Anda di halaman 1dari 14

Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, Vol.

12 (2) Desember (2020)


ISSN: 2085-6601 (Print), ISSN: 2502-4590 (Online)
DOI: http://doi.org/10.31289/analitika.v12i2.3704

ANALITIKA
Jurnal Magister Psikologi UMA
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/analitika
Perilaku Cyberbullying Remaja di Media Sosial

Youth Cyberbullying Behavior in Social Media

Rahmiwati Marsinun & Dody Riswanto*


Prodi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Indonesia
Prodi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Mathla’ul Anwar Banten, Indonesia

Diterima: 26 April 2020, disetujui: 17 Desember 2020, dipublish: 30 Desember 2020


*Corresponding author: E-mail: ronaldody32@gmail.com
Abstrak
Cyberbullying adalah tindakan negatif yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok tertentu dengan cara
mengirimkan pesan teks, foto, gambar meme, dan video ke akun media sosial seseorang dengan tujuan untuk
menyindir, menghina, melecehkan, mendiskriminasi bahkan mempersekusi individu. Berdasarkan hasil data
statistik, sebagian besar pelaku cyberbullying didominasi adalah remaja. Urgensi penelitian ini adalah cyberbullying
merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia dan telah menjadi gejala umum. Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data seperti pengamatan atau observasi, studi dokumentasi, serta
pengumpulan informasi audio visual. Analisis data dilakukan dengan teknik penarikan kesimpulan melalui
kategorisasi, sintesis, penafsiran dan evaluasi yang menghasilkan makna deskriptif. Ringkasan hasil penelitian
menunjukkan bahwa motif para remaja melakukan tindakan cyberbullying adalah: ketidaksukaan terhadap person
atau pribadi seseorang, bermaksud menyindir dengan kalimat-kalimat negatif yang kurang etis dan kasar, bertujuan
untuk menghibur agar para user atau pengguna internet dapat tertawa, perasaan dengki dan hasud yang menimpa
diri remaja, dan merasa bahwa dirinya lebih baik dan berkualitas dibanding orang lain sehingga beranggapan bahwa
tindakan cyberbullying adalah hal yang wajar. Penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi
pengembangan ilmu psikologi dan konseling, khususnya pada pengembangan kognitif remaja serta pencegahan dan
treatment yang harus dilakukan.
Kata kunci: Cyberbullying; Remaja; Media Sosial

Abstract
Cyberbullying is a negative action carried out by a person or a certain group by sending text messages, photos, meme
pictures and videos to someone's social media account with the aim to insinuate, insult, harass, discriminate and even
execute individuals. Based on the results of statistical data, the majority of cyberbullying perpetrators are
predominantly adolescents. The urgency of this research is cyberbullying is a phenomenon that often occurs in Indonesia
and has become a common symptom. This research uses qualitative methods with data collection techniques such as
observation or observation, documentation study, and gathering audio visual information. Data analysis was performed
with the technique of drawing conclusions through categorization, synthesis, interpretation and evaluation that
produced descriptive meanings. The summary of research results shows that the motives of adolescents to commit
cyberbullying are: dislike of someone or someone, intends to insinuate with negative sentences that are less ethical and
abusive, aimed at entertaining so that users or internet users can laugh, envy and have befall adolescents, and feel that
they are better and more qualified than others so that the act of cyberbullying is a natural thing. This research can
provide benefits and contributions to the development of psychology and counseling, especially in adolescent cognitive
development and prevention and treatment that must be done.
Keywords: Cyberbullying; Teenagers; Social Media.

How to Cite: Marsinun, R., & Dody, R. (2020). Perilaku Cyberbullying Remaja di Media Sosial. Analitika:
Jurnal Magister Psikologi UMA, 12 (2): 98 - 111

98
Rahmiwati Marsinun & Dody Riswanto, Perilaku Cyberbullying Remaja di Media Sosial

PENDAHULUAN komunikan (penerima pesan) merespon


Remaja merupakan periode kritis dengan baik pesan dari komunikator
masa peralihan dari anak menjadi dewasa. (pengirim pesan). Berdasarkan landasan
Pada remaja terjadi perubahan hormonal, tersebut, remaja yang memiliki kemampuan
fisik, psikologis maupun sosial yang komunikasi baik cenderung diakui dalam
berlangsung secara sekuensial. Pada anak suatu komunitas pergaulan serta eksis dalam
perempuan, pubertas terjadi pada usia 8 kelompok pertemanan sebaya.
tahun sedangkan anak laki-laki terjadi pada Diantara bentuk wujud komunikasi
usia 9 tahun. Faktor genetik, nutrisi, dan sosial para remaja adalah berkomunikasi
faktor lingkungan lainnya dianggap melalui layanan internet, yang dikenal
berperan pada tahap pubertas. Perubahan dengan media sosial atau social media. Data
fisik yang terjadi pada periode pubertas ini statistik dari APJII pada tahun 2019
juga diikuti oleh maturasi emosi dan psikis. menyebutkan terdapat sekitar 171 juta
Secara psikososial, pertumbuhan pada pengguna internet yang ada di Indonesia,
masa remaja (adolescent) dibagi dalam 3 pengguna internet sebagian besar berada
tahap yaitu early, middle, dan late pada usia produktif yaitu 15-19 tahun dan
adolescent. Masing-masing tahapan 20-24 tahun, dari 171 juta user atau
memiliki karakteristik tersendiri. Segala pengguna tersebut, 150 juta user
sesuatu yang mengganggu proses maturasi menggunakannya untuk mengakses media
fisik dan hormonal pada masa remaja ini sosial.
dapat mempengaruhi perkembangan psikis Data statistik dari APJII
dan emosi sehingga diperlukan pemahaman menyimpulkan bahwa pengguna atau user
yang baik tentang proses perubahan yang internet di Indonesia didominasi oleh usia-
terjadi pada remaja dari segala aspek usia produktif, dan data menunjukkan usia-
(Batubara, 2016). usia remaja sebagian besar mengakses
Perkembangan remaja apabila layanan internet untuk mengakses media
ditinjau dari sisi psikologis atau kematangan sosial. Henri Kasyfi Sekjen APJII dalam media
mental, maka dapat dilihat dari berbagai online IDN Times tahun 2018 menyimpulkan
macam faktor, salah satu diantaranya adalah bahwa user atau pengguna internet di
kemampuan remaja untuk berinteraksi Indonesia sebagian besar hanya ditujukan
dengan lingkungan sosial atau kelompok untuk mengakses layanan chatting seperti
teman sebaya. Kemampuan berinteraksi Line, Whats app, We Chat dan lain-lain
inilah yang pada tahap berikutnya sebesar 89,35 persen, dan media sosial
berkembang menjadi keterampilan sebesar 87,13 persen untuk Facebook,
berkomunikasi sosial. Twitter, Instagram, dan beberapa akun
Keterampilan komunikasi sosial media sosial yang lain.
remaja dengan kelompok pertemanan Data statistik dari APJII
sebaya dilakukan atas dasar perwujudan menyimpulkan bahwa persentase pengguna
terhadap identitas diri remaja yang ingin internet di Indonesia sebagian besar
mendapatkan pengakuan dari kelompok didominasi oleh remaja, dengan
pertemanan atau lingkungan sosial. memanfaatkan layanan internet hanya
Komunikasi yang berhasil adalah apabila sebagai media percakapan atau chatting di

