Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga

Vol. 6, Nomor 2, 2018


Halaman 213-224

Perilaku Cyberloafing pada Pekerja Perempuan

Vian Arsita Ramadhan1 , Erita Yuliaseti Diah Sari2


1,2
Universitas Ahmad Dahlan, Jl. Kapas No.9, Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55166.
e-mail: 1 vianarsitaramadhan@gmail.com , 2ediahsari@gmail.com

Abstract. Female workers are one of the important assets in the workplace,
but are not always able to work optimally because they prefer cyberloafing
activities. This behavior is considered unproductive and has a significant
impact on individuals and organizations. Cyberloafing behavior is allegedly
due to low self-control. The hypothesis proposed is that there is a negative
relationship between self-control and cyberloafing behavior. The method of
collecting data uses the scale of self-control and scale of cyberloafing. The
results showed that there was a very significant negative relationship
between self-control and Cyberloafing behavior. Self-control variables
contribute 77.2 percent of Cyberloafing behavior which shows that self-
control is an important factor that must be minimized to reduce Cyberloafing
behavior in the workplace.
Keywords: cyberloafing, self-control, women

Abstrak. Pekerja perempuan merupakan salah satu aset penting dalam dunia
kerja, namun tidak selalu mampu bekerja maksimal karena lebih menyukai
aktivitas cyberloafing. Perilaku ini dianggap tidak produktif dan memberikan
dampak signifikan bagi individu maupun organisasi sehingga perlu diteliti
lebih lanjut. Perilaku cyberloafing salah satunya ditengarai karena adanya
kendali diri yang rendah. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan
negatif antara kendali diri dengan perilaku cyberloafing. Metode
pengumpulan data menggunakan skala Kendali diri dan skala Cyberloafing.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan
antara kendali diri dengan perilaku Cyberloafing. Variabel kendali diri
berkontribusi sebesar 77,2 persen terhadap perilaku Cyberloafing yang
menunjukkan bahwa kendali diri merupakan faktor penting yang harus
diminimalisir untuk menurunkan perilaku Cyberloafing di tempat kerja.
Kata kunci: cyberloafing, kendali diri, perempuan

Fenomena perubahan demografi memperlancar pekerjaan sehari-hari.


tenaga kerja perempuan saat ini telah Yuhefizar (2008) meyakini adanya
melahirkan tuntutan yang lebih bagi internet akan membawa perubahan yang
organisasi sehingga perempuan pekerja signifikan terutama dari sisi kebebasan
diharapkan mampu melaksanakan tugas untuk memperoleh dan menyebarkan
secara profesional. Mengikuti informasi tanpa mengenal batasan
perkembangan teknologi informasi, geografis. Di satu sisi, penggunaan
para pekerja juga diharapkan mampu jaringan internet sangat menunjang
memanfaatkan piranti tersebut untuk kecepatan kerja, namun di sisi lain bagi

