Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH DISIPLIN KERJA, BEBAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA

TERHADAP PERILAKU CYBERLOAFING KARYAWAN DI PT ABASON BABY


PRODUCT SURABAYA
Emi Yusnia1, Tri Wahjoedi2, Emmywati3
Program Studi Manajemen
STIE Mahardhika Surabaya
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan kombinasi metode kuantitatif dan teknik pengumpulan data dengan
menyebarkan kuesioner. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh, dan
respondennya adalah 27 karyawan PT.Abason Baby Products Surabaya. Teknik analisis data yang
digunakan adalah regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 26. Metode analisis data yang
digunakan adalah uji instrumen, uji hipotesis klasik, uji linieritas berganda, uji hipotesis dan koefisien
determinasi (R2). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disiplin kerja, beban kerja dan lingkungan
kerja terjadi pada waktu yang bersamaan, dan dengan diperoleh F (hitung) sebesar 34,881> F (tabel)
3,01 berpengaruh signifikan terhadap 0,000 <0,05 sehingga berpengaruh signifikan terhadap perilaku
berkeliaran online. . Setelah dilakukan analisis diperoleh nilai koefisien determinasi (adjusted R2)
sebesar 0,796 atau 79,6%..Hasil penelitian ini adalah secara parsial Disiplin Kerja berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap perilaku Cyberloafing, Beban Kerja dan Lingkungan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap perilaku cyberloafing karyawan di PT.Abason Baby Product Surabaya. Secara
simultan disiplin kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja mempengaruhi Perilaku Cyberloafing
karyawan di PT.Abason Baby Product Surabaya.

Kata kunci: Disiplin Kerja, Beban Kerja, Lingkungan Kerja, dan Perilaku Cyberloafing

ABSTRAK
This study uses quantitative methods with data collection techniques through distributing
questionnaires. The sample in this study used a saturated sampling technique with 27 employees as
respondents at PT.Abason Baby Product Surabaya.The data analysis technique used is multiple linear
regression using SPSS 26. The data analysis method used is instrument test, classical assumption test,
multiple linear test, hypothesis test and coefficient of determination (R2). The results of this study
indicate that work discipline, workload and work environment simultaneously and significantly
influence cyberloafing behavior by obtaining F (count) of 34.881> F (table) 3.01 with a significant
value of 0.000 <0.05. With the analysis of the coefficient of determination (adjusted R2) is 0.796 or
79.6%. This means that the variables of work discipline, workload and work environment contribute
79.6% to cyberloafing behavior.The results of this study are partially work discipline has a negative
and insignificant effect on cyberloafing behavior, workload and environment have a positive and
significant effect on employee cyberloafing behavior at PT.Abason Baby Product Surabaya.
Simultaneously work discipline, workload, and work environment influence employee cyberloafing
behavior at PT.Abason Baby Product Surabaya.

Keywords: Work Discipline, Workload, Work Environment, and Employee Cyberloafing Behavior.

PENDAHULUAN
Di era berkembangnya teknologi saat manusia karena memenuhi hampir seluruh
ini, Internet seperti menjadi kebutuhan primer ruang kehidupan manusia, mulai dari hal yang

1
paling sederhana hingga hal yang cukup rumit diluar kepentingan pekerjaan seperti bermain
semua dapat dikendalikan dan dikerjakan game online, membuka akun sosial media
dengan bantuan internet. Data riset pada tahun (Instagram, facebook, twitter, youtube)
2018 yang dilakukan oleh Google dan Temasek melakukan pembelian online, mendownload
dengan judul E-conomy SEA 2018 video dan kegiatan pengunaan internet lainnya
memperlihatkan, total pengguna internet di diluar kegiatan yang bersangkutan dengan
Kawasan Asia Tenggara ada sebanyak 350 juta pekerjaan. Selain menggunakan perangkat
pengguna dan dari data tersebut komputer yang disediakan perusahaan sering
mengungkapkan 150 juta diantaranya berasal ditemukan karyawan yang menggunakan
dari indonesia. perangkat milik pribadi sendiri (handphone,
Asosiasi Penyelenggara Jaringan ipad, tablet) untuk berselancar di internet.
Internet Indonesia (APJII) menerangkan bahwa
Perilaku cyberloafing dapat dipengaruhi
lebih dari setengah penduduk Indonesia kini
oleh disiplin kerja, beban kerja dan lingkungan
telah terhubung internet,survei yang dilakukan
kerja. Menurut Hasibuan (2006:44) disiplin
di tahun 2016 itu mengungkapkan bahwa 132,7
kerja adalah kesadaran seseorang dalam
juta orang Indonesia telah mengakses internet
mentaati semua peraturan dan norma-norma
atau sekitar 51.5% dari jumlah penduduk di
sosial yang berlaku. jika karyawan tidak
Indonesia. Sedangkan berdasarkan pekerjaan
memiliki kesadaran tentang kedisipilinan dapat
pengguna internet paling tinggi dipegang oleh
memicu terjadinya perilaku cyberloafing.
pekerja atau karyawan swasta dengan jumlah
Setiap karyawan memiliki tugas dan tanggung
pengguna 23,8 juta jiwa.
jawab yang berbeda beda sesuai dengan tugas
Komputer dan internet sebagai dan keterampilan karyawan, namun banyak
penunjang pekerjaan yang disediakan ditemui karyawan yang mendapat beban kerja
perusahaan sangat membantu karyawan dalam yang melebihi kapasitas kemampuan yang
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan dapat menimbulkan stress, ketika mengalami
yang diberikan secara efektif dan efisien, stess kerja karyawan akan mencari cara untuk
Karyawan dapat mengakses internet mengurangi tingkat stress dan salah satu cara
dimanapun dan kapanpun untuk menunjang yang dapat dilakukan karyawan untuk
pekerjaannya seperti mengirim data dan mengurangi tingkat stress kerja adalah
informasi melalui email, mengunduh data, cyberloafing. Stres dapat berupa ketidakjelasan
mencari informasi, memberikan informasi, tujuan dan tidak adanya pedoman, konflik atau
menyimpan dan berbagi data melalui jaringan pertentangan dengan rekan kerja,supervisor,
serta berkomunikasi. Namun bukan berarti hal dan lingkungan kerja dan beban kerja yang
tersebut tidak menimbulkan dampak yang melebihi kemampuan merupakan penyebab
negatif, penggunaan internet secara berlebihan perilaku cyberloafing (Conlin,2010).
dan banyak disalahgunakan para karyawan

