Anda di halaman 1dari 73

UJIAN TENGAH SEMESTER

Observasi dan Wawancara

GAMBARAN PERILAKU
CYBERLOAFING MAHASISWA
FPPSI UNJ ANGKATAN 2022
KELOMPOK 4
ANGGOTA
KELOMPOK 4

Afiqah Nurul Faizah (1801621143)


Ghina Faadhilah (1801621072)
Hanise Adillah (1801621044)
Raffie Syahdana Dzakwan (1801621178)
Syifa Aulia Salsabila (1801621061)
IDENTITAS OBSERVER
DAN INTERVIEWER

No NIM Nama Mahasiswa Peran

1. 1801621143 Afiqah Nurul Faizah Observer 1 dan interviewer 3

2. 1801621072 Ghina Faadhilah Observer 2 dan interviewer 1

3. 1801621044 Hanise Adillah Observer 3 dan interviewer 4

4. 1801621178 Raffie Syahdana Dzakwan Observer 4 dan interviewer 5

5. 1801621061 Syifa Aulia Salsabila Observer 5 dan interviewer 2


IDENTITAS
RESPONDEN
2.1. Nama Responden NH

2.2. Jenis Kelamin Responden PEREMPUAN

2.3. Alamat Responden JL. H. AMAT NO. 5B PONDOK KARYA, TANGERANG SELATAN

2.4. Usia Responden 19 TAHUN

2.5. Pekerjaan Responden MAHASISWA

2.6. Hubungan Responden dengan Salah Satu Observer/Interviewer ADIK TINGKAT


LATAR BELAKANG
Mahasiswa merupakan bagian dari generasi digital yang lahir
pada saat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merajalela di
masyarakat. Menurut Junco dan Cotten (2012), era digital telah
memberikan dampak besar terhadap perilaku dan kebiasaan
mahasiswa dalam penggunaan teknologi informasi dan internet
karena mereka tumbuh dalam lingkungan yang sangat
terhubung secara digital, mereka cenderung menggunakan TIK
dengan intensitas yang sangat tinggi dalam aktivitas sehari-
harinya (Junco & Cotten, 2012).
LATAR BELAKANG
Cyberloafing dapat didefinisikan sebagai tindakan sengaja oleh karyawan yang
menggunakan akses internet perusahaan selama jam kerja untuk mengakses situs,
menerima, dan mengirim surel dengan tujuan yang tidak terkait dengan pekerjaan (Lim,
Teo, & Loo, 2002). Meskipun begitu, cyberloafing tidak hanya terjadi pada lingkungan
kerja, tetapi juga dapat terjadi di lingkungan pendidikan, terutama saat mahasiswa
mengikuti perkuliahan di kelas dan mengakses internet untuk hal-hal yang tidak ada
kaitannya dengan akademik atau proses pembelajaran (Taneja dkk., 2015: 144). Menurut
Gregory (dalam Jandaghi dkk, 2015), cyberloafing dapat diartikan sebagai tindakan
membuang-buang waktu dengan menggunakan komputer dan internet untuk
kepentingan pribadi yang tidak bermanfaat. Contoh perilaku cyberloafing yang dilakukan
oleh mahasiswa yaitu menonton video di YouTube, bermain game online, atau
mengakses situs sosial media selama waktu belajar.
LATAR BELAKANG
Fenomena nyata terkait perilaku cyberloafing pada mahasiswa dapat dilihat dari meningkatnya
penggunaan teknologi informasi dan internet di kalangan mahasiswa.. Berdasarkan wawancara
awal yang dilakukan kepada mahasiswa Fakultas Psikologi UNJ angkatan 2022, ditemukan
bahwa terdapat mahasiswa yang menggunakan internet selama proses belajar dengan
mengakses situs-situs yang tidak relevan dengan pembelajaran, seperti situs media sosial atau
situs hiburan. Hal ini dapat mengurangi kualitas pembelajaran dan berdampak negatif pada hasil
belajar mahasiswa.
Selain itu, pemilihan subjek penelitian ini didasarkan pada observasi awal yang dilakukan oleh salah
satu peneliti. Dalam sebuah proyek kepanitiaan yang melibatkan peneliti dan subjek, teramati
adanya perilaku subjek yang cenderung melakukan cyberloafing. Hal ini terlihat dari intensitas
penggunaan handphone subjek selama bekerja dalam kepanitiaan tersebut yang cukup tinggi.
Observasi awal ini menarik perhatian kami karena fenomena cyberloafing, yaitu kegiatan tidak
produktif atau menghabiskan waktu di dunia maya saat seharusnya fokus pada tugas pekerjaan,
menjadi semakin relevan dan signifikan dalam lingkungan kerja dan akademik saat ini.
LATAR BELAKANG
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang perilaku cyberloafing pada
mahasiswa sebagai upaya untuk mengetahui seberapa besar masalah ini di kalangan
mahasiswa dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau mencegah
perilaku ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perilaku cyberloafing pada
mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Jakarta (FPPsi UNJ) angkatan 2022.
TUJUAN OBSERVASI
DAN WAWANCARA
4.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengamati dan mendapatkan
gambaran mengenai perilaku cyberloafing pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Negeri Jakarta (FPPsi UNJ) angkatan 2022.