213
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 213-224

pekerja perempuan hal tersebut tidak baik melalui komputer kantor maupun
jarang justru menjadi sumber perilaku dengan gawai pribadi.
negatif. Faktor individu diakui
Salah satu perilaku yang memegang peranan penting dalam
dianggap negatif dalam menggunakan mendorong perilaku cyberloafing.
internet di tempat kerja adalah Restubog, et al (2011) menemukan
kecenderungan mengakses situs yang bahwa perilaku tidak relevan di tempat
tidak relevan dengan pekerjaan, yang kerja terjadi karena rendahnya kendali
dinamakan cyberloafing (Lim, 2002). diri. Sebuah penelitian yang dilakukan
Menurut Robbins dan Judge (2008), oleh Swanepoel (2012) membuktikan
cyberloafing terjadi ketika karyawan bahwa kendali diri dan integritas yang
berselancar dengan jaringan internet merupakan kekuatan karakter pekerja
untuk kesenangan dirinya, berbisnis memiliki hubungan negatif dengan
online atau terlibat dalam kegiatan penyimpangan perilaku yang terjadi di
sosial media /saat di tempat kerja. lingkungan kerja. Hal ini mendukung
Kegiatan ini dianggap tidak produktif seorang pekerja harus memiliki kendali
dan dapat menurunkan kinerja diri dan integritas yang tinggi agar tidak
karyawan (Blanchard dan Henle, 2008). terlibat dalam perilaku menyimpang di
Lebih jauh perilaku ini juga dapat tempat kerja seperti cyberloafing.
menimbulkan berbagai dampak bagi Melalui penelitian ini ingin diketahui
individu seperti kesiengan waktu, hubungan antara kendali diri dengan
penurunan produktivitas kerja, dan perilaku cyberloafing pada pekerja
potensi dikenai tuntutan hukum akibat perempuan.
penyalahgunaan materi (Ugrin, 2010). Beberapa peneliti
Fenomena cyberloafing tidak mendefinisikan cyberloafing sebagai
mengenal jenis kelamin. Amatan pada tindakan menghabiskan waktu untuk
beberapa unit di sebuah instansi, menghindari pekerjaan dengan cara
menunjukkan bahwa frekruensi selancar berhubungan dengan internet untuk
pekerja perempuan cukup tinggi di sela- menyibukkan diri (Utama, et al., 2016);
sela jam kerjanya. Berbagai situs kegiatan non-kerja di sela-sela waktu
terutama yang terkait gaya hidup, yang merupakan bentuk modern
belanja online menjadi langganan perilaku tempat kerja yang
minimal beberapa jam dalam sehari, kontraproduktif (Rezkisari & Astuti

214
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 213-224

(2017); penggunaan teknologi internet membimbing tingkah laku sendiri dan


selama jam kerja untuk kepentingan menekan atau merintangi impuls-impuls
pribadi (Henle & Kedharnath, 2012). atau tingkah laku impulsif (Chaplin,
Perilaku cyberloafing meliputi aktivitas 2006). Definisi lain menyebutkan
yang sifatnya ringan seperti kendali diri adalah kemampuan individu
memperbarui status media sosial, dalam mengatur dan mengarahkan
mengunjungi situs-situs life style, serta pikiran, perasaan dan perilaku guna
berbelanja online. Selain itu dapat juga beradaptasi dengan lingkungan untuk
berupa perilaku yang sifatnya lebih memenuhi kebutuhan ataupun godaan
serius seperti bermain judi online atau tertentu (Baumeister, 2002).
membuka situs-situs pornografi. Kendali diri dapat berkembang
Ozler & Polat (2012) dan digunakan oleh individu untuk
mengemukakan beberapa penyebab mencapai kesuksesannya dalam
individu melakukan cyberloafing yaitu hidupnya. Seseorang yang stabil
faktor individual, faktor situasional dan dikarakteristikkan dengan mampunya
faktor organisasi. Faktor pertama pengontrolan secara pikiran, perasaan
memberikan penjelasan mengenai sikap dan perilaku menuju pemenuhan setiap
individu terhadap penggunaan internet, tujuan-tujuan. Pada saat melakukan
trait pribadi, kebiasaan individu, faktor aktivitas kerja, individu akan membuat
demografis, intensi, norma sosial dan perencanaan yang matang, tidak
nilai pribadi. Faktor kedua menjelaskan tergesa-gesa dan berusaha melibatkan
ada tidaknya kondisi yang mendukung aktivitas kognitifnya dengan baik.
adanya cyberloafing. Faktor ketiga Setiap pekerjaan dilakukan mengikuti
menjelaskan tentang pembatasan dalam waktu yang telah ditetapkan sehingga
penggunaan internet, konsekuensi yang pada saat harus menggunakan fasilitas
diharapkan, dukungan manajerial, internet, akan dimanfaatkan sebaik
modelling, sikap kerja karyawan, dan mungkin untuk mengerjakan aktivitas
karakteristik pekerjaan. yang telah direncanakan sebelumnya.
Kendali diri merupakan salah Tidak ada kesempatan yang digunakan
satu faktor yang ditengarai turut untuk berselancar mencari kesenangan
berperan dalam perilaku cyberloafing. pribadi.
Beberapa pendapat mengatakan kendali Seseorang yang memiliki
diri adalah kemampuan untuk kendali diri rendah cenderung berfikir