2
Dari uraian latar belakang Disiplin Kerja
permasalahan diatas,penulis tertarik untuk
Menurut Alex S.Nitisemita ( 1992; 199 )
melakukan sebuah penelitian. Penulis
Disiplin kerja adalah suatu sikap, tingkah laku
terdorong untuk meneliti pengaruh disiplin
dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan
kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
dari perusahaan baik yang tertulis maupun yang
terhadap perilaku cyberloafing karyawan di PT
tidak tertulis. Menurut Hasibuan ( 2002 ),
Abason Baby Product Surabaya. Dan data
Disiplin kerja adalah kesadaran dan kesediaan
sampel penelitian diambil dari seluruh
seseorang menaati semua peraturan dan norma-
karyawan PT Abason Baby Product Surabaya.
norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah
TINJAUAN PUSTAKA
sikap seseorang yang secara sukarela menaati
semua peraturan dan sadar akan tugas dan
Perilaku adalah sikap dan tindakan.
tanggung jawabnya, kesediaan adalah suatu
Perilaku Organisasi menurut Stephen P.
sikap dan tingkah laku dalam melaksanakan
Robbins (2014) adalah bidang studi yang
peraturan perusahaan, baik yang tertulis
mempelajari dampak perorangan, kelompok,
maupun tidak. Suatu sikap menghormati,
dan struktur pada perilaku dalam organisasi
menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-
dengan tujuan mengaplikasikan pengetahuan
peraturan yang berlaku, baik yang tertulis
untuk memperbaiki efektivitas organisasi.
maupun tidak tertulis serta sanggup
Tindakan yang dilakukan oleh karyawan yang
menjalankan dan tidak mengelak untuk
melanggar norma-norma organisasi formal dan
menerima sanksi-sanksinya apabila ia
peraturan masyarakat yang dilakukan dengan
melanggar tugas dan wewenang yang diberikan
sengaja menghasilkan hal yang mempunyai
kepadanya, disiplin kerja menurut
konsekuensi negatif disebut deviant 9
Sastrohadiwiryo (2003).
organizational behavior (Robbins, 2014).
Indikator Disiplin Kerja
Beberapa perilaku yang dianggap
menyimpang dalam organisasi antara lain Menurut Soejono (2000 : 67), disiplin
ketidaksopanan, cyberloafing, penyerangan kerja dipengaruhi oleh faktor yang sekaligus
fisik di tempat kerja, berkata kasar atau marah sebagai indikator dari disiplin kerja yaitu:
dengan kata-kata menyinggung perasaan, a.Ketepatan waktu. Para pegawai datang ke
pencurian di tempat kerja oleh karyawan kantor tepat waktu, tertib dan teratur, dengan
(Robbins, 2014). Jadi cyberloafing merupakan begitu dapat dikatakan disiplin kerja baik.
salah satu produk atau hasil dari deviant b.Menggunakan peralatan kantor denganbaik.
organizational behavior dan termasuk salah Sikap hati-hati dalam menggunakan peralatan
satu isu penting yang berkembang sesuai kantor dapat mewujudkan bahwa seseorang
dengan perkembangan internet dalam dunia memiliki disiplin kerja yang baik, sehingga
bisnis atau perusahaan. peralatan kantor dapat terhindar dari kerusakan.

3
c.Tanggung jawab yang tinggi. Pegawai yang menyatakan Beban kerja adalah tugas-tugas
senantiasa menyelesaikan tugas yang yang diberikan pada tenaga kerja atau
dibebankan kepadanya sesuai dengan prosedur karyawan untuk diselesaikan pada waktu
dan bertanggung jawab atas hasil kerja, dapat tertentu dengan menggunakan keterampilan
pula dikatakan memiliki disiplin kerja yang dari tenaga kerja. Permendagri No. 12/2008
baik. (dalam Agripa, 2013) menyatakan bahwa
d.Ketaatan terhadap aturan kantor. Pegawai beban kerja adalah besaran pekerjaan yang
memakai seragam kantor, menggunakan kartu harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi
tanda pengenal atau identitas, membuat izin dan merupakan hasil kali antara volume kerja
bila tidak masuk kantor, juga merupakan dan norma waktu.
cerminan dari disiplin yang tinggi.
Dengan demikian beban kerja dapat
e.Pegawai memakai seragam kantor,
disimpulkan sebagai suatu tugas yang harus
menggunakan kartu tanda pengenal identitas, diselesaikan dan dikerjakan dengan

