Anda di halaman 1dari 19

MODUL

MANAJEMEN RISIKO
(FEB 983)

MODUL SESI 1
PENGERTIAN, TUJUAN, MANFAAT DAN
FUNGSI MANAJEMEN RISIKO

DISUSUN OLEH
ELISTIA, SE,. MM

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


202

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 19
PENGERTIAN, TUJUAN, MANFAAT
DAN FUNGSI MANAJEMEN RISIKO

A. RISIKO
Kata risiko berasal dari bahasa Arab yang berarti hadiah yang tidak
diharap-harap datangnya dari surga. Risiko adalah sesuatu yang mengarah pada
ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa selama selang waktu tertentu yang
mana peristiwa tersebut menyebabkan suatu kerugian baik itu kerugian kecil yang
tidak begitu berarti maupun kerugian besar yang berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup dari suatu perusahaan.
Risiko pada umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti
kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainnya. Kerugian tersebut merupakan
bentuk ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelola secara efektif oleh
organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai tambah dan
mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Menurut sumber-sumber penyebabnya, risiko dapat dibedakan sebagai
berikut:
1. Risiko internal, yaitu risiko yang berasal dari dalam perusahaan itu
sendiri.
2. Risiko eksternal, yaitu risiko yang berasal dari luar perusahaan atau
lingkungan luar perusahaan
3. Risiko keuangan, adalah risiko yang disebabkan oleh faktor-faktor
ekonomi dan keuangan, seperti perubahan harga, tingkat bunga, dan mata
uang.
4. Risiko operasional, adalah semua risiko yang tidak termasuk ke dalam
risiko keuangan. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor
manusia, alam, dan tekonologi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 19
Risiko pertama kali dikenal pada tahun 2100 SM dan dapat ditemukan
pada Piagam Hammurabi (codex Hammurabi), yang mencetuskan konsep
“bottomry”. Piagam tersebut mencantumkan peraturan dimana pemilik kapal
dapat meminjam uang untuk membeli kargo, namun bila dalam perjalanan
kapalnya tenggelam atau hilang, ia tidak perlu mengembalikan uang pinjaman
tersebut. Masa ini disebut sebagai zaman pertama manajemen risiko, di mana
perusahaan hanya melihat risiko non-entrepreneurial (seperti misalnya keamanan).

B. MANAJEMEN RISIKO
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen
resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia
termasuk penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan
mitigasi resiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumber
daya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan resiko kepada
pihak lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu. Manajemen resiko tradisional
terfokus pada resiko- resiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian, dan tuntutan hukum).
Manajemen resiko adalah bagian penting dari strategi manajemen semua
wirausaha. Proses di mana suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat
menunjukkan resiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju keberhasilan di
dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen
resiko yang baik adalah identifikasi dan cara mengatasi resiko. Sasarannya untuk
menambah nilai maksimum berkesinambungan (sustainable) organisasi. Tujuan
utama untuk memahami potensi upside dan downside dari semua faktor yang
dapat memberikan dampak bagi organisasi. Manajemen resiko meningkatkan
kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidakpastian
dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi.
Manajemen resiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan mengembangkan
proses yang bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam
mengimplementasikan. Manajemen resiko seharusnya ditujukan untuk

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 19
menanggulangi suatu permasalahan sesuai dengan metode yang digunakan dalam
melaksanakan aktifitas dalam suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan masa
depan.
Manajemen resiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan
kebijaksanaan yang efektif dan diprogram untuk dipimpin beberapa manajemen
senior. Manajemen resiko harus diterjemahkan sebagai suatu strategi dalam teknis
dan sasaran operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan
merespon secara menyeluruh pada suatu organisasi, di mana setiap manajer dan
pekerja memandang manajemen resiko sebagai bagian dari deskripsi
kerja.Manajemen resiko mendukung akuntabilitas (keterbukaan), kinerja
pengukuran dan reward, mempromosikan efisiensi operasional dari semua
tingkatan.

C. SASARAN MANAJEMEN RESIKO


Sasaran dari pelaksanaan manajemen resiko adalah untuk mengurangi
resiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada
tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis
ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi, dan
politik. Di sisi lain, pelaksanaan manajemen resiko melibatkan segala cara yang
tersedia bagi manusia, khususnya entitas manajemen resiko (manusia, staff,
organisasi).

D. KATEGORI RESIKO
Resiko dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni :
1. Resiko nonsistematis, yakni resiko yang dapat dihilangkan atau dikurangi
melalui suatu diversifikasi atau tindakan pencegahan dan penanggulangan
resiko.
2. Resiko sistematis, resiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi
melalui diversifikasi, biasanya berhubungan dengan pasar atau kejadian
yang dapat secara sistematis akan mempengaruhi posisi pasar (Iban
Sofyan, 2004)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 19
E. MANFAAT MANAJEMEN RISIKO
Manfaat yang akan diperoleh oleh perusahaan atau organisasi apabila
melaksanakan manajemen risiko dengan baik yaitu:
a. Menjamin pencapaian tujuan
Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen
menggunakan berbagai sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan
perusahaan. Perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang mampu
mencapai tujuannya dengan baik.
Manajemen menggunakan segala cara yang dianggap benar dan baik
untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam usaha mencapai tujuan ini,
banyak hal yang bisa terjadi. Ada hal-hal yang dapat diantisipasi
sebelumnya. Masa depan penuh dengan ketidakpastian dan ketidakpastian
inilah yang menimbulkan risiko. Manajemen risiko adalah suatu cara
untuk menangani masalah-masalah yang mungkin timbul akibat adanya
ketidakpastian.
b. Memperkecil kemungkinan bangkrut
Tidak ada jaminan bahwa setiap perusahaan tidak akan bangkrut. Pada
saat krisis moneter menimpa Indonesia yang dimulai sejak tahun 1998,
banyak perusahaan yang terpaksa harus gulung tikar. Perusahaan yang
menjalankan manajemen risiko dengan baik akan sanggup menangani
berbagai kemungkinan yang merugikan yang akan terjadi, sehingga akan
memperkecil kemungkinan bangkrut.
c. Meningkatkan keuntungan perusahaan
Manajemen risiko yang baik dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.
Manfaat dari manajemen risiko adalah dapat memperkecil kerugian
sehingga keuntungan yang dapat diperoleh akan semakin besar.
d. Memberikan keamanan pekerjaan
Kemampuan memahami dan menangani risiko merupakan keharusan bagi
setiap manajer. Manajer yang dapat menangani risiko dengan baik tidak
saja dapat menyelamatkan perusahaan dari kemungkinan rugi tapi juga
dirinya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 19
Banyak perusahaan yang tidak bersedia mempekerjakan manajer dari
perusahaan yang sebelumnya pernah bangkrut atau tidak berprestasi
selama dipimpin oleh manajer tersebut.