4.2. Tujuan Khusus

TUJUAN OBSERVASI TUJUAN WAWANCARA


Wawancara dilakukan guna mengetahui berbagai faktor yang mempengaruhi
Tujuan dari observasi ini
perilaku cyberloafing pada mahasiswa FPPsi UNJ angkatan 2022, seperti
dilakukan guna mengamati alasan penggunaan internet untuk hal-hal yang tidak berkaitan dengan
langsung perilaku pembelajaran dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau
cyberloafing yang dilakukan mencegah perilaku tersebut. Selain itu, tujuan wawancara juga adalah untuk
oleh mahasiswa FPPsi UNJ mendapatkan informasi tambahan yang tidak dapat diperoleh melalui
angkatan 2022 selama observasi, seperti persepsi mahasiswa terhadap penggunaan teknologi
proses pembelajaran. informasi dan internet dalam proses pembelajaran.
5. LANDASAN TEORITIK
5.1. TEORI

5.1.1. DEFINISI PERILAKU CYBERLOAFING


Cyberloafing merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
tindakan menggunakan perangkat teknologi informasi, seperti komputer atau
ponsel, untuk kegiatan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Smith, Steinfield, dan Ackerman (2007),
cyberloafing merupakan salah satu bentuk tindakan tidak produktif yang
terjadi di tempat kerja dan dapat mencakup berbagai jenis aktivitas seperti
mengirim email pribadi, menjelajahi situs web sosial, atau bermain game
online. Sejalan dengan itu, O'Connor dan Perrewé (2005) juga
mendefinisikan cyberloafing sebagai tindakan menggunakan perangkat
teknologi informasi untuk kegiatan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan,
terutama di tempat kerja yang dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja,
dan dapat mencakup berbagai jenis aktivitas seperti mengirim email pribadi,
menjelajahi situs web sosial, atau bermain game online.
5. LANDASAN TEORITIK
5.1. TEORI

5.1.1. DEFINISI PERILAKU CYBERLOAFING


Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa cyberloafing adalah tindakan seseorang yang menggunakan
perangkat teknologi informasi seperti komputer atau ponsel untuk
kegiatan yang tidak berkaitan dengan pekerjaan yang dapat mencakup
berbagai jenis aktivitas. Meskipun demikian, penelitian yang dilakukan
setelahnya oleh Taneja (2015) menunjukkan bahwa perilaku
cyberloafing tidak hanya terjadi di lingkungan pekerjaan, tetapi juga
terjadi di lingkungan pendidikan, terutama di dunia perkuliahan.
Banyak mahasiswa yang mengakses internet untuk keperluan non-
akademik selama mengikuti perkuliahan (Taneja, 2015: 144).
5. LANDASAN TEORITIK
5.1. TEORI

5.1.2. DIMENSI PERILAKU CYBERLOAFING


Lim dan Teo (2005) mengidentifikasi dua dimensi cyberloafing, yaitu:
Aktivitas Browsing Aktivitas Emailing
(Browsing Activities) (Emailing Activities)
Aktivitas ini merupakan kegiatan Aktivitas ini merupakan penggunaan
browsing yang dilakukan oleh surat elektronik (email) untuk kegiatan
mahasiswa di internet yang tidak terkait yang tidak terkait dengan tujuan
dengan tujuan pembelajaran dan belajar mahasiswa atau kepentingan
dilakukan selama jam pembelajaran. pribadi yang dilakukan selama jam
Contohnya, mahasiswa menjelajahi pembelajaran. Contohnya, menerima,
situs belanja online, melihat berita mengirim, atau membaca email atau
terkini, dan mengakses video melalui pesan pribadi selama jam
web atau aplikasi seperti YouTube. pembelajaran.
5. LANDASAN TEORITIK
5.1. TEORI

5.1.2. DIMENSI PERILAKU CYBERLOAFING


Menurut Blanchard dan Henle (2008), cyberloafing dikategorikan menjadi dua
jenis berdasarkan intensitas perilakunya, yaitu:

Minor cyberloafing Serious cyberloafing


Merupakan kegiatan mahasiswa yang Merupakan kegiatan mahasiswa yang
menggunakan internet di kampus untuk menggunakan internet di kampus
kepentingan pribadi yang tidak terkait untuk keperluan yang merugikan
dengan perkuliahan, seperti mengirim dan atau bahkan melanggar hukum,
menerima pesan, mengunjungi situs jual beli seperti judi online, men-download
online, dan memperbarui status media lagu atau video secara ilegal, dan
sosial. Meskipun tidak termasuk dalam mengakses situs pornografi. Tindakan
tindakan kriminal, minor cyberloafing tetap ini tentunya dapat merugikan bagi
dapat memiliki dampak negatif, seperti kampus maupun mahasiswa sendiri.
menurunnya produktivitas mahasiswa.
5. LANDASAN TEORITIK
5.1. TEORI

5.1.2. DIMENSI PERILAKU CYBERLOAFING

Berdasarkan kedua teori yang dikemukakan, maka dapat


disimpulkan bahwa cyberloafing terdiri dari dimensi
aktivitas browsing dan aktivitas emailing, serta dimensi
minor cyberloafing dan serious cyberloafing.
5. LANDASAN TEORITIK
5.1. TEORI

5.1.3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CYBERLOAFING


Ozler & Polat (2012) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi
perilaku cyberloafing, yaitu:
Faktor Individual Faktor Organisasi Faktor Situasional
Faktor individual yang Faktor organisasi juga memainkan Faktor ini menggambarkan
mempengaruhi cyberloafing peran penting dalam menentukan keadaan nyata yang sedang
termasuk atribut individu tingkat cyberloafing seseorang. terjadi dan dapat mendorong
Faktor ini meliputi aturan-aturan individu untuk melakukan atau
yang mendorong seseorang
yang diterapkan di dalam organisasi meninggalkan suatu perilaku
untuk melakukan sesuatu, cyberloafing. Contohnya, situasi
seperti persepsi terhadap atau kelas, seperti larangan
pandemi memaksa pembelajaran
beban kerja atau beban menggunakan smartphone di kelas. dilakukan secara daring dapat
akademik yang dihadapi, Tujuan yang ingin dicapai oleh meningkatkan potensi mahasiswa
sikap, dan ciri personal, organisasi dan budaya di dalam untuk melakukan cyberloafing
seperti perasaan kesepian, organisasi juga mempengaruhi karena dosen tidak memantau
kontrol diri, dan harga diri. perilaku cyberloafing. kegiatan belajar secara langsung
5. LANDASAN TEORITIK
5.1. TEORI

