Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH SELF-AWARENESS DAN SELF-CONTROL TERHADAP PERILAKU

CYBERLOAFING PADA MAHASISWA

Faza Nasrulloh
Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Jl. Gajayana No. 50,
Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Kota Malang 65144
Email : nasrullohfaza@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perilaku cyberloafing, tingkat self-awareness, dan
tingkat self-control serta mengetahui pengaruh self-awareness dan self-control terhadap perilaku
cyberloafing pada Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang .
Penelitian ini menggunakan metode stratified random sampling. Sampel berjumlah 90 Mahasiswa
sebagai responden dengan kriteria mahasiswa Psikologi. Instumen yang digunakan dalam pengambilan
data menggunakan kuesioner yang dibuat berdasarkan aspek-aspek yang dimiliki setiap variabel.
Hasil penelitian diketahui terdapat pengaruh antara self-awareness dan self-control terhadap perilaku
cyberloafing pada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
dengan nilai sebesar 38.373 dengan nilai signifikasi 0.000 (p<0.05). Self-awareness dan self-control
memberikan pengaruh terhadap perilaku cyberloafing sebesar 45,9%.

Kata Kunci : Self-Awareness, Self-Control, Perilaku Cyberloafing

Effect of Self-Awareness and Self-Control on Cyberloafing Behavior on Students

ABSTRACT
This study aims to determine the level of cyberloafing behavior, self-awareness, and self-control and to
determine the effect of self-awareness and self-control on cyberloafing behavior in Psychology Students
of the State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang
This research uses stratified random sampling method. The sample was 90 students as respondents with
the criteria of Psychology students. The instrument used in data collection uses a questionnaire that is
based on aspects possessed by each variable.
Results of this study note that there is an influence between self-awareness and self-control on
cyberloafing behavior in Psychology students at the State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim
Malang with a value of 38,373 with a significance value of 0,000 (p <0.05). Self-awareness and self-
control have an effect on cyberloafing behavior by 45.9%.