membuat izin bila tidak masuk kantor, juga ketrampilan pekerja dalam jangka waktu yang
sudah ditentukan oleh perusahaan.
merupakan cerminan dari disiplin yang tinggi.
INDIKATOR BEBAN KERJA
BEBAN KERJA Menurut putra (dalam Artadi, 2016)
indikator beban kerja meliputi:
Menurut Manuaba (dalam Dewi, 2013)
a. Target yang harus dicapai
setiap pekerjaan merupakan beban bagi
pelakunya. Beban tersebut tergantung pandangan individu mengenai besarnya
bagaimana orang tersebut bekerja sehingga target kerja yang diberikan untuk
disebut beban kerja. Jadi definisi beban kerja menyelesaikan pekerjaannya, misalnya untuk
adalah kemampuan tubuh manusia dalam menggiling, melinting, mengepak dan
menerima pekerjaan. Berdasarkan sudut mengangkut. Pandangan mengenai hasil kerja
pandang ergonomik, setiap beban kerja yang yang harus diselesaikan dalam jangka waktu
diterima seseorang harus sesuai dan seimbang tertentu.
baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan
b. Kondisi pekerjaan
kognisi maupun keterbatasan manusia yang
menerima beban tersebut. Beban dapat berupa Mencakup tentang bagaimana
beban fisik maupun beban mental. Beban kerja pandangan yang dimiliki oleh individu
fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengenai kondisi pekerjaannya, misalnya
merawat,mengangkut, mengangkat, dan mengambil keputusan dengan cepat pada saat
mendorong. Sedangkan beban kerja mental pengerjaan barang, serta mengatasi kejadian
dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan yang tak terduga seperti melakukan pekerjaan
prestasi kerja yang dimiliki individu dengan ekstra diluar waktu yang telah ditentukan.
individu lainnya. Menurut Munandar (2014:20)
c. Standar pekerjaan

4
Kesan yang dimiliki oleh individu b. Cahaya
mengenai pekerjaannya, misalnya perasaan
c. Suhu udara
yang timbul mengenai beban kerja yang harus
diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. d. Keamanan

LINGKUNGAN KERJA e. Hubungan dengan atasan

Menurut Alex S. Nitisemito (2000:183) f. Hubungan dengan sesama rekan kerja


Lingkungan Kerja adalah segala sesuatu
CYBERLOAFING
disekitar para pekerja, dimana keadaan tersebut
mempengaruhi aktifitas dalam menyelesaikan Cyberloafing adalah penggunaan internet
tugas karyawan. Sedangkan menurut Sutrisno pada saat jam kerja dengan menggunakan
(2010: 118) Lingkungan kerja juga dapat internet organisasi (Herdiati, Sujoso &
diartikan keseluruhan sarana dan prasarana Hartanti, 2015). Namun cyberloafing tidak
kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang hanya menggunakan internet milik organisasi
melakukan pekerjaan yang dapat namun juga milik pribadi. Seperti yang
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan, dikemukakan oleh Henle dan Kedharnath
lingkungan kerja ini meliputi tempat bekerja, (2012) yaitu penggunaan teknologi internet
fasilitas, dan alat bantu pekerjaan, kebersihan, selama jam kerja untuk tujuan personal.
pencahayaan, ketenangan, termasuk juga Teknologi yang dimaksud bisa teknologi yang
hubungan kerja antara orang-orang yang ada di disediakan perusahaan dan juga milik pribadi
tempat tersebut. yang dibawa karyawan selama bekerja
(misalnya, smartphone, iPad).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa lingkungan kerja merupakan seluruh hal Perilaku Cyberloafing merupakan
yang berada disekitar pekerja meliputi sarana perilaku seseorang yang sengaja menggunakan
prasarana serta hubungan orang-orang disekitar teknologi informasi dan akses internet yang
yang mempengaruhi kegiatan serta aktifitas bersifat pribadi pada saat jam kerja yang tidak
pekerjaan. ada hubungannya dengan pekerjaan yang
seharusnya di selesaikan dengan tepat waktu
INDIKATOR LINGKUNGAN KERJA
dan dapat merugikan organisasi atau instansi
Menurut Sedarmayanti (2012) terkait, sehingga dampaknya pada
lingkungan kerja merupakan keseluruhan alat produktivitas pekerja tersebut (Rahayuningsih,
yang dihadapi lingkungan sekitar dimana 2017). Hal ini diperkuat oleh Aldilasari (2017)
seseorang bekerja, baik perseorangan atau yang menjelaskan kalau bukan hal yang
kelompok. Lingkungan kerja ini menunjuang mengejutkan apabila penggunaan internet yang
pegawai dalam menjalankan tugasnya. Adapun tidak berkaitan dengan pekerjaan serta
indikator dalam lingkungan kerja ini yaitu: penundaan pekerjaan ini akan mengarah kepada

a. Peralatan kerja penurunan produktivitas bagi organisasi.

5
Cyberloafing merupakan penyimpangan kerja
Disiplin
yang mengacu pada perilaku sukarela yang
Kerja (X1)
secara signifikan melanggar norma-norma Perilaku
organisasi, dan dengan demikian mengancam Beban Cyberloafing
Kerja (X2) (Y)
kesejahteraan organisasi atau anggotanya (
Rajah & Lim, 2011). Lingkungan
Kerja (X3)
Dari beberapa definisi yang diungkapkan
tokoh di atas, maka dapat menyimpulkan
bahwa cyberloafing merupakan segala bentuk
perilaku karyawan yang menggunakan akses
HIPOTESIS PENELITIAN
internet perusahaan untuk hal-hal yang tidak
Jawaban sementara yang dapat diambil dari
berkaitan dengan pekerjaan (tujuan pribadi).
penelitian ini adalah :
Perilaku tersebut dilakukan pada saat jam kerja
dengan teknologi milik perusahaan (komputer a. H1 = Disiplin kerja (X1) mempunyai
kantor, laptop) maupun milik pribadi pengaruh secara signifikan terhadap
(smartphone, ipad, laptop pribadi,tablet). perilaku Cyberloafing karyawan (Y).
b. H2 = Beban kerja (X2) mempunyai
INDIKATOR CYBERLAOFING
pengaruh secara signifikan terhadap
1. Menggunakan Wifi kantor diluar perilaku Cyberloafing karyawan (Y).
kepentingan pekerjaan pekerjaan selama jam c. H3 = Lingkungan kerja (X3)
kerja. mempunyai pengaruh secara signifikan
2 Menggunakan Handphone diluar kepentingan terhadap perilaku Cyberloafing
kerja dijam kerja. karyawan (Y).
d. H4 = Disiplin kerja (X1), dan Beban
3.Mengakses sosial media
kerja (X2), serta Lingkungan kerja (X3)
4.Bermain game online mempunyai pengaruh secara simultan
terhadap perilaku Cyberloafing
5.Mengunduh musik/fim/video.
karyawan (Y).
KERANGKA PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Gambar 1 Kerangka Konseptual
Penelitian ini dilakukan di PT.Abason
Baby Product Surabaya yang beralamat di Jalan
Raya sambikerep No 5, Sambikerep,
Kec.Sambikerep, Kota Surabaya, Jawa Timur
60217. Tlp.031 – 7407818.

6
Menurut Sugiyono (2010:15) populasi HASIL PENELITIAN DAN
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas PEMBAHASAN

objek/subjek yang mempunyai kualitas dan Uji Validitas


karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh Uji Validitas digunakan untuk menguji
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik pertanyaan atau item dari masing-masing
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini variabel. Data yang diuji sebanyak 27
adalah karyawan PT.Abason Baby Product responden dengan menggunakan SPSS versi
yang berjumlah 27 orang. 26. Hasil dinyatakan valid apabila memiliki

Jenis dan sumber data yang digunakan koefisien positif dan lebih besar dari r (tabel).

adalah data primer yaitu data yang didapat dari Besarnya r (tabel) df(n-2) = 27-2 = 25 ; pada df

sumber pertaman baik berupa hasil wawancara = 25 diperoleh α = 0,05 ; besarnya r (tabel)

maupun hasil dari pengisian kuesioner dana dat 0.3809. Teknik analisis yang digunakan adalah

sekunder yaitu data yang telah diolah dan telah koefisien korelasi pearson. Berikut adalah hasil

tersaji serta telah terdokumentasi. uji validitas pada masing-masing varibel.

Terknik pengumpulan data dilakukan Tabel 1 Hasil Uji Validitas Disiplin Kerja

dengan cara interview yaitu pengumpulan data No. Item r hitung Keterangan
dengan cara mengadakan wawancara langsung
dengan pimpinan dan sebagian karyawan dan 1 X1P1 0,628** VALID

kuesioner yaitu pengumpulan data dengan cara 2 X1P2 0,618** VALID


membuat daftar pertanyaan. 3 X1P3 0,754** VALID

Metode Analisis Data 4 X1P4 0,676** VALID


5 X1P5 0,720** VALID
Pada penelitian ini analisis regresi linier
berganda digunakan untuk Disiplin kerja (X1),
Beban Kerja (X2), Lingkungan Kerja (X3), Tabel 2 Hasil Uji Validitas Beban Kerja
terhadap Perilaku Cyberlofing (Y). Persamaan
regresi linier berganda dalam penelitian ini
adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 No. Item r hitung Keterangan
Keterangan :
1 X2P1 0,747** VALID
Y : Variabel terikat Perilaku
Cyberloafing 2 X2P2 0,762** VALID

a : Konstanta 3 X2P3 0,720** VALID


4 X2P4 0,811** VALID
b1b2b3: Koefisiensi regresi
5 X2P5 0,516** VALID
X1 : Variabel bebas Disiplin Kerja

X2 : Variabel bebas Beban Kerja

X3 : Variabel bebas Lingkungan Kerja

7
Tabel 3 Hasil Uji Validitas Lingkungan
Kerja
Tabel 4 Hasil Uji Realibilitas

No. Variabel Cronbach’s Kesimpula


No. Item R hitung Keterangan
alpha n
1 X3P1 0,637** VALID 1. Disiplin 0,707 RELIABEL
Kerja
2 X3P2 0,689** VALID
2. Beban Kerja 0,762 RELIABEL
3 X3P3 0,834** VALID
3. Lingkungan 0,714 RELIABEL
4 X3P4 0,632** VALID Kerja
4. Cyberloafin 0,633 RELIABEL
5 X3P5 0,624** VALID
g

Tabel 3 Hasil Uji Validitas Cyberloafing Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas
No. Item r hitung Keterangan
Uji normalitas data dapat dilihat dengan
1 YP1 0,646** VALID
menggunakan uji Kolmogorov-smirnov.
2 YP2 0,593** VALID Kriteria pengujian dengan menggunakan uji
dua arah (two tailed test), yaitu dengan
3 YP3 0,531** VALID
membandingkan probabilitas yang diperoleh
4 YP4 0,684** VALID dengan taraf signifikasi 5% atau (α) 0,05. Jika
5 YP5 0,721** VALID p-value > 0,05, maka data berdistribusi normal.
Berikut disajikan hasil output uji kolmogorov-
smirnov:
Uji Realibilitas
Tabel 5 Hasil Uji Normalitas
Uji reliabilitas untuk mengetahui
keandalan (konsistensi) instrument alat ukur Dari tabel 4.14 hasil uji normalitas
berupa kuesioner. Pengujian reliabilitas ini menunjukan bahwa nilai signifikansi lebih dari
dilakukan dengan menggunakan teknik 0,05 (0,200 > 0,05), maka dapat disimpulkan
Cronbach’s alpha. Kuesioner dinyatakan bahwa data yang dianalisis berdistribusi
reliabel jika mempunyai nilai alpha > 0,6 normal.
(Surjeweni,2014).
Kolmogorov-Smirnov Test

8
Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Standardi
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
zed
Unstandardized Unstandardize Coefficien Collinearity
Residual d Coefficients ts Statistics
Std.
N 27 Model B Error Beta T Sig. Tolerance VIF
Normal Mean .0000000 1 (Constant) 6.26 1.772 3.537 .002
Parameters a,b Std. Deviation .77334624 8
Disiplin -.030 .058 -.046 -.516 .611 .983 1.017
Most Extreme Absolute .097 Kerja
Differences Positive .097 Beban .186 .070 .270 2.641 .015 .750 1.333
Kerja
Negative -.073
Lingkunga .511 .070 .739 7.280 .000 .761 1.314
Test Statistic .097 Kerja
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d a. Dependent Variable: Cyberloafing

Berdasarkan output uji multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas


tabel diatas bahwa hasil perhitungan nilai Dalam penelitian ini cara untuk
toleransi dari masing-masing variabel bebas mendeteksi ada atau tidaknya
yaitu Disiplin Kerja (X1) = 0,983, Beban Kerja heterokedastisitas dengan menggunakan scatter
(X2) = 0,750, Lingkungan Kerja (X3) = 0,761; plot. Jika pada gambar scatterplot tidak terlihat
nilai toleransi > 0,100 yang berarti tidak ada pola yang jelas (bergelombang, melebar,
korelasi antar varibel bebas. Hasil kemudian menyempit), serta titik-titik
perhitungan VIF dari masing-masing menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada
variabel bebas yaitu Disiplin Kerja (X 1) = sumbu Y, maka tidak terjadi adanya
1,017, Beban Kerja (X2) = 1,333 Disiplin Kerja heteroskidastisitas. Gejala heteroskidastisitas
(X3) = 1.314 ; nilai VIF < dari 10,00. Jadi dapat juga ditunjukkan apabila hasil uji glejser
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas kurang dari atau sama dengan 0,05 maka dapat
antar variabel bebas dalam model regresi. disimpulkan bahwa data mengalami
heterokedastisitas (Ghozali,2012).
Tabel 6 Hasil Multikolinearitas

9
Dari scatterplot pada gambar (X1) mengalami kenaikan satu satuan, maka
menunjukan bahwa titik-titik menyebar diatas perilaku Cybeloafing akan mengalami
dan dibawah angka 0. Titik-titik tidak penurunan sebesar -0,030 koefisien bernilai
berkumpul hanya diatas atau dibawah saja. negatif artinya antara Disiplin Kerja (X1)
Penyebaran titik-titik data tidak membentuk dengan perilaku Cyberloafing (Y) memiliki
pola bergelombang, melebar kemudian hubungan negatif. Kenaikan Disiplin Kerja
menyempit. Jadi dapat disimpulkan bahwa (X1) akan mengakibatkan menurunnya perilaku
tidak terjadi gejala heterokedastisitas pada data Cyberloafing.
diatas.
c. Beban Kerja (X2) = 0,186
Hasil Regresi Berganda Merupakan nilai koefisiensi regresi
Regresi Linier Berganda variabel Beban Kerja (X2) terhadap perilaku
Coefficients a
Cyberloafing (Y) artinya jika Beban Kerja (X2)
Standardi
zed mengalami kenaikan satu satuan, maka perilaku
Unstandardized Coefficie
Coefficients nts Cybeloafing akan mengalami peningkatan
Std.
Model B Error Beta t Sig. sebesar 0,186 koefisien bernilai positif artinya
1 (Constant) 6.268 1.772 3.537 .002
antara Beban Kerja (X2) dengan perilaku
Disiplin Kerja -.030 .058 -.046 -.516 .611
Cyberloafing (Y) memiliki hubunga positif.
Beban Kerja .186 .070 .270 2.641 .015

Lingkunga .511 .070 .739 7.280 .000


Kenaikan Beban Kerja (X1) akan
Kerja
mengakibatkan meningkatnya perilaku
a. Dependent Variable: Cyberloafing

Cyberloafing.

Dari tabel dapat dijelaskan sebagai berikut : d. Lingkungan Kerja (X3) = 0,511
Merupakan nilai koefisiensi regresi
Y = 6,268 +( -0,030X1)+ 0,186X2 + 0,511X3
variabel Lingkungan Kerja (X3) terhadap
a. Konstanta 6,268 perilaku Cyberloafing (Y) artinya jika
Nilai konstanta positif menunjukan Lingkungan Kerja (X3) mengalami kenaikan
pengaruh positif variabel Independent Disiplin satu satuan, maka perilaku Cybeloafing akan
Kerja (X1), Beban Kerja (X2), Lingkungan mengalami peningkatan sebesar 0,511
Kerja (X3), terhadapat variabel dependen koefisien bernilai positif artinya antara
Cyberloafing (Y). Bila variabel independent Lingkungan Kerja (X3) dengan perilaku
naik dalam satu satuan , maka variabel Cyberloafing (Y) memiliki hubungan positif.
Cyberloafing akan naik sebesar 6,268. Kenaikan Lingkungan Kerja (X3) akan
mengakibatkan meningkatnya perilaku
b. Disiplin Kerja (X1) = (- 0,030)
Cyberloafing.
Merupakan nilai koefisiensi regresi
variabel Disiplin Kerja (X1) terhadap perilaku Analisis Koefisien Determinasi (R2)
Cyberloafing (Y) artinya jika Disiplin Kerja

10
Model Summaryb Cyberloafing akan menurun, begitu juga
Std. sebaliknya jika disiplin kerja menurun maka
Error of
perilaku Cyberloafing meningkat.
the
R Adjusted Estimat Durbin- Berdasarkan hasil jabawan karyawan di
Model R Square R Square e Watson
PT.Abason Baby Product Surabaya yang
1 .9 .820 .796 .822 2.419
menjadi responden ini, diketahui bahwa
0
5a Disiplin Kerja yang ada diperusahaan
a. Predictors: (Constant), Lingkunga Kerja, Disiplin meningkat bisa menurunkan perilaku
Kerja, Beban Kerja Cyberloafing di PT.Abason Baby Product
b. Dependent Variable: Cyberloafing
Surabaya. Disiplin kerja yang bisa mengurangi
Berdasarkan analisis koefisien
karyawan untuk melakukan kegiatan
determinasi ( adjusted R2) adalah 0,796 atau
Cyberloafing. Disiplin kerja di PT.Abason
79,6%. Disimpulkan bahwa 79,6% variabel
Baby Product Surabaya sudah baik terlihat dari
perilaku Cyberloafing dijelaskan oleh variabel
jawaban responden yang menyatakan bahwa
Disiplin Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan
rata-rata responden datang tepat waktu,
Kerja. Dan selisihnya 20,4% dipengaruhi oleh
menggunakan peralatan dan fasilitas
variabel yang tidak masuk dalam penelitian ini.
perusahaan hanya untuk kepentingan
Pembahasan perusahaan dan mengedepankan

Penelitian ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas dijam kerja sehingga

mengetahui pengaruh Disiplin Kerja, Beban kedisiplinan karyawan tersebut mengurangi

Kerja, dan Lingkungan Kerja terhadap perilaku perilaku cyberloafing di perusahaan namun

Cyberloafing Karyawan di PT.Abason Baby tidak signifikan, sehingga karyawan masing

Product Surabaya.. berperilaku cyberloafing disaat dijam kerja.

1. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap 2. Pengaruh Beban Kerja terhadap

perilaku Cyberloafing Karyawan secara perilaku Cyberloafing Karyawan secara

Parsial. Parsial.

Dari hasil pengujian, diketahui nilai sig Dari hasil pengujian, diketahui nilai sig

untuk pengaruh X1 terhadap Y adalah sebesar untuk pengaruh X2 terhadap Y adalah sebesar

0,611 > 0,05 dan diperoleh t(hitung) sebesar - 0,015 < 0,05 dan diperoleh t(hitung) sebesar

0,516 < t(tabel) 2,068. Hasil pengujian 2,641 > t(tabel) 2,068. Hasil pengujian

hipotesis menunjukkan bahwa Disiplin Kerja hipotesis menunjukkan bahwa Beban Kerja

secara parsial berpengaruh negatif dan tidak secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap perilaku Cyberloafing signifikan terhadap perilaku Cyberloafing

PT.Abason Baby Product Surabaya. Jika PT.Abason Baby Product Surabaya. Jika Beban