99
Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 12 (2) (2020): 98 - 111

media sosial, dan kurang memanfaatkan t hitung sebesar 6,646, dan pada taraf
layanan internet sebagai sarana signifikansi 0,05 (Pratiwi, 2018).
pembelajaran dengan mengakses informasi Diantara bentuk - bentuk
yang edukatif. Cyberbullying atau perundungan adalah
Dampak dari perilaku remaja yang account facebook di-hack sampai disindir,
hanya memanfaatkan layanan internet untuk dihina, dilecehkan di media sosial. Pada
chatting di media sosial, memiliki bentuk yang lain, account media sosial atau
kecenderungan terhadap penyalahgunaan jejaring sosial seseorang diambil alih dan
layanan media sosial tersebut, diantara semua informasi bisa diganti-ganti tanpa
bentuk penyimpangan penyalahgunaan sepengetahuan pemilik account (Utami,
layanan tersebut adalah Cyberbullying. 2014).
Cyberbullying merupakan tindakan Hasil temuan perundungan di
perundungan yang dilakukan oleh seseorang Indonesia, ditemukan tiga objek
dengan menggunakan media internet, perundungan siber atau Cyberbullying selain
dengan berbasis pada situs atau platform yang ada pada individu yaitu menyangkut
jejaring sosial. wilayah, agama, dan institusi atau profesi
Definisi dari Cyberbullying yaitu tertentu(Rastati, 2016). Pengaruh
tindakan mengintimidasi menggunakan Cyberbullying di media sosial berkontribusi
media atau perangkat elektronik, tindakan terhadap perkembangan emosional remaja
perundungan di media sosial adalah yaitu sebesar 31,36 persen dan 68,64 persen
tindakan yang disengaja oleh pelaku dengan dipengaruhi oleh faktor yang lain (Setyawati,
maksud atau tujuan yang menyebabkan 2016). Penelitian di SMP Negeri 18 Makassar
timbulnya kerugian, tindakan yang selalu menemukan bahwa 32 persen siswa pernah
dilakukan secara konsisten atau berulang- melakukan tindakan bullying seperti
ulang, Cyberbullying selalu melibatkan suatu mengejek, menjewer telinga, memalak,
unsur hubungan yang ditandai dengan kemudian mempostingnya di internet
adanya ketidakseimbangan kekuatan (Aryani and Bakhtiar, 2018).
(Hellsten, 2017). Cyberbullying adalah Tindakan cyberbullying pada media
tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sosial facebook dipengaruhi oleh tiga hal
sekelompok orang terhadap individu lain yakni interaktivitas yakni seberapa besar
melalui pesan teks, gambar/foto, atau video proses interaksi diantara para pengguna
yang cenderung merendahkan dan facebook; konektivitas yakni berkaitan
melecehkan (Hidajat et al., 2015). dengan kemampuan dan jangkuan akses
Kajian teori yang terangkum dalam diantara pengguna facebook. Keterangan
beberapa literatur studi penelitian yang dari responden remaja yang melakukan
terdahulu, Penelitian di SDN 3 kotagede cyberbullying pada media facebook
Yogyakarta, menunjukkan bahwa intensitas disampaikan melalui pesan-pesan yang
pengguna atau user media sosial bersifat verbal akan terasa kasar, vulgar dan
berpengaruh positif dan juga signifikan terasa lebih menyakitkan dibandingkan
terhadap adanya perilaku bullying siswa dengan pesan yang disampaikan secara non
sekolah dasar kelas V dengan tingkat verbal, karena cyberbullying yang
koefisien regresi sebesar 0,163 dan koefisien disampaikan dalam bentuk non verbal dapat

100
Rahmiwati Marsinun & Dody Riswanto, Perilaku Cyberbullying Remaja di Media Sosial

dikemas dalam bentuk gambar, meme dan dengan kategori rendah. Dari uraian
simbol-simbol lainnya sehingga tidak akan tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat
begitu terasa pada orang yang menerimanya cyberbullying pada remaja di SMAN 1
(Winoto, 2019). Ungaran dalam kategori tinggi. Gambaran
Hasil penelitian di Yogyakarta tahun umum cyberbullying pada remaja di SMAN 2
2018 pada jejaring media sosial Instagram Ungaran dari jumlah total 336 subjek,
menunjukkan bahwa jenis cyberbullying sebanyak 235 (70%) berada dalam kategori
yang dilakukan para remaja di Yogyakarta tinggi, 71 (21%) subjek berada dalam
adalah 1) memberikan komentar yang kasar, kategori sedang, dan 30 (9%) subjek dengan
2) meng-update instastory, 3) meng-upload kategori rendah. Dari uraian tersebut dapat
foto, dan 4) mengomentari foto, hasil disimpulkan bahwa kualitas cyberbullying
penelitian juga menunjukkan perilaku pada remaja SMAN 2 Ungaran dalam
cyberbullying remaja dipengaruhi oleh kategori tinggi (Wiryada, Martiarini,
beberapa factor seperti 1) intensitas Budiningsih, 2017).
penggunaan media sosial, 2) kemampuan Hasil penelitian tentang dampak
empati pelaku, 3) karakter dari korban cyberbullying terhadap depresi pada
(RizkyFitransyah & Waliyanti, 2018). mahasiswa di STIKES Widya Husada
Hasil penelitian di kota Padang pada Semarang tahun 2018, menunjukkan bahwa
tahun 2017 yang melibatkan 353 remaja cyberbullying berdampak atau berkorelasi
awal (laki-laki 157 orang; perempuan 196 pada kejadian tingkat depresi pada
orang) dengan rentang usia responden mahasiswa dengan hasil p-value 0,02
antara 12 hingga 15 tahun menunjukkan (<0,05) dan r= 0,273 (Aini & Apriana, 2019).
bahwa jumlah korban perundungan maya di Diantara faktor-faktor yang
kalangan remaja awal hampir mencapai menyebabkan perilaku pelaku
separuh dari responden, yaitu 172 cyberbullying dalam melakukan aksinya,
responden (49%). Itu artinya, hampir satu adalah faktor keluarga, diri sendiri dan
dari dua responden pernah menjadi korban lingkungan yang memiliki tingkat pengaruh
peruundungan maya. Dari jumlah korban cukup kuat dan signifikan. Analisis terhadap
tersebut, terlihat bahwa jumlah remaja pengaruh perlindungan digital,
perempuan yang menjadi korban perlindungan sosial dan faktor diri sendiri
perundungan lebih banyak daripada laki- juga berpengaruh pada perilaku korban
laki. Jumlah mereka adalah 99 responden (Pandie & Weismann, 2016).
(58%), sedangkan korban yang berjenis Tujuan penelitian ini adalah
kelamin laki-laki hanya 73 orang (44%) mendeskripsikan motif-motif para pelaku
(Sartana & Afriyeni, 2017). cyberbullying di media sosial dan melihat
Hasil penelitian di kabupaten dampak yang ditimbulkan dari para pelaku
Semarang tahun 2017 menggambarkan kepada target yang dijadikan korban
cyberbullying pada remaja di SMAN 1 ditinjau dari sudut pandang psikologis.
Ungaran dari jumlah total 286 subjek,
sebanyak 206 (72%) berada dalam kategori METODE PENELITIAN
tinggi, 45 (16%) subjek berada dalam Metode yang dipergunakan dalam
kategori sedang, dan 35 (12%) subjek kajian riset penelitian ilmiah ini yaitu

101
Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 12 (2) (2020): 98 - 111

melalui pendekatan kualitatif. Penelitian Observasi dilaksanakan dengan


kualitatif adalah jenis riset yang hasil prosedur memperpanjang pengamatan
temuan-temuannya tidak diperoleh melalui dengan memantau atau mengecek hasil
prosedur statistik atau bentuk hitungan percakapan para remaja di akun media
lainnya (Strauss & Corbin, 2007). Lokasi sosial, studi dokumentasi dilakukan dengan
penelitian berada di kabupaten Pandeglang teknik screenshot atau menduplikasi foto
Banten, subjek penelitian adalah para percakapan pada kolom komentar yang
remaja pengguna layanan atau platform tersedia di media sosial, sedangkan
media sosial. informasi audio visual didapat melalui
Rasionalisasi pemilihan wilayah beberapa platform media sosial seperti
Pandeglang sebagai lokasi penelitian adalah Facebook, Instagram, dan Youtube.
karena wilayah Pandeglang belum terjamah Analisis data dilakukan dengan teknik
oleh para peneliti disebabkan faktor wilayah menarik kesimpulan untuk menghasilkan
geografis yang jauh dan infrastruktur yang pemaknaan yang bersifat deskriptif. Analisis
belum terbangun secara maksimal. data dalam kajian kualitatif melibatkan
Pandeglang dipilih karena wilayah ini adalah teknik pemilahan, pemeriksaan, evaluasi,
salah satu center atau pusat kebudayaan, kategorisasi, membuat sintesis,
sejarah, dan peradaban di provinsi Banten. membandingkan, dan menafsirkan kode dan
Peneliti berperan sebagai instrumen data serta menguji data mentah yang telah
kunci dalam kajian riset ini. Kehadiran direkam (Neuman, 2014). Karakterisasi dari
peneliti di lapangan melalui beberapa hasil akhir riset atau kajian kualitatif adalah
prosedur dan tahapan yaitu bagaimana menghasilkan koherensi yang bermakna
pengamatan awal di lapangan terjadi, (Tracy, 2013).
bagaimana cara menyesuaikan diri dengan Gambar 1. Teknik Analisis Data
lingkungan atau kondisi lapangan, serta (sumber: Lawrence 2014)

menjalin hubungan atau keakraban yang ANALISIS DATA

baik dengan subjek yang harus diteliti


(Riswanto et al., 2017). Peneliti harus hadir PENARIKAN KESIMPULAN

secara nyata di lapangan, tanpa bisa


diwakilkan kepada orang lain, untuk
melaksanakan observasi dan pengamatan PEMERIKS KATEGORI PENAFSIR
EVALUASI SINTESIS
tentang bagaimana proses kebudayaan yang AAN SASI AN

berlangsung di lingkungan tersebut


(Riswanto, 2017).
Teknik pengumpulan data diantaranya HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah pengamatan atau observasi, studi Berdasarkan hasil dari observasi dan
dokumentasi atau pencarian literature, serta juga temuan peneliti, menemukan bahwa
informasi audio visual. peneliti kualitatif diantara bentuk-bentuk perundungan atau
dapat menggunakan berbagai data-data Cyberbullying adalah sindiran, ejekan,
yang vital yaitu wawancara, observasi, studi hinaan, caci maki, ancaman, pelecehan,
dokumentasi, serta informasi audio visual diskriminasi, persekusi, ujaran kebencian,
(Creswell, 2014). serta umpatan-umpatan negatif lainnya