215
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 213-224

instan, impulsif, lebih memilih kadang-kadang berbahaya, atau


menyelesaikan sesuatu secara fisik manipulatif. Oleh karenanya, individu
daripada penyelesaian menggunakan yang memiliki kendali diri rendah
kognitifnya, lebih senang melakukan cenderung pemberani dan aktif. Ketika
aktivitas fisik yang beresiko, menggunakan fasilitas internet, individu
menyenangkan, dan menegangkan, menyukai dan aktif berselancar pada
lebih mementingkan diri sendiri situs-situs yang tidak relevan dengan
daripada orang lain, menghindari tugas pekerjaannya tanpa ada rasa tanggung
yang sulit, lebih memilih jalan pintas jawab. Hal ini menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan jalan yang rumit, kepentingan pribadi menjadi prioritas
serta memiliki rasa toleransi yang dibandingkan kepentingan pekerjaan.
rendah. Pada saat bekerja, individu Berdasarkan uraian di atas,
tidak berpikir tentang konsekuensi diajukan hipotesis sebagai berikut : Ada
negatif dari perbuatan yang akan hubungan negatif antara kendali diri
dilakukannya, dan mudah tergoda untuk dengan cyberloafing pada pekerja
sesuatu yang menyenangkan. perempuan. Semakin tinggi kendali diri,
Berselancar dengan internet merupakan akan diikuti oleh rendahnya perilaku
bagian dari kesenangan tersebut cyberloafing. Sebaliknya semakin
sehingga mengesampingkan rendah kendali diri maka akan diikuti
konsekuensi yang mungkin muncul. oleh semakin tingginya perilaku
Aktivitas tersebut dirasakan sebagai hal cyberloafing.
yang ringan, menyenangkan dan jauh Metode
dari beban tugas. Dapat juga dikatakan Identifikasi subjek
bahwa individu yang memiliki kendali Subjek yang berpartisipasi dalam
diri rendah cenderung kurang rajin, penelitian ini adalah pekerja perempuan
kurang gigih dalam melakukan suatu dari beberapa dinas yang berada dalam
tindakan, dan pada umumnya lebih lingkup kerja kantor Pemda Kabupaten
menyukai kepuasan hasrat yang mudah Bantul di Provinsi Daerah Istimewa
dan sederhana. Yogyakarta. Adapun kriteria subjek
Selanjutnya dikatakan bahwa yang ditentukan adalah pekerja bagian
kesenangan dalam melakukan aktivitas administratif, memiliki gawai pribadi
yang beresiko menyebabkan individu dan menggunakan peralatan komputer
melakukan tindakan tersembunyi, di kantor untuk melaksanakan tugas

216
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 213-224

harian. Berdasarkan data yang tersedia, suatu instrumen alat ukur dan melihat
tercatat 128 orang yang memenuhi representasi dari konstrak yang sesuai
kriteria tersebut. dengan tujuan pengukuran. Validitas
Instrumen penelitian dibuat dengan cara pengujian terhadap
Data-data diperoleh dengan kelayakan atau relevansi isi tes melalui
menggunakan instrumen berupa skala analisis oleh orang-orang yang
yang terdiri dari skala Kendali diri dan kompeten di dalam uji beda tes. Terkait
skala Cyberloafing. Skala Kendali diri reliabilitas, estimasi yang digunakan
terdiri dari 18 item (setelah melalui adalah teknik Single Trial
seleksi item), yang mencakup elemen Administration yaitu menggunakan
Impulsiveness, Preference for Physical pendekatan konsistensi internal dengan
Activity, Risk-Seeking Orientation, Self- satu bentuk tes yang dikenakan hanya
Centeredness, Preference for Simple sekali.
Tasks, Short-Tempered. Skala Teknik analisis
Cyberloafing terdiri dari komponen Penelitian ini menggunakan
Minor cyberloafing dan Serious teknis analisis Product moment dari
cyberloafing, yang mencakup 17 item Pearson untuk mengolah data. Teknik
(setelah melalui seleksi item). Kedua analisis tersebut digunakan untuk
skala tersebut menggunakan respon melihat hubungan antar satu variabel
model Summated-rating dengan empat bebas dan satu variabel tergantung.
pilihan jawaban, yakni Sangat sesuai Adapun piranti lunak yang digunakan
(SS) diberi skor 4, Sesuai (S) diberi adalah SPSS16.
skor 3, Tidak sesuai (TS) diberi skor 2, Hasil
dan Sangat tidak sesuai (STS) diberi Statistika deskriptif
skor 1 untuk pernyataan favorabel. Skor Analisis deskriptif ditujukan
pada pernyataan unfavorabel diberi skor untuk memberikan gambaran mengenai
sebaliknya, Sangat sesuai (SS) diberi 1, kecenderungan respon subjek terhadap
Sesuai (S) diberi skor 2, Tidak sesuai variabel-variabel penelitian yaitu
(TS) diberi skor 3, dan Sangat tidak Kendali diri dan Cyberloafing. Data
sesuai (STS) diberi skor 1. statistik deskriptif disusun berdasarkan
Validitas yang digunakan dalam skor empirik dan skor hipotetik. Skala
penelitian ini adalah validitas isi dengan dalam penelitian ini menggunakan
melihat relevansi elemen-elemen dalam empat alternatif jawaban dengan skor

217
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 213-224

yang bergerak dari 1 sampai 4. variabel dapat dilihat pada tabel ini :
Penghitungan skor masing-masing

Tabel 1
Deskripsi Data Penelitian
Skor Empirik Skor Hipotetik
Variabel
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Kendali diri 42 67 54,71 5,132 18 56 37 6,333
Cyberloafing 40 59 48,30 3,465 17 68 42,5 8,5

Berdasarkan deskripsi data distribusi normal. Skor yang diperoleh


penelitian di atas, dilakukan kategori subjek dimasukkan ke dalam 3 kategori
skor pada kedua variabel penelitian. yaitu rendah, sedang, dan tinggi seperti
Kategorisasi pada masing-masing terlihat dalam tabel di bawah ini :
variabel dibuat berdasarkan asumsi
Tabel 2
Kategorisasi Variabel
Variabel Interval Frekuensi Presentase Kategorisasi
(%)
X < 50 19 15 % Rendah
Kendali diri 50 ≤ X < 60 89 70 % Sedang
X ≥ 60 20 15 % Tinggi
X < 45 14 11 % Rendah
Cyberloafing 45 ≤ X < 52 88 69 % Sedang
X ≥ 52 26 20 % Tinggi

Berdasarkan hasil pada tabel di Hasil uji asumsi


atas diketahui bahwa dari 128 subjek Uji asumsi mencakup beberapa
penelitian terdapat 19 orang (15%) pengujian diantaranya uji normalitas
memiliki kendali diri rendah, 89 orang sebaran dan uji linieritas hubungan
(70%) memiliki kendali diri sedang, dan antar kedua variabel. Uji normalitas
20 orang (15%) memiliki kendali diri sebaran bertujuan untuk memastikan
tinggi. Dilihat dari kategorisasi bahwa tidak ada perbedaan sebaran
cyberloafing, diketahui bahwa 14 orang setiap skor variabel yang dianalisis
(11%) memiliki perilaku cyberloafing antara sampel dan jumlah subjek serta
rendah, 88 orang (69%) memiliki untuk memastikan bahwa setiap
perilaku cyberloafing sedang, dan 26 variabel dalam penelitian normal atau
orang (20%) memiliki perilaku tidak normal. Pengujian normalitas
cyberloafing tinggi. menggunakan teknik statistik one

