LANDASAN TEORI
A. CYBERLOAFING
1. Definisi Cyberloafing
pertama kali dilakukan oleh Guthrie dan Gray pada tahun 1996 dengan
istilah junk computing. Beragam istilah dan definisi yang digunakan untuk
pada hal yang sama yaitu penggunaan internet untuk keperluan pribadi di
cyberloafing.
hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan selama jam kerja. Lebih jauh lagi,
11
oleh karyawan secara sengaja saat bekerja. Lebih jelas lagi, Henle dan
internet secara sengaja selama jam kerja untuk keperluan pribadi dengan
menggunakan komputer jenis apa saja untuk keperluan pribadi dan tidak
2. Aktivitas-aktivitas Cyberloafing
browsing (jejaring sosial, mengunduh file atau musik, dan mencari berita
a. Faktor individual
cyberloafing (Vitak, Crouse & LaRose, 2011). Selain itu, persepsi karyawan
2) Kepribadian
cyberloafing.
4) Demografis
Gender dan usia dapat mempengaruhi frekuensi dan tipe cyberloafing. Hal
ini didukung penelitian dari Garrett & Danziger (2008) dimana jenis kelamin
pria dan usia yang lebih muda cenderung melakukan cyberloafing. Pria lebih
komunikasi online (Lim & Chen, 2012). Studi lainnya menyatakan bahwa
2008). Pada beberapa penelitian, faktor usia hanya memiliki korelasi yang
dorongan dari luar (Woon & Pee, 2004). Persepsi seseorang mengenai
cyberloafing (Vitak et al., 2011). Selain itu, Ugrin et al. (2007) menemukan
lebih baik dan individu-individu dengan otonomi kerja yang lebih besar
b. Faktor Organisasional
adalah:
aktifitas itu sendiri (Garrett & Danziger, 2008; Ugrin et al., 2007). Sanksi
negatif bagi organisasi dan kepentingan pribadi karyawan (Lim & Teo
3) Dukungan Manajerial
al., 2011).
lain dalam lingkungan kerja (Blau, Yang & Ward-Cook., 2004; Liberman
i. Ketidakadilan
cyberloafing.
6) Karakteristik Pekerjaan
Di sisi lain, pekerjaan yang kreatif memiliki banyak tuntutan tidak terasa
c. Faktor Situasional
pekerjaan. Karakteristik pekerjaan terbagi atas dua yaitu job demand dan
tuntutan pekerjaan yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa job demand
B. JOB DEMAND
kerja modern seperti intensitas output per jam, tekanan waktu kerja,
tinggi, lingkungan kerja yang tidak disukai, dan interaksi yang emosional
Job demand tidak selalu bersifat negatif, tetapi ketika usaha yang
memberi tekanan pada orang jika job demand dirasakan berlebihan dan
antara lain: konflik emosional, tekanan waktu, jam kerja shift, beban kerja
fisik maupun desain kerja yang buruk. Selain menyebabkan stres dan
diatas, maka job demand adalah stimulus yang muncul selama bekerja yang
a. Work overload
karyawan terlalu sulit atau kompleks. Kebalikan work overload adalah work
(2004), work overload adalah beban waktu kerja, pengorbanan waktu dan
b. Emotional load
bahwa emotional load adalah beban yang dialami karyawan ketika berada
pada situasi kerja yang tidak menyenangkan sehingga berujung pada reaksi
sebagainya.
c. Cognitive load
atas, dapat disimpulkan bahwa cognitive load adalah beban yang dialami
kerja karyawan hingga mengancam nama baik organisasi (Blanchard & Henle,
job demand (Schaufeli & Bakker, 2004). Emosi negatif yang dihasilkan job
Aspek-aspek dari job demand terdiri dari work overload, emotional load
dan cognitive load. Work overload meliputi kuantitas pekerjaan dan kualitas
cognitive load adalah usaha psikologis dari karyawan. Workload yang tinggi
dihadapkan dengan beban kerja yang tinggi, karyawan tidak akan memiliki
banyak tugas karyawan, maka semakin sedikit pula waktu yang dapat
karyawan tidak memerlukan usaha fisik atau psikologis. Ketika hal ini terjadi,
2009).
karyawan hilangkan dengan melakukan aktivitas lain. Hal ini dapat tercermin
dari emotional load dan cognitive load yang rendah. Ketika karyawan
adalah cyberloafing. Hal serupa juga terjadi saat karyawan memiliki tuntutan
kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan kognitif yang dimiliki. Pekerjaan-
karyawan untuk melepaskan diri dari suatu kegiatan (Askew, 2009). Pada
penelitian ini, peneliti akan melihat hubungan antara job demand dengan
cyberloafing.
D. HIPOTESA PENELITIAN
dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara job demand
dengan cyberloafing. Hal ini berarti bahwa bila semakin rendah job demand