5.1.3. FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI CYBERLOAFING
Berdasarkan faktor yang dijelaskan oleh Ozler & Polat
(2012), perilaku cyberloafing pada seseorang dapat terjadi
karena adanya faktor individual, faktor organisasi, dan
faktor situasional.
5. LANDASAN TEORITIK
5.2. OBSERVASI

5.2.1. DEFINISI OPERASIONAL PERILAKU TARGET


5.2.1.1. CYBERLOAFING PADA MAHASISWA
Mahasiswa dapat diartikan sebagai seseorang yang terdaftar dan aktif dalam
program pendidikan tinggi, baik pada jenjang diploma, sarjana, maupun
pascasarjana dengan tujuan memperoleh gelar akademik. Perilaku cyberloafing
pada mahasiswa dapat diartikan sebagai kegiatan menggunakan perangkat
teknologi informasi, seperti ponsel atau komputer selama jam perkuliahan di
kampus yang tidak terkait dengan pembelajaran. Hal ini dapat mengurangi
produktivitas kerja dan membuang waktu yang seharusnya digunakan untuk
menyelesaikan tugas pekerjaan yang sebenarnya.
5. LANDASAN TEORITIK
5.2. OBSERVASI

5.2.1. DEFINISI OPERASIONAL PERILAKU TARGET


5.2.1.1. CYBERLOAFING PADA MAHASISWA
Lim dan Teo (2005) mengidentifikasi dua dimensi cyberloafing, yaitu:
Aktivitas Browsing Aktivitas Emailing
(Browsing Activities) (Emailing Activities)
Aktivitas ini merupakan kegiatan browsing Aktivitas ini merupakan penggunaan
yang dilakukan oleh mahasiswa di internet surat elektronik (email) untuk kegiatan
yang tidak terkait dengan tujuan yang tidak terkait dengan tujuan belajar
pembelajaran dan dilakukan selama jam mahasiswa atau kepentingan pribadi
pembelajaran. Contohnya, mahasiswa yang dilakukan selama jam
menjelajahi situs belanja online, melihat pembelajaran. Contohnya, menerima,
berita terkini, dan mengakses video melalui mengirim, atau membaca email atau
web atau aplikasi seperti YouTube. pesan pribadi selama jam pembelajaran.
5. LANDASAN TEORITIK
5.2. OBSERVASI

5.2.1. DEFINISI OPERASIONAL PERILAKU TARGET


5.2.1.2. PERILAKU NON-VERBAL
Perilaku nonverbal merupakan Kepala tegak artinya percaya diri, harga diri tinggi,
tindakan-tindakan pada manusia baik dan berani.
secara sengaja atau tidak sengaja Kepala tunduk artinya kerendahan hati,
dikirim yang memiliki makna sehingga pengunduran diri, rasa bersalah, dan kepatuhan.
dapat diinterpretasikan dengan Memegang hidung artinya cemas dan ketakutan
tujuan mendapatkan umpan balik dari untuk tampil di depan umum.
penerimanya (Kusumawati, 2016). Kedipan mata yang cepat artinya sedang berpikir,
Fieldman dalam buku “Mannerisms of keraguan, dan sulit mencari jawaban.
Speech and Gestures In Everyday
Life”, menjabarkan bentuk-bentuk
perilaku nonverbal tersebut yaitu:
5. LANDASAN TEORITIK
5.2. OBSERVASI

5.2.1. DEFINISI OPERASIONAL PERILAKU TARGET


5.2.1.2. PERILAKU NON-VERBAL

Batuk buatan artinya kritik, meragukan, Menutup telinga artinya tidak mau
heran, dan cemas. mendengarkan.
Bersiul dan bernyanyi kecil artinya Membentuk cincin dengan jari artinya
percaya diri. persatuan dan kepuasan.
Menekan kepala dengan tangan artinya Menggosok-gosokkan ibu jari dengan
mengalami banyak kesukaran, jari tengah artinya mencari solusi.
keputusasaan, dan ketidakberdayaan. Menggosok-gosok jari atau buku jari
Meletakkan telunjuk di sisi hidung artinya artinya frustasi, agresi, dan musuhan.
sedih, kepayahan, kelelahan, dan curiga.
5. LANDASAN TEORITIK
5.3. WAWANCARA

5.3.1. PERENCANAAN/STRUKTUR WAWANCARA


Struktur wawancara merupakan kerangka kerja yang digunakan oleh
interviewer untuk mengarahkan wawancara dan memastikan topik-topik dapat
dibahas secara sistematis. Penelitian ini menggunakan wawancara semi-
terstruktur dengan tujuan agar interviewer dapat menggali lebih banyak
informasi dari jawaban-jawaban awal yang telah diberikan oleh interviewee.
Wawancara semi-terstruktur berisi semua pertanyaan besar dengan
kemungkinan pertanyaan menyelidik di bawah masing-masing pertanyaan.
Pada wawancara ini terdapat fleksibilitas peneliti untuk menggali topik lebih
dalam.
5. LANDASAN TEORITIK
5.3. WAWANCARA

