Oleh :
Dida Mas Dhiyaullhaq (2005015001)
Haza Aulia Zalni (2005015029)
Muhammad Rangga Anugerah (2005015085)
Alfin Fajar (2005015103)
Riswiyanti Kamila (2005015121)
Nadya Pratiwi (2005015177)
1A
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tema “Determinan Kesehatan
Perilaku” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Nia
Musniati, S.KM., M.KM. selaku dosen pegampu mata kuliah Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang determinan kesehatan
perilaku bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian determinan kesehatan?
2. Bagaimana kaitan teori H.L Blum dengan determinan kesehatan?
3. Apa perilaku atau solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi masalah
kesehatan di musim pancaroba?
4. Mengapa perilaku kesehatan sangat diperlukan dalam menghadapi musim
pancaroba?
5. Bagaimana model determinan sosial kesehatan yang dikemukakan oleh Dahlgren
dan Whitehead?
C. Tujuan Masalah
1. Memahami tentang perilaku – perilaku kesehatan.
2. Mengetahui isu terkiri yang berkaitan dengan determinan kesehatan.
3. Memberi edukasi atas perilaku kesehatan pada musim pancaroba.
4. Mngetahui model determinan sosial kesehatan Dahlgren dan Whitehead.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Determinan Kesehatan
Kerangka konsep determinan kesehatan yang diterima luas dewasa ini adalah bahwa
tingkat kesehatan individu dan distribusi kesehatan yang adil dalam populasi ditentukan oleh
banyak faktor yang tersebar di berbagai level. Meski yang sering menjadi fokus adalah
pelayanan kesehatan, namun itu bukanlah satu-satunya determinan yang penting. Pelayanan
kesehatan hanya satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan individu (Blum,
1974).
C. solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi masalah kesehatan di musim pancaroba
Musim pancaroba selalu identik dengan hadirnya berbagai penyakit. Sebut saja demam berdarah,
tifus, diare, dan flu adalah penyakit yang cukup banyak terjadi selama pergantian musim ini. Saat
memasuki pergantian musim, cuaca menjadi tidak menentu. Siang hari bisa saja matahari terasa
terik, lalu hujan tiba-tiba turun dengan deras pada sore atau malam hari. Belum lagi dengan
intensitas angin yang akan bertiup lebih kencang daripada biasanya.
Akibat hal ini, tubuh harus memiliki daya tahan yang optimal. Jika tidak, maka tubuh kesulitan
beradaptasi dengan baik terhadap perubahan cuaca. Kamu jadi rentan terserang penyakit. Nah,
begini tips menjaga daya tahan tubuh selama musim pancaroba.
Pejuang sistem kekebalan tubuh kita membutuhkan makanan yang baik untuk melawan penyakit.
Oleh karena itu, makan makanan bergizi seimbang akan sangat membantu.
Melansir Harvard Medical School, para ilmuwan juga telah lama mengakui bahwa orang yang
hidup dalam kemiskinan dan kurang gizi akan lebih rentan terhadap penyakit menular. Mulai
sekarang, kamu wajib banyak makan sayuran dan buah, serta hindari makanan cepat saji atau
tinggi lemak.
Selain makan makanan bergizi, kamu juga harus menjaga konsumsi cairan harian. Jangan sampai
kamu kurang cairan, karena akan membuat tubuh rentan mengalami dehidrasi. Tetap minum
sebanyak delapan gelas setiap hari. Kurangi konsumsi minuman bersoda, tinggi gula, atau kafein,
karena akan mudah membuat perut kembung.
Cukup Tidur
Menurut Harvard Health, salah satu cara yang paling tepat agar tubuh tetap sehat adalah cukup
tidur. Itu berarti kamu harus tidur selama 7 hingga 9 jam setiap malam. Saat kamu tidur, tubuh
akan menggunakan waktu itu untuk melakukan pemulihan kritis dan perbaikan fungsi-fungsi
penting, termasuk sistem kekebalan tubuh.
Penelitian juga menemukan bahwa seseorang yang tidak cukup tidur selama satu malam saja
dapat berkurang kekebalannya hingga 70 persen
Stres juga dapat membuat perbedaan besar bagi sistem kekebalan tubuh, terutama ketika ada
peristiwa yang mengkhawatirkan atau ketidakpastian yang terjadi di dunia sekitar. Coba lakukan
hal-hal yang bisa buat kamu rileks, seperti membaca, meditasi, yoga, mendengarkan musik,
makan makanan yang kamu suka, menonton, bermain dengan hewan peliharaan atau bermesraan
dengan pasangan.
