Anda di halaman 1dari 5

TUGAS ESSAY BAHASA INDONESIA

Disusun Oleh :

CITRA ZEA FICHELLA (20180320016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2019/2020


Nama : Citra Zea Fichella

NIM : 20180320016

Prodi : Program Studi Pendidikan Ners 2018

Bahaya Meniup Makanan dan Minuman bagi Kesehatan

Meniup makanan dan minuman ketika masih panas dilakukan agar dapat
segera disantap adalah sesuatu yang menjadi kebiasaan masyarakat. Alasan lain
agar gigi tidak mudah rusak karena makanan panas ataupun lainnya (Navira, 2017
: 3). Namun hal ini bertentangan dalam ajaran Islam. Islam tidak hanya
menerangkan anjuran untuk memerhatikan makanan dan minuman yang halal,
baik atau sehat. Islam juga mengatur adab ketika makan dan minum yang sudah
terbukti ada tujuan dan manfaat dibaliknya. Rasulullah SAW telah melarang
umatnya untuk meniup, bernafas, dan berbicara diatas makanan atau minuman.
Rasulullah SAW juga memerintahkan agar menunggu makanan dan minuman
tersebut hingga asapnya menghilang dan baru boleh disantap. Itulah mengapa kita
ditekankan untuk bersabar dan jangan terburu-buru dalam hal apapun termasuk
makan dan minum.

Larangan meniup makanan dan minuman yang telah disebutkan oleh


Rasulullah di zaman dahulu, kini mulai ditemukan alasan dibalik larangan tersebut
melalui penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Hal ini tidak lepas dari reaksi
kimia yang terjadi ketika kita menghembuskan nafas pada makanan dan minuman.
Ketika meniup makanan dan minuman, hasil ekspirasi yang kita keluarkan adalah
senyawa beracun yang berupa karbondioksia (CO2). Dalam makanan atau
minuman panas tentu saja biasanya ada uap (H2O). Karbondioksida dan uap yang
bercampur akan membentuk senyawa. Salah satu reaksi yang dihasilkan antara
adalah H2CO3.

H2CO3 merupakan Carbon acid (senyawa asam karbonat) yang berguna


untuk mengatur Ph (tingkat keasaman dalam darah). Darah merupakan buffer
(larutan yang dapat mempertahankan Ph) dengan asam lemahnya berupa H2CO3
dan basa konjungsinya berupa HCO3. Tubuh menggunakan penyangga Ph (buffer)
dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba tiba
dalam Ph darah. Dengan kita meniup makanan atau minuman panas berarti kita
mengkonsumsi H2CO3 (asam karbonat) secara tidak langsung yang bisa
mempengaruhi tingkat keasaman dalam darah menjadi lebih asam dari seharusnya
sehingga Ph dalam darah menurun dan hal ini bisa menyebabkan asidosis (Navira,
2017 : 9).

Asidosis adalah keadaan dimana darah mengandung banyak asam (atau


terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya Ph darah.
Selain asidosis kelainan yang bisa terjadi karena adanya kelainan pada mekanisme
pengendalian Ph tersebut adalah alkalosis. Alkalosis adalah suatu keadaan dimana
darah mengandung banyak basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan
terkadang bisa menyebabkan meningkatnya Ph darah (Navira, 2017 : 10).

Seiring dengan menurunnya Ph darah, pernapasan akan menjadi lebih


dalam dan lebih cepat sebagai usaha homeostasis tubuh untuk menurunkan
kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah CO2. Pada akhirnya,
ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam urine. Tetapi kedua mekanisme tersebut
tidak akan berguna jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam,
sehingga bisa saja akan terjadi asidosis berat.

