrium yang dikandungnya mengatakan senyawa
'bergaram', menambah kualitas yang berbeda bagi sejumlah minuman beralkohol dan
tanpa alkohol.
1. Zat Pewarna
Warna yang ada dalam minuman seperti coca-cola, pepsi/minuman sejenis lainnya
berasal dari zat yang disebut methylimadazole (4-MI). Dalam sebuah penelitian di
California, konsumsi zat 4-MI secara berlebihan akan memicu adanya kanker.
2. Kafein
Di dalam satu kaleng soda, setidaknya mengandung 40 mg kafein. Dengan kata lain,
jumlah kafein yang ada hampir sepertiga dari satu cangkir biasa. Fakta menunjukkan
jika kafein dapat membuat detak jantung menjadi lebih cepat dan meningkatkan
tekanan darah tinggi. Kafein juga membuat tubuh berhenti menyerap zat besi dari
makanan. Jadi orang yang gemar meminum soda kemungkinan besar beresiko
mengalami kekurangan zat besi.
3. Gula
Kadar gula yang tinggi dapat memicu obesitas, diabetes tipe 2, serangan jantung, dan
juga stroke. Gula dalam minuman bersoda juga cepat diserap tubuh, sehingga
membuat peminumnya mudah lelah. Penelitian lain juga menemukan bahwa
konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan depresi, gangguan ingatan, dan gigi yang
mudah rapuh.
4. Asam Fosfat
Menurut penelitian, asam fosfat diklaim menjadi salah satu penyebab terbesar
gangguan pada ginjal. Dan studi yang dilakukan oleh para peneliti dari US National
Institutes of Health di Maryland, Amerika Serikat, menemukan bahwa minum lebih
dari dua kaleng soda setiap hari beresiko meningkatkan gangguan pada ginjal dua kali
lipat yang disebabkan oleh kandungan asam fosfat. Dan asam fosfat yang
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan lemah, terutama dalam usia pertumbuhan
yang mana mampu membuat banyak retakan pada tulang.
Studi lain di Amerika Serikat menyebutkan bahwa wanita yang mengonsumsi soda
lebih dari tiga kaleng dalam sehari dapat mengikis ketebalan tulang dan membuat
tulang mudah keropos.
5. Bisphenol A
6. Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan salah satu zat utama yang membuat rasa menendang pada
soda. Alaminya, zat ini ada pada buah-buahan seperti jeruk dan lemon. Kendati
demikian, konsumsi asam sitrat berlebih dapat membuat korosi pada gigi. Dalam
kasus yang ekstrim, korosi ini dapat menyebabkan gigi mudah patah.
2.1.2. Tulang
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen
ekstraselular (tipe I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh
deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
Tersusun oleh sel-sel tulang keras. Di antara sel-sel tulang terdapat bahan dasar
(matriks) yang mengandung zat kapur. Zat kapur ini yang menyebabkan tulang
menjadi keras.
Rumusan Masalah
Hipotesis
Pada kesempatan ini, peneliti akan melakukan penelitian kuantitatif dengan metode
eksperimen. Adapun 3 (tiga) variabel yang digunakan adalah :
1. 2 gelas plastik
2. Timbangan
3. Gelas ukur
4. 2 tulang ayam, masing masing bermassa 2 gram.
5. Air soda
Prosedur :
Gelas A Gelas B
Tabel akan diisi berdasarkan pengamatan dari eksperimen yang dilakukan peneliti selama 7 hari.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA