Anda di halaman 1dari 9

Widya Cipta: Jurnal Sekretari dan Manajemen

Volume 3 No. 2 September 2019


P-ISSN 2550-0805 E-ISSN 2550-0791
https://doi.org/10.31294/widyacipta.v3i1

Perilaku Cyberloafing Ditinjau Dari Psychological Capital


dan Adversity Quotient
Devy Sofyanty
Program Studi Sistem Informasi Akuntasi
Universitas Bina Sarana Informatika
email: devy.dyy@bsi.ac.id

Diterima Direvisi Disetujui


11-05-2019 08-07-2019 04-09-2019

Abstrak - Cyberloafing adalah perilaku karyawan menggunakan internet milik perusahaan atau pribadi untuk
tujuan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dan dilakukan selama jam kantor. Menilai perilaku
cyberloafing di perusahaan, institusi atau organisasi adalah penting untuk meminimalkan atau bahkan
menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku cyberloafing. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
dan menganalisis secara empiris pengaruh modal psikologis dan kecerdasan adversitas terhadap perilaku
cyberloafing. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara dan kuesioner, sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Subjek dalam penelitian ini adalah 150 karyawan di Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Data dianalisis menggunakan regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis, temuan berikut diperoleh: (1) secara simultan modal psikologis dan quotient adversity
quotient dampak negatif dan signifikan terhadap perilaku cyberloafing, (2) sebagian modal psikologis negatif
dan dampak signifikan pada perilaku cyberloafing, (3) sebagian kesulitan hasil bagi dampak negatif dan
signifikan pada perilaku cyberloafing.

Kata kunci: Modal Psikologis, Adversity Quotient, Perilaku Cyberloafing

Abstract- Cyberloafing is the behavior of employees who use corporate or private internet for purposes that
have nothing to do with work and are carried out during office hours. Assessing cyberloafing behavior in
companies, institutions or organizations is important to minimize or even eliminate the factors that cause
cyberloafing behavior. This study aims to examine and analyze empirically the influence of psychological capital
and adversity quotient on cyberloafing behavior. The research method uses quantitative methods while the data
collection technique is done through interviews and questionnaires, while the sampling technique used in this
study uses purposive sampling technique. The subjects in this study were 150 employees in the Ministry of
Energy and Mineral Resources of the Republic of Indonesia. Data were analyzed using multiple linear
regression. Based on the results of the analysis, the following findings were obtained: (1) simultaneously
psychological capital and adversity quotient negative and significant impact on cyberloafing behavior, (2)
partially psychological capital negative and significant impact on cyberloafing behavior, (3) partially adversity
quotient negative and significant impact on cyberloafing behavior.

Keywords: Psychological Capital, Adversity Quotient, Cyberloafing Behavior

PENDAHULUAN sangat bervariasi dan selalu terkini. (Oetomo, 2007).


Atas dasar demikian, banyak sekali fungsi internet
Saat ini sudah semakin banyak perusahaan, yang dahulunya hanya dimanfaatkan secara dominan
organisasi dan perseorangan tergabung dalam sebagai sarana mencari informasi, sekarang internet
jaringan internet, sehingga membangkitkan minat sudah memiliki fungsi luas, diantaranya internet
bagi perusahaan, organisasi dan pribadi lainnya ikut dipergunakan untuk berhubungan secara social,
bergabung. Internet dapat menghubungkan computer sarana jual beli, forum diskusi, berbagi data dan
dan jaringan computer yang dikelola, baik oleh masih banyak lagi, bahkan hampir semua kegiatan di
pemerintah maupun swasta dan perorangan yang dunia nyata dapat dilakukan atau berhubungan
berada di berbagai Negara. Melalui internet, dengan dunia maya atau internet. Demikian juga
siapapun kapanpun dapat leluasa mengakses dengan perusahaan, instansi pemerintahan, individu,
berbagai macam informasi diberbagai tempat. maupun kelompok, mereka menggunakan internet
Informasi yang dapat diakses lebih hidup pula untuk membentuk citra, menyelesaikan masalah,
karena tersaji berupa teks, grafik, animasi, audio mengatur kegiatan, menjalin hubungan dengan
maupun video. Kemudian informasi yang tersedia orang atau relasi lainnya, mempromosikan atau

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/widyacipta 186
Widya Cipta: Jurnal Sekretari dan Manajemen, Volume 3 No. 2 September 2019
P-ISSN 2550-0805 E-ISSN 2550-0791

mengumumkan sebuah berita, dan lain sebagainya. berdampak buruk pada citra institusi. Sejalan dengan
(Sari, 2017) hal tersebut, peneliti merasa topik perilaku
Didalam organisasi atau perusahaan sehari- cyberloafing penting untuk diteliti. Penelitian ini
hari karyawan menggunakan komputer yang bertujuan untuk menguji ada tidaknya pengaruh
terkoneksi dengan internet untuk mengerjakan tugas psychological capital dan kecerdasan adversitas
dengan aplikasi atau sistem informasi, demikan pula terhadap perilaku cyberloafing. Adapun hipotesis
dengan pimpinan organisasi atau perusahaan. yang diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) Ada
Teknologi informasi, khususnya jaringan computer pengaruh psychological capital dengan perilaku
dan internet, dapat digunakan untuk meningkatkan cyberloafing, (2) Ada pengaruh kecerdasan
dan memperlancar aliran informasi yang merupakan adversitas dengan perilaku cyberloafing, (3) Ada
darah nadi kehidupan perusahaan. Tanpa informasi, pengaruh psychological capital dan kecerdasan
pimpinan tidak dapat mengetahui kondisi obyektif adversitas dengan perilaku cyberloafing. Dengan
perusahaannya. Jadi, ia tidak dapat menjalankan asumsi semakin tinggi psychological capital dan
siklus manajerial yang meliputi perencanaan, semakin tinggi kecerdasan adversitas maka semakin
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian rendah perilaku cyberloafing. Begitu juga
secara sehat. Ia pun tidak dapat membuat keputusan sebaliknya, semakin rendah psychological capital
dengan cepat dan menyusun strategi jitu untuk dan semakin rendah kecerdasan adversitas ital maka
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam akan semakin tinggi perilaku cyberloafing.
menghasilkan laba. (Oetomo, 2007) Hasil penelitian ini diharapkan dapat
Disaat internet telah menjadi hal yang biasa, memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu
maka tidak menutup kemungkinan karyawan pengetahuan, khususnya Psikologi Industri dan
memanfaatkannya untuk kegiatan atau hal-hal yang Organisasi dan Manajemen SDM mengenai
tidak ada kaitannya dengan pekerjaan, misalnya psychological capital, kecerdasan adversitas dan
sebagai tujuan hiburan. Perilaku tersebut lazim perilaku cyberloafing. Hasil penelitian ini juga
dikenal dengan istilah perilaku cyberloafing, (Lim, dapat sebagai bahan informasi dan referensi bagi
V.K.G & Chen, 2009). Berdasarkan hasil penelitian lebih lanjut, disamping itu hasil penelitian
wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti ini dapat menjadi informasi dan bahan pertimbangan
terhadap beberapa orang pegawai di Kementrian bagi organisasi dalam meminimalisasi bahkan
Energi dan Sumber Daya Mineral, dapat diketahui meniadakan perilaku cyberloafing.
motif pegawai melakukan perilaku cyberloafing
antara lain: Untuk mencari hiburan, informasi, Cyberloafing adalah tindakan karyawan yang
membeli barang, mencari referensi tugas kuliah, menggunakan akses internet organisasi mereka
merasa jenuh dengan pekerjaan dan rutinitas kantor, selama jam kerja untuk tujuan pribadi. Ketika
mengisi waktu luang, mengalami stres kerja atau karyawan menjelajahi web untuk kesenangan,
masalah pribadi. melakukan perdagangan saham secara online,
Yang menjadi permasalahan adalah apakah berbelanja secara online, atau terlibat dalam
perilaku cyberloafing disebabkan oleh minimnya aktivitas-aktivitas internet lainnya yang tidak
psychological capital yang dimiliki pegawai, berhubungan dengan pekerjaan disaat sedang berada
ketidakmampuan organisasi untuk mendeteksi, ditempat kerja, mereka melakukan Cyberloafing.
mengakomodir, mengembangkan psychological (Robbins, 2008)
capital pada diri karyawan secara optimal dapat juga Menurut Lim & Chen (2009) Cyberloafing
menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya dibagi menjadi 2 (dua) aktivitas, yaitu: (1) Activities
perilaku cyberloafing, melalui kurang variatifnya (Aktivitas Email). Tipe cyberloafing ini mencakup
suatu pekerjaan, peran kepemimpinan yang kurang semua aktivitas penggunaan email yang tidak
asertif dalam pengawasan atau mendisiplinkan berkaitan dengan pekerjaan (tujuan pribadi) saat jam
karyawan, lemahnya sanksi, beban kerja yang kerja. Contoh perilaku dari tipe cyberloafing ini
berlebihan, konflik dengan pimpinan atau rekan adalah memeriksa, membaca, maupun menerima
kerja, masalah-masalah pribadi atau keluarga yang email pribadi. (2) Browsing Activities (Aktivitas
menyebabkan karyawan mengalami stres kerja dan Browsing) mencakup semua aktivitas penggunaan
mencari pelarian dengan berselancar di dunia maya. akses internet perusahaan untuk browsing situs yang
Hal ini sejalan dengan pendapat (Liberman, 2015) tidak berkaitan dengan pekerjaan saat jam kerja.
yang menyatakan bahwa berbagai perilaku Contoh perilaku dari tipe cyberloafing ini adalah
menyimpang ditempat kerja seperti cyberloafing browsing situs olahraga, situs berita, maupun situs
dianggap sebagai respon emosional terhadap khusus dewasa. Menurut Ozler & Polat (2012)
pengalaman kerja yang membuat frustasi, sehingga terdapat 3 (tiga) penyebab individu melakukan
sikap kerja mungkin saja mempengaruhi cyberloafing, yaitu : (1) factor individu, seperti:
cyberloafing. sikap individu terhadap penggunaan internet, trait
Perilaku cyberloafing dikategorikan sebagai pribadi, kebiasaan, factor demografis, intensi, norma
perilaku indisipliner, terbaginya konsentrasi pegawai social dan nilai pribadi. (2) factor situasional, factor
antara pekerjaan dengan perilaku cyberloafing ini menjelaskan ada tidaknya kondisi yang
berimbas pada menumpuknya pekerjaan, mendukung adanya cyberloafing. (3) factor
produktivitas kerja yang rendah, kualitas kerja yang organisasi, menjelaskan bahwa pembatasan dalam
buruk, dapat mengganggu kelancaran proses kerja penggunaan internet, konsekuensi yang diharapkan,
dan lambatnya pelayanan publik sehingga akan dukungan manajerial, modelling, sikap kerja

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/widyacipta 187
Widya Cipta: Jurnal Sekretari dan Manajemen, Volume 3 No. 2 September 2019
P-ISSN 2550-0805 E-ISSN 2550-0791

karyawan, dan karakteristik pekerjaan dapat Perilaku cyberloafing dikategorikan sebagai


mempengaruhi individu untuk melakukan perilaku indisipliner, terbaginya konsentrasi pegawai
cyberloafing. Kebiasaan dapat menjadi salah satu antara pekerjaan dengan perilaku cyberloafing
faktor yang mempengaruhi perilaku cyberloafing. berimbas pada menumpuknya pekerjaan,
Hal ini merupakan faktor yang berasal dari individu produktivitas kerja yang rendah, kualitas kerja yang
itu sendiri. Menurut (LaRose, 2010), lebih dari buruk, dapat mengganggu kelancaran proses kerja
setengah perilaku media adalah kebiasaan. Individu dan lambatnya pelayanan publik sehingga akan
yang selalu berhubungan dengan internet memiliki berdampak buruk pada citra institusi. Untuk itulah
kemungkinan yang tinggi untuk mengakses internet peneliti tertarik mengambil judul penelitian
yang tidak berhubungan dengan tugas maupun Pengaruh Psychological Capital dan Adversity
pekerjaannya. Quotient Terhadap Perilaku Cyberloafing.
Kecerdasan adversitas atau biasa disebut Berdasarkan pemikiran tersebut maka hipotesis yang
sebagai Adversity Quotient (AQ) secara singkat diajukan dalam penelitian ini adalah: (1) Ada
dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang pengaruh antara psychological capital dengan
mengatasi dan bertahan mengatasi masalah, perilaku cyberloafing, (2) Ada pengaruh antara
tantangan atau kesulitan hidup. Faktor-faktor yang Adversity Quotient (AQ) dengan perilaku
mempengaruhi kecerdasan adversitas menurut cyberloafing, (3) Ada pengaruh antara psychological
Stoltz, yaitu : genetika, pendidikan, keyakinan, capital dan Adversity Quotient (AQ) dengan
kecerdasan, kesehatan, karakter, bakat, kemauan dan perilaku cyberloafing.
kinerja. Menurut Stoltz dalam (Marluga, 2017)
membedakan 3 (tiga) tingkatan Adversity Quotient
(AQ), yaitu: (1) Sifat Quiters, tipe orang yang
berhenti ketika kesulitan datang, dia berhenti dan METODOLOGI PENELITIAN
langsung menyerah, putus asa. (2) Campers; bisa
disebut sifat orang yang memiliki daya tahan Metode penelitian yang digunakan dalam
sedang, sudah puas atas apa yang telah digapai, tak penelitian ini adalah kuantitatif yang bersifat
suka tantangan. (3) Climbers; orang yang memiliki eksplanatif, yang bertujuan untuk mengungkap
Adversity Quotient tinggi dengan kemampuan dan hubungan antara variabel-variabel penelitian dan
kecerdasan untuk dapat bertahan menghadapi menguji hipotesis yang telah dirumuskan
kesulitan, memiliki kemampuan mengatasi sebelumnya. Teknik sampling yang digunakan
kesulitan, mendayagunakan potensi diri menghadapi adalah purposive sampling.
keruwetan hidup. Selanjutnya Stoltz juga Responden dalam penelitian ini adalah para
mengemukakan bahwa individu yang memiliki Pengawai Negeri Sipil (PNS) di Kementrian Energi
kecerdasan adversitas yang tingngi akan dan Sumber Daya Mineral Jakarta, yang berjumlah
mengarahkan segala potensi yang dimiliki untuk 150 orang. Adapun karakteristik responden dalam
meraih keberhasilan atau dapat memberikan hasil penelitian ini adalah: (1) Pegawai Negeri Sipil
yang terbaik, serta selalu akan termotivasi (optimis) (PNS) berusia 20 – 45 tahun, (2) Masa kerja
untuk berprestasi. minimal 1 (satu) tahun, (3) Instansi tempat Pegawai
Selain Adversity Quotient, masalah-masalah Negeri Sipil (PNS) bekerja tidak membatasi
pekerjaan atau pribadi yang dapat berdampak negatif penggunaan akses internet.
pada pekerjaan atau pelayanan publik dapat diatasi Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
jika pegawai memiliki Psychological capital. ini terdiri dari 3 skala, yaitu skala psychological
Psychological capital merupakan suatu keadaan capital yang berjumlah 20 item, skala adversity
positif psikologis seseorang terkait dengan kekuatan quotient yang berjumlah 20 item dan skala
individu dan bagaimana mereka dapat tumbuh dan cyberloafing yang berjumlah 15 item. Semua skala
berkembang. Psychological capital terdiri dari yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
beberapa karakteristika yakni: adanya kemampuan model skala Likert yang telah dimodifikasi menjadi
diri (self effcicacy) dalam semua tugas, optimisme, 4 alternatif jawaban. Tiap skala memiliki 4 alternatif
harapan (hope) serta kemampuan untuk bertahan dan jawaban yang telah disediakan, yaitu Sangat Setuju
maju ketika dihadapkan pada sebuah masalah (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat
(resiliency). (Luthans, 2011). Psychological capital Tidak Setuju (STS). Peneliti tidak memberikan
dapat memprediksi kinerja seorang pegawai, alternatif pilihan ragu-ragu atau netral karena
semakin baik psychological capital seseorang maka seringkali responden memiliki kecenderungan
semakin baik juga kinerja yang ditunjukkan. Untuk menjawab ke tengah, dan tidak dapat menunjukkan
itulah perusahaan perlu mengembangkan kecenderungan jawaban subjek ke arah setuju atau
psychological capital karyawan secara optimal, hal tidak setuju sehingga banyak data dan informasi
ini tidak hanya berdampak pada kepuasan kerja penelitian yang tidak dapat diungkap oleh peneliti.
namun juga akan berimbas pada kinerja karyawan 1. Skala Psychological Capital
yang semakin baik, memiliki motivasi, loyalitas dan Skala psychological capital pada disusun
komitmen terhadap pekerjaan dan perusahaan yang berdasarkan aspek-aspek psychological capital yang
baik, lebih bertanggung jawab sehingga mampu dikemukakan oleh (Luthans, 2011) ), yaitu: (1) Self
memberikan kontribusi positif bagi perusahaan, Efficacy, (2) Optimism, (3) Hope, (4) Resiliency.
organisasi atau institusi tempatnya bekerja. 2. Skala Adversity Quotient (AQ)

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/widyacipta 188
Widya Cipta: Jurnal Sekretari dan Manajemen, Volume 3 No. 2 September 2019
P-ISSN 2550-0805 E-ISSN 2550-0791

Skala Adversity Quotient diukur menggunakan


indikator yang diadopsi dari (Stoltz, 2010), yaitu: Pendidikan Jumlah (%)
(1) Control (kendali), (2) Origin and Ownership Terakhir
(asal usul dan pengakuan), (3) Reach (jangkauan), 25 17
(4) Endurance (daya tahan) D-III
3. Skala Cyberloafing 122 81
Skala Cyberloafing diukur berdasarkan
S-1
pengembangan dari faktor-faktor penyebab
munculnya cyberloafing yang dikemukakan oleh 3 2
(Ozler, D.E., & Polat, 2012), yaitu: (1) Faktor S-2
organisasi, (2) faktor faktor situasional, (3) faktor 150 100
individual. Total

Proses analisis data dalam penelitian ini Pada sebaran data tersebut, responden dengan
menggunakan metode analisis regresi linier kategori tingkat pendidikan sarjana paling banyak
berganda. Regresi linier berganda adalah suatu jumlahnya.
metode untuk mempelajari suatu kejadian yang
dipengaruhi oleh lebih dari satu variabel.
Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian Tabel 3
ini adalah sebagai berikut: Profil Responden Berdasarkan Usia
Y^ = α + β1X1 + β2X2 + e
Usia Jumlah (%)
Keterangan: Responden
Y^ = Variabel Perilaku Cyberloafing 5 3
α = Konstanta 18 - 25 tahun
X1 = Variabel Psychological Capital
75 50
β1 = Koefisien Regresi Variabel
Psychological Capital 26 - 33 tahun
X2 = Variabel Adversity Quotient 70 47
β2 =Koefisien Regresi Variabel Adversity 34 - 40 tahun
Quotient 150 100
e = Residual (variabel lain yang tidak diteliti Total
dalam penelitian)
Dari keterangan diatas diketahui bahwa sebagian
besar responden berusia produktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3


Profil Responden Berdasarkan Masa Kerja
Gambaran Umum Responden

Berikut adalah pemaparan tentang karakteristik Masa Kerja Jumlah (%)


responden dalam penelitian ini.
94 82
Tabel 1 0 – 3 Tahun
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 10 55
4 – 7 Tahun
Jenis Kelamin Jumlah (%) 46 13
8 – 11 Tahun
61 41 150 100
Laki-laki Total
89 59
Perempuan Sebaran demografi responden berdasarkan masa
150 100 kerja, dapat dikatakan bahwa karyawan junior
Total menjadi dominan dalam penelitian ini.

Berdasarkan output dapat diketahui bahwa


sebagian besar responden adalah berjenis kelamin
perempuan. Uji Validitas

Tabel 2 (Latan, 2014) mendefinisikan validitas sebagai


Profil Responden Berdasarkan Tingkat kemampuan dari instrumen untuk mengukur secara
Pendidikan

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/widyacipta 189
Widya Cipta: Jurnal Sekretari dan Manajemen, Volume 3 No. 2 September 2019
P-ISSN 2550-0805 E-ISSN 2550-0791

aktual apa yang seharusnya diukur dan tidak ada


kesalahan dalam penarikan kesimpulan dari data. Corrected
Pengukuran validitas dalam penelitian ini No Item Item-Total Keterangan
dilakukan kepada 150 responden dengan Correlation
menghitung koefisien korelasi, selanjutnya nilai
korelasi atau r hitung dibandingkan degan r tabel Item 1 -,131 Tidak Valid
(n=150, α=0.05). Suatu item pernyataan dinyatakan
Item 2 ,661 Valid
valid jika nilai r hitung > r tabel.
Item 3 ,576 Valid
Tabel 5 Item 4 ,662 Valid
Uji Validitas Variabel Psychological Capital
Item 5 ,661 Valid
Item 6 ,662 Valid
Item 7 ,000 Tidak Valid
Corrected
No Item Item-Total Keterangan Item 8 ,609 Valid
Correlation Item 9 ,662 Valid
Item 10 ,636 Valid
Item 1 ,440 Valid
Item 11 ,607 Valid
Item 2 ,771 Valid
Item 12 ,662 Valid
Item 3 ,604 Valid
Item 13 ,607 Valid
Item 4 ,591 Valid
Item 14 ,366 Valid
Item 5 ,446 Valid
Item 15 ,310 Valid
Item 6 -,031 TidakValid
Item 16 ,388 Valid
Item 7 ,725 Valid
Item 17 ,697 Valid
Item 8 ,766 Valid
Item 18 ,650 Valid
Item 9 ,498 Valid
Item 19 ,310 Valid
Item 10 ,754 Valid
Item 20 ,298 Valid
Item 11 ,766 Valid
Item 12 ,522 Valid Analisis validitas skala variabel Adversity
Item 13 ,512 Valid Quotient menunjukkan dari 20 (dua puluh) item
Item 14 ,265 Valid yang digunakan dalam penelitian, didapatkan 2 (dua)
item pernyataan yang tidak valid sehingga harus
Item 15 ,531 Valid direduksi (didrop). Item no.1 dan item no.7
Item 16 ,681 Valid dinyatakan tidak valid karena Kedua item tersebut
Item 17 ,538 Valid memiliki koefisien item total correlation nya kurang
dari 0.159. Item yang valid mempunyai daya beda
Item 18 ,776 Valid item yang bergerak dari 0.298 sampai 0.697
Item 19 ,388 Valid
Item 20 ,167 Valid
Tabel 7
Uji Validitas Variabel Cyberloafing
Hasil uji validitas item memperlihatkan
bahwa nilai r hitung setiap indikator harus lebih
besar dibandingkan dengan r tabel. Hal ini Corrected
menunjukkan bahwa indikator dinyatakan valid No Item Item-Total Keterangan
sebagai alat ukur. Perhitungan analisis item Correlation
menghasilkan eliminasi terhadap 1 (satu) item yang
koefisien correlation item total nya kurang dari Item 1 ,661 Valid
0.159. Item yang valid mempunyai nilai daya beda
item yang bergerak dari 0.167 sampai 0.776 Item 2 ,007 Tidak Valid
Item 3 ,697 Valid
Tabel 6
Item 4 ,586 Valid
Uji Validitas Variabel Adversity Quotient
Item 5 ,186 Valid
Item 6 ,819 Valid

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/widyacipta 190
Widya Cipta: Jurnal Sekretari dan Manajemen, Volume 3 No. 2 September 2019
P-ISSN 2550-0805 E-ISSN 2550-0791

Item 7 ,638 Valid variabel terikat, keduanya memiliki distribusi


Item 8 ,444 Valid normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
data yang berdistribusi normal atau mendekati
Item 9 ,614 Valid normal. (Sujarweni, 2014)
Item 10 ,162 Valid
Item 11 ,375 Valid Tabel 9
Uji Kolmogorov - Smirnov
Item 12 ,535 Valid
Item 13 ,378 Valid
Unstandardized
Item 14 ,614 Valid Residual
Item 15 ,369 Valid N 150
Normal Mean .0000000
Parametersa,,b
Sementara itu untuk skala perilaku Std. Deviation 7.40077794
cyberloafing diperoleh data bahwa dari 15 item, Most Extreme Absolute .048
terdapat 1 (satu) item yang tereliminasi karena Differences
koefisien item total correlation nya kurang dari Positive .034
0.159. Item yang valid mempunyai daya beda item Negative -.048
0.162 sampai 0.819. Kolmogorov- .583
Smirnov Z
Uji Reliabilitas Asymp. Sig. (2- .885
tailed)
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji tingkat a. Test distribution is Normal.
keterandalan instrumen penelitian. Angket yang b. Calculated from data.
reliabel, jika datanya benar-benar sesuai dengan
kenyataan, berapa kalipun diambil, akan tetap Uji normalitas yang digunakan oleh peneliti adalah
memberikan hasil yang sama atau konsisten. Kolmogorov – Smirnov Test. Ketentuan yang
(Setiawan, 2015) digunakan adalah apabila nilai signifikansi (0.05
atau 5%), maka artinya residual berdistribusi
Tabel 8 normal. Berdasarkan Tabel 5, nilai signifikansi
Uji Reliabilitas bernilai 0.885 sehingga dapat dipastikan nilainya
lebih besar dari 0.05. Dengan demikian maka artinya
Cronbach’s Keterangan residual berdistribusi normal sehingga model regresi
Variabel
Alpha yang dihasilkan dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan.
Reliabel
Psychological 0.917
Capital Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat terjadi jika adanya
Reliabel
Adversity 0.939 hubungan linier yang sempurna atau hampir
Quotient sempurna diantara beberapa atau seluruh variabel
independen dalam model regresi.
Reliabel
0.802
Cyberloafing
Tabel 10
Uji Multikolinearitas
Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan
metode Alpha Cronbach. Kriteria suatu skala Collinearity Statistics
dikatakan reliable apabila koefisien reliabilitas
menunjukkan angka lebih dari 0.6 (Siregar, 2013) Variabel VIP
Tolerance
Psychological 0.925 1.081
Perhitungan reliabilitas terhadap alat ukur
Capital
psychological capital, Adversity Quotient dan
Adversity 0.925 1.081
perilaku cyberloafing menghasilkan koefisien
Quotient
reliabilitas lebih dari 0.6 sehingga dapat disimpulkan
bahwa ketiga variabel tersebut reliabel sebagai alat
Hasil uji multikolinearitas menunjukkan nilai
ukur.
tollerance variabel independen, yaitu psychological
capital dan Adversity Quotient > 0.10. Sementara
Asumsi Klasik
nilai VIF yang didapat < 10. Ini berarti model
persamaan regresi terbebas dari kasus
Uji Normalitas
multikolinearitas sehingga mempertegas kelayakan
Pengujian normalitas bertujuan untuk menguji
model regresi yang dijalankan.
apakah dalam model regresi, variabel bebas dan

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/widyacipta 191
Widya Cipta: Jurnal Sekretari dan Manajemen, Volume 3 No. 2 September 2019
P-ISSN 2550-0805 E-ISSN 2550-0791

Uji Heteroskedastisitas a. Predictors: (Constant), adversity, psycap


Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
b. Dependent Variable: cyberloafing
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. (Ghozali, 2011) Berdasarkan output diperoleh Nilai R2
sebesar 0.769 artinya persentase sumbangan
pengaruh psychological capital dan Adversity
Quotient terhadap perilaku cyberloafing sebesar
76,9% sedangkan sisanya sebesar 23,1%
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam penelitian ini.

Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)


Pengujian hipotesis secara simultan (Uji F)
digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
yang bermakna dari variabel bebas secara bersama-
sama (simultan) terhadap variabel terikat. Ketentuan
untuk melakukan Uji F adalah apabila nilai
Gambar 1 signifikansi Uji F < 0.05, maka artinya variabel-
Uji Heteroskedastisitas variabel bebas secara simultan memiliki pengaruh
signifikan terhadap variabel terikat.
Berdasarkan gambar grafik scatterplot antara
nilai prediksi variabel independen dengan variabel Tabel 13
residualnya diperoleh hasil tidak adanya pola yang Uji Statistik F
jelas, serta titik-titik tidak menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini Sum Of df Mean F Sig
mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas Squares Square
dalam penelitian ini.
Regression 7786.945 2 3893.473 219.753 .000
Tabel 11
Uji Glejser Residual 2338.714 132 17.718
Total 10125.659 134
Model Unstandardized t Sig
B Std
Predictors: (Constant), adversity, psycap
Error
(Constant) -.422 3.722 -.113 .910
psycap .024 .051 .479 .633 Berdasarkan tabel diatas, diperoleh F hitung
aq .050 .052 .957 .343 sebesar 219.753 dengan nilai signifikansi 0.000 <
0.05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Dependent Variable: RES2 psychological capital dan kecerdasan adversitas
secara bersama-sama mempengaruhi perilaku
Sementara itu pengujian heteroskedastisitas dengan cyberloafing.
menggunakan Uji Glejser, seperti yang tampak pada
Tabel 7 menunjukkan bahwa model uji terbebas dari Bagi pegawai disarankan untuk lebih
heteroskedastisitas. Hal ini terbukti dengan nilai mengembangkan rasa tanggung jawab pada
signifikansi yang lebih besar dari α 5%. pekerjaan dan lebih bijaksana dalam menggunakan
fasilitas internet. Organisasi disarankan untuk lebih
Uji Hipotesis meningkatkan pengawasan terhadap seluruh
Koefisien Determinasi (R2) pegawai. Membatasi akses internet di jam kerja,
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk memblokir situs tertentu atau penerapan sanksi yang
mengetahui seberapa besar kemampuan variabel tegas segera ditindaklanjuti setelah terjadi
bebas menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel cyberloafing. Mulai dari teguran lisan, peringatan
terikat. tertulis sampai pemblokiran fasilitas internet untuk
Tabel 12 situs-situs tertentu. Perlu juga adanya aturan yang
Uji R jelas serta sosialisasi tentang perilaku cyberloafing,
mencakup kejelasan, klasifikasi serta sanksi yang
akan dikenakan bagi pelaku cyberloafing
Model R R Square Adjusted R
Square Tujuan dari Uji t adalah untuk mengetahui apakah
secara parsial variabel bebas berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat.
1 .877 .769 .766
Tabel 14
a. Predictors: (Constant), adversity, psycap Uji t