F. TUJUAN MANAJEMEN RISIKO


Adapun tujuan dari manajemen risiko yaitu untuk menjamin bahwa suatu
perusahaan dapat memahami, mengukur, dan memonitoring berbagai macam
risiko yang terjadi, serta memastikan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat dapat
mengendalikan berbagai macam risiko-risiko yang ada. Agar supaya
pelaksanaannya berjalan dengan baik perlu adanya dukungan dalam menyusun
kebijakan dan pedoman manajemen risiko sesuai dengan kondisi suatu usaha atau
perusahaan.
Untuk lebih jelasnya tujuan manajemen risiko yang ingin dicapai oleh
manajemen risiko dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Tujuan sebelum terjadinya peril bahaya (suatu kejadian yang bisa
menimbulkan risiko atau kerugian) Ialah tujuan yang ingin dicapai
menyangkut hal-hal sebelum terjadinya peril ada beberapa macam,
antara lain:
1) Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnya: upaya untuk
menanggulangi kemungkinan kerugian dengan cara yang paling
ekonomis, yang dilakukan melalui analisa keuangan terhadap
biaya program keselamatan, besarnya premi asuransi, biaya dari
macam-macam teknik penanggulangan risiko.
2) Hal-hal yang bersifat non ekonomis, yaitu upaya untuk
mengurangi kecemasan, sebab adanya kemungkinan terjadinya
peril tertentu dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan,
sehingga dengan adanya upaya penanggulangan maka kondisi itu
dapat diatasi.
3) Tindakan penanggulangan risiko dilakukan untuk memenuhi
kewajiban yang berasal dari pihak ketiga atau pihak luar
perusahaan, seperti:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 19
(a) Memasang atau memakai alat-alat keselamatan kerja tertentu
di tempat kerja atau pada waktu bekerja untuk menghindari
kecelakaan kerja, misalnya: pemasangan rambu-rambu,
pemakaian alat pengaman untuk memenuhi ketentuan yang
tercantum dalam Undang-undang Keselamatan Kerja.
(b) Mengasuransikan aktiva yang digunakan sebagai agunan,
yang dilakukan oleh debitur untuk memenuhi persyaratan
yang ditentukan oleh kreditur.
b. Tujuan setelah terjadinya peril pada pokoknya mencakup upaya
untuk penyelamatan operasi perusahaan setelah terkena peril, yang
dapat berupa:
1) Menyelamatkan operasi perusahaan, artinya manajer risiko harus
mengupayakan pencarian strategi bagaimana agar kegiatan tetap
berjalan sehabis perusahaan terkena peril, meskipun untuk
sementara waktu yang beroperasi hanya sebagian saja.
2) Mencari upaya-upaya agar operasi perusahaan tetap berlanjut
sesudah perusahaan terkena peril. Hal ini sangat penting terutama
untuk perusahaan yang melakukan pelayanan terhadap
masyarakat secara langsung, misalnya: bank. Sebab jika tidak
akan menimbulkan keresahan dan nasabahnya bisa lari atau
pindah ke perusahaan pesaing.
3) Mengupayakan agar pendapatan prusahaan tetap mengalir,
meskipun tidak sepenuhnya, paling tidak cikup untuk menutup
biaya variabelnya. Untuk mencapai tujuan ini jika perlu
perusahaan sementara waktu melakukan kegiatan usaha di tempat
lain.
4) Mengusahakan tetap berlanjutnya pengembangan usaha bagi
perusahaan yang sedang melakukan pengembangan usaha,
misalnya: yang sedang memproduksi barang baru atau sedang
memasuki pasar baru. Jadi harus berupaya untuk mengatur
strategi agar pengembangan yang sedang dirintis tetap bisa

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 19
berlangsung. Sebab untuk melakukan perintisan sudah
mengeluarkan banyak biaya.
5) Berupaya untuk dapat melakukan tanggung jawab sosial dari
perusahaan. Artinya harus dapat melakukan kebijaksanaan untuk
meminimalkan pengaruh buruk dari suatu peril yang diderita
perusahaan terhadap karyawannya, para pelanggan atau penyalur,
para pemasok dan sebagainya. Maksudnya jangan sampai akibat
peril ini menimbulkan pengannguran.

