“BUDAYA MUTU”
Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah
Manajemen Kualitas
Disusun Oleh :
Sesi 02
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI..............................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Budaya Mutu.................................................................................1
B. Lebih Tentang Budaya.....................................................................................1
C. Budaya Mutu Berdasarkan Iso.........................................................................2
D. Dasar Budaya Mutu..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Mengiatkan Perubahan Budaya Mutu.............................................................6
B. Perubahan Budaya...........................................................................................8
C. Landasan Kerja Manajemen Mutu..................................................................9
D. Evolusi Manajemen Mutu...............................................................................10
E. Elemen Budaya Mutu......................................................................................12
F. Penanggulangan Penolakan Terhadap Perubahan Budaya Mutu.....................18
G. Penetapan Budaya Mutu................................................................................23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................III
3
BAB I
LATAR BELAKANG
Kepemimpinan
Pemimpin perusahaan hendaknya menyusun perencanaan strategi untuk mencapai
visi, misi, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui program-program yang telah
disusun. Mereka hendaknya menciptakan dan memelihara lingkungan internal yang
memungkinkan semua karyawan dapat melibatkan dirinya secara penuh dalam pencapaian
tujuan organisasi.
7
BAB II
PEMBAHASAN
9
mempunyai kekuasaan penuh dan berhak memerintahkan apa saja kepada bawahan.Akan
tetapi menurut Edward Sallis (2008: 80) pada kultur organisasi Total Quality
Management (TQM) ini bisa digambarkan seperti piramida terbalik, yang paling teratas
dalam struktur tersebut adalah karyawan. Dengan demikian, manajer senior tugasnya
hanyalah memberikan dukungan dan wewenang kepada karyawan, bukan memerintahnya.
Kelima, menjaga hubungan baik dengan pelanggan (keeping close to be
customer). Karena organisasi mengedapankan kepuasan pelanggan, maka para pengelola
dituntut untuk selalu menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan karyawan. Jika tidak
ada hubungan yang baik di antara mereka maka mustahil akan terjadi kepuasan pada
pelanggan.
Lima faktor pokok di atas hendaknya menjadi perhatian besar bagi para praktisi
organisasi yang menginginkan untuk menerapkan Total Quality Management in
Education. Sebab, jika lima hal pokok di atas tidak dilaksanakan dengan baik, maka mutu
yang diinginkan oleh para pelanggan tidak akan tercapai. Selain itu, perlu disadari
menjalankan roda organisasi memerlukan manajemen dan pengaturan yang baik. TQM
adalah salah satu model manajemen dalam berbasis industri yang dapat dikembangkan.
B. Perubahan Budaya
Kualitas yang telah disepakati dalam suatu organisasi akan menjadi budaya dalam
organisasi tersebut, untuk menuju kondisi tersebut memerlukan proses pergerakan ataupun
perlawanan para anggota organisasi tersebut. Proses menuju budaya kualitas sebagai berikut :
10
menganut budaya tradisional menuju budaya kualitas dalam proses belajar mengajar. Proses
pembelajaran yang menggunakan transfaransi menuju menggunakan/berbasis teknologi
informasi. Mekanisme perubahan ini biasanya akan mendapat perlawanan dari dosen-dosen
yang senior/tua, karena perubahan tersebut membuat dosen senior/tua akan tersiksa.
Inventarisasi pada masing-masing perguruan tinggi mengenai perubahan budaya akan
berbeda-beda sangat tegantung karakteristiknya.
11
Manajemen mutu adalah merupakan sebuah filsafat dan budaya organisasi yang
menekankan kepada upaya menciptakan mutu yang konstan melalui setiap aspek dalam
kegiatan organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman mengenai sifat mutu dan
sifat sistem mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalm berbagai cara. Manajemen
mutu sangat memerlukan figure pemimpin yang mampu memotivasi agar seluruh anggota
dalam organisai dapat memberikan konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi. Hal
tersebut dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu
suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi
tanggung jawab seluruh anggota dalam organisasi.
Pengertian Mutu adalah Dugaan dan penafsiran yang sering timbul bahwa "mutu"
diartikan sebagai sesuatu yang :
Unggul dan bermutu tinggi
Mahal harganya
Kelas, tingkat atau bernilai tinggi
Dugaan dan penafsiran tersebut di atas kurang tepat untuk dijadikan dasar dalam
menganalisa dan menilai mutu suatu produk atau pelayanan. Tidak jauh berbeda dengan
kebiasan mendefinisikan "mutu" dengan cara membandingkan satu produk dengan produk
lainnya. Misalnya jam tangan Seiko lebih baik dari jam tangan Alba. Kedua pengertian mutu
tersebut pada dasarnya mengartikan tingkat keseragaman yang dapat diramalkan dan
diandalkan, disesuaikan dengan kebutuhan serta dapat diterima oleh pelanggan (custumer).
Secara singkat mutu dapat diartikan: kesesuaian penggunaan atau kesesuaian tujuan
atau kepuasan pelanggan atau pemenuhan terhadap persyaratan. Manajemen mutu dapat
dianggap memiliki tiga komponen utama: pengendalian mutu, jaminan mutu dan perbaikan
mutu. Manajemen mutu berfokue tidak hanya pada mutu produk, namun juga cara untuk
mencapainya. Manajemen mutu menggunakan jaminan mutu dan pengendalian terhadap
proses dan produk untuk mencapai mutu secara lebih konsisten.
13
Sebagian besar ilmuan sosial yang melakukan studi tentang organisasi setuju bahwa
budaya itu berasal atau bahkan terdiri dari kepercayaan atau nilai yang mendasar.
Kepercayaan dan nilai ini biasanya diciptakan dan diekspresikan oleh pemimpin dan di
tularkan pada anggotanya.
Kepercayaan memberikan pernyataan “Jika….. maka……” jika melakukan sesuatu
maka akan mengakibatkan sesuatu yang lain. Sedangkan nilai diartikan sebuah proses yang
harus dikontrol untuk menentukan tiga hal, yaitu:
1. Performa yang luar biasa,
2. Memproduksi barang yang baik dan,
3. memberikan servis yang bermutu tinggi.
Nilai yang pertama merupakan nilai yang sulit dilaksanakan secara maksimal dalam
sebuah organisasi. Sedangkan nilai yang kedua merupakan nilai yang berhubungan secara
langsung dengan adaptasi dan pencapaian tujuan organisasi serta berhubungan tidak
langsung terhadap koordinasi dan aktivitas kerja yang efektif. Kepercayaan dan nilai
merupakan hal yang paling penting ketika menghadapi tiga bidang krusial dalam organisasi
fungsional, seperti: penyesuaian terhadap perubahan, pencapaian tujuan, dan
pengkoordinasian tenaga kerja.
Nilai dan kepercayaan yang membangun budaya TQM meyakinkan bahwa anggota
organisasi bekerjasama untuk menyelesaikan kerja mereka dengan tujuan utama: Kualitas
untuk pelanggan. Apabila TQM berguna untuk membangun elemen integral dari budaya
organisasi, Seperangkat nilai dan kepercayaan merupakan bagian terpenting dari budaya
tersebut. Nilai dan kepercayaan mengingatkan pada kita yang benar dan yang
salah (if….then…).
Bentuk budaya sangat komplek. Dalam membentuk budaya organisasi, kepercayaaan
dan nilai saling mendukung dan melengkapi satu sama lain. Agar dapat dimengerti dengan
baik, budaya TQM ini dibagi menjadi delapan elemen penting yaitu sebagai berikut:
1) Etika
2) Integritas (kejujuran)
3) Kepercayaan
4) Pelatihan (training)
5) Kerja tim (team work)
6) Kepemimpinan (leadership)
7) Penghargaan (recognition)
8) Komunikasi
14
TQM telah diciptakan untuk menggambarkan sebuah filsafat yang menjadikan mutu
sebagai tenaga penggerak di belakang kepemimpinan, desain, perencanaan, dan inisiatif
perbaikan. Untuk hal itu, TQM membutuhkan bantuan dari kedelapan elemen kunci di atas.
Elemen-elemen ini selanjutnya dapat dikelompokkan lagi ke dalam empat bagian berdasarkan
fungsinya dalam membentuk struktur bangunan TQM. Keempat bagian tersebut adalah:
Etika, integritas dan kepercayaan (pondasi)
Pelatihan, kerja tim, dan kepemimpinan (batu bata)
Komunikasi (campuran semen)
Penghargaan (atap)
17
Para Supervisor harus memelihara keterbukaan dari arus komunikasi dimana seluruh
karyawannya dapat mengirim dan menerima semua informasi tentang proses-proses TQM.
Adalah suatu hal yang vital bahwa komunikasi harus dirangkai dengan penyampaian
informasi yang benar bukan dengan informasi yang keliru. Supaya komunikasi bisa menjadi
sesuatu yang dapat dipercaya maka pesan yang disampaikan harus jelas dan penerima
informasi harus memiliki penafsiran yang sama dengan apa yang dimaksud pengirimnya.
4. Penghargaan (atap)
Penghargaan adalah elemen terakhir dari keseluruhan sistem TQM. Ia sebaiknya
diberikan untuk saran-saran dan pencapaian-pencapaian yang memuaskan baik dihasilkan
oleh suatu tim ataupun individu. Para karyawan akan didorong untuk berusaha keras
memperoleh penghargaan untuk dirinya dan untuk timnya. Menemukan dan mengenal para
kontributor dari saran-saran dan pencapaian-pencapaian yang baik tersebut merupakan tugas
dari seorang Supervisor. Begitu para kontributor ini dihargai, mereka akan dapat mengalami
perubahan yang sangat besar dalam hal penghargaan-diri, produktivitas, mutu dan jumlah
karya, yang pada akhirnya mendorong seseorang untuk berusaha lebih giat dalam tugas
sehari-harinya. Penghargaan datang dalam bentuk terbaiknya jika saran-saran tersebut diikuti
oleh sebuah tindakan langsung untuk mencapai hasil yang baik oleh kontributor tersebut.
Penting interpretasi Anda sendiri pada ide-ide ini penting. Anda dapat membaca buku
atau menghadiri seminar yang menyarankan formula untuk mengikuti untuk mengubah
budaya Anda, tetapi ketika Anda mencoba rumus tidak bekerja. Alasannya adalah bahwa
formula tidak mengatasi masalah khusus Anda, kepribadian Anda, dan pengalaman
Anda. Anda tidak dapat mengikuti rencana orang lain dan berharap akan bekerja untuk Anda.
Rencana yang akan bekerja untuk Anda adalah milikmu, bukan milikku atau orang
lain. Namun, Anda juga perlu menghargai bahwa nilai-nilai seperti yang dibahas di sini
berada di jantung perusahaan yang adalah tempat yang bagus untuk bekerja dan perusahaan-
perusahaan yang terus semakin baik dalam melayani pelanggan. Jika saya telah berhasil
meyakinkan Anda tentang ini, maka mengambil kepemilikan ide-ide ini dan membuat mereka
sendiri. Bekerja dengan orang lain di perusahaan Anda untuk mengekspresikan mereka
dengan cara yang konsisten dengan kepribadian Anda dan kebutuhan perusahaan
Anda. Berikut adalah beberapa saran untuk melakukan hal ini.
18
F. Penanggulangan Penolakan Terhadap Perubahan Budaya Mutu
setiap orang mendefinisikan perusahaan tidak hanya sebagai bangunan, aset, dan
karyawan, tetapi juga pelanggan dan pemasok. Ini menyoroti bahwa kesejahteraan
perusahaan secara langsung terikat dengan yang pemasok, karyawan, dan
pelanggan. Tujuannya adalah konsisten menang-menang bagi semua pihak. Dalam jenis
budaya, orang-orang berbagi kepedulian untuk semua orang di perusahaan terus memperbaiki
apa yang mereka lakukan untuk kesejahteraan bersama antara perusahaan dan pelanggan, dan
mereka telah menyiapkan metode untuk melembagakan perbaikan proses.
Memajukan pengembangan tim dan kerja sama tim ketika kolaborasi yang tepat untuk
melaksanakan pekerjaan. Dalam jenis organisasi, orang memeriksa tugas-tugas yang perlu
dilakukan. Mereka kemudian melihat saling ketergantungan di antara orang yang terlibat dan
mengatur tim di seluruh tugas-tugas. Hal ini mengingatkan kita bahwa pekerjaan akan
dilakukan oleh anggota tim saling mendukung satu sama lain. Hal ini menegaskan gagasan
bahwa setiap orang dalam perusahaan baik pelanggan dan pemasok kepada karyawan
lainnya. Saat masalah muncul, orang-orang dalam tim beroperasi bersama-sama untuk lebih
memahami proses dan mencari bersama bagaimana untuk memecahkan masalah. Manajer
tidak hanya bereaksi terhadap masalah.Sebaliknya, mereka secara proaktif mencari cara
untuk meningkatkan semua waktu untuk mengurangi kemungkinan masalah yang terjadi di
tempat pertama.