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/widyacipta 192
Widya Cipta: Jurnal Sekretari dan Manajemen, Volume 3 No. 2 September 2019
P-ISSN 2550-0805 E-ISSN 2550-0791

dengan target-target dan reward yang menarik,


pekerjaan yang bervariatif berdasarkan kompetensi
Model Unstand Standa t Sig (hard skill maupun soft skill) serta potensi pegawai
ardized rdized yang bersangkutan. Organisasi sekiranya perlu untuk
Coefficie Coeffici mengikutsertakan dan melibatkan pegawai untuk
nts ents berpartisipasi aktif dalam membuat dan menentukan
B Std. 30.516 .000 kebijakan, pengambilan keputusan, rencana strategi
Error
organisasi, dll.
(Consta 133.421 4.372 - .000
nt) 11.937
Psycap -.670 .056 -.519 - .000 Koefisien variabel Adversity Quotient
19.848 bernilai -0.786. Hal tersebut menunjukkan bahwa
AQ -.786 .040 -.863 setiap penurunan Adversity Quotient maka perilaku
cyberloafing akan naik sebesar 78.6% dengan
Dependent Variable: cyberloafing asumsi variabel bebas lainnya (Psychological
capital) tetap nilainya. Peningkatan kapasitas
Adversity Quotient dapat dilakukan dengan
Hipotesis 1 : Pengaruh Psychological Capital menyelenggarakan serangkaian pelatihan-pelatihan,
terhadap Perilaku Cyberloafing seminar, atau program peningkatan Adversity
Variabel psychological capital memiliki nilai t Quotient dalam bentuk role play atau stimulasi
hitung sebesar -11.937 dengan nilai signifikansi game. Pihak organisasi perlu mempertahankan
0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 bahkan meningkatkan dukungan organisasi terhadap
ditolak, dengan kata lain secara parsial dapat pegawai diantaranya dengan memberikan stimulus
disimpulkan bahwa variabel psychological capital berupa kompensasi (penghargaan, hadiah, kenaikan
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap gaji, bonus tambahan, insentif, program perjalanan
perilaku cyberloafing. Dengan demikian H1 wisata, dll), kesempatan promosi jabatan secara adil
“Pengarah psychological capital memiliki pengaruh dan transparan guna memotivasi karyawan untuk
negative dan signifikan terhadap perilaku bekerja secara lebih baik lagi. Selain itu dukungan
cyberloafing” Diterima social juga diperlukan antara lain melalui hubungan
yang harmonis atau bersifat kekeluargaan dimana
Hipotesis 2 : Pengaruh Adversity Quotient terhadap diantara rekan kerja/ atasan terdapat rasa saling
Perilaku Cyberloafing mendukung satu sama lain, saling membantu dalam
Berdasarkan output diperoleh nilai t hitung variabel menyelesaikan permasalahan. Dukungan dari atasan
Adversity Quotient sebesar -19.848 dengan nilai atau manajemen juga diperlukan untuk menciptakan
signifikansi 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan iklim organisasi yang kondusif. Iklim komunikasi
bahwa H0 ditolak, dengan kata lain secara parsial yang terbuka diantara pegawai dengan atasan
dapat disimpulkan bahwa variabel kecerdasan sehingga pegawai tidak sungkan memberikan kritik/
adversitas berpengaruh negative dan signifikan saran/ solusi dalam pemecahan masalah atau
terhadap perilaku cyberloafing. Dengan demikian H1 mengungkapkan kendala atau kesulitan dalam
“Pengaruh kecerdasan adversitas memiliki pengaruh bekerja. Perlunya peningkatan manajemen stres
negatif dan signifikan terhadap Perilaku yang baik dalam diri pegawai diantaranya organisasi
Cyberloafing” Diterima. Hasil penelitian ini dapat memberikan layanan konseling yang
mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan dilakukan biro kepegawaian, untuk memberdayakan,
oleh (Rahayuningsih, 2017) yang menyatakan menenangkan, membantu dengan memberikan
bahwa ada pengaruh kecerdasan advsersitas dan konsultasi sehingga pegawai mendapatkan
komitmen kerja terhadap perilaku cyberloafing pemahaman diri (insight) yang penting untuk
memecahkan masalah pegawai dan mengembangkan
Persamaan linier antara psychological capital dan potensi dirinya. Tersedianya sarana olahraga atau
Adversity Quotient terhadap perilaku Cyberloafing hari tertentu dimana pegawai diwajibkan untuk
adalah sebagai berikut: berolahraga sebelum bekerja dapat menjadi alternatif
Y^ = 133.421 - 0.670 X1 - 0.786 X2 solusi mengatasi kelelahan mental.

Berdasarkan persamaan regresi terlihat


bahwa koefisien variabel psychological capital KESIMPULAN
adalah sebesar -0.670. Hal ini berarti setiap
penurunan psychological capital maka perilaku Berdasarkan hasil penelitian dapat
cyberloafing pegawai dapat naik sebesar 0.670 atau disimpulkan bahwa psychological capital dan
67% dengan asumsi variabel bebas lainnya Adversity Quotient secara parsial maupun simultan
(Adversity Quotient) tetap nilainya. Organisasi perlu berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku
mengelola dan mengembangkan psychological cyberloafing. Untuk penelitian selanjutnya
capital pegawai secara efektif, diantaranya dengan hendaknya dapat memperluas Objek penelitian pada
mengadakan training, seminar, atau workshop bidang pekerjaan yang lain, dengan karakteristik
bertemakan tentang psychological capital. subjek yang berbeda, seperti pada karyawan Badan
Memberikan pemberdayaan atau penggayaan kerja, Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha
pemberian pekerjaan yang menantang disertai

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/widyacipta 193
Widya Cipta: Jurnal Sekretari dan Manajemen, Volume 3 No. 2 September 2019
P-ISSN 2550-0805 E-ISSN 2550-0791

Milik Daerah (BUMD), perusahaan swasta maupun Lim, V.K.G & Chen, D.J.Q. (2009). Impact of
asing, karyawan dengan Cyberloafing on Affect, Work Depletion,
status kontrak atau karyawan out source. Peneliti Facilitation, and Enggagement. 1-20.
selanjutnya juga dapat menggunakan teknik analisis Luthans. (2011). Organizational Behavior : An
data yang berbeda dan menambah jumlah sampel Evidence Based Approach (12 thed). New
yang digunakan sehingga dapat memperkaya hasil York : MC Graw Hill.
penelitian. Sedangkan untuk penelitian selanjutnya Marluga, H. (2017). Mengasuh Kekuatan Mental .
juga dapat menambahkan variabel lain predictor Jakarta : Jala Permana Aksara.
munculnya perilaku cyberloafing, seperti : locus of Oetomo, B. S. (2007). Pengantar Teknologi
control, konformitas, iklim organisasi, kepuasan
Informasi Internet, Konsep dan Aplikasi .
kerja, gaya kepemimpinan, motivasi kerja, etos
kerja, komitmen organisasi, keterikatan kerja, Yogyakarta : Andi .
sehingga dapat mengungkap banyak wacana dengan Ozler, D.R. & Polat, G. (2012). Cyberloafing
sudut pandang yang lebih luas. Phenomenon In Organizations:
Determinants and Impact . International
Journal of E Business and E Goverment
REFERENSI Studies, 1-15.
Rahayuningsih, T. (2017). Perilaku Cyberloafing
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Ditinjau dari Kecerdasan Adversitas dan
dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Komitmen Kerja. Psychopolytan, 49-53.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Robbins, S. & Timothy A Judge. (2008). Perilaku
La Rose, R. (2010). Social Networking: Addictive, Organisasi. Jakarta : Salemba 4.
Compulsive, Problematic, or Just another Sari, A. A. (2017). Dasar-Dasar Public Relations
Media Habit In Z Papacharissi (Ed). 59-81. Teori dan Praktek. Yogyakarta:
Latan, H. (2014). Aplikasi Statistik Untuk Ilmu Deepublish.
Sosial Sains Dengan Stata. Bandung : Sujarweni, V. (2014). SPSS untuk Penelitian .
Alfabeta. Yogyakarta: Pustaka Baru Pers.
Liberman. (2015). Penggunaan Internet di Kalangan Sutrisno, H. (2015). Statistik . Yogyakarta : Pustaka
Perusahaan . Jakarta: Pusat Kajian Belajar.
Komunikasi Universitas Indonesia .

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/widyacipta 194

Anda mungkin juga menyukai