Keywords: Self Awareness, Self Control, Cyberloafing Behavior

PENDAHULUAN Internet sangat bermanfaat bagi kaum


akademisi untuk memudahkan mencari
Teknologi di Era modern sepuluh tahun
referensi seperti journal, e-book, dan hasil-hasil
terakhir ini mengalami perkembangan yang
penelitian yang telah di publikasikan (Setiyani,
luar biasa cepatnya. Salah satu teknologi yang
2010)
memiliki kecepatan berkembang tercepat
Dari data statistik yang dimuat Asosiasi
adalah internet. Internet di abad ini merupakan
Penyelenggara jasa Internet Indonesia (APJII)
kebutuhan primer bagi semua kalangan.
tahun 2017 melaporkan bahwa sekitar 143,26
juta jiwa atau 54,68% dari 262 juta jiwa jumlah tinggi dalam (Fuadiah, Anward, & Erlyani,
penduduk di Indonesia telah menggunakan 2016) berupa mengakses twitter, facebook,
akses internet. Dimana komposisi pengguna online games, menerima email, dan semua
internet usia 19-34 tahun sebanyak 49,52% akses internet yang lainnya tidak ada
merupakan pengguna internet yang paling hubungannya dengan pelajaran.
tinggi dibandingkan ke tiga posisi yang lain. Menurut (Lim & Teo, 2002)
Usia tersebut di dominasi oleh mahasiswa dan cyberloafing sering dikenal dengan istilah lain
karyawan. yaitu cyberslacking. Cyberslacking ini
Akses internet juga digunakan untuk merupakan perilaku menyimpang di sebuah
kepentingan lain seperti, memudahkan lembaga dengan menggunakan statusnya untuk
mahasiswa mendapatkan jurnal maupun e- mengakses internet selama jam kerja
book, bertukar materi, berkonsultasi dengan berlangsung yang tidak memiliki kaitan dengan
tenaga pengajar, dan informasi akademik lainya pekerjaannya. Menurut Banchard & henle
yang mendukung proses pembelajaran. Oleh dalam (Sari & Ratnaningsih, 2018, p. 161)
karena itu akses internet sangat dibutuhkan merupakan suatu perilaku mengakses internet
untuk menunjang proses pembelajaran menggunakan gadged, handphone, tablet, atau
terutama untuk peningkatan prestasi belajar semua alat elektronik yang bisa digunakan
(Kaliky, 2013, p. 111). untuk mengakses internet selama jam kerja,
Mahasiswa mudah mendapatkan akses bukan untuk kepentingan penting yang
internet saat berada dikampus dengan fasilitas berkaitan dengan pekerjaan atau kepentingan
wifi area. Kemudahan fasilitas yang tersedia pribadi.
sangat menguntungkan tetapi juga membawa Blanchard dan Henle dalam (Ardilasari
dampak negative seperti bermain game online, & Firmanto, 2017) membagi perilaku
membuka media sosial, dan lain-lain. cyberloafing ke dalam dua aspek yaitu:
Didukung dengan pernyataan APJII bahwa 1. Minor cyberloafing merupakan
layanann akses chatting memiliki presentasi penggunaan internet umum yang tidak
tertinggi pertama sebesar 89, 35% atau sekitar berkaitan dengan pekerjaan.
128 juta pengguna. Disusul dengan layanan 2. Serious cyberloafing merupakan
akses social media sebesar 84,12% atau sekitar penggunaan internet yang bersifat lebih
125, juta pengguna, dan layanan akses search berbahaya karena bersifat melanggar
enggine sebesar 74,84% atau sekitar 107 juta norma perusahaan dan berpotensi ilegal.
pengguna yang dilakukan di jam belajar (APJII, Contoh : judi online, membuka situs yang
2017). Dampak negatif ini sering menyebabkan mengandung pornografi, dan lain-lain.
terjadinya penyimpangan perilaku. Perilaku Perilaku cyberloafing memiliki
mengunakan akses internet untuk kepentingan keterkaitan dengan kesadaran diri. Kesadaran
pribadi yang mengganggu proses pembelajaran atau Awareness adalah kesiagaan terhadap
sering disebut dengan perilaku cyberloafing. kejadian yang ada di lingkungannya (seperti
Perilaku cyberloafing biasanya suara-suara dan pemandangan yang ada di
dilakukan individu seperti mengakses internet lingkungan sekitar) serta kejadian kognitif yang
melalui fasilitas yang ada di lembaganya meliputi memori, pikiran dan perasaaan dan
selama jam belajar untuk kepentingan sensasi-sensasi fisik (Solso R. D., 2008, p. 240).
pribadinya yang tidak ada hubungannya dengan Self-awareness adalah perhatian yang terjadi
kepentingan lembaganya (Robbins & Judge, secara terus-menerus terhadap keadaan batin
2008). Karakteristik tersebut ternyata juga individu. Menurut Meyer Self-awareness
ditemukan pada mahasiswa di pergurua tinggi merupakan kesadaran seseorang akan proses
(Prasad, Lim, & Chen, 2010). Kondisi serupa berfikir dan kesadaran tentang emosinya sendiri
terjadi di lingkungan belajar seperti perguruan (Goleman, 2007). Secara bahasa kesadaran diri
tinggi. Perilaku cyberloafing di perguruan dalam arti umum identik dengan istilah
mengenal diri, paham diri, relasi dengan diri, Maka penting dalam diri individu
introspeksi diri dan penemuan diri sendiri. memiliki kesadaran diri yang tinggi untuk
Dalam (Utoyo, 2011, p. 97) kesadaran diri mengontrol diri supaya terhindar dari perilaku
berarti mengerti secara pasti apa yang sedang negatif yaitu perilaku cyberolafing. Sejalan
terjadi dengan diri sendiri. Meyer dalam dengan penelitian Shintia (2019) adanya
(Goleman, 2007), menyatakan bahwa self- keterkaitan antara self-awareness dengan
awareness (kesadaran diri) adalah perhatian perilaku cyberlofing yang dilakukan pada
yang terus menerus terhadap keadaan batin karyawan PNS. Selain itu bukan self-awareness
individu. Listyowati (2008) menyatakan bahwa saja yang mempengaruhi perilaku cyberloafing
self-awareness adalah keadaan dimana individu melainkan ada faktor lain yang mempengaruhi
dapat memahami diri sendiri dengan setepat- perilaku cyberloafing seperti self-control.
tepatnya. Individu mempunyai kesadaran Self-control atau kontrol diri secara arti
mengenai pikiran, perasaan, dan evaluasi diri. adalah mengatur perilaku akan dirinya sendiri
Menurut (Gea, 2002) medefinsikan kesadaran (Kartono & Dali, 1987, p. 441). Sebuah
diri sebagai kekhasan fisiknya fisknya, penelitian telah membuktikan kendali diri
kepribadian, watak dan temperamennya, menjadi salah satu pemicu terjadinya
mengenali bakat-bakat yang ada dalam dirinya penyimpangan dalam suatu pekerjaan seperti
serta memiliki konsep atau gambaran yang jelas perilaku cyberloafing (Swanepoel, 2012, p. 7).
tentang dirinya atas kelebihan dan Kontrol diri juga merupakan tindakan yang
kekurangannya. mepertimbangkan dahulu sesuatu dan
Aspek-aspek utama kesadaran diri dalam memutuskan sesuatu ketika telah mendapatkan
(Solso R. L., 2008) yaitu: pertimbangan yang matang (Gufron &
1. Attention (perhatian) adalah kesadaran diri Risnawati, 2011, pp. 25-26). Menurut Kadzin
individu yang diarahkan dengan dalam (Elliot, 1999, p. 228) mengungkapkan
memusatkan perhatian pada diri indvidu bahwa kontrol diri sering digunakan individu
atau orang lain di sekitarnya. untuk melakukan tindakan secara sengaja atas
2. Wakefulness (kesiagaan/ keterjagaan) keinginan pribadinya untuk memperoleh
merpakan kewaspadaan yang terjadi kesuksesan yang mereka inginkan. Goldfried &
dalam diri individu yang dipengaruhi oleh Mambaum (Zulkanain, 2002) mengemukakan
perhatian pada suatu kejadian pendapat tentang kontrol diri, kemampuan
3. Architecture (arsitektur) adalah aspek individu dalam menyusun, memimbing,
defintif dalam kesadaran bukanlah sebuah mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku
proses tunggal yang dilakukan oleh sebuah kearah yang lebih positif. Semua perilaku diatur
neuron tunggal, melaikan dipertahankan dan diarahkan menjadi sebuah perilaku yang
melalui proses-proses neorologis yang tidak keluar dari norma yang sudah ditetapkan
yang diasosiasikan dengan interpretasi dilingkungan sekitarnya.
terhadap fenomena sensorik, sematik, Averil dalam (Gufron & Risnawati,
kognitif, dan emosional, yang ada secara 2011, p. 29) ada 3 aspek yang ada di
fisik maupun imajnatif. pengendalian diri, yaitu:
4. Recall of knowledge (mengingat 1. Kendali Tingkah Laku (Behavior Control)
pengetahuan) merupakan proses yang merupakan kesiapan tersedianya sebuah
dilakukan untuk melakukan pemanggilan respon yang secara langsung memberikan
ulang sebuah pengetahuan atau sebuah perubahan yang tidak menyenangkan.
informasi yang telah kita dapatkan 2. Kendali Kognitif (Cognitive Behaviour)
sebelumnya. adalah kemampuan menyerap informasi
5. Emotive (emosi) adalah suatu kondisi yang tidak diinginkan dengan
sadar dimana seorang individu merasakan menginterpretasikan, menyerap dan
sebuah perasaan atau emosi.
mengolah dengan kerangka kognitif untuk Penyebaran lembar skala dilakukan
mengurangi tekanan. peneliti secara personal dan menyebarkan
3. Mengontrol Keputusan (Decision Control) google form pada group-group angkatan, kelas
adalah Kemampuan yang dimiliki individu maupun komunitas mahasiswa angkatan 2016-
untuk menentukan sesuatu atau 2018.
memutuskan sesuatu dengan apa yang Kuesioner yang digunakan dalam
diyakininya tau dengan apa yang di pengambilan data penelitian ini, kuesioner
setujuinya. dengan model Skala Likert. Seperti yang telah
Menurut Restubog, et al. dalam dikemukakan oleh Sugiyono (2011:93) Skala
(Ramadhan & Sari, 2018, p. 214) bahwa Likert digunakan untuk mengungkap sikap,
perilaku cyberloafing terjadi karena rendahya pendapat, dan presepsi seseorang atau
kontrol diri. Selaras dengan penelitian Sari sekelompok orang tentang fenomena sosial.
(2016) Kontrol diri memiliki sumbangan yang Dalam Skala Likert, variabel Self-
efektif sebesar 26% dalam mengurangi perilaku Awareness, Self-Control, dan Perilaku
cyberloafing. Selain itu penelitian Ramadhan & Cyberloafing yang akan diukur dijabarkan
Sari (2018) mengatakan bahwa kontrol diri menjadi indikator variabel. Kemudian indikaor
memiliki kotribusi 77, 2 % terhadap perilaku tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
cyberloafing. Oleh karena itu pentingnya menyusun item-item instrumen yang dapat
kontrol diri sangat berkaitan dengan perilaku berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban
menyimpang cyberloafing. setiap item instrumen yang menggunakan Skala
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Likert mempunyai gradasi dari sangat positif
mengetahui tingkat perilaku cyberloafing, sampai dengan negatif. Untuk mengukur
tingkat self-awareness, dan tingkat self-control variabel diatas digunakan Skala Likert
serta mengetahui pengaruh self-awareness dan sebanyak lima tingkat sebagai berikut:
self-control terhadap perilaku cyberloafing.
Tabel Skor Skala Likert
Skor
METODE Skala Likert
Favorable Unfavorable
Penelitian ini menggunakan pendekatan SS 5 1
kuantitaif dengan menggunakan teknik S 4 2
Stratified random sampling. Responden adalah KK 3 3
mahasiswa fakultas Psikologi UIN Maulana TS 2 4
Malik Ibrahim Malang sebanyak 90 mahasiswa STS 1 5
yang dibagi menjadi 3 angkatan dan masing-
masing angkatan diwakili oleh 30 mahasiswa. Setiap poin jawaban memiliki skor yang
Pengambilan data dilakukan pada tanggal 25 berbeda-beda, yaitu: untuk jawaban item
Mei 2019 dengan menyebarkan skala penelitian favorable. Metode ini digunakan agar peneliti
kepada responden dengan menggunakan dapat mengetahui dan memiliki data meneganai
menggunakan google form. Yang dishare ke penilaian yang diberikan oleh setiap karyawan
group mahasiswa angkatan 2016-2018. untuk selanjutnya dapat ditarik kesimpulan.
Peneliti melakukan uji coba terlebih Skala yang digunakan pada penelitian
dahulu terhadap mahasiswa Fakultas Psikologi lalu di uji cobakan kepada 30 mahasiwa
yang sudah tidak aktif atau sudah mengerjakan Psikologi angkatan 2015. Berikut hasil validitas
skripsi yaitu mahasiswa angkatan 2015. Setelah uji coba pada masing-masing variabel :
melakukan uji coba peneliti melakukan
perbaikan terhadap aitem-aitem yang gugur. Skala dibuat berdasarkan aspek-aspek
Kemudian dilakukan penelitian atau utama kesadaran diri dalam (Solso R. L., 2008)
pengmbilan data. yaitu: 1) Attention 2) Wakefulness 3)
Architecture 4) Recall of knowledge 5) Emotive 3 Decision 5 1,2,20,22,25,28,
sebanyak 24 aitem. Hasil uji coba menunjukkan Control 29
dari 24 aitem self-awareness terdapat 12 aitem Σ 3 27
yang gugur. Sehingga hasil akhir aitem yang
valid berjumlah 12 aitem dengan daya beda
Hasil validitas pada uji coba
sebesar 0.310- 0.564. Beberapa aitem gugur
menunjukkan dari 25 aitem terdapat 5 aitem
memiliki koefsien validitas dibawah 0.3 pada
yang gugur dan 20 aitem yang valid. Daya beda
uji coba, tetap digunakan pada penelitian
sebesar 0.335 – 0.806. Beberapa aitem gugur
dengan memperbaiki konten pada aitem agar
memiliki koefsien validitas dibawah 0.3 pada
lebih mudah dipahami responden.
uji coba, tetap digunakan pada penelitian
dengan memperbaiki konten pada aitem agar
Tabel Validitas Uji Coba Self-Awareness
lebih mudah dipahami responden.
No Aspek No Aitem No Aitem
Valid Gugur
Tabel Validitas Uji Coba
1 Attention 7 10,11,13 Perilaku Cyberloafing
2 Wakefulness 12 1,3, 19 No Aspek No Aitem No Aitem
3 Architecture 17 6,18,20 Valid Gugur
4 Recall Of 4,9,15,16 8,21 1 Minor 2,3,4,5,6, 7,12,24
Knowledge Cyberloafing 8,9,10,11,
5 Emotive 2,5,22,23,24 14 13,14,15,
Σ 12 12 16,17,18,
20,22,23,
Skala dibual berdasarkan pendapat dari 25
Averil dalam (Gufron & Risnawati, 2011, p. 2 Serious 1 19,21
29) ada 3 aspek yang ada di pengendalian diri, Cyberloafing
yaitu: 1) Kendali Tingkah Laku 2) Kendali Σ 20 5
Kognitif 3) Mengontrol Keputusan. Skala self-
control terdapat 30 aitem. Hasil validitas uji
coba menunjukkan bahwa terdapat 27 aitem HASIL
yang gugur dan 3 aitem yang valid. Daya beda
Setelah dilakukannya pengambilan data
dari skala Empati berkisar antara 0.473 sampai
penelitian, data yang diperoleh dianalisis
dengan 0.686. Beberapa aitem gugur memiliki
dengan menggunakan bantuan SPSS 22 for
koefsien validitas dibawah 0.3 pada uji coba,
Windows menghasilkan tabel dan diagram
tetap digunakan pada penelitian dengan
analisis deskriptif.
memperbaiki konten pada aitem agar lebih
mudah dipahami responden.
Tabel Hasil skor mean dan standart deviasi
Variabel Hipotetik Empirik
Tabel Validitas Uji Coba Self-Control
Mean SD Mean SD
N Aspek No No Aitem
No Aitem Gugur Self- 45 10 54.32 10.964
Valid Awareness
1 Behavior 13,19 7,9,10,11,12,17, Self-Control 45 10 55.23 10.823
Control 18,27 Perilaku 60 13.3 48.43 14.474
2 Cognitive 3,4,6,8,14,15,16 Cyberlaafing
Behaviou ,21,23,24,26,30
Berdasarkan tabel diatas diketahui
r
variabel self-awareness memiliki skor mean
empirik 54.32 dan skor mean hipotetik sebesar
45. Pada variable self-control skor mean
Self-Awareness
empirik yang dimiliki sebesar 55.23 dan skor Rendah Sedang Tinggi
mean hipotetik sebesar 45. Variabel perilaku 6%
cyberlaafing memiliki skor mean empirik
sebesar 48.43 dan mean hipotetik sebesar 60. 42%
Sedangkan standar deviasi empirik self-
awareness sebesar 10.964 dan standar deviasi 52%
hipotetiknya sebesar 10. Variabel self-control
memiliki standar deviasi empirik 10.823 dan
Gambar Diagram Tingkat Self-Awareness
standar deviasi hipotetik 10. Pada variabel
perilaku cyberloafing, standar deviasi empirik
yang dimiliki sebesar 14.474 dan standar
deviasi hipotetik yang dimiliki sebesar 13.3. Selanjutnya dilakukan analisa frekuensi
kepada skala yang kedua yaitu skala Self-
Setalah itu, dilakukan analisis frekuensi Control dengan hasil sebagai berikut:
untuk mengetahui nilai tinggi, sedang dan
rendah responden pada ketiga skala. Analisis Tabel Skor Tingkat Self-Control
frekuensi yang pertama dilakukan pada skala Kategori Σ Subjek Presentase
dengan hasil sebagai berikut : Rendah 3 3.3 %
Sedang 45 50 %
Tabel kategori skor self-awareness Tinggi 42 46.7 %
Σ 90 100 %
Kategori Σ Subjek Presentase
Rendah 5 6%
Berdasarkan tabel diatas, kategorisasi
Sedang 48 52 %
skor self-control yang dimiliki subyek
Tinggi 37 42 %
Σ 90 100 % diketahui bahwa 3% berada pada kategori
rendah, 50% berada pada kategori sedang, dan
Berdasarkan norma tabel diatas, 47% berada pada kategori tinggi. Sehingga
kategorisasi skor self-awareness yang dimiliki dapat dikatakan bahwa pada mahasiswa
subyek diketahui bahwa 6% berada pada Psikologi mayoritas memiliki tingkat self-
kategori rendah, 52% berada pada kategori control yang sedang.
sedang, dan 42% berada pada kategori tinggi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pada Analisis frekuensi tersebut dapat
mahasiswa Psikologi mayoritas memiliki digambarkan dalam diagram pie-chart sebagai
kesadaran diri yang sedang. berikut:

Analisis frekuensi tersebut dapat


digambarkan dalam diagram pie-chart sebagai
berikut: Self-Control
Rendah Sedang Tinggi
3%

47%
50%

Gambar Diagram Tingkat Self-Control


Tabel Uji Hipotesis Mayor
Model Sum of df Mean of F Sig
Squares Squares Berdasarkan tabel diatas, diketahui
Regression 8739.179 2 4369.589 38.373 .000
bahwa terdapat pengaruh self-awareness dan
Residual 9906.921 87 113.873
Total 18646.100 89 self-control dengan perilaku cyberloafing.
Selanjutnya dilakukan analisa frekuensi Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai
kepada skala yang ketiga yaitu skala Self- F sebesar 38.373 dengan nilai signifikasi 0.000
Control dengan hasil sebagai berikut : (p<0.05). Sehingga hal tersebut menunjukkan
hipotesis penelitian diterima. Besarnya
Tabel Skor Perilaku Cyberloafing pengaruh self-awareness dan self-control
Kategori Σ Subjek Presentase
dengan perilaku cyberloafing sebesar 45,9%
Rendah 35 38.9 %
Sedang 51 56.7 % hal ini ditunjukkan dari hasil R Square sebesar
Tinggi 4 4.4 % 0.459. Adapun terdapat 54,1% perilaku
Σ 90 100 % cyberloafing yang tidak diteliti pada penelitian
ini.
Berdasarkan tabel diatas, kategorisasi
skor perilaku cyberloafing yang dimiliki Pada penelitian ini terdapat dua hipotesis
subyek diketahui bahwa 38.9% berada pada minor yaitu adanya pengaruh self-awareness
kategori rendah, 56.7% berada pada kategori dengan perilaku cyberloafing dan self-control
sedang, dan 4.4% berada pada kategori tinggi. dengan perilaku cyberloafing. Berikut hasil
Sehingga dapat dikatakan bahwa pada pemaparan hasil uji hipotesis minor :
mahasiswa Psikologi mayoritas memiliki
tingkat perilaku cyberloafing yang sedang.

Analisis frekuensi tersebut dapat


digambarkan dalam diagram pie-chart sebagai
Tabel 4. 1 Hasil Uji Hipotesis Minor
berikut:
Variabel Variabel F Sig. R
Terikat Bebas Square
Perilaku Cyberlaafing Perilaku Self- 57.309 .000 0.394
Cyberloafing Awareness
Rendah Sedang Tinggi Self- 64.904 .000 0.424
Control
4%
Berdasarkan tabel diatas, diketahui
39%
bahwa terdapat pengaruh self-awareness
dengan perilaku cyberloafing dengan nilai F
57% sebesar 57.309 dan nilai signifikasinya 0.000
(p<0.05). Sehingga self-awareness
Gambar Diagram Tingkat Perilaku Cyberloafing memngaruhi perilaku cyberloafing sebesar
39.4%. Selain itu, juga terdapat pengaruh self-
Setelah dilakukan uji frekuensi untuk
control dengan perilaku cyberloafing dengan
mengetahui kategorisasi tinggi, sedang dan nilai F sebesar 64.904 dengan signifikasi
rendah skor responden, selanjutnya dilakukan
sebesar 0.000 (p<0.05). Sehingga self-control
Uji hipotesis mayor digunakan untuk menguji
mempengaruhi perilaku cyberloafing sebesar
adanya pengaruh self-awareness dan self-
42.4%. Dengan demkian self-awareness
control dengan perilaku cyberloafing. Peneliti memiliki pengaruh lebih besar dari self-control
menggunakan analisis regresi liniear berganda dengan perilaku cyberloafing. Dapat
untuk melakukan uji hipotesis mayor. Berikut
disimpulkan bahwa hipotesis minor pada
hasil uji hipotesis mayor pada penelitian ini:
penelitian ini diterima.
Diskusi subyek yang memilki tingkat self-control yang
Berdasarkan hasil penelitian rendah, terdapat 45 atau 50% mahsiswa
menunjukkan bahwa terdapat 35 atau 38.9% Psikologi UIN dari 90 populasi subyek yang
mahasiswa Psikologi UIN Malang dari 90 memilki tingkat self-control yang sedang, dan
populasi subyek yang memiliki tingkat perilaku terdapat 42 atau 46.7% mahsiswa Psikologi
cyberloafing yang rendah, terdapat 51 atau UIN dari 90 populasi subyek yang memilki
56.7% mahasiswa Psikologi UIN Malang dari tingkat self-control yang tinggi. Hasil dari
90 populasi subyek yang memiliki tingkat penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil
perilaku cyberloafing yang sedang, dan mahsiswa Psikologi UIN memilki kontrol diri
terdapat 4 atau 4.4% mahasiswa Psikologi UIN yang rendah, sebagian besar mahsiswa
Malang dari 90 populasi subyek yang memiliki Psikologi UIN dari 90 memilki tingkat self-
tingkat perilaku cyberloafing yang tinggi. Hasil control yang sedang. Aspek yang paling tinggi
dari penelitian menunjukkan bahwa sebagian berpengaruh pada variabel ini adalah aspek
kecil mahasiswa Psikologi UIN Malang cognitive behavior dengan presentase 35,37%.
memiliki tingkat perilaku cyberloafing yang Aspek yang paling rendah berpengaruh pada
tinggi, sebagian besar mahasiswa Psikologi variabel ini adalah aspek decision Control
UIN Malang dari 90 populasi subyek yang dengan presentase 31,70%.
memiliki tingkat perilaku cyberloafing yang Hasil analisis data dalam penelitian ini
sedang. Aspek yang paling tinggi berpengaruh menggunakan program pengolahan data SPSS
pada variabel ini adalah aspek minor 22 for windows, dari hasil pengolahan data
cyberloafing dengan presentase 64,36%. Aspek diketahui bahwa Pengaruh self-awareness dan
yang paling rendah berpengaruh pada variabel self-control terhadap perilaku cyberloafing
ini adalah aspek serious cyberloafing dengan pada Mahasiswa Psiklogi UIN Malang
presentase 35,64%. memiliki nilai R square 0.459 dan Signifikan (F
= 38.373 , p = 0.00 < 0.05). Sehingga self-
Berdasarkan hasil penelitian awareness dan self-control memberi pengaruh
menunjukkan bahwa terdapat 5 atau 5.6% terhadap perilaku cyberloafing pada
mahasiswa Psikologi UIN dari 90 populasi Mahasiswa Psiklogi UIN Malang sebesar 45.9
subyek yang memilki tingkat self-awareness %.
yang rendah, terdapat 47 atau 52.2% Perilaku cyberloafing adalah hubungan
mahasiswa Psikologi UIN dari 90 populasi yang dilandasi oleh self-awareness (kesadaran
subyek yang memilki tingkat self-awareness diri). Kesadaran diri merupakan perwujudan
sedang, dan terdapat 38 atau 42.2 % mahasiwa jati diri pribadi seseorang dapat disebut sebagai
Psikologi dari 90 populasi subyek yang pribadi yang berjati diri tatkala dalam pribadi
memilki tingkat self-awareness yang tinggi. orang yang bersangkutan tercermin
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penampilan, rasa cipta dan karsa, sistem nilai
sebagian kecil mahasiwa Psikologi UIN (value system), cara pandang (attitude) dan
memiliki tingkat self-awareness yang rendah, perilaku (behavior) yang ia miliki (Soedarsono,
sebagian besar mahasiswa Psikologi UIN 2000, p. 96). Selainan dengan hal tersebut self-
memiliki tingkat self-awareness yang sedang. control (kendali diri) juga memiliki peranan
Aspek yang paling tinggi berpengaruh pada yang besar dalam menentukan perilaku
variabel ini adalah aspek recall of knowledge individu (Alwisol, 2009). Terdapat beberapa
dengan presentase 21,91%. Aspek yang paling mempengaruhi faktor dalam perilaku
rendah berpengaruh pada variabel ini adalah cyberloafing, salah satunya adalah faktor
aspek architectre dengan presentase 16,34%. individual dan self-control masuk kedalam
Berdasarkan hasil penelitian faktor tersebut. (Ozler & Polat, 2012). Tidak
menunjukkan bahwa terdapat 3 atau 3.3% terlepas dari hal tersebut terbentukya self-
mahsiswa Psikologi UIN dari 90 populasi
control tidak terlepas dari kesadaranidividung antara self-control dengan
tinggi (Santrock, 2003). perilaku cyberloafing (r= -0,206 dan p= 0,049)
Salah satu usaha untuk mengurangi dibuktikan dari hasil perhitungan product
perilaku cyberloafing yaitu kedisiplinan. moment pearson. Hal ini berarti semakin
Dalam kedisiplinan dipengaruhi oleh kesadaran rendah self-control yang dimiliki pegawai
diri dalam diri individu (Maharani & Mustika, negeri sipil maka semakin tinggi
2016). Menurut (Abdullah, Bajuri, & Abidin, perilaku cyberloafing yang dilakukan
2014) perilaku cyberloafing dipengaruhi (Ardilasari & Firmanto, 2017).
beberapa sifat-sifat kepribadian, salah satunya Penelitian diatas selaras dengan
conscientiousness. Dalam kepribadian penelitian hubungan antara kontrol diri dengan
conscientiousness terdapat self-awareness dan intensi cyberloafing pada Pegawai Dinas X
self-control untuk memperkuat kepribdian Provinsi Jawa Tengah dengan analisis regresi
tersebut. sederhana menunjukkan nilai rxy = 0,566 dan p
Hasil analisis data dalam penelitian ini = 0,000 (p < 0, 05). Hasil ini menunjukkan
menggunakan program pengolahan data SPSS adanya hubungan negatif yang signifikan antara
22 for windows, dari hasil pengolahan data kontrol diri dengan intensi cyberloafing.
diketahui bahwa pengaruh self-awareness Semakin tinggi kontrol diri, maka semakin
terhadap perilaku cyberloafing memiliki nilai R rendah intensi cyberloafing dan sebaliknya
square 0.394 dan Signifikan (F = 57.309, p = (Sari & Ratnaningsih, 2018). Analisis data
0.00 < 0.05). Sehingga self-awareness penelitian dengan menggunakan regresi
memberikan pengaruh terhadap perilaku sederhana menunjukkan bahwa kontrol diri
cyberloafng pada mahasiswa Psikologi UIN berpengaruh negatif terhadap perilaku
Malang sebesar 39,4%. Terdapat hubungan cyberloafing (r =, r 2 = 0.26, dan p = 0,000).
antara kesadaran diri dengan perilaku Artinya kontrol diri memberikan sumbangan
cyberloafing. Penelitian ini selaras dengan efektif sebesar 26% dalam mengurangi perilaku
penelitian dengan pada Dinas Pendidikan dan cyberloafing pada pegawai perpustakaan. Hasil
Kebudayaan Kota Bukit Tinggi dengan sampel penelitian ini dapat menjadi acuan organisasi
sebanyak 59 menggunakan tehnik total dalam membuat kebijakan yang berhubungan
sampling. Hasil ini menunjukkan adanya dengan penggunaan internet di tempat kerja
hubungan yang sangat signifikan anatara self- agar menghindari munculnya cyberloafing
awareness dengan perilaku cyberloafing pada (Sari L. , 2014).
PNS dengan arah korelasi negatif (Shintia & Dengan hasil yang telah ditemukan
Taufik, 2019). dalam penelitian ini para dosen bisa
Hasil analisis data dalam penelitian ini menurunkan perilaku cyberloafing yang
menggunakan program pengolahan data SPSS biasanya terjadi dilingkungan kampus dan
22 for windows, dari hasil pengolahan data terlebih lagi bisa menghentikan perilaku
diketahui bahwa pengaruh self-control terhadap cyberloafing sebelum mahasiswa terjun di
perilaku cyberloafing memiliki nilai R square dunia kerja.
0.424 dan signifikan (F = 64,904 p = 0.00 < Tetapi pada penelitian ini terdapat
0.05). Sehingga self-control memberikan keterbatasan yaitu kurangnya waktu penelitian
pengaruh terhadap perilaku cberloafing pada sehingga peneliti hanya memiliki subyek
mahasiswa Psikologi UIN Malang sebesar minimal. Selain itu hanya terkumpulnya subyek
42.4%. yang minimal memberikan dampak tidak
Perilaku cyberloafing sering terjadi mampu mencakup secara pasti jumlah populasi.
dikarenakan kurangnya kontrol diri yang ada
dalam diri individu. Menurut penelitian yang KESIMPULAN
dilakukan Ardilasari, penelitian menunjukkan
adanya hubungan negatif yang terjadi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 54,1% dipengaruhi oleh variabel lain yang
disampaikan, maka dapat ditarik kesimpulan tidak termasuk dalam penelitian ini. Secara
sebagai berikut : penghitungan terpisah kesadaran diri (self-
1. Tingkat Perilaku Cyberloafing pada awareness) memberikan berpengaruh
Mahasiswa Psikologi UIN Malang pada terhadap perilaku cyberloafng pada
kategori sedang yaitu sebesar 56.7%. Hal ini mahasiswa Psikologi UIN Malang dengan
menunjukkan bahwa mahasiswa Psikologi sumbangan sebesar 39,4%. Kontrol diri
UIN Malang memiliki tingkat perilaku (self-control) memberikan pengaruh
cyberloafing yang sedang. artinya terhadap perilaku cyberloafing pada
mahasiswa Psikologi UIN Malang mahasiswa Psiklogi UIN Malang dengan
melakukan perilaku cyberloafing dengan sumbangan sebesar 42.4%.
intensitas sedang seperti mengunakan
gadget, handphone, tablet, atau semua alat
elektronik yang bisa digunakan untuk SARAN
mengakses internet selama jam pelajaran Berdasarkan kesimpulan diatas peneliti
berlangsung yang menganggu memberikan saran sebagai berikut:
pembelajaran. 1. Bagi mahasiswa Psikologi UIN Malang
2. Tingkat kesadaran diri (self-awareness) Hasil penelitian menunjukkan secara
pada Mahasiswa Psikologi UIN Malang penghitungan terpisah Kontrol diri (self-
pada kategori sedang yaitu sebesar 52,2%. control) memberikan pengaruh terhadap
Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa perilaku cyberloafing pada mahasiswa
Psikologi UIN Malang memiliki tingkat Psiklogi UIN Malang lebih besar
kesadaran diri (self-awareness) yang dibandingkan kesadaran diri (self-
sedang. artinya mahasiwa Psikologi UIN awareness) memberikan berpengaruh
Malang mampu memahami keadaan diri terhadap perilaku cyberloafng. oleh karena
(watak, kepribadian, kekhasan dalam itu mahasiswa Psikologi UIN Malang
dirinya, serta megenali bakat-bakat yang ada diharapkan untuk meningkatkan kesadaran
dalam dirinya) untuk mendapatkan dirinya. Adapun hal-hal yang harus
kejelasan ketika mengambil keputusan. dilakukan oleh mahasiswa psikologi UIN
3. Tingkat kontrol diri (self-control) pada Malang adalah sebagai berikut:
Mahasiswa Psikologi UIN Malang pada a. Perilaku cyberloafing pada Mahasiswa
kategori sedang yaitu sebesar 46,7%. Hal ini Psikologi UIN Malang sedang,
menunjukkan bahwa mahasiswa Psikologi diharapkan untuk bisa menurunkannya
UIN Malang memiliki tingkat kontrol diri dengan cara mengurangi perilaku minor
(self-control) yang sedang. artinya cyberloafing maupun serious
mahasiwa Psikologi UIN Malang mampu cyberloafing. Penggunaan akses internet
menyusun, mengarahkan, mengatur, dan tersebut seperti aktivitas e-mailing,
membentuk perilaku secara hati-hati atau mengunduh file, browsing, mengakses
dalam mengambil tindakan. sosial media, bermain online games,
4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mengakses situs dewasa dan bermain
kesadaran diri (self-awareness) dan kontrol judi online dengan wifi kampus saat jam
diri (self-control) berengaruh terhadap belajar berlangsung.
perilaku cyberloafing pada Mahasiswa b. Mahasiswa Psikologi UIN Malang
Psikologi UIN Malang. Hal ini dibuktikan memiliki tingkat kesadaran diri (self-
dengan nilai signifikansi (F = 38.373 , p = awareness) sedang, diharapkan untuk
0.00 < 0.05). kesadaran diri (self-awareness) bisa menaikkannya dengan cara
dan kontrol diri (self-control) sebesar 45.9% meningkatkan aspek architecture yang
terhadap perilaku cyberloafing, sisanya masih rendah dengan indikator
kesadaran individu yang diperoleh dari Fuadiah, l., Anward, H. h., & Erlyani, N. (2016).
pengalaman dan kesadaran dalam fakor Peranan Consientiousness terhadap
kognitif serta emosional. Perilaku Cyberloafing pada
c. Mahasiswa Psikologi UIN Malang Mahasiswa. Jurnal Ecopsy.
memiliki tingkat kontrol diri (self-
Gea, A. d. (2002). Relasi dengan Diri Sendiri.
control) sedang, diharapkan untuk bisa
Jakarta.
menaikkannya dengan cara
meningkatkan aspek decision control Goleman, D. (2007). Emotional Question.
pada indikator mampu mengambil Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
keputusan dengan baik mampu
mengantisipasi keputusan yang telah di Gufron, M. N., & Risnawati, R. S. (2011). Teor-
buat. Teori Pskologi. Yogyakata: Ar-Ruzz
Media.
2. Bagi peneliti selanjutnya Kaliky, P. I. (2013). Pemanfaatan Internet
a. Peneliti mampu menjadikan salah satu dalam Pembelajaran Mahasiswa di
variabel X-nya sebagai moderator atau Universitas Patimura, Ambon. Jurnal
mediasi dan mampu penelitian dengan Komunikasi KAREBA, 110-120.
lebih detail lagi.
b. Peneliti hendaknya mampu menggali Kartono, K., & Dali, G. (1987). Kamus
lagi variabel lain yang lebih memberikan Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
pengaruh terhadap perilaku cyberloafing Lim, V. K., & Teo, T. S. (2002). Prevalence,
ini. Sehingga mampu memberikan saran perceived seriousness, justification
yang lebih baik untuk mengurangi and regulation of cyberloafing in
perilaku cyberloafing pada mahasiswa Singapore. Journal Information and
UIN Malang. Management, 42, 1081-1093.