Jika cara tadi tidak membantu, mungkin kamu membutuhkan bantuan psikolog di Halodoc. Coba
gunakan smartphone kamu dan hubungi psikolog melalui fitur chat di Halodoc. Kamu bisa
menghubungi psikolog agar dapat membantu meredakan stres tersebut.
Olahraga
Olahraga juga dapat menjaga fungsi tubuh dengan baik. Ini karena olahraga akan mengurangi
peradangan dan mendukung sel-sel yang melawan infeksi. Jika kamu bekerja dari rumah, ada
banyak cara untuk tetap berkeringat.
Coba lakukan gerakan seperti burpe, lunges, push-up, dan lainnya untuk memberi latihan seluruh
tubuh yang cepat tanpa peralatan. Sebagai bonus tambahan, endorfin dari olahraga juga
mengurangi stres.
Jika masih ada sampah yang bertumpuk di selokan, segera bersihkan. Jangan lupa juga ikat
rapat-rapat semua sampah serta menutup tempat penampungan air agar tidak menjadi sarang
nyamuk. Tempat yang kotor akan menjadi rumah bagi hewan-hewan pembawa virus dan bakteri.
Ini tentu saja membuat kamu mudah terserang penyakit.
Dalam teori eko-sosial kesehatan, Dahlgren dan Whitehead (1991) menjelaskan bahwa
kesehatan/ penyakit yang dialami individu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terletak di
berbagai lapisan lingkungan, sebagian besar determinan kesehatan tersebut sesungguhnya dapat
diubah (modifiable factors).
Berdasarkan model determinan eko-sosial kesehatan Dahlgren dan Whitehead (1991) dapat
disimpulkan bahwa kesehatan individu, kelompok, dan komunitas yang optimal membutuhkan
realisasi potensi penuh dari individu, baik secara fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan ekonomi,
pemenuhan ekspektasi peran seorang dalam keluarga, komunitas, tempat bekerja, dan realisasi
kebijakan makro yang dapat memperbaiki kondisi lingkungan makro.
Pada tahun 1986, WHO dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan (the Ottawa Charter for
Health Promotion) menegaskan bahwa kesehatan merupakan hak azasi manusia (human
right). Di samping itu, sesuai dengan model kesehatan Dahlgren dan Whitehead (1991), Piagam
Ottawa menegaskan bahwa untuk menciptakan kesehatan individu dan populasi dibutuhkan
sejumlah prasyarat. Prasyarat tersebut meliputi perdamaian, sumberdaya ekonomi yang cukup,
pangan dan papan yang cukup, ekosistem yang stabil, serta penggunaan suberdaya yang
berkelanjutan.
Dengan memahami prasyarat terjadinya kesehatan dapat disimpulkan, kesehatan tidak dapat
dipisahkan hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi, lingkungan fisik, perilaku dan gaya-
hidup individu. Hubungan tersebut memberikan pemahaman yang holistik dan sistemik tentang
kesehatan. Holistik dalam arti kesehatan individu yang ingin ditingkatkan meliputi aspek
biopsikososial. Sistemik dalam arti kesehatan individu dan populasi dipengaruhi oleh faktor-
faktor pada berbagai level, yang tertata dalam suatu sistem di masing-masing level, dan lintas
level, suatu paradigma yang disebut “eko-epidemiologi” (Susser dan Susser, 2001). Implikasi
bagi kebijakan, diperlukan kebijakan publik yang sehat (“healthy public policy”), yakni
kebijakan publik yang secara langsung maupun tidak langsung (melalui perubahan dan perbaikan
determinan kesehatan pada level makro) dapat meningkatkan kesehatan individu dan kesehatan
kolektif komunitas, serta menciptakan distribusi kesehatan yang adil.
BAB III
KESIMPULAN
Mengingat manfaat kesehatan yang sangat penting bagi setiap manusia, Hidup sehat
merupakan suatu hal yang seharusnya memang diterapkan oleh setiap orang. Determinan
perilaku mempengaruhi mortalitas dan morbiditas dalam suatu komunitas. Musim pancaroba
dikaitkan dengan berbagai jenis penyakit seperti asma, sakit kepala, flu, hingga sakit pada
saluran pencernaan juga pada persendian. Perilaku gaya hidup dan konsumsi asupan gizi
merupakan dua hal yang saling terkait erat guna pencegahan penyakit di musim pancaroba.