218
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 213-224

sample kolmogrov-smirnov test (KS-Z) 0.05 maka sebaran data tersebut


dari program SPSS 16. Kreteria dikatakan tidak normal. Hasil sebaran
pengujian yang digunakan adalah jika p masing-masing variabel dapat dilihat
> 0.05 maka sebaran data tersebut pada tabel di bawah ini:
dikatakan normal, sedangkan jika p <
Tabel 3
Uji Normalitas Sebaran
No Variabel K S-Z Sig (p) Keterangan
1 Kendali diri 1,130 0,155 Normal
2 Cyberloafing 1,133 0,153 Normal

Tabel di atas menunjukkan maka hubungan antar variabel tersebut


bahwa variabel Kendali diri memiliki dinyatakan linier.
signifikansi p = 0,155 (> 0,05) yang Hasil uji hipotesis
berarti sebarannya normal, sedangkan Berdasarkan hasil analisis data,
variabel cyberloafing memiliki untuk mengetahui besarnya koefisien
signifikansi p = 0,153 (> 0,05) yang korelasi antara variabel Kendali diri
berarti sebarannya normal. Berdasarkan dengan Cyberloafing digunakan analisis
hasil tersebut dikatakan bahwa kedua korelasi product-moment. Diketahui
variabel dalam penelitian memiliki bahwa besarnya korelasi antara variabel
sebaran data normal. Kendali diri dengan Cyberloafing
Uji linieritas bertujuan untuk adalah sebesar r = -0,772 dengan p =
melihat hubungan linier antar masing- 0,000 (< 0,01), hal ini berarti bahwa
masing variabel dengan cara menarik terdapat ubungan negatif yang sangat
garis lurus yang mampu menunjukkan signifikan antara variabel kendali diri
hubungan yang segaris antar variabel dengan cyberloafing. Semakin tinggi
sehingga variabel bebas dan variabel kendali diri, maka semakin rendah
tergantung dapat dikorelasikan. Jika perilaku cyberloafing. Sebaliknya
diperoleh hasil p < 0,05 maka hubungan semakin rendah kendali diri maka akan
dinyatakan linier dan jika p > 0,05 maka semakin tinggi perilaku cyberloafing.
hubungan dinyatakan tidak linier. Hasil Jika dihitung koefisien determinasinya
pengujian variabel bebas Kendali diri maka diperoleh sumbangan efektif
dengan variabel tergantung variabel Kendali diri sebesar 77,2
Cyberloafing menunjukkan taraf persen terhadap perilaku cyberloafing.
signifikansi p sebesar 0,000 (< 0,05) Diskusi