5.3.2. TINGKAT INTERAKSI


Tingkat interaksi dalam wawancara merujuk pada tingkat keterlibatan
atau partisipasi yang diperlihatkan oleh interviewer dan interviewee
dalam percakapan. Penelitian ini menggunakan tingkat interaksi II
dikarenakan peneliti ingin mengetahui tentang kehidupan dan
pandangan interviewee secara general. Tingkat interaksi II merupakan
tingkat menengah dimana interaksi yang dilakukan mengandung topik
pribadi, nilai, sikap, dan keyakinan.
5. LANDASAN TEORITIK
5.3. WAWANCARA

5.3.3. PENDEKATAN WAWANCARA


Pendekatan wawancara merujuk pada strategi atau cara pandang yang
digunakan oleh interviewer (pewawancara) untuk mengumpulkan data
atau informasi dari peserta wawancara. Pendekatan wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan kombinasi. Hal ini
dikarenakan sifat dari pendekatan kombinasi yang fleksibel dan dapat
menyesuaikan dengan daftar pertanyaan dan juga pertanyaan
tambahan yang terjadi selama proses wawancara berlangsung.
6. RANCANGAN
PELAKSANAAN
OBSERVASI
6.1. WHAT A. Observasi saat di Lokasi

Perilaku
No. Dimensi Definisi Operasional
Target

Mengakses situs web dapat didefinisikan sebagai perilaku mengunjungi atau


Mengakses
membuka situs web, seperti situs jejaring sosial, situs berita, atau situs hiburan
situs web.
yang tidak relevan dengan pekerjaan atau tugas akademik.

Mengakses media sosial adalah tindakan atau proses yang dilakukan oleh
seseorang untuk membuka, masuk, atau mengunjungi platform media sosial
Aktivitas tertentu, seperti Instagram, Twitter, Facebook, atau platform lainnya, dengan
1.
browsing. menggunakan perangkat elektronik seperti komputer, laptop, tablet, atau
Mengakses smartphone, dan mengakses konten yang terdapat pada platform media sosial
media sosial. tersebut, termasuk membaca dan menulis postingan, mengirim pesan,
menonton video, memposting foto atau video, dan melakukan interaksi dengan
pengguna lainnya. Dalam konteks ini, mengakses media sosial juga dapat
mencakup proses mendaftar dan masuk ke akun pengguna pada platform
media sosial tersebut.
6.1. WHAT A. Observasi saat di Lokasi

Perilaku
No. Dimensi Definisi Operasional
Target

Bermain game dapat didefinisikan sebagai tindakan mengakses dan


Bermain game bermain situs game baik secara online maupun offline di komputer, HP,
atau perangkat lainnya saat sedang melakukan kegiatan belajar.
Aktivitas
1. Menghabiskan waktu untuk membuka situs berbelanja online dapat
browsing.
didefinisikan sebagai tindakan membuka halaman website atau aplikasi
Membuka situs
yang berhubungan dengan aktivitas pembelian barang atau jasa melalui
berbelanja online
internet, seperti Shopee dan Tokopedia melalui perangkat komputer, HP,
atau perangkat lainnya.

Membuka, membaca, atau mengirim pesan secara pribadi adalah aktivitas


Membuka,
yang melibatkan penggunaan perangkat komunikasi seperti smartphone,
Aktivitas membaca, atau
2. laptop, atau tablet yang digunakan untuk membuka, membaca, atau
emailing. mengirim pesan
mengirim pesan teks atau pesan instan ke orang lain secara pribadi
pribadi.
melalui aplikasi, seperti WhatsApp, LINE, Telegram, dan lainnya.
6.1. WHAT B. Observasi saat Wawancara

Perilaku
No. Definisi Operasional
Target

Kepala Kepala tegak selama proses wawancara berlangsung, posisi kepala selama berbicara menghadap ke
1.
Tegak atas, dan tidak menunduk dan menatap mata lawan bicara

Kepala Kepala tunduk selama proses wawancara berlangsung posisi kepala selama berbicara menghadap kebawah
2.
tunduk. atau melihat ke arah lantai.

Memegang Memegang hidung saat proses wawancara berlangsung di mana subjek saat berbicara memegang hidung
3.
hidung. atau menyentuh bagian hidung selama menjawab pertanyaan.
6.1. WHAT B. Observasi saat Wawancara

Perilaku
No. Definisi Operasional
Target

Kedipan
Kedipan mata yang cepat saat proses wawancara berlangsung di mana subjek saat berbicara atau
4. mata yang
mendengarkan mengedipkan mata beberapa kali dalam waktu yang singkat.
cepat

Batuk buatan Batuk buatan saat proses wawancara berlangsung dilihat ketika subjek ada secara sengaja mengeluarkan
5.
suara seperti batuk saat mendengar atau menjawab pertanyaan.

Bersiul dan
Bersiul dan bernyanyi kecil saat proses wawancara berlangsung dilihat ketika subjek mengeluarkan suara
6 bernyanyi
seperti siulan atau nyanyian kecil ketika menjawab atau mendengar pertanyaan.
kecil.
6.1. WHAT B. Observasi saat Wawancara

Perilaku
No. Definisi Operasional
Target

Menekan
kepala Menekan kepala dengan tangan saat proses wawancara berlangsung dilihat ketika subjek memegang
7
dengan kepala selama beberapa detik dan memberikan tekanan saat menjawab atau mendengar pertanyaan.
tangan.

Meletakkan
telunjuk di Meletakkan telunjuk di sisi hidung selama proses wawancara berlangsung dilihat saat subjek memegang
8.
sisi hidung. hidung selama beberapa detik saat mendengar atau menjawab pertanyaan.

Menutup Menutup telinga selama proses wawancara berlangsung dilihat saat subjek meletakkan tangan pada
9
telinga telinga selama beberapa detik saat mendengar atau menjawab pertanyaan.
6.1. WHAT B. Observasi saat Wawancara

Perilaku
No. Definisi Operasional
Target

Membentuk
Membentuk cincin dengan jari selama proses wawancara berlangsung dilihat saat subjek membuat
10 cincin
pola seperti cincin dengan jari selama beberapa detik saat mendengar atau menjawab pertanyaan.
dengan jari.

Menggosok-
Menggosok-gosokkan ibu jari dengan jari tengah selama proses wawancara berlangsung dilihat saat subjek
gosokkan ibu
11. membuat pola seperti menyatukan ibu jari dengan jari tengah dan membuat gerakan selama mendengar
jari dengan
atau menjawab pertanyaan.
jari tengah.

Menggosok-
Menggosok-gosok jari atau buku jari selama proses wawancara berlangsung dilihat saat subjek membuat
gosok jari
12 pola seperti menyatukan dan menggesekan jari-jari atau buku-buku jari selama beberapa detik saat
atau buku
mendengar atau menjawab pertanyaan.
jari.
6.2. WHO

OBSERVASI I OBSERVASI 2 OBSERVASI 3


Observer : Afiqah Nurul Observer : Raffie Syahdana Observer : Ghina Faadhilah dan
Faizah dan Ghina Faadhilah Dzakwan Hanise Adillah
Observee : NH Observee : NH Observee : NH

OBSERVASI 4 OBSERVASI 5
Observer : Syifa Aulia Salsabila Observer : Raffie Syahdana
dan Afiqah Nurul Faizah Dzakwan dan Syifa Aulia Salsabila
Observee : NH Observee : NH
6.3. WHEN

Observasi I : Rabu, 03 Mei 2023 pada pukul 14.00-16.00 WIB.


Observasi II : Senin, 08 Mei 2023 pada pukul 08.00-10.00 WIB.
Observasi III : Senin, 15 Mei 2023 pada pukul 08.30-10.30 WIB.
Observasi IV : Senin, 15 Mei 2023 pada pukul 11.00-13.00 WIB.
Observasi V : Rabu, 17 Mei 2023 pada pukul 14.00-16.00 WIB.
6.4. WHERE

OBSERVASI I OBSERVASI 2 OBSERVASI 3


Tempat : Kampus D Halimun Tempat : Kampus D Halimun Tempat : Kampus D Halimun
Hari dan Tanggal : Rabu, 03 Hari dan Tanggal : Senin, 08 Hari dan Tanggal : Senin, 15 Mei
Mei 2023 Mei 2023 2023
Waktu : 14.00-16.00 WIB Waktu : 08.00-10.00 WIB Waktu : 08.30-10.30 WIB

OBSERVASI 4 OBSERVASI 5
Tempat : Kampus D Halimun Tempat : Kampus D Halimun
Hari dan Tanggal : Senin, 15 Hari dan Tanggal : Rabu, 17 Mei
Mei 2023 2023
Waktu : 11.00-13.00 WIB Waktu : 14.00-16.00 WIB
6.5. HOW
OBSERVASI SAAT DI LOKASI
Penelitian ini menggunakan teknik observasi dengan pencatatan data event. Teknik
pencatatan event merupakan salah satu teknik pencatatan dimana perilaku dicatat
sebanyak yang terjadi dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Teknik ini digunakan
karena tujuan observasi dalam penelitian ini adalah untuk mengamati perilaku
cyberloafing yang dilakukan oleh mahasiswa selama proses pembelajaran.
Menggunakan metode event recording, setiap perilaku cyberloafing yang spesifik dan
teramati selama jangka waktu tertentu akan dicatat. Dengan demikian, data yang
diperoleh dari observasi menggunakan metode ini akan memberikan gambaran yang
spesifik mengenai jenis dan frekuensi perilaku cyberloafing yang terjadi. Metode
pencatatan event dipilih karena sangat efektif dalam mencatat perilaku yang spesifik
dan dapat dihitung jumlahnya. Selain itu, metode ini juga memungkinkan peneliti untuk
memperoleh data yang lebih terperinci dan akurat.
6.5. HOW

OBSERVASI SAAT WAWANCARA

Penelitian ini menggunakan teknik pencatatan dalam observasi ketika


wawancara secara luring terkait interaksi non-verbal yaitu narrative recording.
Pencatatan naratif merupakan teknik pencatatan yang memiliki karakteristik
utama berupa deskripsi yang digambarkan dalam bentuk narasi. Tujuan
pemilihan teknik ini dalam pencatatan observasi wawancara berupa adanya
keinginan untuk dapat melihat secara keseluruhan terkait wawancara yang
dilakukan, termasuk interaksi non-verbal yang dilakukan subjek ketika
wawancara.
6.6. BENTUK OBSERVATION
SHEET (LEMBAR) O1 DAN O2
7. RANCANGAN
PELAKSANAAN
WAWANCARA
7.1. BENTUK WAWANCARA
Pada wawancara ini kami
menggunakan wawancara dengan
bentuk tradisional yang dilakukan
secara langsung bertatap muka
dengan subjek. Bentuk wawancara ini
dipilih karena peneliti ingin berinteraksi
secara langsung dan memiliki
kesempatan untuk mengobservasi
secara lebih jelas terhadap subjek
ketika diwawancarai. Penggunaan
wawancara secara luring akan
memudahkan peneliti untuk
mengobservasi melalui isyarat perilaku
non-verbal.
7.2. SITUASI WAWANCARA

Pada pelaksanaan wawancara,


penting bagi interviewer untuk
memperhatikan situasi
wawancara. Hal ini dikarenakan
situasi saat wawancara
berperan dalam proses
komunikasi interpersonal dalam
suatu wawancara.
7.2. SITUASI WAWANCARA

MEMULAI WAWANCARA PERSEPSI

Pada wawancara penelitian ini, pihak yang Wawancara dilakukan agar interviewer
berinisiatif untuk memulai wawancara adalah memperoleh informasi dari responden mengenai
pihak interviewer. Wawancara dimulai dengan topik cyberloafing pada mahasiswa yang hasilnya
pembukaan serta penjelasan terkait proses, bertujuan untuk kebutuhan penelitian. Dari
tujuan, dan pengenalan diri dari setiap masing-masing pihak seringkali memiliki persepsi
interviewer. Setelah sesi pengenalan akan yang berbeda terkait pelaksanaan wawancara.
dilanjutkan pada sesi wawancara dimana Oleh karena itu, sebelum wawancara dimulai juga
interviewer akan mengajukan pertanyaan satu dibutuhkan persamaan persepsi agar wawancara
per satu terlebih dahulu kepada interviewee, dapat berjalan dengan baik. Persamaan persepsi
kemudian interviewee menjawab pertanyaan dapat dilakukan dengan cara mengkomunikasikan
tersebut, dan begitupun seterusnya hingga tingkat interaksi serta gambaran pelaksanaan
pertanyaan terakhir. wawancara.
7.2. SITUASI WAWANCARA
WAKTU, HARI, TANGGAL, DAN TAHUN
Wawancara akan dilaksanakan pada Jumat, 19 Mei 2023 pada
pukul 08.30-09.00 WIB.

TEMPAT
Wawancara akan dilaksanakan secara luring dan dilaksanakan di Kampus
D Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta. Hal ini
dikarenakan agar wawancara lebih mudah dilaksanakan dan tidak
menyulitkan subjek penelitian untuk berpindah tempat.

LINGKUNGAN SEKITAR
Agar wawancara dapat berjalan dengan optimal, saat pelaksanaan
wawancara memerlukan kondisi lingkungan yang mendukung dengan kondisi
tenang dan minim gangguan. Oleh karena itu, peneliti memilih melaksanakan
wawancara setelah kegiatan perkuliahan usai.
7.3. INTERVIEW GUIDE
7.3.1 Pembagian Topik
7.4. INFORMASI TAMBAHAN
1.Pembukaan
2. Aspek Browsing : Lembar Informasi Partisipan
Mengakses situs web
Informed Consent
Mengakses media sosial
Bermain game
Membuka Situs Berbelanja Online
3. Aspek Emailing :
Membuka, Membaca, atau Mengirim
Pesan Pribadi
4. Penutupan
8. RELIABILITAS DAN VALIDITAS

RELIABILITAS VALIDITAS

Event Recording Validitas Rupa


Interobserver reliability Teknik Pencatatan Event
Event recording percentage Dicatat seberapa banyak munculnya dalam
satu periode
agreement estimate Variabel dapat muncul ketika subjek
memunculkan perilaku target

Validitas Isi
Peneliti menggunakan indikator perilaku Lim
& Teo (2005) sebagai target untuk mencapai
validitas isi.
RELIABILITAS
RELIABILITAS
RELIABILITAS
9. ANALISIS
HASIL
9.1. HASIL OBSERVASI
9.1.1. Hasil Observasi saat di Lokasi Kesatu 9.1.2. Hasil Observasi saat di Lokasi Kedua

Ruang 207 Fakultas Pendidikan Psikologi Ruang 204 Fakultas Pendidikan Psikologi
Rabu, 3 Mei 2023 pukul 14.00-16.00 WIB Rabu, 8 Mei 2023 pukul 08.00-10.00 WIB
Afiqah Nurul Faizah dan Ghina Faadhilah (observer) Raffie Syahdana Dzakwan (observer)

AKTIVITAS BROWSING AKTIVITAS BROWSING


Mengakses situs web sebanyak 2 kali Mengakses situs web sebanyak 3 kali
Mengakses media sosial sebanyak 2 kali Mengakses situs belanja sebanyak 1 kali
AKTIVITAS EMAILING AKTIVITAS EMAILING
Membuka, membaca, atau mengirim Membuka, membaca, atau mengirim
pesan pribadi sebanyak 1 kali. pesan pribadi sebanyak 12 kali.
9.1. HASIL OBSERVASI
9.1.3. Hasil Observasi saat di Lokasi Ketiga 9.1.4. Hasil Observasi saat di Lokasi Keempat

Ruang 207 Fakultas Pendidikan Psikologi Ruang 206 Fakultas Pendidikan Psikologi
Rabu, 15 Mei 2023 pukul 08.30-10.30 WIB Rabu, 15 Mei 2023 pukul 11.00-13.00 WIB
Ghina Faadhilah dan Hanise Adilla (observer) Syifa Aulia dan Afiqah Nurul Faizah (observer)

AKTIVITAS BROWSING AKTIVITAS BROWSING


Mengakses situs web sebanyak 1 kali Mengakses situs web sebanyak 2 kali
Bermain game sebanyak 11 kali Mengakses media sosial sebanyak 3 kali
Mengakses situs belanja sebanyak 2 kali Mengakses situs belanja sebanyak 1 kali
AKTIVITAS EMAILING AKTIVITAS EMAILING
Membuka, membaca, atau mengirim Membuka, membaca, atau mengirim
pesan pribadi sebanyak 14 kali. pesan pribadi sebanyak 11 kali.
9.1. HASIL OBSERVASI
9.1.5. Hasil Observasi saat di Lokasi Kelima