G. Fungsi Manajemen Risiko


Fungsi manajemen risiko sering diterjemahkan dalam tiga langkah, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian:
a. Perencanaan
Perencanaan manajemen risiko dapat dimulai dengan menetapkan
visi, misi, tujuan yang berkaitan dengan manajemen risiko. Kemudian,
perencanaan manajemen risiko dapat dilanjutkan dengan penetapan target,
kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan manajemen risiko. Akan
lebih baik lagi jika visi, misi, kebijakan, dan prosedur tersebut dituangkan
secara tertulis untuk memudahkan pengarahan, sekaligus menegaskan
dukungan manajemen terhadap program manajemen risiko.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan manajemen risiko meliputi aktivitas operasional yang
berkaitan dengan manajemen risiko .Proses identifikasi dan pengukuran
risiko diteruskan dengan manajemen (pengelolaan) risiko yang merupakan
aktivitas operasional yang utama dari manajemen risiko.
1) Identifikasi risiko dilkakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang
dihadapi oleh organisasi
2) Evaluasi dan pengukuran risiko. Tujuan evaluasi risiko adalah
memahami karakteristik risiko dengan lebih baik.
3) Pengelolaan Risiko. Risiko harus dikelola karena jika organisasi gagal
mengelola konsekuensi yang diterima cukup besar. Berbagai cara
pengelolaan risiko adalah sebagai berikut:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 19
a) Penghindaran Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko
adalah menghindar. Akan tetapi, cara semacam itu tidak optimal.
b) Ditahan (Retention) Dalam beberapa situasi, lebih baik jika kita
menghadapi sendiri risiko tersebut
c) Diversifikasi Berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga tidak
terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja.
d) Transfer risiko Yaitu keputusan mengalihkan risiko dengan cara
mengalihkan risiko yang diterima tersebut ke tempat lain sebagian. Jika
tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita dapat mentransfer risiko
tersebut kepada pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko tersebut.
e) Pengendalian Risiko Yaitu upaya mencegah atau menurunkan
probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita inginkan.
Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan
antisipasi terhadap timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi
f) Pendanaan Risiko Yaitu upaya untuk “mendanai” kerugian yang terjadi
jika suatu risiko muncul. Keputusan pendanaan risiko menyangkut
penyediaan sejumlah dana sebagai cadangan untuk mengantisipasi
timbulnya risiko pada kemudian hari, seperti perubahan nilai tukar dolar
terhadap mata uang domestik dipasaran.
c. Pengendalian
Meliputi evaluasi secara periodik pelaksanaan manajemen risiko,
outputpelaporan yang dihasilkan oleh manajemen risiko dan umpan
balik. Sering diterjemahkan dalam tiga langkah, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian:

H. MENGIDENTIFIKASI RESIKO
Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan
secara sistematis dan berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial)
yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu, diperlukan checklist untuk pendekatan
yang sistematis dalam menentukan kerugian potensial. Salah satu alternatif sistem
pengklasifikasian kerugian dalam suatu checklist adalah; kerugian hak milik
(property losses), kewajiban mengganti kerugian orang lain (liability losses) dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 19
kerugian personalia (personnel losses). Checklist yang dibangun sebelumnya
untuk menemukan resiko dan menjelaskan jenis-jenis kerugian yang dihadapi oleh
suatu perusahaan.
Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan dinamis,
maka diperlukan metode yang lebih sistematis untuk mengeksplorasi semua segi.
Metode yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)
2. Metode laporan Keuangan (financial statement method)
3. Metode peta aliran (flow-chart)
4. Inspeksi langsung pada objek
5. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
6. Catatan statistik dari kerugian masa lalu
7. Analisis lingkungan

I. MENGANALISA RESIKO
Setelah melakukan identifikasi resiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran resiko dengan cara melihat seberapa besar potensi terjadinya
kerusakan (severity) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan
probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subjektif dan lebih berdasarkan nalar
dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah
sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang
terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan
yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam
implementasi perencanaan manajemen resiko.
Kesulitan dalam pengukuran resiko adalah menentukan kemungkinan
terjadi suatu resiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa
resiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak kerusakan (severity) sering kali
cukup sulit untuk asset immaterial.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 19
J. MONITORING RESIKO DAN EVALUASI
Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu resiko merupakan
bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen resiko
tidaklah berhenti sampai di sini saja. Praktek, pengalaman, dan terjadinya
kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan
mengenai penanganan suatu resiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor
proses dari awal mulai dari identifikasi resiko dan pengukuran resiko untuk
mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi
adanya resiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu resiko terjadi
maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.
Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin,
peralatan, lingkungan kerja, kebiasaan pegawai dan seterusnya, manajer resiko
dapat mempelajari kemungkinan tentang hazard. Oleh karena itu, keberhasilannya
dalam mengidentifikasi resiko tergantung pada kerja sama yang erat dengan
bagian-bagian lain yang terkait dalam perusahaan. Manajer resiko dapat
menggunakan tenaga pihak luar untuk proses mengidentifikasikan resiko, yaitu
agen asuransi, broker, atau konsultan manajemen resiko. Hal ini tentunya
memiliki kelemahan, di mana mereka membatasi proses hanya pada resiko yang
diasuransikan saja. Dalam hal ini diperlukan strategi manajemen untuk
menentukan metode atau kombinasi metode yang cocok dengan situasi yang
dihadapi.