219
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 213-224

Berdasarkan uraian sebelumnya, cukup mampu menunjukkan tindakan


dapat didiskusikan beberapa hal yakni yang tidak mementingkan diri sendiri,
hasil deskripsi respon subjek, besaran dan cukup mampu menahan emosinya
koefien korelasi dan kontribusi variabel ketika mengadapi permasalahan.
bebas terhadap variabel tergantung. Beberapa subjek menunjukkan
Deskripsi respon subjek pada variabel kendali diri yang tinggi dan rendah
Kendali diri menunjukkan sebagian dalam prosentasi yang hampir sama,
besar subjek memiliki kendali diri yang mengindikasikan masih
dalam kategori sedang. Hal ini ditemukannya pekerja perempuan yang
mengindikasikan bahwa para pekerja benar-benar memaksimalkan aspek
perempuan sebagian besar cukup kognitifnya dalam bekerja. Tidak
mampu untuk mempertimbangkan mudah tergoda dengan aktivitas yang
konsekuensi dari setiap aktvitas yang tidak relevan dengan pekerjaan. DI sisi
dilakukan. Kegiatan yang dipilih tidak lain, juga ditemukan pekerja perempuan
selalu bersifat sederhana, kapasitas yang belum mampu memaksimalkan
kognitif masih dimungkinkan untuk kapasitas kognitifnya, mudah tergoda
digunakan. Resiko yang mungkin dengan aktivitas kantor yang kurang
dihadapi cukup dapat dikelola dengan relevan, cenderung mementingkan
baik sehingga aktivitas yang dilakukan kebutuhan pribadi. Pada saat
seperti berselancar dengan internet juga berselancar dengan internet, didasari
ditujukan untuk menghindari resiko. oleh dorongan kepuasan dalam
Individu cenderung disiplin mengatur memenuhi keinginannya, sehingga
diri sehingga lebih mudah melupakan konsekuensi yang mungkin
mengendalikan perilakunya. Disiplin ini timbul karena perilakunya.
sebenarnya juga dapat dilatihkan Perilaku cyberloafing pada para
sewaktu bekerja, mirip dengan melatih pekerja perempuan sebagian besar
disiplin pada siswa di sekolah, seperti dikatakan tidak memiliki
yang pernah dilakukan Dewi & Alsa kecenderungan tinggi ataupun rendah.
(2016). Hanya saja pelatihan pada Hal ini berarti bahwa tetap ada perilaku
perempuan pekerja juga harus cyberloafing di kantor, karena dalam
melibatkan organisasi tempat kerja. observasi awal di tempat penelitian
Berkaitan dengan interaksi kepada memang terlihat aktivitas yang kurang
orang lain, pekerja perempuan ini juga relevan dalam memanfaatkan saluran

220
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 213-224

internet yang disediakan. Di sela-sela yang dilakukan sepenuhnya ditujukan


bekerja, ada kesempatan pada beberapa untuk keperluan penyelesaian tugas.
orang untuk membuka situs online Kendali diri mempunyai
seperti situs belanja, game online atau hubungan kuat dengan perilaku
situs lain yang lebih banyak menyajikan cyberloafing dalam penelitian ini. Hal
kesenangan. Hasil ini mereflesikan ini sejalan dengan penelitian Swanepoel
bahwa perilaku yang pernah diamati (2012) yang mengatakan kekuatan
sebelumnya di tempat kerja, memang karakter individu, seperti kemampuan
teruji, dan dibuktikan dengan prosentase pengendalian diri dapat menurunkan
perilaku cyberloafing. Perilaku pekerja tindakan menyimpang di tempat kerja,
perempuan ini sejalan dengan hasil termasuk perilaku cyberloafing.
penelitian Lim & Chen (2012) yang Semakin tinggi kemampuan individu
menemukan bahwa kelekatan pekerja untuk mengendalikan dirinya, akan
perempuan pada internet lebih rendah menurunkan kecenderungan perilaku
dibandingkan dengan pekerja laki-laki. cyberloafing. Pekerja tidak tertarik
Penelitian tersebut sejalan dengan untuk melakukan aktivitas yang tidak
temuan Ahmad & Omar (2017) yang bermanfaat atau tidak terkait dengan
mengatakan bahwa keterikatan pekerjaan yang dilakukan.
perempuan pada internet lebih rendah Jika dilihat dari sumbangan
dibanding pekerja laki-laki. efektif kendali diri tehadap perilaku
Pekerja perempuan yang cyberloafing diketahui bahwa kendali
ditemukan aktif melakukan diri memiliki kontribusi yang cukup
cyberloafing memang lebih banyak besar, yaitu 77,2 persen. Hal ini
dibandingkan dengan individu yang menunjukkan bahwa individu yang
sama sekali bersih atau sangat jarang memiliki kendali diri yang baik sewaktu
menggunakan internet kantor untuk bekerja dengan jaringan internet, tidak
keperluan kesenangan. Data pada akan terdorong untuk melakukan
kategori di atas selain menunjukkan aktivitas yang tidak sesuai tugas. Di
bahwa perilaku cyberloafing masih samping kendali diri, sebenarnya juga
ditemukan pada pekerja perempuan, masih terdapat beberapa faktor lain
juga menunjukkan masih ada yang tidak yang dapat menyumbang perilaku
memanfaatkan jaringan internet kantor cyberloafing, seperti persepsi beban
untuk keperluan pribadinya. Aktivitas kerja (Ramadhan & Nurtjahjanti, 2017);

