Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Determinan Perilaku Kesehatan


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dosen Pengampu : Nia Musniati, S.KM., M.KM.

Oleh :
Dida Mas Dhiyaullhaq (2005015001)
Haza Aulia Zalni (2005015029)
Muhammad Rangga Anugerah (2005015085)
Alfin Fajar (2005015103)
Riswiyanti Kamila (2005015121)
Nadya Pratiwi (2005015177)

1A
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tema “Determinan Kesehatan
Perilaku” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas ibu Nia
Musniati, S.KM., M.KM. selaku dosen pegampu mata kuliah Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang determinan kesehatan
perilaku bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 11 Januari 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Penyakit pada musim pancaroba umumnya adalah adanya penyakit yang
disebabkan oleh kuman, bakteri dan virus dan dilatarbelakangi pola perubahan cuaca .
Musim pancaroba ditandai dengan angin kencang, hujan yang datang secara tiba-tiba
dalam waktu singkat, puting beliung, udara yang terasa panas, serta arah angin yang
tidak teratur. Musim pancaroba ditandai dengan angin kencang, hujan yang datang
secara tiba-tiba dalam waktu singkat, puting beliung, udara yang terasa panas, serta
arah angin yang tidak teratur. Musim pancaroba juga dikaitkan dengan berbagai jenis
penyakit seperti asma, sakit kepala, flu, hingga sakit pada saluran pencernaan juga
pada persendian. Perilaku gaya hidup dan konsumsi asupan gizi merupakan dua hal
yang saling terkait erat guna pencegahan penyakit di musim pancaroba,
menyesuaikan perilaku gaya hidup dapat mencegah masyarakat Indonesia dari
berbagai penyakit pancaroba. Misalnya membiasakan diri menggunakan peralatan
anti hujan, dan mengkonsumsi makanan penuh gizi, juga membiasakan diri
mengelola lingkungan tinggal di saat musim penghujan dan musim kemarau.
Hidup sehat merupakan suatu hal yang seharusnya memang diterapkan oleh setiap
orang, mengingat manfaat kesehatan yang sangat penting bagi setiap manusia, mulai
dari konsentrasi dalam bekerja dan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagian masyarakat ada yang menyadari bahwa ada masalah kesehatan yang sedang
dialami dan sebagian masyarakat juga ada yang tidak menyadari bahwa terdapat
masalah kesehatan yang dialami. Menciptakan hidup sehat sebenarnya sangatlah
mudah serta murah, dibandingkan biaya yang harus kita keluarkan untuk pengobatan
apabila mengalami gangguan kesehatan. Akan tetapi yang kebanyakan yang terjadi
sudah mengidap penyakit baru mengobati sehingga akan membuat kerugian tersendiri
bagi yang mengalaminya. Masalah kesehatan yang ada dimasyarakat sangatlah
banyak dan beragam macamnya. Penelusuran dari rumah ke rumah merupakan cara
yang paling efektif untuk mengetahui secara nyata masalah kesehatan yang
sebenarnya sedang dihadapi oleh masyarakat.
Determinan perilaku mempengaruhi mortalitas dan morbiditas dalam suatu
komunitas. Hubungan determinan perilaku terhadap mortalitas atau kemarian sangat
menarik untuk dibicarakan karena mortalitas merupakan salah satu salah satu dari tiga
komponen demografis yang mempengaruhi jumlah, struktur, dan komposisi
penduduk. Determinan perilaku kesehatan yang berkembang di masyarakat
dipengahuri oleh pemerintah sebagai penyedia layanan, masyarakat, dan fasilitas
pelayanan kesehatan itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian determinan kesehatan?
2. Bagaimana kaitan teori H.L Blum dengan determinan kesehatan?
3. Apa perilaku atau solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi masalah
kesehatan di musim pancaroba?
4. Mengapa perilaku kesehatan sangat diperlukan dalam menghadapi musim
pancaroba?
5. Bagaimana model determinan sosial kesehatan yang dikemukakan oleh Dahlgren
dan Whitehead?

C. Tujuan Masalah
1. Memahami tentang perilaku – perilaku kesehatan.
2. Mengetahui isu terkiri yang berkaitan dengan determinan kesehatan.
3. Memberi edukasi atas perilaku kesehatan pada musim pancaroba.
4. Mngetahui model determinan sosial kesehatan Dahlgren dan Whitehead.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Determinan Kesehatan

Kerangka konsep determinan kesehatan yang diterima luas dewasa ini adalah bahwa
tingkat kesehatan individu dan distribusi kesehatan yang adil dalam populasi ditentukan oleh
banyak faktor yang tersebar di berbagai level. Meski yang sering menjadi fokus adalah
pelayanan kesehatan, namun itu bukanlah satu-satunya determinan yang penting. Pelayanan
kesehatan hanya satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan individu (Blum,
1974).

C. solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi masalah kesehatan di musim pancaroba

Musim pancaroba selalu identik dengan hadirnya berbagai penyakit. Sebut saja demam berdarah,
tifus, diare, dan flu adalah penyakit yang cukup banyak terjadi selama pergantian musim ini. Saat
memasuki pergantian musim, cuaca menjadi tidak menentu. Siang hari bisa saja matahari terasa
terik, lalu hujan tiba-tiba turun dengan deras pada sore atau malam hari. Belum lagi dengan
intensitas angin yang akan bertiup lebih kencang daripada biasanya.

Akibat hal ini, tubuh harus memiliki daya tahan yang optimal. Jika tidak, maka tubuh kesulitan
beradaptasi dengan baik terhadap perubahan cuaca. Kamu jadi rentan terserang penyakit. Nah,
begini tips menjaga daya tahan tubuh selama musim pancaroba.

Makan Makanan Bergizi

Pejuang sistem kekebalan tubuh kita membutuhkan makanan yang baik untuk melawan penyakit.
Oleh karena itu, makan makanan bergizi seimbang akan sangat membantu.

Melansir Harvard Medical School, para ilmuwan juga telah lama mengakui bahwa orang yang
hidup dalam kemiskinan dan kurang gizi akan lebih rentan terhadap penyakit menular. Mulai
sekarang, kamu wajib banyak makan sayuran dan buah, serta hindari makanan cepat saji atau
tinggi lemak.

Jangan Lupa Cukup Minum

Selain makan makanan bergizi, kamu juga harus menjaga konsumsi cairan harian. Jangan sampai
kamu kurang cairan, karena akan membuat tubuh rentan mengalami dehidrasi. Tetap minum
sebanyak delapan gelas setiap hari. Kurangi konsumsi minuman bersoda, tinggi gula, atau kafein,
karena akan mudah membuat perut kembung.

Cukup Tidur

Menurut Harvard Health, salah satu cara yang paling tepat agar tubuh tetap sehat adalah cukup
tidur. Itu berarti kamu harus tidur selama 7 hingga 9 jam setiap malam. Saat kamu tidur, tubuh
akan menggunakan waktu itu untuk melakukan pemulihan kritis dan perbaikan fungsi-fungsi
penting, termasuk sistem kekebalan tubuh.

Penelitian juga menemukan bahwa seseorang yang tidak cukup tidur selama satu malam saja
dapat berkurang kekebalannya hingga 70 persen

Kelola Stres dengan Baik

Stres juga dapat membuat perbedaan besar bagi sistem kekebalan tubuh, terutama ketika ada
peristiwa yang mengkhawatirkan atau ketidakpastian yang terjadi di dunia sekitar. Coba lakukan
hal-hal yang bisa buat kamu rileks, seperti membaca, meditasi, yoga, mendengarkan musik,
makan makanan yang kamu suka, menonton, bermain dengan hewan peliharaan atau bermesraan
dengan pasangan.

Jika cara tadi tidak membantu, mungkin kamu membutuhkan bantuan psikolog di Halodoc. Coba
gunakan smartphone kamu dan hubungi psikolog melalui fitur chat di Halodoc. Kamu bisa
menghubungi psikolog agar dapat membantu meredakan stres tersebut.

Olahraga

Olahraga juga dapat menjaga fungsi tubuh dengan baik. Ini karena olahraga akan mengurangi
peradangan dan mendukung sel-sel yang melawan infeksi. Jika kamu bekerja dari rumah, ada
banyak cara untuk tetap berkeringat.

Coba lakukan gerakan seperti burpe, lunges, push-up, dan lainnya untuk memberi latihan seluruh
tubuh yang cepat tanpa peralatan. Sebagai bonus tambahan, endorfin dari olahraga juga
mengurangi stres.

Jaga Kebersihan Diri dan Lingkungan


Kamu juga wajib menjaga kebersihan diri dan lingkungan di sekitar kamu untuk memperkuat
sistem kekebalan tubuh. Kamu bisa menerapkannya dengan cara rutin cuci tangan pakai sabun
selama 20 detik, dan membersihkan area tempat tinggalmu.

Jika masih ada sampah yang bertumpuk di selokan, segera bersihkan. Jangan lupa juga ikat
rapat-rapat semua sampah serta menutup tempat penampungan air agar tidak menjadi sarang
nyamuk. Tempat yang kotor akan menjadi rumah bagi hewan-hewan pembawa virus dan bakteri.
Ini tentu saja membuat kamu mudah terserang penyakit.

e. Model determinan social kesehatan menurut Dahlgren dan Whitehead

Dalam teori eko-sosial kesehatan, Dahlgren dan Whitehead (1991) menjelaskan bahwa
kesehatan/ penyakit yang dialami individu dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terletak di
berbagai lapisan lingkungan, sebagian besar determinan kesehatan tersebut sesungguhnya dapat
diubah (modifiable factors).