Faktor Penyebab Resiko


Dua faktor penyebab resiko adalah bencana (perils) dan bahaya (hazards).
Banjir, tanah longsor, gempa, gelombang laut tinggi merupakan contoh-contoh
bencana yang secara langsung dapat menimbulkan kerugian. Sementara bahaya
terbagi atas beberapa jenis :
1. Bahaya fisik (physical hazard) misalnya berhubungan dengan fasilitas
bangunan suatu perusahaan,
2. Bahaya moral (moral hazard) misalnya sikap ketidakjujuran atau
ketidakdisiplinan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 19
3. Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-hati
ataupun kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu
perusahaan.
4. Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya akibat
mengabaikan undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan.

Selain resiko yang di atas ada juga bahaya resiko lain yakni bahaya resiko
moral. Contohnya pada kasus akibat moral dari para pegawai suatu
badan/perusahaan misalnya yang terjadi pada kasus Citibank Indonesia yang
terlibat pada permasalahan penggelapan dana nasabah. Akibatnya bank tersebut
tidak hanya menderita kerugian finansial, tapi juga resiko reputasi, bahkan
kepatuhan. Resiko reputasi dan kepatuhan lebih membahayakan keberlangsungan
perusahaan daripada resiko finansial. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap bank
akan membuat bank tersebut kehilangan dana karena masyarakat akan menarik
kembali seluruh dana yang telah tertanam di bank tersebut karena takut akan
mengalami kerugian besar. Dana-dana yang ditarik tersebut sebenarnya digunakan
untuk menjalankan kegiatan perbankan, namun kerena ada penarikan sejumlah
dana dan ketidakinginan masyarakat untuk menabung lagi maka bank tersebut
dapat terancam likuiditasnya. Pada fase ini pemerintah dapat melakukan
intervensi dengan menutup bank.