Selain itu, ketika kita meniup dan menghembuskan nafas terdapat patogen
yang menjadi agen biologis yang menyebabkan terjadinya suatu penyakit.
Contohnya seperti bakteri Helicobacter Pylori yang menyebar melalui
pernapasan. H. pylori dapat menangkal lingkungan sangat asam, karena memiliki
aktivitas urease yang tinggi; urease ini mengubah urea di asam lambung menjadi
amonia yang bersifat alkali dan karbondioksida yang dapat meningkatkan pH,
sehingga memungkinkan pertumbuhan bakteri (Pratama, 2016 : 52). Oleh karena
itu, bakteri ini akan berkembang dalam asam karbonat (H 2CO3). Tidak hanya
bakteri Helicobacter Pylori yang dapat menyebar melalui pernafasan, namun ada
banyak patogen lain yang menyertainya terlebih jika pada penderita suatu
penyakit menular tertentu sperti flu, TBC, hepatitis dan masih banyak virus
berbahaya lainnya yang terkadang tidak disadari oleh penderita akan dengan
mudah menular melalaui droplet (partikel saliva atau air liur) dan pernafasan yang
intens.

Hal yang lebih dikhawatirkan lagi dalam masyarakat adalah kebiasaan


orang tua yang meniup makanan atau minuman untuk menyuapi anak-anaknya.
Hal ini mungkin sudah lazim di masyarakat. Ketika makanan ditiup, sebenarnya
terdapat kuman-kuman serta virus penyakit yang terhembus dari dalam mulut
orang tua dan akan hinggap pada makanan. Pada akhirnya, sejumlah penyakit
akan tertular pada anak. Tidak hanya pada anak-anak, lansia juga dapat dengan
mudah terserang penyakit. Penjelasannya adalah bahwa dengan meningkatnya
usia, semakin tinggi kemungkinan terjadi kerusakan respon imun sehingga
kerentanan terhadap infeksi meningkat, respon terhadap vaksin tidak mencukupi,
dan kadar kelainan autoimun tinggi (Sudiono, 2002 : 70).

Oleh karena itu, ketika makan dan minum sangatlah penting untuk
memperhatikan adab makan dan minum sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Jika
hendak makan maka bersabarlah dan tunggulah hingga makanan dan minuman
tersebut tidak panas lagi. Jika sedang terburu-buru, seseorang akan tanpa sadar
tetap meniup santapannya, namun hal ini lebih baik dikipas dengan sesuatu yang
dapat membantu mendinginkannya. Oleh karena itu, kita perlu meluangkan waktu
yang cukup ketika makan. Hal yang perlu diingat adalah seberapa pentingnya kita
harus menikmati makanan dan minuman, jangan buru-buru, dan fokus terhadap
hidangan yang akan disantap.

Mungkin masih terdapat masyarakat yang masih menyepelekan hal ini


karena menganggap mereka telah melakukannya selama mereka hidup. Namun,
hal penting yang harus diingat adalah reaksi penularan tidak akan terlihat secara
langsung. Penyakit-penyakit yang diderita tanpa disadari akibat hal-hal kecil yang
dilakukan dalam gaya hidup sehari-hari. Hanya membutuhkan kesadaran untuk
memperhatikan hal-hal kecil disekitar kita dan jangan pernah meremehkannya.
Karena kesehatan optimal akan dicapai dari kesadaran untuk memperhatikan hal-
hal mulai dari yang kecil. Penyakit akan tetap terjadi tidak perduli apakah
penyebabnya hal yang jelas terlihat atau malah hal-hal kecil yang sering
diabaikan.

Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.


Jauharany, Firdananda F dan Widyastuti, Nurmasari. “Keseimbangan Asam Basa
Tubuh dan Kejadian Sindrom Metabolik pada Remaja Obesitas”. Jurnal
Gizi Klinik Indonesia Vol-14, halm. 36 – 44.
Navira, Khairan. 2017. Tugas Makalah “Kajian Bahaya Meniup Makanan Panas
Secara Pandangan Islam”. Banda Aceh: Jurusan Program Studi Pendidikan
Kimia UIN Ar-Raniry.
Pratama, Hamzah. 2016. “Eradikasi Helicobacter Pylori”. Jurnal Cermin Dunia
Kedokteran Vol-43, halm. 592 – 594.
Sudiono, Janti. 2002. Sistem Kekebalan Tubuh. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai