ABSTRAK
Media sosial menjadi layanan yang paling sering diakses oleh semua kalangan masyarakat, terutama
remaja. Remaja lebih rentan terhadap dampak negatif media sosial karena keterbatasannya dalam
kemampuan pengaturan diri. Sehingga, kontrol diri menjadi salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi perilaku penggunaan media sosial pada remaja. Tujuan penelitian ini untuk
mengidentifikasi gambaran kontrol diri dalam penggunaan media sosial pada remaja di SMAN 10
Kota Bandung. Metode penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan sampel yang diambil
adalah siswa kelas XI yang memiliki aplikasi media sosial pada smartphone nya serta menggunakan
sistem pembelajaran SKS dengan teknik total sampling (n=286, response rate 67,6%). Pengambilan
data menggunakan Skala Kontrol Diri yang dimodifikasi dari Rika (2012) dengan aspek-aspek teori
Averill dan nilai validitas antara 0,431-0,783 serta koefisien alpha croncbah 0,919. Terdiri dari 27 item
pernyataan menggunakan skala likert 1 – 5. Analisis data menggunakan distribusi frekuensi dan
persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66,8% remaja memiliki kemampuan kontrol diri
yang sedang dalam penggunaan media sosial, sebagian besar memiliki kontrol kognitif tinggi (62,9%),
kontrol keputusan sedang (81,8 %) dan kontrol perilaku sedang (76,2%). Hasil penelitian
menunjukkan sebagian besar remaja memiliki kontrol diri sedang artinya remaja belum
memaksimalkan kemampuan kontrol diri yang dimilikinya dan berpotensi menuju kontrol diri rendah
maupun tinggi.
ABSTRACT
Social media being the most frequently accessible to all the community, especially teenagers.
Teenangers being more susceptible to the negative impact of social media because the limitation of
their self-regulation. So, self-control to be the one important factor that can be strongly influence the
behavior of social media usage in adolescents. The purpose of this study was identify sel-control of
social media usage in adolescents at SMAN 10 Bandung. This type of research is quantitative with
descriptive method. The samples recruited in this study were class XI students who have social media
applications on their smartphones and use SKS learning system with using a total sampling technique
(n=286, response rate 67,6%). Data collection using a modified Self Control Scale by Rika (2012) and
Self-Control theory by Averil with validity values between 0.424-0.778 and alpha Cronbach coefficient
0.919. The instrument consists of 27 statement items using a 1 – 5 Likert scale. Data analysis used
frequency distribution and percentage. The result of the research showed that 66,8% of teenagers at
SMAN 10 Bandung had moderate self-control of social media usage, the largest percentage of
participants had high cognitive control (62,9%), moderate decisional control (81,8%) and moderate
behavioral control (76,2%). The conclusion of this research that the largest percentage of participants
had moderate sel-control of social media usage which meant that participants have not maximized
their self control abilities and have the potential to lead to low or high self control.
527
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
jiwa dan terus meningkat hingga tahun (Kristiyono, 2015). Salah saTu jenis
2018 mencapai 171,17 juta pengguna cybercrime yang berpotensi terjadi di
(APJII, 2017; APJII, 2019). media sosial adalah cyberbullying (Al-
Garadi et al., 2016).
Data statistik APJII, pada tahun 2017
menyatakan persentase pengguna internet Kontrol diri yang rendah mengakibatkan
yang paling tinggi yakni pada usia remaja individu senang melakukan risiko dan
dengan rentang usia 13-18 tahun sebesar melanggar aturan tanpa memikirkan jangka
75,50% dan pada tahun 2018 pengguna panjang (Aroma & Suminar, 2012).
internet rentang usia 15-19 tahun sebesar Penelitian Vazsonyi dan Huang (2010)
91% (APJII, 2017; APJII, 2019). Usia menemukan bahwa secara langsung
remaja menurut WHO masih termasuk maupun tidak langsung rendahnya
dalam batasan usia anak yaitu sampai usia pengendalian diri mempengaruhi perilaku
19 tahun (Soediono, 2014). cyberbullying (Vazsonyi & Huang, 2010).
Individu yang memiliki akun media sosial
Di era penggunaan internet yang semakin perlu memiliki kemampuan untuk
meningkat, media sosial menjadi salah satu mengatur perilakunya sesuai dengan norma
cara yang banyak dilakukan oleh para yang berlaku di masyarakat. Aktivitas
remaja untuk memenuhi kebutuhan tersebut disebut dengan Kontrol Diri.
interaksi sosialnya. Data statistik APJII
(2017) yang menunjukkan bahwa layanan Secara umum terdapat dua faktor yang
chatting (89,35%) dan media sosial dapat mempengaruhi penggunaan media
(87,13%) menjadi layanan peringkat sosial, yaitu faktor internal seperti kontrol
teratas yang diakses dan menjadi gaya diri, kepercayaan terhadap aplikasi media
hidup paling tinggi (87,13%) dalam sosial, kepuasan terhadap media sosial,
pemanfaatan internet oleh masyarakat serta sikap dalam menggunakan media
Indonesia (APJII, 2017). Sebuah survei sosial dan faktor eksternal seperti
yang dilakukan pusat riset Pew tahun 2015 pengasuhan orang tua berupa pembatasan
di Amerika Serikat menunjukkan 90% kontrol perilaku pada remaja (X. Li et al.,
remaja pengguna internet menjadikan 2013; Pratiwi, 2016). Faktor internal
media sosial sebagai layanan yang sering dengan aspek yang paling tinggi
diakses (Perrin, 2015). mempengaruhi kecanduan media sosial
yaitu kontrol diri yang rendah (X. Li et al.,
Media sosial adalah istilah yang sering 2013).
digunakan untuk merujuk pada bentuk
media baru yang melibatkan interaktif Konsep kontrol diri dalam kepribadian
partisipasi (Harvey, 2014). Sifat remaja dimasukkan dalam berbagai teori motivasi,
yang masih mudah terpengaruh oleh kemauan, dan peraturan atas tindakan
lingkungan sosial tanpa (Hagger et al., 2018). Perilaku yang
mempertimbangkan efek yang akan dikendalikan sendiri mengacu pada
ditimbulkannya, maka akan memberikan tindakan yang selaras dengan tujuan
dampak positif dan negatif dalam jangka panjang yang bernilai dalam
penggunaan media sosial. Kristiyono menghadapi impuls yang saling
(2015) menyatakan bahwa beberapa bertentangan dalam rangka mencapai
dampak yang akan ditimbulkan dari kepuasan sesaat (Hagger et al., 2018).
penggunaan media internet yang Averill (1973) menjelaskan terdapat tiga
berlebihan termasuk salah satunya media aspek kontrol diri yaitu kontrol kognitif,
sosial yakni akan menimbulkan kontrol keputusan, dan kontrol perilaku.
ketergantungan, perubahan perilaku hingga
kejahatan-kejahatan dari dunia internet itu Banyak bentuk perilaku berisiko yang
sendiri atau yang biasa disebut cybercrime terjadi pada usia pertengahan remaja yakni
528
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
diantara masa remaja awal dan remaja kota metropolitan terbesar di Jawa Barat
akhir (Hagger et al., 2018). Pada era digital sekaligus menjadi Ibu kota provinsi Jawa
ini, aktivitas psikososial remaja dapat Barat, penggunaan internet pada
terlihat pada aktivitas interaksi sosialnya masyarakat urban atau kota (74,1%) lebih
secara virtual di media sosial yang tinggi. tinggi dibandingkan masyarakat desa
Pada data APJII di tahun 2017 dan 2018, (64,1%) (APJII, 2019). Sehingga
usia 15-17 tahun menjadi irisan kelompok penggunaan internet masyarakat di Kota
pengguna media sosial tertinggi Bandung dapat dikategorikan tinggi
dibandingkan dengan yang lainnya (APJII, dengan melihat karakteristik
2017, 2019). Sehingga, melihat masyarakatnya.
aktivitasnya yang tinggi pada jejaring
media sosial menjadikan remaja pada usia Peneliti melakukan wawancara online
pertengahan ini lebih berisiko terhadap kepada sembilan siswa di SMAN 10 Kota
penggunaan media sosial yang berlebihan. Bandung. Hasil dari wawancara tersebut
Murat Kirit (2015) menyatakan bahwa didapatkan bahwa Lima dari kesembilan
penggunaan media sosial yang berlebihan siswa menyatakan bahwa durasi mereka
dan tidak terkontrol dapat mengarahkan dalam mengakses media sosial selama
remaja kepada perilaku kecanduan (Murat lebih dari lima jam. Dua dari Sembilan
Kirik et al., 2015). Penelitian yang siswa mengakui bahwa seringkali mereka
dilakukan Setiawan, Dwikurnaningsih, dan merasakan kecanduan dalam memainkan
Setyorini (2019) menunjukkan bahwa media sosial. Sedangkankan pada saat
terdapat hubungan negatif antara kontrol proses belajar mengajar, kesembilan siswa
diri dengan kecanduan internet remaja mengakui bahwa mereka pernah
(Setiawan et al., 2019). Gambaran dalam memainkan media sosial di saat proses
kecanduan internet ini memiliki pengaruh belajar mengajar sedang berlansung dan
terhadap gambaran kontrol diri pada dua siswa diantaranya menyatakan bahwa
pengguna media sosial karena melihat sering kali mereka melakukan hal tersebut.
media sosial sudah menjadi gaya hidup Berdasarkan fenomena yang telah
pada remaja. diuraikan, dapat dilihat bahwa penggunaan
media sosial memberikan dampak yang
Pada umumnya pada usia 15-17 tahun, positif dan negatif. Dampak positif yang
remaja sedang menjalani peran sebagai dirasakan sekolah serta siswa-siswa nya
pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA). yaitu memudahkan dalam berkomunikasi
Sistem pembelajaran baru terkini yang dan mengakses informasi. Untuk dampak
berbasis Teknologi Informasi dan negatif yang dirasakan siswa diantaranya
Komunikasi (TIK) atau biasa disebut e- tidak dapat fokus belajar di kelas,
learning, penggunaan internet pada siswa melalaikan tugas sekolah dan menjadikan
siswi di Sekolah semakin terfasilitasi. siswa kecanduan dalam memainkan media
Penerapan sistem e-learning secara baik sosial. Sedangkan, tugas siswa sebagai
dan tepat dapat membantu dalam pelajar adalah belajar dan fokus dalam
menunjang proses belajar mengajar. menuntut ilmu serta membangun karakter
Namun, ketidakmampuan siswa dalam yang baik sebagai generasi penerus yang
mengontrol diri dalam penggunaan akan melanjutkan peradaban Negeri ini.
smartphone khususnya dalam penggunaan Oleh karena itu, diperlukan adanya sebuah
media sosial akan menimbulkan perilaku kontrol diri dari setiap individu remaja
kecanduan. Salah satu Sekolah Menengah khususnya siswa sebagai seorang pelajar,
Atas (SMA) di Kota Bandung yang telah agar dapat memanfaatkan kemajuan
menerapkan sistem e-learning dalam teknologi ini secara bijak khususnya dalam
proses pembelajarannya adalah SMAN 10 penggunaan media sosial.
Kota Bandung. Kota Bandung menjadi
529
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Pada kondisi ini, perawat yang dibuat oleh Rika (2012). Skala kontrol diri
memandang manusia sebagai makhluk ini menggunakan aspek-aspek kontrol diri
holistic yang harus dipenuhi kebutuhan yang dikemukakan Averill, terdiri dari tiga
biologis, psikologis, sosial dan aspek kontrol diri dan lima indikator
spiritualnya, berperan untuk meningkatkan kontrol diri yang dijabarkan dari ketiga
kesehatan jiwa pada remaja khususnya aspek kontrol diri. Alat ukur yang
siswa sebagai seorang pelajar. Perawat digunakan pada skala ini yaitu
kesehatan sekolah (perawat komunitas), menggunakan skala likert dengan dua sifat
perawat melakukan kegiatan preventif pernyataan yaitu pernyataan positif
maupun promotif untuk warga sekolah. (favorable) dan negatif (unfavorable).
Berdasarkan fenomena tersebut, maka Jumlah pernyataan secara keseluruhan
peneliti merasa penting untuk melakukan ialah 30 item. Masing-masing
penelitian mengenai gambaran kontrol diri menyediakan lima alternatif jawaban yaitu
remaja terhadap penggunaan media sosial Selalu (S), Sering (SR), Kadang-kadang
pada remaja di SMAN 10 Kota Bandung. (K), Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP).
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini Skor setiap pernyataan berkisar antara 1
adalah untuk mengidentifikasi gambaran sampai 5. Skala kontrol diri yang
kontrol diri dalam penggunaan media dikembangkan oleh Rika (2012)
sosial pada remaja di SMAN 10 Kota merupakan instrumen berbahasa Indonesia
Bandung dengan jenis penelitian dengan menggunakan teori kontrol diri
kuantitatif deskriptif. yang dikemukakan oleh Averill. Hasil uji
validitas skala kontrol diri yang dibuat
METODE Rika (2012) yaitu cognitive control
Penelitian dilakukan menggunakan jenis (0,687), decisional control (0,844), dan
penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi behavior control (0,939) yang dinyatakan
pada penelitian ini adalah siswa kelas XI valid. Validitas alat ukur pada penelitian
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) ini adalah face validity yang dilakukan
10 Kota Bandung yang memiliki aplikasi kepada sepuluh sampel siswa kelas X
media sosial pada smartphone nya dan SMAN 10 Kota Bandung yang memiliki
menggunakan sistem pembelajaran Satuan kriteria sampel yang sama dengan populasi
Kredit Semester (SKS) di SMAN 10 Kota pada penelitian ini dan hasil uji validitas
Bandung yang berjumlah 423 orang. ini menunjukkan bahwa seluruh sampel
Teknik pengambilan sampel pada dapat memahami dengan baik isi kuesioner
penelitian ini adalah total sampling dengan secara, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Jumlah sampel yang didapatkan sebanyak alat ukur ini dapat mengukur apa yang
286 siswa dari total populasi siswa ingin diukur (valid). Hasil uji realibilitas
sebanyak 423.Jumlah response rate pada skala kontrol diri yang dibuat Rika (2012)
penelitian ini hanya berjumlah 67,6%, hal memiliki nilai koefisien Cronbach’s Alpha
ini dikarenakan terdapat beberapa kendala 0,888.
saat proses pengumpulan data penelitian
yakni waktu pengumpulan data penelitian Pengumpulan data pada penelitian ini
yang bersamaan dengan waktu ujian berupa data primer, yang didapatkan
semester akhir dan liburan siswa serta dengan menggunakan kuesioner. Teknik
terdapat keterbatasan komunikasi dengan pengumpulan data pada penelitian ini
proses pengambilan data secara online. menggunakan kuesioner skala kontrol diri
yang disebar dalam bentuk formulir
Alat ukur self-control berupa kuesioner kuesioner online kepada responden melalui
terstruktur untuk mengetahui tingkat salah satu media sosial. Analisis data yang
pengendalian diri individu yang peneliti digunakan pada penelitian ini adalah
modifikasi dari skala kontrol diri yang analisis univariat. Penelitian ini telah
530
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Tabel 1.
Gambaran Kontrol Diri Penggunaan Media Sosial pada Siswa SMAN 10 (n=286)
Kategori f %
Kontrol Diri Tinggi 92 32,2%
Kontrol Diri Sedang 191 66,8%
Kontrol Diri Rendah 3 1%
Tabel 2.
Gambaran Aspek-aspek Kontrol Diri Penggunaan Media Sosial pada Remaja (n=286)
Aspek Kategori f %
Kontrol Kognitif Tinggi 180 62,9
Sedang 106 37,1
Rendah 0
Kontrol Keputusan Tinggi 47 16,4
Sedang 235 81,8
Rendah 5 1,7
Kontrol Perilaku Tinggi 63 22
Sedang 218 76,2
Rendah 5 1,7
Tabel 3.
Tabulasi Kontrol Diri dalam Penggunaan Media Sosial Berdasarkan Karakteristik Remaja
(n=286)
Kategori Kontrol Diri
Total
Karakteristik Responden Tinggi Sedang Rendah
f % f % f % f %
Jenis Kelamin
Laki-laki 99 34,6 22 22,2 75 75,8 2 0,7
Perempuan 187 65,4 70 37,4 116 62 1 0,3
Durasi Penggunaan Media Sosial
< 1 jam 10 3,5 5 5,4 5 2,6 0 0
1 – 2 jam 60 21 26 28,3 34 17,8 0 0
3 - 4 jam 110 38,5 41 44,6 69 36,1 0 0
5 – 6 jam 63 22 11 12 51 26,7 1 33,3
> 6 jam 43 15 9 9,8 32 16,8 2 66,7
Jenis Media Sosial
Instagram 276 96,1 88 95,6 184 96,3 3 100
Facebook 115 40,2 31 33,6 82 42 2 66
Twitter 122 42,6 35 38 87 45,5 0 0
Lainnya 58 20,2 21 22,8 37 19,3 0 0
Nilai rata-rata Raport
< 78 9 3,1 1 1,1 8 4,2 0 0
78 – 89 275 96,2 90 97,8 182 95,3 3 100
≥ 90 2 0,7 1 1,1 1 0,5 0 0
531
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian kontrol diri hadir bertujuan untuk
besar responden memiliki kontrol diri mengendalikan perilaku agar sejalan
sedang. Pada tabel 2 dapat diketahui dengan tujuan jangka panjang yang
bahwa sebagian besar responden memiliki bernilai (Hagger et al., 2018). Dalam
kontrol kognitif yang tinggi, kontrol penggunaan media sosial, kemampuan
keputusan yang sedang, dan kontrol kontrol diri diperlukan guna mengatur
perilaku yang sedang. Tabel 3 dapat perilakunya dalam menggunakan media
diketahui untuk gambaran kontrol diri sosial agar tidak berlebihan dan sesuai
dalam penggunaan media sosial dengan norma yang berlaku di masyarakat.
berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat Berdasarkan data hasil penelitian ini
bahwa perempuan cenderung memiliki menunjukkan bahwa remaja di SMAN 10
kontrol diri yang lebih tinggi dari pada Kota Bandung sebagian besar dari
laki-laki. responden memiliki kontrol diri yang
sedang dalam penggunaan media sosial
Berdasarkan durasi penggunaan media (66,8%). Remaja yang memiliki kontrol
sosial, persentase terbanyak berada pada diri yang sedang dalam penggunaan media
kelompok durasi penggunaan media sosial sosial artinya remaja berada pada
3 -4 jam. Untuk jenis media sosial yang kemampuan yang cukup untuk
paling sering digunakan secara yakni mengendalikan kognitif, keputusan dan
Instagram. Adapun berdasarkan nilai rata- perilakunya dalam penggunaan media
rata raport siswa SMAN 10 Kota Bandung sosial, dimana rentang ini bisa berpotensi
pada semester ganjil terakhir, persentase menuju kontrol diri tinggi ataupun rendah.
terbanyak responden memiliki rentan nilai Hal tersebut menunjukkan bahwa
rata-rata raport sebesar 78-89. Responden partisipan sudah berusaha mengendalikan
terbanyak berada pada kelompok kontrol dirinya dalam memainkan media sosial
diri sedang yaitu pada perempuan 116 agar sesuai dengan kebutuhannya, namun
responden (62%). terdapat beberapa kesempatan partisipan
tidak memaksimalkan dengan baik
PEMBAHASAN pengendalian yang dimilikinya.
Kontrol Diri dalam Penggunaan Media
Sosial pada Remaja Sebanyak 32,2% responden memiliki
Di era perkembangan digital yang semakin kontrol diri yang tinggi dalam penggunaan
pesat ini, penggunaan media sosial tidak media sosial. Remaja yang memiliki
dapat dipisahkan dari kehidupan kontrol diri yang tinggi dalam penggunaan
bermasyarakat khususnya remaja. Untuk media sosial akan menunjukkan
mencapai kematangan dirinya secara moral kemampuan yang tinggi dalam
remaja harus mampu melakukan pengendalian kognitif, keputusan dan
pengendalian terhadap perilakunya agar perilakunya terhadap penggunaan media
sesuai dengan norma yang berlaku di sosial. Dalam hal ini, remaja memiliki
lingkungan sekitarnya, kemampuan inisiatif dalam mencari dan mengaitkan
tersebut disebut kontrol diri. informasi mengenai penggunaan media
sosial serta mampu melakukan penilaian
Kontrol diri merupakan kemampuan dalam negatif atau positif terhadap informasi
mengendalikan keinginan dan dorongan yang didapatkannya, sehingga akan
yang berasal dari diri sendiri (Baumeister, mempengaruhi proses pengambilan
2002). Pada umumnya keinginan dan keputusan serta perilakunya dalam
dorongan tersebut merupakan impuls yang penggunaan media sosial yang cenderung
saling bertentangan dengan tujuan jangka tidak akan berlebihan. Remaja yang
panjang dan hanya sekedar untuk memiliki kontrol diri yang baik akan
mencapai kepuasan sesaat, sehingga tergambar dalam penggunaan media sosial
532
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
yang tidak berlebihan dan tetap tekun serta remaja merasa kurang yakin dalam
bertanggung jawab terhadap tugas lain memberikan penilaian terhadap
yang harus dikerjakannya dan dirinya penggunaan media sosialnya.
mampu mengontrol emosinya dengan baik
saat sedang memainkan media sosial Setelah remaja melakukan pengendalian
(Logue & Forzano ,1995 dalam Putri et al., terhadap informasi yang diperolehnya,
2016; Baumeister et al., 2007). selanjutnya remaja akan melakukan
pengendalian terhadap keputusan dalam
Kategori dengan jumlah responden sedikit penggunaan media sosial yang disebut
yaitu pada kategori kontrol diri yang dengan kontrol keputusan. Didapatkan data
rendah dalam penggunaan media sosial yang menunjukkan sebagian besar remaja
(1%). Sebagian kecil dari remaja di SMAN memiliki kontrol keputusan yang sedang
10 Kota Bandung memiliki kontrol diri (81,8%), artinya remaja masih belum yakin
yang rendah dalam penggunaan media dalam mengambil keputusannya untuk
sosial, artinya individu tersebut belum mencegah penggunaan media sosial agar
memiliki inisiatif dalam mencari informasi tidak berlebihan dan lebih terpengaruh
dan hanya mampu mengaitkan sebagian dengan lingkungan sekitarnya. Ditemukan
kecil informasi yang dimilikinya dalam pula remaja yang memiliki kontrol
penggunaan media sosial, sehingga keputusan yang tinggi (16,4%), artinya
berpengaruh pada proses penilaiannya dan remaja tersebut sudah mampu
proses pengambilan keputusannya dalam mengendalikan keputusannya dalam
penggunaan media sosial yang tentunya penggunaan media sosial agar tidak
akan berdampak juga pada perilakunya berlebihan. Sisanya sebagian kecil remaja
yang cenderung berlebihan dalam memiliki kontrol keputusan yang rendah
memainkan media sosial. (1,7%), artinya remaja tersebut belum
mampu mengambil keputusan dan memilih
Menurut Averill (1973), kontrol diri tindakan pencegahan yang tepat dalam
bekerja berdasarkan aspek-aspek yang penggunaan media sosial.
membentuknya yang terdiri dari kontrol
kognitif, kontrol keputusan dan kontrol Setelah melalui proses kontrol keputusan,
perilaku. Hasil penelitian ini, menunjukkan remaja akan dihadapkan pada aspek
bahwa sebagian besar remaja memiliki kontrol perilaku yang merupakan hasil
kontrol kognitif yang tinggi (62,9%), akhir yang dapat dilihat dari proses kontrol
artinya partisipan memiliki informasi yang diri. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
cukup luas mengenai penggunaan dan besar remaja memiliki kontrol perilaku
dampak yang ditimbulkan dalam yang sedang (76,2%). Dengan ini artinya,
penggunaan media sosial serta mengetahui remaja hanya mampu mengendalikan diri
dengan baik cara pencegahan penggunaan agar penggunaan media sosialnya tidak
media sosial agar tidak berlebihan, berlebihan dan belum mampu mengatur
partisipan juga cenderung mampu untuk sesuatu yang berada dari luar dirinya,
mengaitkan informasi yang dimilikinya selain itu dalam kondisi ini remaja
dan mampu memberikan penilaian terkadang belum mampu mengatur
terhadap penggunaan media sosialnya. perilaku penggunaan media sosialnya agar
tidak berlebihan. Selain itu, didapatkan
Didapatkan pula remaja yang memiliki pula remaja dengan kontrol perilaku yang
kontrol kognitif yang sedang (37,1%), tinggi (22%), artinya remaja tersebut sudah
artinya remaja tersebut cenderung sudah mampu mengendalikan dirinya dengan
mampu mengaitkan informasi yang baik dan dapat mengatur pula sesuatu yang
dimilikinya mengenai penggunaan media berasal dari luar dirinya agar dalam
sosial, akan tetapi informasi tersebut masih penggunaan media sosialnya tidak
kurang menyeluruh sehingga seringkali berlebihan serta sudah mampu mengatur
533
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
perilakunya dengan baik agar dapat remaja dalam penggunaan media sosial
mencegah dari penggunaan media yang (Logue, 1995; Marsela & Supriatna, 2019;
berlebihan. vanDellen & Hoyle, 2010).
Hasil data pada penelitian ini mengenai Melihat pada aspek-aspek kontrol diri
aspek-aspek kontrol diri dalam secara keseluruhan yang saling
penggunaan media sosial dapat terlihat berkesinambungan, untuk membantu
bahwa partisipan yang memiliki kontrol dalam meningkatkan tingkat kontrol diri
diri tinggi dalam penggunaan media sosial dalam penggunaan media sosial diperlukan
memiliki persentase terbanyak pada aspek peningkatan aspek-aspek kontrol diri
kontrol kognitif yang tinggi (95,7%), secara komprehensif. Hal tersebut
kontrol keputusan sedang (56,5%) dan diharapkan mampu untuk mempertahankan
kontrol perilaku tinggi (59,8%). Partisipan kontrol diri yang tinggi serta meningkatkan
dengan kategori kontrol diri sedang dalam kontrol diri yang sedang dan rendah.
penggunaan media sosial memiliki
persentase terbanyak pada aspek kontrol Pada kondisi pandemi COVID-19 proses
kognitif sedang (51,8), kontrol keputusan peningkatan kontrol diri menjadi sangat
sedang (94,8%) dan kontrol perilaku penting bagi seorang remaja karena
sedang (94,8%). Sedangkan, aspek-aspek penggunaan media sosial pada remaja di
terbanyak pada kategori kontrol diri rendah era pandemi menjadi lebih tinggi
memiliki tingkat kontrol kognitif sedang dibandingkan dengan kehidupan sebelum
(100%), kontrol keputusan rendah (66,7%) pandemi, sehingga akan menjadikan
dan kontrol perilaku rendah (100%). remaja lebih berisiko terhadap dampak
negatif yang dapat ditimbulkan karena
Hasil pada penelitian ini yang keterbatasan pengalaman dan pengaturan
menunjukkan sebagian besar partisipan diri remaja yang terkadang membuat
remaja memiliki kontrol diri yang sedang, remaja sulit untuk menyesuaikan diri pada
hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor suatu perubahan yang terjadi khususnya
diantaranya usia remaja yang belum pada masa pandemi ini (Ni et al., 2020; M.
memiliki banyak pengalaman dan memiliki Ali & Asrori, 2011; O’Keeffe et al., 2011).
keterbatasan dalam pengaturan diri serta Melihat kondisi pandemi yang pada
pada proses perkembangan psikososial umumnya banyak dikaitkan dengan hasil
pada usia remaja ini kebutuhan akan situasi yang lebih emosional dan perilaku
menjalin hubungan interaksi sosial dengan yang tidak diinginkan serta beberapa
sekitar membuat remaja lebih rentang karakteristik remaja secara umum yang
terpengaruh dengan lingkungan diluar memiliki keterbatasan serta kondisi yang
dirinya (O’Keeffe et al., 2011; Mönks et berisiko khususnya dalam penggunaan
al., 2006). Pada lingkungan remaja sebagai media sosial, akan menjadikan sebagian
seorang pelajar terdapat beberapa elemen besar partisipan remaja yang memiliki
yang akan mempengaruhi proses kontrol kontol diri sedang lebih berisiko menuju
diri remaja diantaranya orang tua, sekolah kontrol diri rendah dibandingkan menuju
dan teman-teman disekitarnya. Pola kontrol diri tinggi. Bagi seorang remaja
pengasuhan yang diterapkan orang tua, yang lebih berisiko menuju kontrol diri
kebijakan program yang diterapkan di yang rendah akan lebih rentan dan lebih
sekolah, kondisi sosial teman-teman membutuhkan bantuan psikologis untuk
sebayanya serta kebudayaan yang menjaga kesehatan mentalnya pada masa
diterapkan di lingkungan sekitar rumah pandemi ini dibandingkan dengan individu
khususnya segala hal yang berhubungan yang berada pada kontrol diri yang tinggi
dengan penggunaan media sosial secara (J. Bin Li et al., 2019). Sehingga, upaya
tidak sadar akan memberikan pengaruh peningkatan kontrol diri remaja khususnya
pada proses kontrol diri yang dimiliki dalam penggunaan media sosial ini
534
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
menjadi sangat penting agar remaja dapat kelompok durasi pengguna media sosial 3-
tetap terjaga kesehatan jiwa dengan 4 jam/hari (36,1%) dan kelompok
terhindar dari dampak negatif pada terbanyak berikutnya berada pada
penggunaan media sosial yang berlebihan. kelompok 5-6 jam/hari (12%). Dalam
kasus ini, remaja dengan kontrol diri yang
Kontrol Diri dalam Penggunaan Media tinggi dan remaja dengan kontrol diri yang
Sosial Berdasarkan Karakteristik sedang mayoritas terbanyak menempati
Remaja kelompok durasi yang sama dalam
Teori Gottfredson and Hirschi (1990) penggunaan media sosial yaitu 3-4
mengaitkan antara kontrol diri dan gender, jam/hari.