Sumber Penyebab Resiko


Sumber resiko dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis :
1. Resiko Sosial, resiko ini berasal dari masyarakat. Artinya tindakan orang-
orang menciptakan penyimpangan yang dapat merugikan. Misalnya :
pencurian, huru-hara, peperangan.
2. Resiko Fisik, berasal dari fenomena alam dan sebagian tingkah laku
manusia. Kebakaran adalah penyebab utama cidera fisik, kematian
maupun kerusakan harta.
3. Resiko ekonomi, misalnya inflasi, resesi, fluktuasi dan harga.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 19
K. CARA PENGENDALIAN RESIKO
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh perbankan dalam mengatasi
resiko ataupun mencegah terjadinya resiko yang sama ke depannya
1. Melakukan tata kelola resiko secara terpadu dengan
pengimplementasian tanggung jawab dan keseuaian kompetensi
masing-masing pihak yang terkait. Misalnya seperti Dewan Komisaris,
Direksi, Risk & Capital Committee (RCC), unit risk
management dan unit business yang telah berinteraksi dan bersinerji
secara optimal.
2. Bank Mandiri menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil
Resiko, dan digunakan sebagai laporan. Dengan demikian, dapat
memusatkan perhatiannya pada jenis-jenis resiko yang memiliki
tendensi memburuk atau melebihi kebijakan toleransi pada resiko
tertentu.
3. mempersiapkan tenaga profesionalnya di bidang resiko. Sekaligus
melakukan persiapan untuk mengimplementasikan Basel II Accord
yang menjadi penanggung jawab dari seluruh inisiatif strategis terkait
kepatuhan pegawai.
4. menetapkan kebijakan pengelolaan resiko likuiditas. Misalnya dengan
pemeliharaan cadangan likuiditas yang optimal, pengukuran dan
penetapan limit resiko likuiditas, merancang analisis scenario
dan contingency plan, penetapan strategi pendanaan dan
mempertahankan kapasitas dana yang cukup di pasar (Masyhud Ali,
2006).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 19
L. CONTOH KASUS
Kasus Manajemen Asset Berbasis Resiko pada Perusahaan Air Minum
Air bersih atau air minum sangat penting artinya bagi kehidupan
manusia. Kajian global kondisi air di dunia yang disampaikan pada World Water
Forum II di Denhaag, Belanda tahun 2000, memproyeksikan bahwa pada tahun
2025 akan terjadi krisis air di beberapa negara. Krisis air dapat saja terjadi di
Indonesia apabila pemerintah dan perusahaan air minum tidak dapat secara
maksimal mengelola asset utamanya.
Berbagai permasalahan yang dihadapi perusahaan air minum saat ini,
seperti: tingginya tingkat kebocoran air yang diproduksi, kapasitas produksi yang
belum terpakai, biaya operasional/pemeliharaan untuk menghasilkan air bersih
setiap meter kubiknya masih lebih tinggi atau sama dengan harga jual air setiap
meter kubiknya, belum dapat terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan air minum
bersih, baik secara kuantitas maupun kualitas, konflik perebutan air baku yang
melintasi dua atau lebih pemerintah daerah, adanya daerah yang tidak
menyediakan pengaturan air baku, adanya penggundulan hutan di kawasan daerah
aliran sungai, kesulitan keuangan, terbelit hutang yang cukup besar dan tidak
mampu membayar hutang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, bahkan
tidak sedikit dari perusahaan air minum yang ada, jika ditinjau dari posisi
keuangan perusahaan sudah dalam keadaan pailit mencerminkan belum
maksimalnya pengelolaan asset utama perusahaan air minum.
Bagi perusahaan air minum, infrastruktur air minum merupakan asset utama yang
nilainya signifikan. Oleh karena itu, harus dikelola secara baik mulai sejak
perencanaan kebutuhan, penyediaan dana, pengadaan asset, pengoperasian,
pemeliharaan, hingga pada pemusnahan asset.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, manajemen asset merupakan
asset merupakan suatu proses untuk menghasilkan nilai maksimal bagi
semua stakeholder perusahaan dari pengelolaan asset fisik yang dimiliki
perusahaan, baik untuk kepentingan bisnis maupun kepentingan umum, dengan
menyeimbangkan kinerja operasional dari asset dengan biaya siklus hidup dan
profil resikonya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 19
Manajemen berbasis resiko lebih menekankan pada proses mengelola asset
fisik yang sangat besar dan berhubungan dengan resiko-resiko yang melekat pada
proses tersebut dengan melibatkan penerapan proses manajemen resiko terhadap
asset utama perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengelola penyebab utama
kegagalan pencapaian sasaran perusahaan. Penerapan proses manajemen resiko
dapat dilakukan pada seluruh aktivitas bisnis perusahaan air minum atau secara
khusus lebih menekankan pada aktivitas manajemen asset perusahaan (setiap
aktivitas lifecycle asset management). Tujuan dari diterapkannya proses
manajemen resiko adalah tidak hanya untuk memberikan perlindungan dan
kesinambungan aktivitas bisnis inti dan jasa yang penting, tetapi juga memenuhi
kewajiban hukum; menjaga kesehatan pekerja dan masyarakat; perlindungan
lingkungan; beroperasinya dan perlindungan asset pada biaya rendah; dan rencana
kontijensi untuk situasi darurat bila terjadi rencana alam.