1. Lapisan pertama (level mikro, hilir/ downstream) determinan kesehatan meliputi perilaku


dan gaya hidup individu, yang meningkatkan ataupun merugikan kesehatan, misalnya
pilihan untuk merokok atau tidak merokok. Pada level mikro, faktor konstitusional
genetik berinteraksi dengan paparan lingkungan dan memberikan perbedaan apakah
individu lebih rentan atau lebih kuat menghadapi paparan lingkungan yang merugikan.
Perilaku dan karakteristik individu dipengaruhi oleh pola keluarga, pola pertemanan, dan
norma-norma di dalam komunitas.
2. Lapisan kedua (level meso) adalah pengaruh sosial dan komunitas, yang meliputi norma
komunitas, nilai-nilai sosial, lembaga komunitas, modal sosial, jejaring sosial, dan
sebagainya. Faktor sosial pada level komunitas dapat memberikan dukungan bagi
anggota-anggota komunitas pada keadaan yang menguntungkan bagi kesehatan.
Sebaliknya faktor yang ada pada level komunitas dapat juga memberikan efek negatif
bagi individu dan tidak memberikan dukungan sosial yang diperlukan bagi kesehatan
anggota komunitas.
3. Lapisan ketiga (level ekso) meliputi faktor-faktor struktural: lingkungan pemukiman/
perumahan/ papan yang baik, ketersediaan pangan, ketersediaan energi, kondisi di tempat
bekerja, kondisi sekolah, penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan, akses terhadap
pelayanan kesehatan yang bermutu, akses terhadap pendidikan yang berkualitas,
lapangan kerja yang layak.
4. Lapisan terluar (level makro, hulu/ upstream) meliputi kondisi-kondisi dan kebijakan
makro sosial-ekonomi, budaya, dan politik umumnya, serta lingkungan fisik. Termasuk
faktor-faktor makro yang terletak di lapisan luar adalah kebijakan publik, stabilitas sosial,
ekonomi, dan politik, hubungan internasional/ kemitraan global, investasi pembangunan
ekonomi, peperangan/ perdamaian, perubahan iklim dan cuaca, eko-sistem, bencana alam
(maupun bencana buatan manusia/ man-made disaster seperti kebakaran hutan).

Berdasarkan model determinan eko-sosial kesehatan Dahlgren dan Whitehead (1991) dapat
disimpulkan bahwa kesehatan individu, kelompok, dan komunitas yang optimal membutuhkan
realisasi potensi penuh dari individu, baik secara fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan ekonomi,
pemenuhan ekspektasi peran seorang dalam keluarga, komunitas, tempat bekerja, dan realisasi
kebijakan makro yang dapat memperbaiki kondisi lingkungan makro.

Pada tahun 1986, WHO dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan (the Ottawa Charter for
Health Promotion) menegaskan bahwa kesehatan merupakan hak azasi  manusia (human
right). Di samping itu, sesuai dengan model kesehatan Dahlgren dan Whitehead (1991), Piagam
Ottawa menegaskan bahwa untuk menciptakan kesehatan individu dan populasi dibutuhkan
sejumlah prasyarat. Prasyarat tersebut meliputi  perdamaian, sumberdaya ekonomi yang cukup,
pangan dan papan yang cukup, ekosistem yang stabil, serta penggunaan suberdaya yang
berkelanjutan.

Dengan memahami prasyarat terjadinya kesehatan dapat disimpulkan, kesehatan tidak dapat
dipisahkan hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi, lingkungan fisik, perilaku dan gaya-
hidup individu. Hubungan tersebut memberikan pemahaman yang holistik dan sistemik tentang
kesehatan. Holistik dalam arti kesehatan individu yang ingin ditingkatkan meliputi aspek
biopsikososial. Sistemik dalam arti kesehatan individu dan populasi dipengaruhi oleh faktor-
faktor pada berbagai level, yang tertata dalam suatu sistem di masing-masing level, dan lintas
level, suatu paradigma yang disebut “eko-epidemiologi” (Susser dan Susser, 2001). Implikasi
bagi kebijakan, diperlukan kebijakan publik yang sehat (“healthy public policy”), yakni
kebijakan publik yang secara langsung maupun tidak langsung (melalui perubahan dan perbaikan
determinan kesehatan pada level makro) dapat meningkatkan kesehatan individu dan kesehatan
kolektif komunitas, serta menciptakan distribusi kesehatan yang adil.

 
BAB III

KESIMPULAN

Mengingat manfaat kesehatan yang sangat penting bagi setiap manusia, Hidup sehat
merupakan suatu hal yang seharusnya memang diterapkan oleh setiap orang. Determinan
perilaku mempengaruhi mortalitas dan morbiditas dalam suatu komunitas. Musim pancaroba
dikaitkan dengan berbagai jenis penyakit seperti asma, sakit kepala, flu, hingga sakit pada
saluran pencernaan juga pada persendian. Perilaku gaya hidup dan konsumsi asupan gizi
merupakan dua hal yang saling terkait erat guna pencegahan penyakit di musim pancaroba.

Anda mungkin juga menyukai