Ruang 207 Fakultas Pendidikan Psikologi


Rabu, 15 Mei 2023 pukul 11.00-13.00 WIB
Syifa Aulia dan Raffie Syahdana (observer)

AKTIVITAS BROWSING
Mengakses situs web sebanyak 2 kali
Mengakses media sosial sebanyak 2 kali
Bermain Game sebanyak 1 kali
AKTIVITAS EMAILING
Membuka, membaca, atau mengirim
pesan pribadi sebanyak 8 kali.
9.2 HASIL
WAWANCARA
MENGAKSES SITUS WEB
menurut subjek penggunaan situs web dalam proses pembelajaran itu
tergantung pemakaian masing-masing individu apakah efektif atau malah larut
dalam situs web.
Subjek mengatakan bahwa ia membuka situs web ketika disuruh dosen dan
dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.
Subjek juga mengatakan bahwa adanya notifikasi dari aplikasi, chat, dan game
yang muncul sehingga membuat ia tertarik untuk mengunjungi situs web.
Subjek juga mengatakan bahwa ia juga merasa terdistraksi ketika disuruh
dosen untuk googling sesuatu, tetapi ia justru searching atau membuka hal lain
di luar konteks pembelajaran.
9.2 HASIL
WAWANCARA
MENGAKSES MEDIA SOSIAL
Subjek mengatakan bahwa ia memiliki kesadaran diri ketika kuliah untuk
secukupnya saja mengakses media sosial saat pembelajaran di dalam kelas.
Subjek mengatakan bahwa ia jarang mengakses media sosial selama
perkuliahan berlangsung di dalam kelas.
Subjek mengatakan bahwa yang berperan besar dalam ketertarikan membuka
media sosial, seperti TikTok, instagram adalah notifikasi yang muncul di layar
HP. Hal tersebut juga lah yang membuat subjek merasa terdistraksi ketika
selama pembelajaran di dalam kelas.
Subjek juga mengatakan bahwa adanya momen tertentu, seperti disuruh dosen untuk
browsing atau dosen memberikan materi kepada PJ di grup WhatsApp yang membuat
ia tertarik untuk membuka media sosial ketika saat pembelajaran di dalam kelas.
9.2 HASIL
WAWANCARA
BERMAIN GAME
Subjek mengatakan bahwa ia lebih sering membuka game ketika merasa lagi
bosan di matkul tertentu.
Subjek menyatakan pendapat tentang penggunaan game dalam konteks
pendidikan bahwa menurutnya dengan memainkan game selama proses
pembelajaran itu dapat meningkatkan fokusnya kembali
Subjek pernah merasa masih penasaran dengan game yang belum selesai dan
masih melanjutkan game tersebut ketika dosen sudah mulai menerangkan
karena rasa penasaran dari subjek untuk menyelesaikan game tersebut.
9.2 HASIL
WAWANCARA
MEMBUKA SITUS BELANJA
Subjek mengatakan bahwa kalau ia kehilangan fokus ia lebih memilih untuk
membuka aplikasi permainan daripada membuka aplikasi yang lain, seperti
membuka situs berbelanja online.
Subjek mengatakan bahwa ia jarang sekali membuka aplikasi shopee ketika
pembelajaran di dalam kelas.
Subjek mengatakan bahwa ia pernah merasa ke distract ketika ada notifikasi
yang muncul dari shopee dan ketika ada temannya yang membuka shopee, itu
tidak sampai mengganggunya karena temannya fokus sendiri.
9.2 HASIL
WAWANCARA
MEMBUKA, MEMBACA,
MENGIRIM PESAN PRIBADI
Subjek bukan orang yang harus selalu membalas atau membuka aplikasi pesan
pribadi selama pembelajaran berlangsung.
Subjek juga mengatakan bahwa ia menganggap aplikasi pesan itu memiliki sisi
yang positif bagi dirinya.
Subjek mengatakan bahwa saat ia lagi fokus belajar dan tiba-tiba muncul
notifikasi dari layar hp, pada saat itu juga ia pernah membuka aplikasi chat.
Biasanya ketika ia mendapatkan notifikasi chat dari teman atau keluarga yang
konteksnya lagi urgent dan pada saat itu juga langsung membalas chat
tersebut karena menurutnya membalas pesan tidak sampai memakan waktu 10
menit.
9.2 HASIL
WAWANCARA
MEMBUKA, MEMBACA,
MENGIRIM PESAN PRIBADI
Subjek juga menceritakan bahwa ia merasa terganggu ketika ada notifikasi dari
aplikasi pesan, misalnya chat dari temannya yang tidak sabar dan melakukan
spam chat ke subjek saat pembelajaran di dalam kelas.
Subjek menceritakan ketika dosen menyuruh untuk membuka materi, tetapi ia
justru membuka hal yang lain, seperti chat dari teman yang lebih menarik dan
masih merasa penasaran dengan topik di media sosial, sehingga subjek
membacanya sampai akhir karena banyaknya slide dari instagram.
9.3 HASIL KESELURUHAN
Perilaku target yang paling banyak muncul adalah aktivitas e-mailing kemudian bermain game.
Kedua perilaku target tersebut memiliki frekuensi kemunculan terbanyak pada tanggal dan
lokasi yang sama yaitu 15 Mei di ruang 204.
Perilaku target aktivitas e-mailing yang peneliti observasi berkebalikan dari hasil observasi,
dimana subjek mengatakan bahwa mampu untuk tidak mengecek aplikasi chat pribadi selama
pembelajaran.
Selaras dengan observasi ketiga yang dilakukan peneliti dimana perilaku bermain game ini paling
banyak muncul. Hal ini menandakan bahwa subjek pada mata kuliah tersebut sering merasa
bosan dan hilang fokus sehingga berdasarkan ungkapan subjek dari wawancara yang peneliti
lakukan menandakan bahwa ia sering meningkatkan kembali fokus dan konsentrasinya pada
mata kuliah di tanggal tersebut.
Perilaku target dalam membuka situs belanja online memiliki frekuensi kemunculan paling
sedikit diantara perilaku lainnya berdasarkan hasil observasi peneliti. Berdasarkan hasil
wawancara, subjek mengatakan bahwa jarang sekali membuka aplikasi belanja online karena
ketika ia merasa hilang fokus dan membayangkan sesuatu yang ia inginkan, ia hanya pada
konteks membayangkan saja, tidak lebih.
10. PENUTUP
10.1 KESIMPULAN
Secara keseluruhan, subjek cenderung
melakukan cyberloafing dengan membuka situs
web, media sosial, bermain game, atau
membuka situs berbelanja online saat
kehilangan fokus atau merasa bosan selama
pembelajaran. Selain itu, terdapat juga faktor-
faktor seperti momen tertentu dan rasa
penasaran yang dapat mempengaruhi
keputusan subjek untuk melakukan
cyberloafing. Meskipun terdapat
kecenderungan untuk terdistraksi, subjek
memiliki kesadaran diri untuk mengatur waktu
dan mencoba untuk tidak terlalu terdistraksi
oleh aktivitas online maupun notifikasi dan
membatasi akses ke situs web, media sosial,
game, atau situs berbelanja online.
10.2 SARAN
UNTUK OBSERVER ATAU
UNTUK SUBJEK PENELITIAN INTERVIEWER SELANJUTNYA