Proses manajemen resiko meliputi tahapan sebagai berikut:


a. Mengidentifikasi resiko
Resiko merupakan peristiwa yang menghambat pencapaian tujuan
perusahaan. Seluruh resiko yang mungkin terjadi dan berdampak negative bagi
perusahaan secara signifikan harus terlebih dahulu diidentifikasi. Pada
perusahaan air minum resiko yang mungkin terjadi adalah:
1. Ketidaktersediaan air di sumber air dapat terjadi karena kegagalan pada
struktur sumber air, kekeliruan dalam memperkirakan hasil/kapasitas
penyimpanan, kualitas sumber air yang tidak memenuhi syarat, dan
kegiatan operasional yang tidak tepat.
2. Kehilangan air yang sebenarnya (real loss) dapat terjadi karena adanya
penguapan air di tempat penyimpanan (storage evaporation), dan
kebocoran (leakage) seperti kebocoran pada pipa jaringan distribusi, dan
tempat penyimpanan air/reservoir.
3. Kehilangan air yang jelas terlihat (apparent loss) dapat terjadi karena
adanya pengukuran meteran yang tidak akurat (inaccurate
metering) seperti alat kalibrasi meteran yang tidak akurat, alat meteran
yang sudah tua, alat meteran yang berputar rendah, dan adanya pemakaian

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 19
air yang tidak terukur dengan meteran (unmetered usage) seperti
pemakaian yang tidak dibenarkan (pemakaian untuk irigasi yang tidak
illegal, pemakaian hidran yang tidak illegal, sambungan pipa yang tidak
illegal) dan pemakaian yang dibenarkan (pemadam kebakaran, pekerjaan
jalan, dan taman).
4. Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena pembuangan air limbah yang
tidak terkendali dari kegiatan pemeliharaan atau kegagalan jaringan pipa.
5. Terganggunya keselamatan dan kesehatan masyarakat pengguna air
minum dapat terjadi karena kerusakan peralatan dan tercemarnya sumber
air minum/produksi air minum selama pembangunan, pemeliharaan, atau
pengoperasian infrastruktur penyedia air.
6. Kenaikan harga asset infrastruktur penyedia air dapat terjadi karena
kenaikan tingkat inflasi, kenaikan nilai tukar mata uang asing terhadap
rupiah, dan kenaikan harga bahan bakar minyak.
7. Kenaikan tingkat suku bunga pinjaman dapat terjadi karena kondisi
perekonomian nasional yang tidak baik.

Sedangkan resiko pada tingkatan proses/aktivitas lifecycle asset


management yang mungkin terjadi dapat dilakukan dengan cara:

1. Menganalisis Resiko
Setelah seluruh resiko diidentifikasi, maka dilakukan pengukuran tingkat
kemungkinan dan dampak resiko. Pengukuran resiko dilakukan setelah
mempertimbangkan pengendalian resiko yang ada. Pengukuran resiko dilakukan
menggunakan criteria pengukuran resiko secara kualitatif, semi kualitatif, atau
kuantitatif tergantung pada ketersediaan data tingkat kejadian peristiwa dan
dampak kerugian yang ditimbulkannya.

2. Mengevaluasi Resiko
Setelah resiko diukur tingkat kemungkinan dan dampaknya, maka disusunlah
urutan prioritas resiko. Mulai dari resiko dengan tingkat resiko tertinggi, sampai
dengan resiko terendah. Resiko yang tidak termasuk dalam resiko yang dapat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 / 19
diterima/ditoleransi merupakan resiko yang menjadi prioritas untuk segera
ditangani. Setelah diketahui besarnya tingkat resiko dan prioritas resiko, maka
perlu disusun peta resiko.
3. Menangani Resiko
Resiko yang tidak dapat diterima/ditoleransi segera dibuatkan rencana tindakan
untuk meminimalisir kemungkinan dampak terjadinya resiko dan personel yang
bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana tindakan. Cara menangani
resiko berupa memindahkan resiko melalui asuransi dan kontrak kerja kepada
pihak ketiga, mengurangi tingkat kemungkinan terjadinya resiko dengan cara
menambah/meningkatkan kecukupan pengendalian internal yang ada pada proses
bisnis perusahaan, dan mengeksploitasi resiko bila tingkat resiko dinilai lebih
rendah dibandingkan dengan peluang terjadinya peristiwa yang akan terjadi.
Pemilihan cara menangani resiko dilakukan dengan mempertimbangkan biaya dan
manfaat, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan rencana tindakan lebih
rendah daripada manfaat yang diperoleh dari pengurangan dampak kerugian
resiko.
Seluruh resiko yang diidentifikasi, dianalisis, dievaluasi, dan ditangani
dimasukkan ke dalam register resiko yang memuat informasi mengenai nama
resiko, uraian mengenai indikator resiko, faktor pencetus terjadinya peristiwa
yang merugikan, dampak kerugian bila resiko terjadi, pengendalian resiko yang
ada, ukuran tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko setelah
mempertimbangkan pengendalian yang ada, dan rencana tindakan untuk
meminimalisir tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, serta personil yang
bertanggung jawab melakukannya.
4. Memantau Resiko
Perubahan kondisi internal dan eksternal perusahaan menimbulkan resiko baru
bagi perusahaan, mengubah tingkat kemungkinan/dampak terjadinya resiko, dan
cara penanganan resikonya. Sehingga setiap resiko yang teridentifikasi masuk
dalam register resiko dan peta resiko perlu dipantau perubahannya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 16 / 19
5. Mengkomunikasikan Resiko
Setiap tahapan kegiatan identifikasi, analisis, evaluasi, dan penanganan resiko
dikomunikasikan/dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas
bisnis yang dilakukan perusahaan untuk memastikan bahwa tujuan manajemen
resiko dapat tercapai sesuai dengan keinginan pihak yang berkepentingan. Pihak
yang berkepentingan berasal dari internal perusahaan (manajemen, karyawan) dan
eksternal perusahaan (pemasok, pemerintah daerah/pusat, masyarakat sekitar
lingkungan perusahaan, dan konsumen air bersih).
Walaupun penerapan proses manajemen resiko pada perusahaan air
minum di Indonesia khususnya perusahaan daerah air minum belum ada peraturan
hukumnya, namun karena manajemen resiko merupakan praktik terbaik (best
practice), maka seharusnya sudah mulai diterapkan secara sistematis, terintegrasi,
dan melekat pada setiap aktivitas bisnis perusahaan air minum, khususnya pada
aktivitas manajemen asset.
Agar manajemen resiko dapat diterapkan dengan baik, maka perlu
disiapkan segala infrastruktur manajemen resiko antara lain: pedoman
manajemen resiko (kebijakan, pedoman umum, prosedur, dan formulir), struktur
organisasi manajemen resiko (tugas, wewenang, tanggung jawab personil untuk
melaksanakan manajemen resiko), dan sistem informasi pelaporan/pemantauan
pelaksanaan manajemen resiko.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 17 / 19
DAFTAR PUSTAKA

Djohanputro, Bramantyo. 2008. Manajemen Risiko Koporat. Jakarta: PPM.


Handoko, T. Hani. 1995. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Hussain, Hameeda Abu., dan Al-Ajmi, Jasim., “Risk Management Practices of
Conventional and Islamic Banking in Bahrain”, The Journal of Risk
Finance, Vol.13, No.3.
Iqbal, Zamir., dan Mirakhor, Abbas. 2004. Pengantar Keuangan Islam. Jakarta:
Zikrul Hakim.
Sucipto, Agus. Manajemen Resiko, Malang
Wati, Lela Nurlaela., dan Darda, Ahmad. 2012. “Manajemen Risiko Bisnis”
dalam Jurnal Ekonomi Bisnis dan Manajemen. Vol.I. No.4.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 18 / 19

Anda mungkin juga menyukai