Komitmen untuk meningkatkan kerjasama tim tentu akan memperluas kepada
pemasok dan pelanggan. Perusahaan mengakui ketergantungannya pada pemasoknya dan
kebutuhan untuk melihat mereka sebagai mitra. Kerjasama memungkinkan pemasok untuk
menghabiskan energi mereka pada memberikan barang-barang berkualitas tinggi sebagai
pelanggan mereka. Yang menerjemahkan menjadi kualitas bagi pelanggan Anda.Kerjasama
ini menjadi pendekatan cerdas, logis. Pendekatan logis dan tidak pantas, sebaliknya, bekerja
sama dengan pemasok seolah-olah mereka musuh - masih praktek standar di banyak
perusahaan. Hal yang sama berlaku dengan pelanggan, mengingatkan kita bahwa
kesejahteraan perusahaan secara langsung terkait dengan kesejahteraan
pelanggan. Memperlakukan mereka sebagai anggota tim berarti bahwa membuat mereka
sukses menjadi bagian dari keberhasilan.
kerja sama perusahaan dapat membantu perusahaan menghasilkan kesetiaan karyawan
yang kuat, yang mengurangi biaya yang terlibat dalam merekrut, mempekerjakan, dan
penggantian pelatihan. Karyawan mengakui bahwa sulit untuk menemukan majikan yang
19
benar-benar mengerti apa artinya mengatakan "kita semua ini bersama-sama." Bila kita
memiliki teman yang tetap setia kepada kita melalui saat-saat yang baik dan yang buruk, kita
akan setia kepadanya atau dia juga. Hal yang sama berlaku dengan tempat kerja, loyalitas
melahirkan loyalitas. Dan gagasan bahwa setiap orang memiliki peran untuk bermain dan
saham dalam keberhasilan perusahaan berarti pemimpin sebagai manajer. Bila pemimpin
peduli tentang mereka, mereka akan peduli tentang pemimpin dan perusahaan.
Beberapa pengalaman yang karyawan telah memiliki dalam kehidupan kerja, di mana
manajer adalah inspirasi dan menyenangkan untuk bekerja. Pengalaman ini mungkin satu di
mana karyawan merasa lebih seperti seorang rekan untuk ini individu (dan untuk karyawan
sesama) daripada seorang bawahan. Anda juga mungkin merasa bebas untuk mencoba hal
baru tanpa takut akan pembalasan. Orang ini, dalam peran manajemen nya, mungkin melihat
ke luar untuk karyawan dan seseorang yang karyawan merasa bisa mengandalkan
manajer. Jika karyawan seperti kebanyakan dari kita, Anda mungkin merasa Anda bisa
menjadi paling produktif dan puas terhadap pekerjaan dalam situasi seperti ini.
Sekarang merenungkan saat-saat ketika kita sudah memiliki manajer yang mencoba
untuk menegaskan otoritas nya atas kita. Mungkin ini dalam menegakkan kebijakan
tampaknya tak ada artinya tanpa banyak pikir untuk nilai mereka atau tujuan untuk
mendapatkan sesuatu. karyawan tidak diragukan lagi merasa frustasi dan terbatas pada
kemampuannya untuk berkontribusi. Skenario terakhir ini prosedur standar operasi di banyak
perusahaan.
Dalam manajemen hirarkis tradisional, perusahaan menjadi tempat di mana orang
merasa mereka tidak dapat mengambil keuntungan penuh dari kemampuan mereka. Namun
dalam pasar yang kompetitif saat ini, ini hanya tidak masuk akal. Ini kontraproduktif untuk
membawa keluar yang terbaik dalam diri sendiri dan orang lain. Keberadaan atasan dalam
suatu perusahaan menciptakan kebutuhan bawahan.
Ini tidak berarti bahwa beberapa orang tidak memiliki tanggung jawab lebih dari yang
lain. Juga tidak berarti bahwa beberapa orang tidak ditugaskan untuk mengawasi proses di
mana beberapa orang yang bekerja. Ini menunjukkan kepada semua orang bahwa pekerjaan
semua anggota perusahaan yang penting dan menambah nilai terhadap hasil akhir. Ia
mengatakan kita akan fokus pada tujuan yang kita semua di sini: Untuk mendapatkan yang
lebih baik dan lebih baik menciptakan bahwa hubungan saling menguntungkan antara kami
dan pelanggan kami. Sebagai manajer, tugasnya adalah dengan menggunakan otoritas sebagai
manajer untuk mendukung kepentingan bersama dari tim secara terbuka dan dengan seksama.