hasilnya mengungkapkan bahwa
perbedaan kontrol diri dapat dipengaruhi Namun, pada kelompok terbanyak
juga salah satunya oleh jenis kelamin berikutnya pada kedua kategori kontrol diri
(Shekarkhar & Gibson, 2011). Dalam tersebut berada pada kelompok durasi yang
penelitian ini, hasil data penunjang berbeda, dimana kategori remaja dengan
berdasarkan jenis kelamin menunjukkan kontrol diri yang sedang menempati
bahwa remaja laki-laki memiliki kontrol kelompok durasi penggunaan media sosial
diri yang lebih rendah daripada perempuan yang lebih lama yaitu 5-6 jam daripada
dalam penggunaan media sosial. Hal ini kategori remaja dengan kontrol diri yang
sejalan dengan teori yang dikemukakan tinggi yaitu selama 1-2 jam/hari. Sisanya
oleh Gottfredson and Hirschi (1990) pada kategori kontrol diri rendah,
bahwa laki-laki memiliki kontrol diri yang persentase terbanyak berada pada
lebih rendah daripada perempuan. Individu kelompok durasi pengguna media sosial >6
yang memiliki kontrol diri yang rendah jam (66,7%). Dengan ini dapat terlihat
cenderung berperilaku impulsif, lebih bahwa durasi dalam penggunaan media
menyukai tugas-tugas sederhana, tidak sosial memiliki erat kaitannya dengan
sensitif terhadap orang lain, lebih kontrol diri remaja dalam penggunaan
menyukai aktivitas fisik daripada aktivitas media sosial, semakin lama durasi
yang membutuhkan keterampilan dan penggunaan media sosial, maka semakin
perencanaan, memiliki kecenderungan rendah kontrol diri yang dimiliki remaja
untuk mengambil risiko, dan mudah marah dalam penggunaan media sosial. Hal ini
(Gottfredson and Hirschi, 1990 dalam sejalan dengan hasil penelitian Pramana
Shekarkhar & Gibson, 2011). Sedangkan (2018) yang menyatakan bahwa adanya
dengan kontrol diri yang lebih tinggi, hubungan negatif antara waktu
wanita akan lebih bereaksi terhadap penggunaan internet dengan tingkat
penyimpangan ataupun kejahatan yang kontrol diri, semakin tinggi waktu
terjadi di sekelilingnya. penggunaan internet seseorang maka
semakin rendah pula tingkat kontrol diri
Untuk melihat seberapa terikat seseorang yang dimilikinya. Salah satu akses internet
terhadap media sosial salah satunya dapat yang paling sering digunakan oleh remaja
diketahui dari durasi atau waktu yang adalah media sosial.
dihabiskannya dalam memainkan media
sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan Pada penelitian Sampasa-Kanyinga &
bahwa remaja dengan kontrol diri yang Lewis (2015) mengungkapkan bahwa
tinggi, persentase terbanyak berada pada seseorang yang mengakses situs jejaring
kelompok dengan durasi penggunaan sosial lebih dari 2 jam setiap harinya akan
media sosial 3-4 jam/hari (44,6%) dan lebih berisiko terhadap buruknya kesehatan
kelompok terbanyak berikutnya berada mental. Perilaku yang berhubungan dengan
pada kelompok durasi 1-2 jam/hari masalah kesehatan mental, pada umumnya
(28,3%). Remaja dengan kontrol diri yang terjadi pada individu yang memiliki
sedang, persentase terbanyak berada pada kontrol diri yang kurang (DeWall, 2014).
535
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
536
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
537
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
Global social media ranking. (2019). Mönks, F. J., Knoers, A. M. P., &
Statista. Haditono, S. R. (2006). Psikologi
https://www.statista.com/statistics/27 perkembangan: Pengantar dalam
2014/global-social-networks-ranked- berbagai bagiannya. Gadjah Mada
by-number-of-users/ University Press.
Hagger, M. S., Zhang, C.-Q., Kangro, E.- Murat Kirik, A., Arslan, A., Centinkaya,
M., Ries, F., Wang, J. C. K., A., & Guli, M. (2015). Quantitative
Heritage, B., & Chan, D. K. C. Research on the Level of Social
(2018). Trait self-control and self- Media Addiction among Young
discipline: Structure, validity, and People in Turkey. International
invariance across national groups. In Journal of Science Culture and
Current Psychology. Sport, 3(13), 108–108.
https://doi.org/10.1007/s12144-018- https://doi.org/10.14486/intjscs444
0021-6
Nasrullah, R. (2016). Teori dan riset media
Harvey, J. M. (2014). Definition and siber (cybermedia).
classes of Social Media. K. Harvey, https://www.google.com/books?hl=e
Encyclopedia of Social Media and n&lr=&id=J-
Politics. VNDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR11
&dq=Nasrullah,+Rulli.+2014.+Teori
Kristiyono, J. (2015). Perkembangan +dan+Riset+Media+Siber+(Cyberme
Teknologi Informasi Dan dia).+Jakarta+:+Kencana+Prenadam
Komunikasi Dalam Mendukung edia+Group.&ots=5pYdSlag-
Penggunaan Media di Masyarakat. p&sig=sGTsHOUZFcdr74fPBATF0
Scriptura, 5(1), 23–30. xJm2AU
https://doi.org/10.9744/scriptura.5.1.
23-30 Ni, M. Y., Yang, L., Leung, C. M. C., Li,
N., Yao, X. I., Wang, Y., Leung, G.
Li, X., Li, D., & Newman, J. (2013). M., Cowling, B. J., & Liao, Q.
Parental behavioral and (2020). Mental Health, Risk Factors,
psychological control and and Social Media Use During the
problematic internet use among COVID-19 Epidemic and Cordon
538
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
539
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 4, Hal 527 – 540, November 2020
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah
https://doi.org/10.1037/a0016538
540