221
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 213-224

stresor dan sangsi perusahaan salah satu kunci agar semua tugas dapat
(Herdiati., Sujoso., & Hartanti, 2015); terselesaikan dengan baik. Fasilitas
konflik peran dan role overload internet yang diberikan kantor sudah
(Hardiani., Rahardja., & Yuniawan, seharusnya menjadi tantangan untuk
2017). Beberapa penelitian tersebut dapat melakukan tugas sesuai ketentuan
menunjukkan bahwa perilaku yang ada dalam organisasi. Dengan
cyberloafing dapat dipengaruhi oleh demikian, jaringan internet dapat
berbagai faktor yang bersifat internal berfungsi dengan benar dan menjadi
seperti kendali diri, persepsi terhadap piranti untuk melancarkan pekerjaan.
beban kerja, konflik peran yang dialami, Saran
dan kelebihan peran dalam bekerja. Pekerja perempuan hendaknya
Selain itu faktor eksternal yang berasal melatih diri untuk tetap konsisten
dari lingkungan kerja juga dapat bekerja dengan fasilitas internet dan
mempengaruhi perilaku cyberloafing, menggunakan fasilitas tersebut untuk
seperti sangsi perusahaan atau stresor. menunjang tugas-tugas harian yang
Pada penelitian ini, kendali diri pekerja dibebankan. Pengendalian diri
perempuan memiliki kontribusi cukup merupakan faktor kunci yang harus
besar terhadap perilaku cyberloafing. dipertahankan agar tidak mudah

Kesimpulan terpengaruh dengan penggunaan


Berdasarkan uraian di atas internet untuk keperluan pribadi. Selain
disimpulkan bahwa kendali diri itu perlu dibangun kesadaran
memiliki hubungan kuat dengan pentingnya penggunaan waktu yang
perilaku cyberloafing pada pekerja efektif dan efisien dalam melakukan
perempuan. Kontribusi kendali diri ini tugas meskipun tersedia jaringan
juga cukup besar terhadap perilaku internet.
cyberloafing di tempat kerja. Pekerja Kepustakaan
perempuan sebagai salah satu unsur Ahmad, A., & Omar, Z. (2017). Age
sumber daya manusia di dalam and Gender Differences in
organisasi memiliki peranan penting Employee Cyberloafing Behavior,
dalam upaya penyelesaian tugas (1995), 24–28.
gunamencapai tujuan organisasi. Oleh Baumeister, R. F. (2002). Handbook of
karenanya pengendalian diri menjadi Social Psychology (4th Eds). New
York: McGraw-Hill.

222
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 213-224

Blanchard, A. L., & Henle, C. A. Journal of Managerial Issues,


(2008). Correlates of different 383–400.
forms of cyberloafing: The role of https://doi.org/10.2307/40604617
norms and external locus of Henle, C. A., & Kedhamath, U. (2012).
control. Computers in Human Cyberloafing in the Workplace.
Behavior, 24(3), 1067–1084. Encyclopedia of Cyber Behavior,
https://doi.org/10.1016/j.chb.2007 560-573.
.03.008 Herdiati, M. F., Sujoso, P., & Hartanti,
Chaplin, J. P. (2006). Kamus Lengkap R. I. (2015). Pengaruh Stresor
Psikologi. Jakarta: PT. Raja Kerja dan Persepsi Sanksi
Grafindo. Organisasi terhadap Perilaku
Dewi, I., & Alsa, A. (2016). Pengaruh Cyberloafing di Universitas
Pelatihan Kedisiplinan dalam Jember (The Impact of Work
Meningkatkan Disiplin Belajar Stressors and Organizational
Siswa di Sekolah Menengah Sanctions Perception on
Pertama. Jurnal Psikologi Cyberloafing Behavior in Jember
Integratif, 4(1), 73–82. University). Pustaka Kesehatan,
Gottfredson, M. R., & Hirschi, T. 3(1), 179–185.
(1990). A General Theory of Lim, V. K. G. (2002). The IT Way of
Crime. Stanford: University Press. Loafing on the Job: Cyberloafing,
Hardiani, W. A. A., Rahardja, E., & Neutralizing and Organizational
Yuniawan, A. (2017). Pengaruh Justice. Journal of Organizational
Konflik Peran dan Role Overload Behavior: The International
Terhadap Burnout dan Journal of Industrial,
Dampaknya pada Cyberloafing Occupational and Organizational
(Studi Pada PT PLN (Persero) Psychology and Behavior, 23(5),
Pusat Manajemen Konstruksi). 675-694.
Doctoral dissertation, Lim, V. K. G., & Chen, D. J. Q. (2012).
Diponegoro University. Cyberloafing at the workplace:
Henle, C. A., & Blanchard, A. L. Gain or drain on work? Behaviour
(2008). The Interaction of Work and Information Technology,
Stressors and Organizational 31(4), 343–353.
Sanctions on Cyberloafing. https://doi.org/10.1080/01449290

223
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 2, 2018
Halaman 213-224

903353054 Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2008).


Ozler, D. E., & Polat, G. (2012). Perilaku Organisasi. Jakarta:
Cyberloafing Phenomenon in Salemba Empat.
Organizations: Determinants and Swanepoel, R. (2012). Self-control and
Impacts. International Journal of integrity as antecedents of deviant
Ebusiness and Egovernment workplace behaviour. Disertation,
Studies, 4(2), 2146–2744. University of Johannesburg.
Retrieved from Ugrin, J. C., & Pearson, J. M. (2010).
http://dergipark.gov.tr/download/a Understanding the effect of
rticle-file/257052 deterrence mechanisms on
Ramadhan, H. I., & Nurtjahjanti, H. cyberloafing: Exploring a general
(2017). Hubungan Antara deterrence model with a social
Persepsi Terhadap Beban Kerja perspective. International
Dengan Cyberloafing pada Conference of Information System
Karyawan Biro Administrasi - ICIS 2010 Proceedings, 1–10.
Umum dan Keuangan Universitas https://doi.org/10.1038/nature097
Diponegoro. Jurnal Empati, 6(1), 25
215–220. Utama, J. S. A., Abraham, J., Susana,
Restubog, et al. (2011). Yielding to T., Alfian, I. N., & Supratiknya,
(cyber)-temptation: Exploring the A. (2016). Psikologi dan
buffering role of self-control in Teknologi Informasi: Seri
the relationship between Sumbangan Pemikiran Psikologi
organizational justice and untuk Bangsa. Jakarta: Himpunan
cyberloafing behavior in the Psikologi Indonesia.
workplace. Journal of Research in Yuhefizar, H. A. (2008). 10 Jam
Personality, 45(2), 247-251 menguasai internet teknologi dan
Rezkisari, I., & Astuti, K. (2017). aplikasi. Jakarta: Elex Media
Mewaspadai cyberloafing di Komputindo.
tempat kerja. Retrivied from
http://gayahidup.republika.co.id/b
erita/gayahidup/trend/17/08/21/ov
06ed328-mewaspadai-
cyberloafing-di-tempat-kerja

224

Anda mungkin juga menyukai