20
Ketika sebuah budaya perusahaan menghilangkan mentalitas balik hubungan atasan-
bawahan, lebih banyak orang bebas mengekspresikan apa yang ada di pikiran mereka. Tentu
saja, ini hanya bisa terjadi jika manajer dan semua orang benar-benar percaya kerjasama apa
yang paling penting. Ketika semua orang merasa seperti seorang rekan dan bukan hanya roda
penggerak dalam sebuah mesin dikendalikan oleh orang lain, orang akan mengalami rasa
kerjasama. Ini kemudian menjadi motor penggerak sadar perilaku.
Penjelasan di atas telah menggambarkan mekanisme perubahan budaya kemungkinan
mulus dan tidak mulus perubahannya. Perubahan budaya yang mulus mungkin proses waktu
dapat cepat atau lambat, sedangkan perubahan budaya yang tidak mulus akan melalui
pertentangan yang lama. Kedua hal tersebut mengandung penolakan, kalau yang mulus unsur
penolakan tidak terlalu lama dan yang tidak mulus unsur penolakan cukup lama dan dapat
terjadi pertentangan selamanya.
setiap orang mendefinisikan perusahaan tidak hanya sebagai bangunan, aset, dan
karyawan, tetapi juga pelanggan dan pemasok. Ini menyoroti bahwa kesejahteraan
perusahaan secara langsung terikat dengan yang pemasok, karyawan, dan
pelanggan. Tujuannya adalah konsisten menang-menang bagi semua pihak. Dalam jenis
budaya, orang-orang berbagi kepedulian untuk semua orang di perusahaan terus memperbaiki
apa yang mereka lakukan untuk kesejahteraan bersama antara perusahaan dan pelanggan, dan
mereka telah menyiapkan metode untuk melembagakan perbaikan proses.
Memajukan pengembangan tim dan kerja sama tim ketika kolaborasi yang tepat untuk
melaksanakan pekerjaan. Dalam jenis organisasi, orang memeriksa tugas-tugas yang perlu
dilakukan. Mereka kemudian melihat saling ketergantungan di antara orang yang terlibat dan
mengatur tim di seluruh tugas-tugas. Hal ini mengingatkan kita bahwa pekerjaan akan
dilakukan oleh anggota tim saling mendukung satu sama lain. Hal ini menegaskan gagasan
bahwa setiap orang dalam perusahaan baik pelanggan dan pemasok kepada karyawan
lainnya. Saat masalah muncul, orang-orang dalam tim beroperasi bersama-sama untuk lebih
memahami proses dan mencari bersama bagaimana untuk memecahkan masalah. Manajer
tidak hanya bereaksi terhadap masalah.Sebaliknya, mereka secara proaktif mencari cara
untuk meningkatkan semua waktu untuk mengurangi kemungkinan masalah yang terjadi di
tempat pertama.
Komitmen untuk meningkatkan kerjasama tim tentu akan memperluas kepada
pemasok dan pelanggan. Perusahaan mengakui ketergantungannya pada pemasoknya dan
kebutuhan untuk melihat mereka sebagai mitra. Kerjasama memungkinkan pemasok untuk
menghabiskan energi mereka pada memberikan barang-barang berkualitas tinggi sebagai
21
pelanggan mereka. Yang menerjemahkan menjadi kualitas bagi pelanggan Anda.Kerjasama
ini menjadi pendekatan cerdas, logis. Pendekatan logis dan tidak pantas, sebaliknya, bekerja
sama dengan pemasok seolah-olah mereka musuh - masih praktek standar di banyak
perusahaan. Hal yang sama berlaku dengan pelanggan, mengingatkan kita bahwa
kesejahteraan perusahaan secara langsung terkait dengan kesejahteraan
pelanggan. Memperlakukan mereka sebagai anggota tim berarti bahwa membuat mereka
sukses menjadi bagian dari keberhasilan.
kerja sama perusahaan dapat membantu perusahaan menghasilkan kesetiaan karyawan
yang kuat, yang mengurangi biaya yang terlibat dalam merekrut, mempekerjakan, dan
penggantian pelatihan. Karyawan mengakui bahwa sulit untuk menemukan majikan yang
benar-benar mengerti apa artinya mengatakan "kita semua ini bersama-sama." Bila kita
memiliki teman yang tetap setia kepada kita melalui saat-saat yang baik dan yang buruk, kita
akan setia kepadanya atau dia juga. Hal yang sama berlaku dengan tempat kerja, loyalitas
melahirkan loyalitas. Dan gagasan bahwa setiap orang memiliki peran untuk bermain dan
saham dalam keberhasilan perusahaan berarti pemimpin sebagai manajer. Bila pemimpin
peduli tentang mereka, mereka akan peduli tentang pemimpin dan perusahaan.