Disiplin Kerja meningkat, maka perilaku

11
Kerja meningkat, maka perilaku Cyberloafing hipotesis menunjukkan bahwa Lingkungan
juga akan meningkat. Kerja secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap perilaku Cyberloafing
Berdasarkan jawaban karyawan
PT.Abason Baby Product Surabaya.
PT.Abason Baby Product Surabaya yang
Lingkungan kerja yang mendukung dan
menjadi responden penelitian ini, diketahui
fasilitas yang terkoneksi dengan internet
bahwa beban kerja mempengaruhi karyawan
mempengaruhi karyawan untuk melakukan
melakukan Cyberloafing. Beban kerja yang
cyberloafing. Karyawan PT.Abason Baby
didapat karyawan PT.Abason Baby Product
Product merasakan hubungan yang terjalin
Surabaya terlalau tinggi karyawan mengerjakan
antara karyawan tidak pernah terjadi konflik,
banyak pekerjaan setiap harinya dan harus
Peralatan dan perlengkapan pekerjaan tersedia
menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat,
dengan baik , suhu ditempat kerja sangat sejuk
karyawan juga memiliki target kerja yang
, mendorong karyawan untuk melakukan
tinggi diluar kemampuan sehingga ketika ada
Cyberloafing
rasa Lelah dan merasa bosan dengan pekerjaan
mereka membuka media sosal , bermain games Seperti hasil penelitian yang dilakukan
dan kegiatan online diluar pekerjaan lainnya oleh Ria Benedita (2018) yang membuktikan
atau disebut Cyberloafing. Seperti yang bahwa lingkungan kerja mempengaruhi
dikemukakan (Lim dalam firmanto,2017) perilaku cyberloafing karyawan. Dari 3
dalam penelitiannya menyatakan bahwa ketika variabel yang ada Lingkungan Kerja memiliki
beban kerja berlebih (Overload) maka pengaruh yang paling besar tehadap
kecenderungan karyawan melakukan pelarian Cyberloafing di PT.Abason Baby Poduct
dari tugasnya dengan cara berperilaku Surabaya yang dapat dilihat dari nilai
cyberloafing. Signifikan 0,000 dimana lebih kecil nilai
signifikannya dari variabel lainnya. Sehingga
Hasil penelitian ini mendukung penelitian
lingkungan kerja paling berpengaruh diantara
yang dilakukan oleh Ahmad K, Dian A.S.
variabel lainnya terhadap perilaku cyberloafing
Parawansa, Jusni (2019), yang menunjukkan
karyawan di PT.Abason Baby Product.
bahwa beban kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap perilaku Cyberloafing. 4. Pengaruh Disiplin Kerja, Beban Kerja,
Lingkungan Terhadap perilaku
3. Pengaruh Lingkungan Kerja
Cyberloafing Karyawan secara
terhadap perilaku Cyberloafing
Simultan.
Karyawan secara Parsial.
Dari hasil pengujian, diperoleh F(hitung)
Dari hasil pengujian, diketahui nilai sig
sebesar 34,881 > F(tabel) 3,01 dengan nilai
untuk pengaruh X3 terhadap Y adalah sebesar
signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini
0,000 < 0,05 dan diperoleh t(hitung) sebesar
menunjukan terhadap pengaruh yang signifikan
7,280 > t(tabel) 2,068. Hasil pengujian

12
secara simultan antara Disiplin Kerja, Beban yang dibuktikan dari nilai signifikan 0,015
Kerja, dan Lingkungan Kerja terhadap perilaku < 0,05 dan diperoleh t (hitung) sebesar
Cyberloafing di PT.Abason Baby Product 2,641 > t (tabel) 2,068.
Surabaya. Jika Disiplin Kerja, Beban Kerja, dan 3. Lingkungan Kerja terbukti secara parsial
Lingkungan Kerja meningkat maka perilaku berpengaruh positif dan signifikan
Cyberloafing juga meningkat. terhadap perilaku Cyberloafing karyawan
di PT.Abason Baby Product Surabaya.
Dari hasil yang diperoleh secara simultan
Sesuai dengan hasil regresi yang
permasalahan dilatar belakang, setelah
dibuktikan dari nilai signifikan 0,000 <
melakukan penelitian terdapat hasil bahwa
0,05 dan diperoleh t (hitung) sebesar 7,280
variabel Disiplin Kerja, Beban Kerja, dan
> t (tabel) 2,068.
Lingkungan Kerja secara simultan
4. Disiplin Kerja, Beban Kerja, dan
berpengaruh. Jadi semua variabel pada
Lingkungan Kerja secara simultan
penelitian ini mempunyai pengaruh terhadap
berpengaruh terhadap perilaku
perilaku Cyberloafing karyawan.
Cyberloafing karyawan di PT.Abason
Kesimpulan dan Saran Baby Product Surabaya. Sesuai dengan

Kesimpulan hasil uji F. Hal ini dibuktikan dari nilai


F(hitung) sebesar 34.881 > F(tabel) 3,01
Berdasarkan hasil penelitian dan
dengan nilai signifikan diperoleh sebesar
pembahasan mengenai pengaruh Disiplin
0,000 < 0,05.
Kerja, Beban Kerja, dan Lingkungan Kerja
terhadap perilaku Cyberloafing karyawan di Saran

PT.Abason Baby Product Surabaya, maka Berdasarkan kesimpulan diatas, adapun


dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut saran-saran yang dapat peneliti sampaikan
: sehubungan dengan hasil penelitian yang telah

1. Disiplin Kerja secara parsial berpengaruh dilakukan, adalah sebagai berikut :

Negatif dan tidak signifikan terhadap 1. Bagi peneliti selanjutnya


perilaku Cyberloafing karyawan di
Dengan telah selesainya dilakukan penelitian
PT.Abason Baby Product Surabaya.
ini, diharapkan peneliti selanjutnya dapat
Dengan hasil regresi yang dibuktikan dari
menggunakan penelitian ini sebagai referensi,
nilai signifikan 0,611 > 0,05 dan diperoleh
dengan metode danpenelitian yang berbeda
t (hitung) sebesar -0,516 < t (tabel) 2,068.
pada objek perusahaan yang berbeda sehingga
2. Beban Kerja terbukti secara parsial
dapat dilijat perbedaannya dan dapat
berpengaruh positif dan signifikan
menggunakan variabel independent lainnya
terhadap perilaku Cyberloafing karyawan
yang berhubungan.
di PT.Abason Baby Product Surabaya.
Sesuai dengan hasil regresi (tabel 4.17) 2 Bagi Akademisi