102
Rahmiwati Marsinun & Dody Riswanto, Perilaku Cyberbullying Remaja di Media Sosial

yang mengandung unsur sara, contohnya dikategorikan sebagai media sosial yang
menyangkut tentang agama, kesukuan, berbasis video dikarenakan tersedianya
golongan, ras, dan bentuk yang lainnya. kolom komentar bagi para user atau
Perilaku Cyberbullying pada sebagian pengguna untuk menanggapi video yang
besar kasus diikuti dengan sindiran atau telah ditonton.
ejekan melalui foto atau gambar yang telah Berdasarkan hasil observasi atau
mengalami bentuk perubahan atau editing, pengamatan peneliti, Cyberbullying
yang dikenal dengan istilah meme, yang dilakukan remaja dengan motif untuk
berwujud berupa foto atau gambar menyindir atau menyerang personal atau
modifikasi yang selanjutnya diedit atau pribadi seseorang, berupa komentar-
diubah sesuai dengan keinginan, dan pada komentar yang negatif berupa sindiran,
tahap selanjutnya di-posting pada media ejekan, hinaan, caci maki, ketidaksetujuan,
sosial. dari meme tersebut selanjutnya diskriminasi, persekusi, yang pada
mengundang reaksi para remaja untuk maksudnya adalah menyalahkan personal
berkomentar atau memberi tanggapan pada atau pribadi tersebut.
kolom percakapan, yang selanjutnya diikuti Bullying atau perundungan di media
dengan balasan berupa komentar-komentar sosial ditunjukkan oleh para remaja atas
negatif yang cenderung memberi sindiran dasar ketidaksukaan mereka terhadap
atau melecehkan. personal atau pribadi seseorang, yang pada
Hal ini sebagaimana pendapat dari tahap permulaan memberikan komentar-
beberapa ahli yang menyimpulkan bahwa komentar yang mengandung unsur humor
perilaku perundungan atau Cyberbullying atau candaan yang diharapkan dapat
identik dengan komentar ataupun pesan membuat user atau pengguna lain dapat
yang cenderung melecehkan yang dilakukan tertawa dan turut memberikan tanggapan
secara berkala, terus menerus dan juga ataupun balasan pada kolom komentar dan
konsisten (Fauziah, 2016). pada tahap berikutnya saling membalas
Jenis-jenis platform media sosial percakapan, tanpa disadari proses
yang sering digunakan oleh para remaja percakapan pada kolom komentar di media
sebagian besar diantaranya adalah sosial tersebut masuk dalam ranah
Facebook, Twitter, dan Instagram, dan perundungan atau bullying walaupun
beberapa media sosial lain dengan jumlah sebenarnya para remaja menganggap hal itu
pengguna yang sedikit, ketiga platform sebagai unsur humor atau canda tawa
media sosial tersebut memiliki jumlah user belaka.
atau pengguna yang sangat besar atau Berdasarkan hasil temuan peneliti,
mayoritas, apabila dibandingkan dengan objek yang dapat dijadikan perundungan
jenis media-media sosial yang lain. atau bullying oleh para remaja adalah
Pada ketiga platform layanan media sosial mengenai kehidupan personal atau pribadi
tersebut tersedia fitur atau pilihan kolom seseorang, misalnya mengenai mode atau
komentar yang memungkinkan para user cara berpakaian, body language atau bentuk
atau pengguna untuk saling berkomentar. tubuh seseorang, kepemilikan suatu barang,
Berdasarkan hasil temuan peneliti, situs hubungan asmara seseorang, dan lain-lain.
layanan berbagi video seperti Youtube dapat Ketidaksukaan terhadap kehidupan pribadi

103
Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 12 (2) (2020): 98 - 111

seseorang ini selanjutnya diwujudkan (kegiatan swafoto diri sendiri) di media


dengan ucapan atau kalimat-kalimat sosial, dan selanjutnya para remaja
sindiran dan ejekan pada account media berkomentar ‘nyinyir’ (mengulang-ngulang
sosial yang dimiliki orang tersebut. perintah, cerewet, menurut kamus KBBI)
Sebagian besar para pemilik account atau negatif pada kolom komentar, makna
media sosial tidak menanggapi sindiran atau kalimat yang diucapkan apabila
kalimat-kalimat bernada bullying tersebut, dideskripsikan biasanya adalah ‘koq
namun pada sebagian kasus, pemilik sekarang kurusan jeng’, ‘udah punya anak
account merasa jengkel karena para user bayi badan semakin melar yaa’, ‘kurus
atau pengguna dianggap terlalu berlebihan kerempeng kayak mayat hidup’, ‘koq tambah
dalam memberikan komentar, maka pemilik gendutan sih sekarang’, ‘si badut sedang
account memilih untuk mengkonfrontasi beraksi’, si hidung pesek lagi selfie’, dan
pelaku dan mengambil tindakan tegas beberapa komentar-komentar ‘nyinyir’ atau
terhadap pelaku perundungan atau bullying negatif lainnya yang tidak bisa disebutkan
tersebut, misalnya dengan cara menempuh secara lengkap oleh peneliti.
jalur hukum. Perilaku bullying atau perundungan
Berdasarkan hasil atau pengamatan lainnya adalah tentang kepemilikan suatu
peneliti, contoh perilaku bullying misalnya barang, yang sebagian besar berupa item
pada mode berpakaian seseorang yang aksesoris seperti tas, jam tangan, kalung,
cenderung tidak disukai oleh remaja, sang kacamata, dan lain-lain. Sang pemilik
pemilik account memfoto dan kemudian account memfoto kegiatan dirinya dan
memposting mode berpakaiannya di media mempostingnya di media sosial, selanjutnya
sosial, selanjutnya para remaja yang para remaja berkomentar ‘nyinyir’ atau
cenderung tidak menyukai mode atau cara negatif pada kolom komentar, makna
berpakaian orang tersebut akan kalimat yang diucapkan apabila
berkomentar ‘nyinyir’ atau negatif pada dideskripsikan biasanya adalah ‘itu tas
kolom komentar, makna kalimat yang kayaknya bukan kualitas original deh’, ‘pakai
diucapkan apabila dideskripsikan biasanya kalung imitasi aja sok-sok dipamerin’, ‘tas kw
adalah ‘ah cara berpakaiannya kuno alias aja dibanggain’, ‘mana ada tes Hermes model
ketinggalan zaman’, ‘padu padanan antara kayak gitu, jangan-jangan tas kw alias palsu
warna baju dan celana kurang pas gitu deh’, tuh’, dan lain-lain yang pada intinya adalah
‘terlalu ngejreng bro’, ‘bajumu kayak emak- bertujuan untuk menyindir secara negatif
emak mau arisan’, ‘cara berpakaianmu mirip dan berusaha menunjukkan ketidaksukaan
seorang pelacur’, ‘dandananmu persis seperti pelaku terhadap person atau pribadi
Waria alias bencong’ dan komentar- seseorang yang dituding telah memakai
komentar ‘nyinyir’ atau negatif lainnya. barang-barang berkualitas kw atau palsu,
Perilaku bullying atau perundungan bukan barang yang memiliki kualitas asli
lainnya adalah tentang body language atau atau original.
bentuk tubuh seseorang, yang dikenal Perilaku bullying atau perundungan
dengan istilah body shaming, sang pemilik lainnya adalah tentang kehidupan asmara
account memfoto dirinya dan kemudian seseorang, sebagian besar mengenai
memposting gambar atau hasil foto selfie aktifitas keseharian keseharian pemilik

104
Rahmiwati Marsinun & Dody Riswanto, Perilaku Cyberbullying Remaja di Media Sosial

account bersama pacar atau kekasih. Pemilik mengundang canda tawa diantara para user
account memposting foto sedang atau pengguna internet, namun pada
bermesraan dengan pacar di media sosial, beberapa kasus lainnya adalah bertujuan
selanjutnya para remaja akan berkomentar untuk menyerang personal atau pribadi
‘nyinyir’ atau negatif pada kolom komentar, seseorang, dengan melontarkan kalimat-
makna kalimat yang diucapkan apabila kalimat ‘nyinyir’ atau sindiran mulai dari
dideskripsikan biasanya adalah ‘dasar cewek yang halus sampai dengan yang kasar,
matre’, ‘ternyata lu wanita simpanan om om kalimat berupa sindiran, ejekan dan
yaa’, ‘selingkuhan bos-bos ternyata tu cewek’, diskriminasi, sampai bentuk ancaman atau
‘jangan munafik, dasar wanita pelakor’, persekusi yang ditujukan kepada pribadi
‘kamu itu ngga serasi ya punya pasangan tersebut.
bule, beda level’, ‘si buruk rupa pacaran sama Sebagian besar kasus menunjukkan
bidadari’ dan lain-lain, yang pada intinya bahwa pemilik account di media sosial
menunjukkan ketidaksukaan pelaku merasa terganggu dengan adanya
terhadap kehidupan asmara pribadi komentar-komentar ‘nyinyir’ atau negatif
seseorang. tersebut, yang pada akhirnya membuat
Berdasarkan hasil observasi peneliti, beberapa pemilik account membuat
perilaku bullying atau perundungan pada keputusan untuk menutup kolom komentar
sebagian besar kasus biasanya diawali di akun media sosial mereka.
dengan foto seseorang yang mengalami Para remaja sering tidak memahami
proses editing fotografi. Selanjutnya foto bahwa komentar-komentar ‘nyinyir’ atau
tersebut ditulis dengan kalimat-kalimat negatif mereka di akun media sosial
‘nyinyir’ atau sindiran serta hinaan, yang seseorang adalah masuk dalam ranah
disebut dengan istilah meme, selanjutnya bullying, yang bisa dijerat ke pengadilan
foto meme tersebut diposting di akun media berdasarkan tindak unsur pidana, tentang
sosial dengan tujuan untuk mendapatkan pasal pencemaran nama baik, khususnya
umpan balik atau feedback dari para user pasal undang-undang ITE.
berupa komentar-komentar ‘nyinyir’ yang Pelaku pencemaran nama baik
melihat foto meme tersebut. seseorang di dunia maya atau media sosial
Maksud para pelaku bullying dapat dipidanakan berdasarkan pasal 27
awalnya ditujukan hanya sebagai media ayat 3 dan pasal 28 ayat 2 tentang undang-
hiburan atau mengandung unsur humor undang nomor 19 pada tahun 2016 tentang
belaka agar dapat menghibur para user atau perubahan atas undang-undang nomor 11
pengguna internet, namun hal ini tidak pada tahun 2008 tentang informasi dan
berlaku bagi para korban meme tersebut, transaksi elektronik berupa ancaman
yang menganggap hal itu adalah suatu pidana penjara paling lama 4 tahun
tindakan yang mengandung unsur dan/atau membayar denda sebesar paling
pelecehan dan bersifat bullying. banyak 750 juta rupiah (Sitompul, 2018).
Kalimat-kalimat negatif bernada Hasil pengamatan peneliti, para
bullying di media sosial pada sebagian besar remaja yang melakukan perundungan atau
kasus pada awalnya memang hanya tindakan bullying di media sosial, awalnya
bertujuan sebagai humor yang bisa hanya menganggap tindakan mereka

105
Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 12 (2) (2020): 98 - 111

sebatas pada aspek hiburan semata tanpa rentan mengalami kecemasan, depresi,
menyadari adanya konsekuensi hukum yang prestasi di sekolah cenderung menurun,
dapat dijerat secara hukum pidana rasa ketidaknyamanan, enggan bergaul
berdasarkan pasal undang-undang ITE. dengan kelompok teman-teman sebaya,
Bentuk-bentuk perundungan atau berupaya untuk menghindar dari tekanan
bullying yang dilakukan oleh para remaja lingkungan sosial serta adanya upaya untuk
diharapkan dapat membuat user atau melakukan bunuh diri (Rifauddin, 2016).
pengguna internet bisa terhibur dan tertawa Tindakan verbal perundungan di
dari membaca komentar-komentar ‘nyinyir’ media sosial memiliki pengaruh terhadap
mereka, namun hal tersebut justru bisa kondisi psikologi para korban, seperti
mengundang user atau pengguna internet mendapatkan ancaman, merasa tidak
yang lain untuk saling membalas komentar nyaman, merendahkan harga diri, takut
‘nyinyir’ atau negatif tersebut, yang pada dipenjara, curiga terhadap setiap orang yang
akhirnya justru malah semakin menambah menulis komentar, adanya intimidasi dari
banyak para pelaku perundungan atau lingkungan sosial, dan membiasakan verbal
bullying di media sosial. perundungan sebagai sebuah percakapan
Dampak yang ditimbulkan dari biasa atau hanya sekedar lelucon. (Suciartini
tindakan perundungan atau bullying kepada & Sumartini, 2018).
para korban, biasanya berupa rasa Pelaku bullying atau perundungan di
emosional seperti tersinggung, marah, kesal, media sosial seringkali tidak memikirkan
menangis, stress, depresi, perasaan dampak yang ditimbulkan akibat dari
bersalah, mengurung diri, merasa tidak tindakan negatif yang mereka lakukan, hal
berharga atau terdiskriminasi, menjauh dari ini disebabkan karena tingkat kepekaan
pertemanan atau lingkungan sosial dan masing-masing korban perundungan yang
emosi-emosi negatif lainnya. berbeda-beda. Sebagian korban bullying
Pada beberapa kasus, korban atau perundungan menganggap hal itu
bullying yang memiliki keberanian untuk hanya sebatas bentuk humor atau tak lebih
menantang atau mengkonfrontasi para dari candaan saja, namun bagi beberapa
pelaku bullying, misalnya dengan cara korban bullying yang lain, hal itu merupakan
mengajak para pelaku bertemu secara tindakan pelecehan atau ejekan yang
langsung atau hadir secara fisik, atau para ditujukan kepada dirinya. Pelaku bullying
korban yang menempuh jalur hukum atau perundungan mulai terlihat panik
dengan memilih untuk melaporkan para apabila korban mengambil tindakan
pelaku perundungan atau bullying pada terhadap komentar pelaku, yang berujung
pihak kepolisian, pada sebagian kasus yang kerugian bagi pelaku bullying sendiri
lain, para korban yang tidak berdaya walaupun pada awalnya niat mereka hanya
memilih untuk pasrah, menyimpan dendam, bertujuan untuk candaan atau humor
rasa trauma, serta terisolasi dari lingkungan belaka.
sosial. Berdasarkan hasil data kesimpulan
Beberapa hasil riset melakukan dari jabaran diatas, peneliti merangkum
penelitian mengenai dampak Cyberbullying hasil temuan jenis-jenis cyberbullying di
kepada para korban, diantaranya yaitu

106
Rahmiwati Marsinun & Dody Riswanto, Perilaku Cyberbullying Remaja di Media Sosial

media sosial yang termuat dalam diagram atau negatif yang akan korban dapatkan
lingkaran di bawah ini: pada kolom komentar di akun media sosial.
Diagram 1. Motif pelaku bullying atau
Jenis-jenis Cyberbullying di Media Sosial perundungan yang kedua adalah bertujuan
untuk menyindir dengan kalimat-kalimat
negatif yang kurang etis, mulai dari sindiran
secara halus sampai dengan sindiran secara
kasar seperti komentar yang mengandung
unsur pelecehan dan penghinaan. Motif ini
disebabkan karena rasa dengki dan benci
para pelaku terhadap para korban, dengan
mengharapkan korban membaca tulisan
mereka pada kolom komentar, maka
Berdasarkan hasil kumpulan dari terdapat unsur kesenangan dan kepuasan
literature data-data konkrit, fakta lapangan apabila pelaku telah berhasil untuk
dan keterangan yang telah dirangkum, menyindir kehidupan pribadi seseorang.
peneliti kemudian menganalisis motif-motif Motif pelaku bullying atau
para pelaku terhadap tindakan perundungan yang ketiga adalah bermaksud
perundungan atau bullying mereka di media hanya sebagai aspek hiburan semata agar
sosial. Motif para remaja yang melakukan dapat mengundang rasa tawa dari para user
bullying atau perundungan dapat atau pengguna internet, dengan cara
dikategorikan dalam beberapa fase, membuat gambar atau foto meme yang
diantaranya adalah ketidaksukaan terhadap ditujukan kepada korban, maka diharapkan
person atau pribadi seseorang, bermaksud para user lainnya dapat menanggapi foto
untuk menyindir dengan kalimat-kalimat atau gambar meme tersebut dan saling
negatif yang tidak etis, bertujuan untuk membalas percakapan pada kolom
menghibur agar para user atau pengguna komentar, namun tindakan yang kurang
internet tertawa, perasaan dengki dan hasud disadari oleh para pelaku adalah membuat
kepada korban, dan merasa dirinya lebih gambar atau foto meme tersebut secara
baik secara personal dibanding para korban. berlebihan sehingga kesan yang didapat
Motif pelaku bullying atau adalah para korban merasa dilecehkan dan
perundungan yang pertama adalah terintimidasi secara pribadi.
ketidaksukaan terhadap person atau pribadi Motif pelaku bullying atau perundungan
seseorang. Ketidaksukaan pelaku ini bisa yang keempat adalah rasa dengki dan hasud
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti yang menimpa pelaku, hal ini disebabkan
korban yang memposting sesuatu di media karena korban memposting sesuatu di
sosial yang tidak sesuai dengan selera atau media sosial yang pada kehidupan nyata
ekspektasi dari pelaku. Jadi korban harus sulit dilakukan oleh para pelaku, sehingga
memposting sesuatu di media sosial sesuai rasa dengki dan hasud muncul kepada
dengan selera atau ekspektasi dari pelaku korban. Misalnya seperti remaja laki-laki
bullying, apabila tidak sesuai dengan selera yang memiliki kekasih atau pacar seorang
pelaku, maka komentar-komentar ‘nyinyir’ gadis cantik, remaja laki-laki tersebut dinilai

107
Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 12 (2) (2020): 98 - 111

kurang layak memiliki kekasih seorang dilakukan sebelum mengimplementasikan


gadis cantik disebabkan memiliki fisik yang tindakan intervensi pencegahan yang
buruk rupa, cacat atau memiliki wajah yang bertujuan untuk mengurangi tindakan
kurang tampan, sehingga para pelaku perundungan atau Cyberbullying di antara
merasa dengki dan hasud kepada korban, para pelajar adalah dengan melaksanakan
pelaku merasa lebih pantas dan layak pembelajaran berbasis epidemiologis.
mendapatkan kekasih tersebut dibanding Dengan melakukan studi
korban, ketidakmampuan untuk meraih epidemiologis tentang perundungan atau
sesuatu yang diidamkan inilah yang Cyberbullying pada tingkat sekolah dasar
melatarbelakangi tindakan bullying kepada dan menengah, mereka mengumpulkan data
para korban. yang teruji atau valid dan dapat digunakan
Motif pelaku bullying atau untuk prevalensi Cyberbullying di negara
perundungan yang terakhir adalah merasa Kroasia. Hal tersebut berdampak pada
dirinya lebih baik dan pantas dibanding implementasi yang memungkinkan program
orang lain. Pelaku menilai korban bullying pencegahan secara efektif yang bertujuan
atau perundungan berada pada level yang agar mengurangi prevalensi Cyberbullying
tidak pantas atau kurang layak diantara para pelajar (Capurso et al., 2017).
mendapatkan kenikmatan atau keuntungan, Langkah - langkah penanganan
hal ini terjadi disebabkan para korban Cyberbullying di Indonesia sendiri termuat
memposting sesuatu di media sosial seperti secara eksplisit dalam Undang-Undang
memiliki mobil mewah, meraih prestasi, Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
berhasil dalam karir atau pekerjaan, dan Transaksi Elektronik sebagaimana telah
memiliki kekasih yang cantik atau tampan, diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
liburan ke luar negeri, dan lain-lain, pelaku Tahun 2016 tentang Perubahan atas
merasa yakin bahwa secara kualitas maupun Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
kuantitas kemampuan korban masih tentang Informasi dan Transaksi
dibawah level dari para pelaku, sehingga Elektronik. Pada prinsipnya, tindakan
mereka menilai bahwa para korban kurang menujukkan penghinaan terhadap orang
layak dan tidak pantas untuk mendapatkan lain tercermin dalam Pasal 27 ayat (3) UU
sesuatu tersebut yang selanjutnya ITE yang berbunyi:
diwujudkan dengan komentar-komentar “Setiap Orang dengan sengaja dan
‘nyinyir’ atau bernada negatif akun media tanpa hak mendistribusikan dan/atau
sosial. mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Tindakan pencegahan yang harus
Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
dilakukan untuk mengurangi atau penghinaan dan/atau pencemaran nama
mereduksi perilaku bullying remaja di media baik”.
sosial, contohnya seperti melakukan Adapun ancaman pidana bagi mereka
tindakan preventif, memberikan edukasi yang memenuhi unsur dalam Pasal 27 ayat
secara khusus, atau memberikan (3) UU 19/2016 adalah dipidana dengan
pengetahuan secara epidemiologis. Hasil pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
penelitian Cyberbullying di negara Kroasia, dan/atau denda paling banyak Rp 750 juta
bahwa langkah pertama yang harus (Pramesti, 2018).

108
Rahmiwati Marsinun & Dody Riswanto, Perilaku Cyberbullying Remaja di Media Sosial

Diagram 2. seperti gambar atau foto meme yang


Data 150 Juta Pengguna Media Sosial di Indonesia diposting di account media sosial para
(Sumber: Katadata Statistik 2019)
korban; (4) terdapat perasaan dengki dan
100% Youtube;
88%
Facebook Instagram hasud yang menimpa pelaku disebabkan
; 81% ; 80%
80% para korban bullying dinilai kurang pantas
Twitter; dan layak dalam meraih kesuksesan atau
60% 52%
keberhasilan yang telah diperoleh; (5)
40% pelaku merasa yakin bahwa dirinya lebih
baik dan pantas dibanding para korban baik
20%
dari segi kualitas maupun kuantitas.
0% Penelitian ini berimplikasi pada
Youtube Facebook Instagram Twitter sebuah rekonstruksi pemikiran bagi para
pelaku cyberbullying di media sosial bahwa
dampak atau efek jangka panjang yang
SIMPULAN
diakibatkan dari perbuatan bullying bagi
Cyberbullying adalah tindakan negatif
para korban dapat menimbulkan efek
yang dilakukan oleh individu atau
traumatis yang mendalam, seperti marah,
kelompok-kelompok tertentu dengan cara
kecewa, depresi, bahkan bunuh diri, karena
mengirimkan message atau pesan teks,
gambar atau foto meme serta video di media itu untuk meminimalisir efek traumatis
sosial yang mengandung unsur pelecehan, tersebut, para pelaku harus merubah sudut
sindiran, hinaan, diskriminasi, dan pandang atau cara berpikirnya dengan
persekusi kepada para korban bullying. merekonstruksi pemikiran mereka secara
menyeluruh agar dapat memposisikan diri
Sebagian besar pelaku Cyberbullying atau
dengan baik khususnya tentang konsep
perundungan didominasi oleh remaja, hal ini
bullying di media sosial.
disebabkan pengguna internet terbesar di
Saran yang ditujukan bagi para
Indonesia adalah para remaja berdasarkan
peneliti berikutnya adalah agar dapat
data statistik, karena itu kecenderungan
untuk melakukan tindakan perundungan melihat dampak atau efek psikologis dari
atau bullying di media sosial ada pada diri cyberbullying di media sosial. Bahwa
remaja. cyberbullying tidak dapat dianggap sepele,
Motif remaja dalam melakukan karena efek yang ditimbulkan sangat
mengerikan pada remaja seperti depresi dan
tindakan bullying di media sosial dapat
percobaan bunuh diri, karena itu disarankan
dikategorikan sebagai berikut; (1) adanya
pada peneliti berikutnya untuk melihat
ketidaksukaan terhadap person atau pribadi
dampak-dampak psikologis tersebut pada
seseorang yang dinilai kurang pantas atau
diri remaja.
layak bagi para pelaku; (2) bertujuan untuk
menyindir dengan kalimat-kalimat negatif Penelitian ini direkomendasikan
atau tidak etis kepada para korban pada para guru, orang tua, psikolog, dan
disebabkan rasa dengki dan hasud yang konselor untuk memantau kegiatan anak di
menimpa para pelaku; (3) bermaksud untuk media sosial secara ketat. Anak harus diberi
edukasi dan pemahaman mengenai
menghibur agar dapat mengundang canda
penyampaian pendapat di media sosial yang
tawa dari para user atau pengguna internet

109
Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 12 (2) (2020): 98 - 111

baik untuk mencegah tindakan bullying Rastati, R. (2016). Bentuk Perundungan Siber Di
Media Sosial Dan Pencegahannya Bagi
serta efek yang ditimbulkannya.
Korban Dan Pelaku. Jurnal Sosioteknologi,
15(2), 169–186.
DAFTAR PUSTAKA https://doi.org/10.5614/sostek.itbj.2016.15.02.
Aini, K., & Apriana, R. (2019). DampakCyberbullying 1
Terhadap Depresi Pada Mahasiswa Prodi Rifauddin, M. (2016). Fenomena Cyberbullying pada
Ners. Jurnal Keperawatan Jiwa, 6(2), 91. Remaja (Studi Analisis Media Sosial
https://doi.org/10.26714/jkj.6.2.2018.91-97 Facebook). Khizanah Al-Hikmah : Jurnal Ilmu
Aryani and Bakhtiar. (2018). Effect of assertive Perpustakaan, Informasi, Dan Kearsipan, 4(1),
training on cyber bullying behavior for 35–44.
students. Konselor, 7(2), 78–88. Riswanto. (2017). Karakteristik Pribadi Ideal Calon
https://doi.org/10.24036/020187210294-0-00 Konselor Berdasarkan teks Huma Betang
Batubara, J. R. (2016). Adolescent Development Suku Dayak (Kajian Hermeneutika
(Perkembangan Remaja). Sari Pediatri, 12(1), Gadamerian). Universitas Negeri Malang.
21. https://doi.org/10.14238/sp12.1.2010.21-9 Riswanto, D., Mappiare-AT, A., & Irtadji, M. (2017).
Capurso, S., Paradžik, L., & Čale Mratović, M. (2017). Kompetensi Multikultural Konselor pada
Cyberbullying among children and Kebudayaan Suku Dayak Kalimantan
adolescents – an overview on epidemiological Tengah. JOMSIGN: Journal of Multicultural
studies and effective preventive programs. Studies in Guidance and Counseling, 1(2), 215.
Kriminologija & Socijalna Integracija, 25(1), https://doi.org/10.17509/jomsign.v1i2.8320
127–137. https://doi.org/10.31299/ksi.25.1.5 RizkyFitransyah, R. , & Waliyanti, E. (2018). Perilaku
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Qualitative, Cyberbullying Dengan Media Instagram Pada
Quantitative and Mixed Methods Approaches Remaja Di Yogyakarta. Indonesian Journal of
(Fourth Edi). Sage Publications, Inc. Nursing Practice, 2(1), 36–48.
Fauziah, N. (2016). Cyberbullying di Indonesia : https://doi.org/10.18196/ijnp.2177
analisis kasus Rizky Firdaus Wicaksana alias Sartana, & Afriyeni, N. (2017). Perilaku Perundung
Uus. Makalah Non Seminar, 7. Maya (Cyber Bullying) Pada Remaja Awal.
Hellsten, L. M. (2017). An Introduction to Journal Psikologis Insight, 1(1), 25–39.
Cyberbullying Outline : Methodological Issues https://ejournal.upi.edu/index.php/insight/a
in Researching Cyberbullying. rticle/download/8442/5299
Hidajat, M., Adam, A. R., Danaparamita, M., & Setyawati, I. (2016). Pengaruh Cyberbullying di
Suhendrik, S. (2015). Dampak Media Sosial Media Sosial Ask.fm Terhadap Gangguan
dalam Cyber Bullying. ComTech: Computer, Emosi Remaja. Universitas Lampung.
Mathematics and Engineering Applications, Sitompul, J. (2018). Pencemaran Nama Baik di Media
6(1), 72. Sosial, Delik Biasa atau Aduan.
https://doi.org/10.21512/comtech.v6i1.2289 https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ul
Neuman, W. . (2014). Social Research Methods: asan/lt520aa5d4cedab/pencemaran-nama-
Qualitative and Quantitative Approaches- baik-di-media-sosial-delik-biasa-atau-aduan
Seventh Edition (Seventh ed). Pearson Strauss & Corbin. (2007). Dasar-dasar Penelitian
Education limited. Kualitatif: Tata Langkah dan Teknik-teknik
Pandie, M. M., & Weismann, I. T. J. (2016). Pengaruh Teoretisasi Data. Terjemahan Shodiq &
Cyberbullying Di Media Sosial Terhadap Muttaqien. Pustaka Pelajar Offset.
Perilaku Reaktif Sebagai Pelaku Maupun Suciartini, N. N. A., & Sumartini, N. L. U. (2018).
Sebagai Korban Cyberbullying Pada Siswa Verbal Bullying dalam Media Sosial. Jurnal
Kristen SMP Nasional Makassar. Jurnal Pendidikan Bahasa Indonesia, 6(2), 152–171.
Jaffray, 14(1), 43–62. Tracy, S. (2013). Qualitative Research Methods:
https://doi.org/10.25278/jj.v14i1.188.43-62 Collecting Evidence, Crafting Analysis,
Pramesti, T. J. . (2018). Sanksi Bagi Pem-Bully di Communicating Impact. Wiley-Blackwell A
Media Sosial. John Wiley & Sons, Ltd, Publications.
Pratiwi, N. (2018). Pengaruh intensitas penggunaan Utami. (2014). Cyberbullying di Kalangan Remaja:
sosial media dan penerimaan teman sebaya Studi Tentang Korban Cyberbullying di
terhadap perilaku bullying siswa kelas v Kalangan Remaja. Universitas Airlangga.
Sekolah Dasar. Basic Education, 149–161. Winoto, Y. (2019). Remaja Dan Pandangannya
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/inde Terhadap Cyberbullying Pada Media
x.php/pgsd/article/view/10597/10131 Facebook. Commed : Jurnal Komunikasi Dan

110
Rahmiwati Marsinun & Dody Riswanto, Perilaku Cyberbullying Remaja di Media Sosial

Media, 3(2), 121.


https://doi.org/10.33884/commed.v3i2.980
Wiryada, Martiarini, Budiningsih. (2017). Gambaran
Cyberbullying Pada Remaja Pengguna
Jejaring Sosial Di Sma Negeri 1 Dan Sma
Negeri 2 Ungaran. Intuisi : Jurnal Psikologi
Ilmiah, 9(1), 86–92.

111

Anda mungkin juga menyukai