beberapa pengalaman yang karyawan telah dimiliki dalam kehidupan kerja, di mana
manajer adalah inspirasi dan menyenangkan untuk bekerja. Pengalaman ini mungkin satu di
mana karyawan merasa lebih seperti seorang rekan untuk ini individu (dan untuk karyawan
sesama) daripada seorang bawahan. Anda juga mungkin merasa bebas untuk mencoba hal
baru tanpa takut akan pembalasan. Orang ini, dalam peran manajemen nya, mungkin melihat
ke luar untuk karyawan dan seseorang yang karyawan merasa bisa mengandalkan
manajer. Jika karyawan seperti kebanyakan dari kita, Anda mungkin merasa Anda bisa
menjadi paling produktif dan puas terhadap pekerjaan dalam situasi seperti ini.
Sekarang merenungkan saat-saat ketika kita sudah memiliki manajer yang mencoba
untuk menegaskan otoritas nya atas kita. Mungkin ini dalam menegakkan kebijakan
tampaknya tak ada artinya tanpa banyak pikir untuk nilai mereka atau tujuan untuk
mendapatkan sesuatu. karyawan tidak diragukan lagi merasa frustasi dan terbatas pada
kemampuannya untuk berkontribusi. Skenario terakhir ini prosedur standar operasi di banyak
perusahaan.
Dalam manajemen hirarkis tradisional, perusahaan menjadi tempat di mana orang
merasa mereka tidak dapat mengambil keuntungan penuh dari kemampuan mereka. Namun
dalam pasar yang kompetitif saat ini, ini hanya tidak masuk akal. Ini kontraproduktif untuk
22
membawa keluar yang terbaik dalam diri sendiri dan orang lain. Keberadaan atasan dalam
suatu perusahaan menciptakan kebutuhan bawahan.
Ini tidak berarti bahwa beberapa orang tidak memiliki tanggung jawab lebih dari yang
lain. Juga tidak berarti bahwa beberapa orang tidak ditugaskan untuk mengawasi proses di
mana beberapa orang yang bekerja. Ini menunjukkan kepada semua orang bahwa pekerjaan
semua anggota perusahaan yang penting dan menambah nilai terhadap hasil akhir. Ia
mengatakan kita akan fokus pada tujuan yang kita semua di sini: Untuk mendapatkan yang
lebih baik dan lebih baik menciptakan bahwa hubungan saling menguntungkan antara kami
dan pelanggan kami. Sebagai manajer, tugasnya adalah dengan menggunakan otoritas sebagai
manajer untuk mendukung kepentingan bersama dari tim secara terbuka dan dengan seksama.
Ketika sebuah budaya perusahaan menghilangkan mentalitas balik hubungan atasan-
bawahan, lebih banyak orang bebas mengekspresikan apa yang ada di pikiran mereka. Tentu
saja, ini hanya bisa terjadi jika manajer dan semua orang benar-benar percaya kerjasama apa
yang paling penting. Ketika semua orang merasa seperti seorang rekan dan bukan hanya roda
penggerak dalam sebuah mesin dikendalikan oleh orang lain, orang akan mengalami rasa
kerjasama. Ini kemudian menjadi motor penggerak sadar perilaku.
23
kehidupan umat manusia di muka bumi dewasa ini. Lembaga ataupun organisasi merupakan
salah satu sistem juga tidak dapat terhindar dampak dari kemajuan tersebut, dengan demikian
maka disetiap lembaga maupun organisasi dituntut untuk dapat mengantisipasi berbagai
perubahan-perubahan tersebut.
Keberadaan TQM yang digunakan dalam penerapan di dunia bisnis menuai hasil yang
sangat signifikan, sehingga TQM memiliki daya tarik tersendiri, untuk bisa diaplikasikan
pada objek-objek kelembagaan atau organisasi, baik dalam bidang politik, sosial. Hal ini
dalam rangka efektivitas dan hasil yang baik sebagai target yang diidam-idamkan.
Secara filosofis manajemen menekankan pada kepuasan pelanggan, layaknya sebuah
perusahaan yang selalu mengutamakan kepuasan pelanggan(customer). Yakni, institusi
memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan apa
yang diinginkannya. Pelayanan yang diberikan kepada pelanggan tentunya haruslah bermutu
sehingga dapat memuaskan pelanggan. Dengan demikian organisasi maupun lembaga selalu
dituntut untuk memperbaiki kualitas mutu demi tercapainya mutu yang baik dan kepuasan
pelanggan.
