Anda di halaman 1dari 17

Diduga Langgar Kode Etik, Psikolog

Digugat ke PN Jaksel

Rizka Diputra, Jurnalis · Rabu 02 Oktober 2013 13:21 WIB

https://news.okezone.com/read/201
3/10/02/500/875317/
• JAKARTA - Seorang psikolog Sherly Solihin dan
klinik tempatnya bekerja yakni ICAC Profesional
Service digugat ke Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan. Mereka digugat lantaran diduga telah
melanggar kode etik psikolog.
• Gugatan ini menyusul gagalnya dalam proses
mediasi oleh PN Selatan antara pihak tergugat
yakni Sherly dan ICAC dengan pihak penggugat
seorang warga negara (WN) Australia bernama
Denis Anthony Michael Keet.
• Pengaduan tersebut disebabkan pihak tergugat
telah mengeluarkan rekam medis dari proses
konseling perceraian antara pihak tergugat dan
penggugat Denis beserta istrinya Yeane Sailan.
• "Kita sudah kirim somasi, tapi tidak ada
tanggapan positif. Kita sebenarnya hanya minta
maaf dan cabut dari tergugat tapi tidak ada. Jadi
kita adukan ke pengadilan. Mereka anggap yang
dilakukan sesuai prosedur. Tapi prosedur yang
mana? ICAC kan berprinsip menjaga kerahasian.
Tapi ternyata tidak menjaga kerahasian klien
kami," jelas kuasa hukum Denis, Andru Bimaseta
Siswodihardjo, di Jakarta, Rabu (2/10/2013).
• Menurutnya, ICAC dan Sherly secara nyata telah
melanggar kode etik psikolog, dengan
mengeluarkan rekam medis hasil konseling.
• Upaya mediasi sebelumnya telah dilakukan pekan
lalu di PN Selatan, namun gagal lantaran pihak
ICAC dan Sherly bersikukuh tidak bersalah terkait
proses keluarnya rekaman medis yang sejatinya
bersifat rahasia.
• "Padahal dalam konseling yang dilakukan, tidak
pernah membahas soal anak, apalagi soal yang
dituliskan oleh pihak ICAC. Di mana dikeluarkan
Luke telah mengalami gangguan kecemasan yang
disebabkan pengalaman buruk masa lalunya atau
penyekapan oleh ayahnya pada 20 Mei 2012,"
terang Andru.
• Kliennya pun merasa telah dirusak nama baiknya
karena dalam rekam medis yang dikeluarkan oleh
ICAC melalui dokter Sherly, tercantum nama
Denis telah melakukan penyekapan dan
penyiksaan terhadap anaknya, Luke Xavier Keet.
• Andru menambahkan, kliennya tersebut tidak
pernah meminta surat rekam medis dari klinik,
namun ICAC justru mengeluarkannya tanpa izin.
• "Kami sudah minta pendapat kepada pihak
organisasi psikolog, dan menyatakan apa yang
dilakukan Sherly dan ICAC salah. Itu akan jadi
bahan masukkan kami," tukasnya.
• (put)
Klinik ICAC dan Dr. Sherly Solihin,
PsyD Digugat Denis A.M. Keet
Wednesday 02 Oct 2013 15:06:40

http://m.beritahukum.com/detail_berita.php?judul=Klinik%20
ICAC%20dan%20Dr.%20Sherly%20Solihin,%20PsyD%20Diguga
t%20Denis%20A.M.%20Keet
JAKARTA, Berita HUKUM - Klinik International
Community Activity Center (ICAC) dan Psikolog
Sherly Solihin digugat Denis Anthony Michael
Keet, ayah kandung dari Luke Xavier Keet yang
merupakan anak hasil perkawinan antara Denis
dan istri sah Penggugat yang bernama Yeane
Sailan.

Kuasa Hukum Denis, Andru Siswodihardjo, Ferry


Halim dan Arya Prasetyo mengungkapkan
bahwa ICAC telah melakukan pelanggaran kode
etik, yakni membuka rahasia pasien Luke Xavier
Keet tanpa persetujuan Denis.
"Konsultasi hanya berlangsung sekali selama 30
menit, namun tanpa persetujuan ayahnya, rahasia
dibuka ke khalayak umum. Padahal Psikolog
memiliki kewajiban untuk menjaga rahasia
pasiennya," kata Andru kepada Wartawan, Rabu
(2/10) di Jakarta.

Bahkan, dalam website ICAC Profesional Services


sudah tertera dengan jelas bahwa Kerahasiaan Klien
sepenuhnya menjadi kebijakan atau aturan dalam
konseling. ICAC menyediakan nomor telepon dan
fax yang terpisah untuk memastikan kerahasiaan
tersebut.
"Tapi faktanya ICAC yang mempekerjakan Sherly
Solihin yang seharusnya menjaga dan bertanggung
jawab atas semua tindakan ICAC justru membiarkan
Sherly Solihin membuka rahasia Klien atau Pasien
melalui Surat No. ICAC/LK/09/2012 tertanggal 26
September 2012," ujar Ferry.

Perlu diketahui setiap Psikolog harus mematuhi


Kode Etik Psikologi, sebagaimana diatur dalam Pasal
24 Kode Etik Psikolog dan Ilmuwan Psikologi yang
ditetapkan oleh Himpunan Psikologi Indonesia pada
bulan Juni 2010.
• "Perkara ini kami adukan ke Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan karena tidak ada tanggapan dari
ICAC, dimana sebelumnya kami telah kirim
somasi. Kami menggugat ICAC sebesar satu miliar
rupiah. Ini bukan soal besar atau kecilnya nilai
uang, tapi persoalan nama baik Klien kami
dirusak," tegas Andru.
Ditambahkannya bahwa selain nama baik Klien
telah dirusak. Dalam rekam medis yang
dikeluarkan oleh ICAC melalui Sherly, tercantum
Denis telah melakukan penyekapan dan
penyiksaan terhadap anaknya, Luke Xavier Keet,
padahal hak asuh Luke jatuh ke tangan Denis.
"Dalam konseling yang dilakukan, tidak pernah
membahas soal anak, ICAC ini merusak! Pekan depan
adalah pembacaan gugatan," jelas Andru.
LUKE INGIN TINGGAL DENGAN AYAHNYA

Parahnya lagi Sherly Solihin telah memfitnah dan/atau


menghina nama baik Denis Anthony Michael Keet karena
menuduh Denis telah melakukan penyekapan terhadap
Luke anak kandungnya sendiri.
"Tidak ada bukti kongkrit ataupun suatu putusan
pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang
menyatakan Denis telah melakukan penyekapan atau
penculikan terhadap Luke," terang Andru.
Dijelaskannya lagi bahwa fitnah Sherly Solihin
terhadap Denis yang seolah-olah telah
melakukan tindak pidana penculikan, faktanya
justru Denis memiliki Surat Perintah
Penghentian Penyidikan yang diterbitkan oleh
Polda Metro Jaya, terkait dengan adanya laporan
perbuatan tidak menyenangkan (Pasal 335
KUHP) yang dituduhkan oleh Yaene Sailan terkait
dengan penguasaan Luke Xavier Keet pada diri
Denis Anthony Michael Keet.
"Ini merupakan fakta tetap dan tidak terbantahkan,
yang membuktikan bahwa Denis Anthony Michael
Keet tidak pernah melakukan penculikan ataupun
perbuatan melawan hukum lainnya," ujar Andru.

Selain itu terdapat fakta atau bukti-bukti kuat


lainnya yang menunjukkan bahwa Luke memang
ingin tinggal dengan dan hidup bersama Denis
selaku pemegang hak asuh atas Luke, berdasarkan
Penetapan Nomor 700/Pdt.P/2012/Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan/Tanggal 7 Agustus
2012.(bhc/mdb)
Perceraian/ Mediasi Klinik ICAC
Hak asuh Anak
Denis Anthony Michael Keet
& Dr. Sherly Solihin, PsyD
Luke Xavier Keet
PT Denpoo Mandiri Indonesia
Jatuh kepada Denis
Yeane Sailan

Akan tetapi "Luke telah mengalami


Tidak adanya bukti bahwa Luke gangguan kecemasan yang Tanpa persetujuan
mengalami penyekapan dan disebabkan pengalaman Dennis
penyiksaan, bahkan Luke buruk masa lalunya atau Dr. Sherly Solihin, PsyD
mengungkapkan jika ia ingin penyekapan oleh ayahnya Mengungkapkan hasil
tinggal bersama ayahnya pada 20 Mei 2012 pemeriksaan Luke

Denis pun merasa telah dirusak nama baiknya dalam


rekam medis yang dikeluarkan oleh ICAC melalui dokter
Adapun rekam medis tersebut
Sherly tentang adanya penyekapan dan penyiksaan
diduga dibocorkan oleh ICAC
terhadap anaknya Luke, sementara tidak ada bukti konkrit
agar hak asuh anak Luke jatuh
dan putusan pengadilan yang menyatakan bahwa Denis
ke tangan Yeane. "Kita gugat
melakukan hal tersebut. Dr Sherly dianggap melanggar
untuk kerugian materil dan
Kode Etik Psikologi Pasal 24 Tentang Mempertahankan
imateril Rp1 miliar. Proses
Kerahasiaan Data, kemudian Denis menuntut laporan
mediasi gagal sehingga
perbuatan tidak menyenangkan (Pasal 335 KUHP) yang
persidangan akan masuki
dituduhkan oleh Yaene Sailan terkait dengan penguasaan
pokok perkara gugatan.
Luke Xavier Keet pada diri Denis Anthony Michael Keet.
• Penguasa Hukum Denis mengatakan "Ini
merupakan fakta tetap dan tidak terbantahkan,
yang membuktikan bahwa Denis Anthony
Michael Keet tidak pernah melakukan penculikan
ataupun perbuatan melawan hukum lainnya.

Selain itu terdapat fakta atau bukti-bukti kuat


lainnya yang menunjukkan bahwa Luke memang
ingin tinggal dengan dan hidup bersama Denis
selaku pemegang hak asuh atas Luke, berdasarkan
Penetapan Nomor 700/Pdt.P/2012/Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan/Tanggal 7 Agustus 2012.
Analisis Kasus
• Adanya pelanggaran pasal 24 tentang
mempertahankan kerahasiaan data yang
mana telah dilanggar dengan mengungkapkan
hasil pemeriksaan psikologis tanpa adanya
persetujuan dari klien.
Solusi
• Dengan menindak tegas setiap pelanggaran kode
etik untuk menghindari kesalahan-kesalahan
yang terjadi.
• Mengatur sanksi-sanksi secara tegas dan jelas
sehingga ketika ada pelanggaran yang terjadi lagi
akan segera di tindak tegas sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Ex : Denda dengan
nominal tertentu, di skors SIPP, dll. Karena selama
ini pelanggaran-pelanggaran kode etik hanya di
berikan sanksi sesuai dengan Hukum yang
berlaku.

Anda mungkin juga menyukai