DAFTAR PUSTAKA Maharani, L., & Mustika, M. (2016). Hubungan


Self-Awareness dengan Kedisiplinan
Abdullah, C. S., Bajuri, A. L., & Abidin, R. Peserta Didik Kelas VII di SMP
(2014). The Relationship of Wiyatama Bandar Lampung
Cyberloafing Behavior with Big Five (Penelitian Kolerasional Bidang BK
Personality Traits. Australian Journal Pribadi). Jurnal Bimbingan dan
of Basic and Applied Sciences, 8, 61- Konseling, 17-31.
66.
Ozler, D. E., & Polat, G. (2012). Cyberloafing
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian edisi Phenomenon in Oganization:
revisi. Malang: UMM Press. Determinants and Impacts.
INTERNATIONAL JURNAL O eBUSINESS
APJII. (2017). HASIL SURVEY 2017.
AND eGOVERMENT STUDIES, 4, 2146-
Ardilasari, N., & Firmanto, A. (2017). 0744.
Hubungan Self Control dan Perilaku
Prasad, S., Lim, V., & Chen, D. (2010). Self-
Cyberloafing pada Pegawai Negeri
regulation, individual characteristics
Sipil. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan,
and cyberloafing. Proceedingsof the
20-39.
14th Pacific Asia Conference on
Elliot, S. N. (1999). Educational Psychology. Information Systems (PACIS). paper
Singapore: McGraw-Hill. 159, 1641-1648.
Ramadhan, V. A., & Sari, E. Y. (2018). Perilaku Utoyo, i. (2011). Managemen Alhamdulillah:
Cyberloafing pada Pekerja Melanjutkan Kepemipinan Diri dengan
Perempuan. Jurnal Psikologi Teor Quranik. Bandung: Mizania.
Integratif, 214.
Zulkanain. (2002). Hubungan Kontro Diri
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Perilaku dengan Kreatiitas Pekerja . USU
Organisasi (Terjemahan Digilib: Univesitas Sumatera Utara.
Organizational Behavior) Edisi 12.
Jakarta: Salemba Empat.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008). Perilaku


organisasi (terjemahan:
organizational behavior). Edisi 12.
Jakarta: Salemba Empat.

Santrock, J. (2003). Adolescene:


Perkembangan remaja. Jakarta:
Erlangga.

Sari, L. (2014). Pengaruh Kontrol Diri Terhadap


Perilaku Cyberloafing Pada Pegawai
Perpustakaan.

Sari, S. L., & Ratnaningsih, I. Z. (2018).


Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan
Intensi Cyberloafing Pada Pegawai
Dinas X. Jurnal Empati, 7, 160-166.

Setiyani, R. (2010). Pemanfaatan Internet


sebagai Sumber Belajar. Jurnal
Pendidikan Ekonomi Dinamika
Pendidikan, 117-133.

Shintia, D., & Taufik, T. (2019). Hubungan Self-


Awareness dengan Perilaku
Cyberloafing pada PNS di Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kota
Bukit Tinggi .

Soedarsono, S. (2000). Penyamaian Jati Diri.


Jakarta: Elek Media Komputindo.

Solso, R. D. (2008). Psikologi Kognitif Edisi


Delapan. Jakarta: Erlangga.

Solso, R. L. (2008). Psikologi Kognitif. Jakarta:


Penerbit Jakarta.

Swanepoel, R. (2012). Self-Control and


Integrity as Antecendent of Deviant.
Jurnal Industrial Psychology, 7.

Anda mungkin juga menyukai