Pelanggan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pelanggan dalam (internal
customer) dan pelanggan luar (external customer). Yang termasuk pelanggan adalah
pengelola dan penyelenggara organisasi maupun lembaga. Adapun pelanggan luarnya adalah
mayarakat, pemerintah dan dunia bisnis. Jadi, suatu organisasi dikatakan bermutu apabila
kepuasan pelanggan dalam dan pelanggan luar telah terpenuhi.
Oleh karena itu, untuk memposisikan organisasi seperti industri jasa, maka harus
memenuhi standar mutu Total Quality Management, serta harus memenuhi spesifikasi yang
telah ditetapkan. Secara operasional mutu dapat ditentukan oleh dua faktor, yaitu
terpenuhinya semua spesifikasi yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kebutuhan pengguna
jasa. Menurut Edward Sallis (2008: 7) yang pertama dapat disebutquality infect (mutu
sesungguhnya) dan kedua disebut quality in perception (mutu persepsi). Selanjutnya dalam
operasi Total Quality Management in Education perlu diperhatikan beberapa hal pokok
sebagai konsep yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas atau mutu. Adapun hal-
hal yang pokok tersebut adalah:
menentukan standar mutu (quality assurance). Ini merupakan konsep mendasar untuk
menentukan apakah bermutu atau tidak tergantung pada standar mutu yang telah
ditentukan oleh pihak pengelola. Penentuan standar mutu harus memenuhi seluruh
aspek yang terdapat dalam organisasi, mulai dari tujuan hingga pada peraturan yang
24
digunakan dalam suatu organisasi. Selain itu juga perlu ditentukan standar evaluasi
yang bisa dijadikan sebagai alat untuk mancapai kemampuan dasar pada pelanggan.
perubahan kultur (change of culture). Konsep ini bertujuan untuk membentuk dan
menanamkan kesadaran kepada seluruh pengurus dan pengelola organisasi. Di sini
pemimpin dituntut untuk terus memotivasi anggotanya agar tetap semangat dan
senantiasa menjaga hubungan baik satu sama lain di dalam organisasi.
perubahan organisasi (up-down organization). Dalam mata rantai dan sturktur
organisasi tradisional pada umumnya pemimpin atau menajer tertinggilah yang
mempunyai kekuasaan penuh dan berhak memerintahkan apa saja kepada
bawahan.Akan tetapi menurut Edward Sallis (2008: 80) pada kultur organisasi Total
Quality Management (TQM) ini bisa digambarkan seperti piramida terbalik, yang
paling teratas dalam struktur tersebut adalah karyawan. Dengan demikian, manajer
senior tugasnya hanyalah memberikan dukungan dan wewenang kepada karyawan,
bukan memerintahnya.
menjaga hubungan baik dengan pelanggan (keeping close to be customer). Karena
organisasi mengedapankan kepuasan pelanggan, maka para pengelola dituntut untuk
selalu menjaga hubungan baik dengan masyarakat dan karyawan. Jika tidak ada
hubungan yang baik di antara mereka maka mustahil akan terjadi kepuasan pada
pelanggan.
Lima faktor pokok di atas hendaknya menjadi perhatian besar bagi para praktisi
organisasi yang menginginkan untuk menerapkan Total Quality Management in
Education. Sebab, jika lima hal pokok di atas tidak dilaksanakan dengan baik, maka mutu
yang diinginkan oleh para pelanggan tidak akan tercapai. Selain itu, perlu disadari
menjalankan roda organisasi memerlukan manajemen dan pengaturan yang baik. TQM
adalah salah satu model manajemen dalam berbasis industri yang dapat dikembangkan.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
budaya lebih terfokus pada pola pikir seseorang yaitu bagaiman cara menganalisa
sesuatu hal berdasarkan keyakinannya dan bagaimana langkah yang akan diambil dalam
rangka beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya untuk mencapai suatu harapan atau tujuan.
Sedangkan, kebudayaan itu sendiri lebih menyangkut pada tradisi yang dianut, symbol yang
dibentuk suatu kelompok tertentu dan nilai yang menjadi pedoman hidup dalam mengambil
tindakan apa yang dibenarkan sesuai dengan tradisi masing – masing kelompok etnis.
Budaya adalah keyakinan bersama, nilai, sikap, lembaga, dan pola perilaku yang
menjadi ciri anggota komunitas atau organisasi. Dalam budaya bisnis yang sehat, apa yang
baik bagi perusahaan dan bagi pelanggan datang bersama-sama dan menjadi kekuatan
pendorong di belakang apa yang semua orang tidak suka.
Keberhasilan dapat tercapai jika penerapan dan pemeliharaan sistem manajemen
yang dirancang dapat untuk memperbaiki kinerja mutu dan dapat memenuhi kepuasan
kebutuhan semua pihak berkepentingan (pengguna jasa mutu).
Pada zaman globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
yang semakin canggih terus menggelobal dan berdampak pada hampir semua sistem
kehidupan umat manusia di muka bumi dewasa ini. Lembaga ataupun organisasi merupakan
salah satu sistem juga tidak dapat terhindar dampak dari kemajuan tersebut, dengan demikian
maka disetiap lembaga maupun organisasi dituntut untuk dapat mengantisipasi berbagai
perubahan-perubahan tersebut.
Secara singkat mutu dapat diartikan: kesesuaian penggunaan atau kesesuaian tujuan
atau kepuasan pelanggan atau pemenuhan terhadap persyaratan. Manajemen mutu dapat
dianggap memiliki tiga komponen utama: pengendalian mutu, jaminan mutu dan perbaikan
mutu. Manajemen mutu berfokue tidak hanya pada mutu produk, namun juga cara untuk
mencapainya. Manajemen mutu menggunakan jaminan mutu dan pengendalian terhadap
proses dan produk untuk mencapai mutu secara lebih konsisten.
Sebagian besar ilmuan sosial yang melakukan studi tentang organisasi setuju bahwa
budaya itu berasal atau bahkan terdiri dari kepercayaan atau nilai yang mendasar.
26
Kepercayaan dan nilai ini biasanya diciptakan dan diekspresikan oleh pemimpin dan di
tularkan pada anggotanya.
sulitnya mekanisme perubahan budaya dan penolakan terhadap perubahan budaya.
Manusia pada umumnya tidak mau berubah karena sudah merasa enak, dan kalau sudah
duduk malas untuk bangun. Diperlukan komitmen anggota organisasi terhadap perubahan
budaya tradisional menjadi budaya kualitas, memerlukan proses sosialisasi yang lama,
dituntut kesabaran dan sebagainya. Kesediaan warga organisasi menjadi tumpuan dalam
pembentukan budaya kualitas.
setiap orang mendefinisikan perusahaan tidak hanya sebagai bangunan, aset, dan
karyawan, tetapi juga pelanggan dan pemasok. Ini menyoroti bahwa kesejahteraan
perusahaan secara langsung terikat dengan yang pemasok, karyawan, dan
pelanggan. Tujuannya adalah konsisten menang-menang bagi semua pihak. Dalam jenis
budaya, orang-orang berbagi kepedulian untuk semua orang di perusahaan terus memperbaiki
apa yang mereka lakukan untuk kesejahteraan bersama antara perusahaan dan pelanggan, dan
mereka telah menyiapkan metode untuk melembagakan perbaikan proses.
Secara filosofis manajemen menekankan pada kepuasan pelanggan, layaknya sebuah
perusahaan yang selalu mengutamakan kepuasan pelanggan(customer). Yakni, institusi
memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan apa
yang diinginkannya. Pelayanan yang diberikan kepada pelanggan tentunya haruslah bermutu
sehingga dapat memuaskan pelanggan. Dengan demikian organisasi maupun lembaga selalu
dituntut untuk memperbaiki kualitas mutu demi tercapainya mutu yang baik dan kepuasan
pelanggan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Dorothea Wahyu Ariani, Manajemen Kuliatas, Edisi Pertama, Universitas Atma Jaya
Yogyakarta,1999.
Dr. Ridwan Amirudi, SKM., M.Kes, Makalah Pendekatan Mutu dan Kepuasan
Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan, 2007 Buku Disarankan untuk Mempelajari Lebih
Banyak tentang Ide ini
Peter M. Senge, The Fifth Discipline: The Art & Practice Organisasi Belajar (New
York: Buku Mata Uang Doubleday, 1990).
Brian L. Joiner, Manajemen Generasi Keempat: Kesadaran Bisnis Baru (New York:
McGraw-Hill, 1994).
Hal F. Peters McFerrin Rosenbluth dan Diane, Nasabah Comes Kedua (New York:
William Morrow, 1992).
James C. Collins dan Jerry I. Porras, Built to Last: Kebiasaan Sukses Perusahaan
Visioner (New York: HarperCollins, 1994).
Charles C. Manz dan Sims P. Henry, Jr, Bisnis Tanpa Bos (New York: John Wiley &
Sons, 1993).
William Lareau, Amerika Samurai (New York: Warner Books, 1991).
28