1. Disarankan bagi subjek untuk meningkatkan 1. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk
kesadaran diri terkait perilaku cyberloafing melakukan penelitian atau observasi dalam
dan dampaknya terhadap fokus dan jangka waktu yang lebih panjang dan
produktivitas selama pembelajaran. melibatkan lebih banyak responden sehingga
2. Subjek dapat mencoba mencari alternatif dapat menghasilkan data yang lebih
kegiatan yang lebih konstruktif dan representatif dan generalisasi yang lebih luas
bermanfaat saat merasa bosan atau 2. Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih
kehilangan fokus selama pembelajaran. lanjut dengan memperhatikan faktor-faktor
yang mungkin mempengaruhi perilaku
cyberloafing,
LAMPIRAN-
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LEMBAR INFORMASI PARTISIPAN
INFORMED CONSENT
LEMBAR HASIL
OBSERVASI
AFIQAH NURUL
FAIZAH
GHINA
FAADILLAH
HANISE ADILLA
RAFFIE
SYAHDANA
SYIFA AULIA
SALSABILLAH
LEMBAR OBSERVASI
NON VERBAL
LINK VIDEO WAWANCARA

https://drive.google.com/file/d/1PetunTnFWFXjgAWdUj2t
tZ74_-QAiTIN/view?usp=sharing
DOKUMENTASI
TERIMA
KASIH
DAFTAR PUSTAKA
Blanchard, A., & Henle, C. (2008). Correlates of Different Form of Cyberloafing: The Role of Norms and External Locus of Control. Computers in
Human Behavior, 24, 1067-1084.
Fadilah, A. (2011). Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP) terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan (skripsi).
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Gunawan, Y. I. P., & Amaludin, A. (2021). Pemanfaatan Teknologi Pembelajaran dalam Jaringan di Masa Pandemi Covid-19. Madaniyah, 11(2), 133-150.
Jandaghi, G. dkk. (2015). Cyberloafing management in organizations. Iranian Journal of Management Studies, 8(3), 335-349.
Junco, R., & Cotten, S. R. (2012). The Relationship Between Multitasking and Academic Performance. Computers & Education, 59(2), 505-514.
Lim, V. K. G., & Teo, T. S. H. (2005). Prevalence, Perceived Seriousness, Justification and Regulation of Cyberloafing in Singapore: An Exploratory
Study. Information & Management, 42, 1081-1093.
Lim, V. K. G., Teo, T. S. H., & Loo, G. L. (2002). How do i loaf here? Let me count the ways. Communications of the ACM, 45, 66–70.
Nuha, M. U. (2021). Pengaruh Stres Akademik dan Kontrol Diri terhadap Perilaku Cyberloafing pada Mahasiswa Psikologi Islam IAIN Salatiga (skripsi).
Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang
O'Connor, P. J., & Perrewé, P. L. (2005). Cyberloafing: A social exchange perspective. Journal of Applied Psychology, 90(2), 295-304.
Ozler, D. E., & Polat. (2012). Cyberloafing Phenomenon in Organizations: Determinants and Impacts. Journal of eBusiness and eGovernment Studies.
Smith, H. J., Steinfield, C., & Ackerman, M. S. (2007). Social capital, self-esteem, and use of online social network sites: A longitudial analysis. Journal
of Applied Developmental Psychology, 28(4), 434-445.
Stewart, C. J. & Cash, W. B. (2014). Interviewing, Principles and Practise (15th ed). Mcgraw-Hill Education.
Stewart, C. J., & William B. Cash, J. (2012). Interviu Prinsip dan Praktik (Edisi 13). Jakarta: Salemba Humanika.
Taneja, A., Fiore, V., & Fischer, B. (2015). Cyber-Slacking In the Classroom: Potential for Digital Distraction in the New Age. Computers & Education,
82, 141-151.

Anda mungkin juga menyukai