13
Semoga penelitian bermanfaat dan dapat masing-masing leader di tiap bagian untuk
dijadikan acuan atau pertimbangan acuan atau mengawasi bawasan disaat jam kerja.
pertimbangan dalam pembuatan karaya ilmiah
Daftar Pustaka
yang bersifat akademisi.
Ahmad K, Dian A.S Parawansa, Jusni. 2019.
3. Bagi instansi
Pengaruh Role Ambiguity, Role Conflict
Dari hasil penelitian ini membuktikan bahwa dan Role Overload Terhadap Kinerja
disiplin kerja mempunyai pengaruh negatif dan Pegawai Dimediasi Perilaku
tidak signifikan terhadap cyberloafing dan Cyberloafing.
Beban Kerja, serta Lingkungan Kerja
Aldilasari, N., & Firmanto, A. (2017).
mempunyai pengaruh Positif dan signifikan
Hubungan self control dan perilaku
terhadap perilaku cyberloafing karyawan di
cyberloafing pada pegawai negri sipil.
PT.Abason Baby Product Surabaya,
Jurnal Ilmiah Prikologi Terapan, 19-39.
Kedisiplinan Karyawan sudah baik terlihat dari
respoden yang datang tepat waktu dan Alex S. Nitisemito 2000. Manajemen
mengutamakan menyelesaikan pekerjaannya Personalia: Manajemen Sumber Daya

namun hal tersebut tidak signifikan mengurangi Manusia, Ed. 3, Ghalia Indonesia,

cyberloafing, perusahaan harus mengevaluasi Jakarta.

beban kerja yang diperoleh karyawan, dari APJII. (2014). Responden survei nasional
jawaban responden rata-rata menjawab target penetrasi pengunaan internet 2014.
kerja terlalu tinggi dan bekerja dengan cepat Jakarta: Polling Indonesia.
sehingga menimbulkan kegiatan cyberloafing,
APJII. (2018). Responden survei nasional
sehingga perlu dilakukan evaluasi manajemen
penetrasi pengunaan internet 2018.
terhadap beban pekerjaan yang diterima
Jakarta: Polling Indonesia.
karyawan agar beban kerja tidak terlalu tinggi
yang dapat memdampak pada perilaku Ardilasari, Noratika Ardilasari. 2016.
cyberloafing yang tinggi dan mencari solusi Hubungan Self Control dengan Perilaku
yang tepat terhadap hal tersebut. Karena Cyberloafing pada Pegawai Negeri
lingkungan kerja memiliki pengaruh yang Sipil. Malang.
paling signifikan dilihat dari nilai
Artadi, Febri (2015). Pengaruh Kepuasan
signifikasinya paling kecil sehingga
Kerja Dan Beban Kerja Terhadap
Lingkungan Kerja yang mendukung seperti
Kinerja Karyawan pada PT. Merapi
fasilitas yang dapat terkoneksi dengan internet
Agung Lestari. Jurnal Economica.
dan kegiatan yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan perlu dibatasi dan pengawasan Azwar S. 2013. Sikap Manusia: Teori dan
terhadap penggunaan internet harus lebih Pengukuran. Yogyakarta: Pustaka
diperhatikan, pengawasan bisa dilakukan oleh pelajar.

14
Benedita, Ria. 2018. Beban Kerja, Peran Hasibuan, Malayu S.P, 2004. Manajemen
Ganda, dan Lingkungan Kerja Terhadap Sumber Daya Manusia. Cetakan ke
Perlaku Cyberloafing. Jakarta. Tujuh, edisi revisi, PT. Bumi Aksara.
Jakarta.
Blau, G., Ward-Cook, K., & Yang, Y. (2006).
Testing a measure of cyberloafing. Hasibuan, Malayu. 2012. “Manajemen Sumber
Journal of allied health, 9-17 Daya manusia”. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Blanchard, A. L, & Henle, C. A. 2008. The
Interaction of Work Stressor and Hasibuan, Malayu. 2013.”Manajemen Sumber
Organizational Sanctions on Daya Manusia”. Cetakan Ketujuh Belas.
Cyberloafing. Journal of Managerial Jakarta. Bumi Aksara.
Issues xx: ProQusest, 383-400.
Herdianti at al. 2015. Pengaruh Stresor Kerja
Conlin, M. 2000. “ Workers, Surf at Your Own dan Persepsi Sanksi
Risk. “ Business Week 3685 ( June 12 ) : Organisasiterhadap Perilaku
105-106. Cyberloafing di Universitas Jember. E-
Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol. 3 No 1.
Dewi, Irawati Arie. 2013. Hubungan Antara
Persepsi Terhadap Beban Kerja Dengan Herdiati, Meilisa Fani., Sujoso, Anita Dewi
Komitmen Organisasi Karyawan Divisi Prahastuti., dan Hartanti, Ragil Ismi.
Pelaksana Produksi PT. Solo Kawistara (2015). Pengaruh Stressor Kerja dan
Garmindo. skripsi. Program Studi Persepsi Sanksi Organisasi terhadap
Psikologi, Fakultas Psikologi, Cyberloafing di Universitas Jember. e-
Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Pustaka Kesehatan. 3(1): 179-185

Evanita, Leny. 2013. Displin Kerja, Gaya Husein, Umar, 2004,“Riset Manajemen Sumber
Kepemimpinan, Pelatihan dan Kinerja Daya Manusia Dan Organisasi”,
Karyawan RSUD Lubuk Lingau. Thesis. Jakarta, Penerbit Pt Gramedia Pustaka
Jakarta: Universitas Esa Tunggal Utama.

Handoko, T Hani. 2008. Manjemen Personalia.


Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Handoko, T. Hani. (2011). Manajemen


Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Edisi 2, Cet. 8 Yogyakarta: BPFE Press.

Hariandja, Marihot, T. E. (2005). Pemenuhan


Kebutuhan Tenaga Kerja
Indonesia.Erlangga. Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai