Anda di halaman 1dari 4

Seminar Nasional Inovasi Teknologi e-ISSN: 2549-7952

UN PGRI Kediri, 23 Februari 2019 p-ISSN: 2580-3336

Dampak Media Sosial terhadap Perilaku Sosial Remaja di Kabupaten


Sleman, Yogyakarta

Flourensia Sapty Rahayu1, Limia Kristiani2, Sharon Fuhrensia Wersemetawar3


1,2,3
Prodi Sistem Informasi, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
E-mail: sapty.rahayu@uajy.ac.id, 2limiakristiani@gmail.com,3fuhrenchiaw@gmail.com
1

Abstrak –Media sosial telah menjadi tren yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat saat ini
termasuk di kalangan remaja. Penggunaan media sosial di kalangan remaja menimbulkan dampak baik itu positif
maupun negatif. Salah satu aspek yang dipengaruhi oleh media sosial adalah aspek perilaku sosial. Remaja sebagai
seorang manusia yang sedang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke dewasa rentan terhadap pengaruh-
pengaruh negatif termasuk dari media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku
penggunaan serta dampak media sosial terhadap perilaku sosial remaja khususnya di kecamatan Depok, kabupaten
Sleman, D.I. Yogyakarta. Metode yang digunakan untuk penggalian data adalah kuesioner yang dibagikan ke 376
siswa SMA, SMK dan SMP di kecamatan Depok. Hasil penelitian menunjukkan ada dampak positif dan negatif dari
media sosial. Dampak positifnya adalah remaja mendapatkan banyak teman, dapat memperat hubungan satu sama
lain, serta dengan penggunaan media sosial remaja dapat tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri dan
ekspresif. Selain itu mereka juga dapat belajar tentang tata krama dan etika dalam berkomunikasi. Dampak negatif
yang dirasakan adalah penggunaan media sosial membuat remaja menjadi malas dan jarang bersosialiasi secara
langsung dengan orang lain sehingga berpotensi membuat remaja menjadi pribadi yang anti sosial.

Kata Kunci — dampak media sosial, perilaku sosial, remaja

1. PENDAHULUAN Youtube sebesar 43% kemudian diikuti oleh Facebook


sebesar 41% serta disusul oleh Whatsapp, Instagram,
Media sosial telah menjadi tren yang tidak dapat Line, BBM, Twitter, Google+, Facebook Messenger,
terpisahkan dari kehidupan masyarakat saat ini. Media Linkedin, Skype dan posisi terakhir WeChat sebesar
sosial adalah teknologi berbasis komputer interaktif 14% (gambar 2).
yang memfasilitasi pembuatan dan penyebaran Data Kemenkominfo Republik Indonesia
informasi, ide, ketertarikan dan bentuk-bentuk ekspresi menyatakan 80% pengguna internet di Indonesia adalah
yang lain melalui komunitas dan jaringan virtual[1]. remaja yang berusia 15-19 tahun. Remaja menggunakan
Dikutip dari merriam-webster media sosial adalah suatu internet tidak hanya untuk kebutuhan edukasi saja,
bentuk komunikasi elektronik (seperti situs web untuk melainkan digunakan juga untuk hiburan, belanja,
jejaring sosial dan microblogging) di mana pengguna berinteraksi lewat media sosial dan lain sebagainya [6].
membuat komunitas online untuk berbagi informasi, Ada tiga motivasi anak dan remaja untuk mengakses
ide, pesan pribadi, dan konten lainnya (video) [2]. internet yaitu motivasi untuk mencari informasi,
terhubung dengan teman (lama dan baru) dan untuk
hiburan. Pencarian informasi yang dilakukan sering
didorong oleh tugas-tugas sekolah, sedangkan
penggunaan media sosial dan konten hiburan didorong
oleh kebutuhan pribadi [4].

Gambar 1. Hasil survei perilaku pengguna internet


Indonesia (APJII)
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh
APJII[3], pengguna media sosial di Indonesia pada
tahun 2016 sebesar 97,4% atau 129,2 juta orang
Gambar 2. Penggunaan media sosial Indonesia pada
(gambar 1). Jumlah penggunaan internet untuk media
Januari 2018 (GlobalWebIndex.com)
sosial ini lebih banyak dari penggunaan internet untuk
hal-hal lain. Data ini menggambarkan bahwa media Remaja berasal dari kata latin adolensence yang
sosial menjadi sudah menjadi kebutuhan yang tak berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
terpisahkan bagi masyarakat Indonesia. Penggunaan adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang
media sosial di Indonesia didominasi oleh penggunaan mencakup kematangan mental, emosional sosial dan

39
Seminar Nasional Inovasi Teknologi e-ISSN: 2549-7952
UN PGRI Kediri, 23 Februari 2019 p-ISSN: 2580-3336

fisik [6]. Masa remaja dapat dibagi menjadi empat Muhammadiyah Depok yang dilakukan pada September
bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa hingga November 2018.
remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15
– 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun [7]. 2.2 Metode Penggalian Data
Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
atau peralihan karena remaja belum memperoleh status metode kuisioner. Metode kuisioner yang kami lakukan
dewasa dan tidak lagi memiliki status anak [8]. Hal ini bertujuan untuk mengetahui lebih rinci hubungan sebab
ditunjukkan dengan perilaku remaja saat ini yang akibat dengan meminta sampel untuk mengisi
mengalami perubahan sosial. Perubahan sosial berkaitan pertanyaan tersebut dan tanpa menganggu proses belajar
dengan perubahan perilaku, hubungan sosial, lembaga mengajar di masing-masing sekolah.
dan struktur sosial pada waktu tertentu [9]. Setelah itu data yang sudah didapat dari kuisioner
Dengan adanya media sosial, terjadi pergeseran yang dibagikan akan dianalisis dan dapat ditarik
budaya di kalangan remaja. Sebagai contoh mereka kesimpulan untuk mengetahui dampak media sosial
tidak segan-segan mengunggah segala kegiatan terhadap perilaku sosial remaja di Kabupaten Sleman
pribadinya melalui media sosial. Para remaja cukup tepatnya Kecamatan Depok didukung dengan referensi-
terbuka di media sosial dalam menunjukkan identitas referensi yang didapatkan melalui karya ilmiah dan
mereka. Hal ini ditunjukkan dengan keterbukaan diri sebagainya yang telah teruji serta terbukti akan
mereka melalui keinginan mereka untuk eksis dengan keakuratan data tersebut.
mengupload kegiatan yang sedang mereka lakukan
(baik melalui foto ataupun status) dan mengungkapkan 2.3 Populasi dan Sampel
permasalahan pribadi di media sosial [4]. Seperti halnya Populasi merupakan kumpulan dari keseluruhan
bentuk teknologi yang lain media sosial mampu sampel yang diteliti. Maka dari penelitian yang
membawa dampak positif dan negatif terhadap remaja. dilakukan ini, populasinya adalah remaja-remaja dari
Dampak negatif bisa dalam bentuk terganggunya umur 11-19 tahun yang ada di Kabupaten Sleman,
kegiatan belajar, perubahan perilaku sosial, bahaya Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya Kecamatan
kejahatan seperti penipuan, penculikan, prostitusi, Depok. Jumlah remaja yang masih berada di bangku
pembajakan akun media sosial, serta perubahan dalam Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kecamatan
pola komunikasi dalam keluarga [10]. Depok, Kabupaten Sleman sebanyak 2.729 anak
Seperti yang telah disebutkan diatas salah satu sedangkan remaja yang masih berada di bangku Sekolah
dampak dari penggunaan media sosial adalah perubahan Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah
perilaku sosial. Definisi perilaku sosial adalah aktifitas Kejuruan (SMK) sebanyak 3.525 anak sehingga total
fisik dan psikis seseorang terhadap orang lain atau keseluruhan remaja di Kecamatan Depok, Kabupaten
sebaliknya dalam rangka memenuhi diri atau orang lain Slemak 6.254 anak. Data tersebut peneliti dapatkan dari
yang sesuai dengan tuntutan sosial[11]. Contoh data Kemendikbud.
perubahan perilaku sosial yang dialami remaja seperti Sampel merupakan bagian dan karakteristik yang
peningkatan kepercayan diri dan keberanian dalam dimiliki oleh suatu populasi. Sampel dari penelitian ini
bergaul, peningkatan kemandirian, berkurangnya adalah remaja yang berada di Kecamatan Depok,
kesopanan dalam berinteraksi, meningkatnya perilaku Kabupaten Sleman. Adapun teknik dalam mengambil
suka pamer dan peningkatan rasa persaingan diantara sampel tersebut adalah dengan menggunakan cluster
remaja. random sampling (kelompok acak sederhana)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dikarenakan pada Kecamatan Depok memiliki banyak
media sosial terhadap perilaku sosial remaja di remaja yang sesuai kriteria penelitian sehingga teknik
kecamatan Depok, kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta. pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin.
Penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan Berdasarkan perhitungan yang didapatkan dari rumus
gambaran tentang kondisi perilaku sosial remaja Slovin maka sampel yang akan diambil dalam penelitian
khususnya di kecamatan Depok, kabupaten Sleman, D.I. ini adalah 376 anak yang adalah hasil pembulatan dari
Yogyakarta. Pengetahuan tentang kondisi perilaku ini 375,9543.
selanjutnya dapat digunakan oleh para orang tua atau
pendidik untuk menetapkan strategi yang tepat dalam
2.4 Tahapan Penelitian
mendidik generasi muda, terutama jika terdapat Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah
perubahan perilaku yang menuju ke perilaku negatif. sebagai berikut:
1. Menentukan tempat dan waktu penelitian.
2. Membuat proposal penelitian.
2. METODE PENELITIAN 3. Membuat daftar pertanyaan untuk kuisioner.
2.1 Tempat dan Waktu Penelitian 4. Melakukan pembagian kuisioner secara langsung
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sleman, terhadap sampel yang telah ditentukan.
Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan 5. Menganalisis data yang didapatkan dari hasil
Depok. Peneliti memilih Kecamatan Depok mengambil kuisioner.
sampel dari beberapa sekolah yaitu SMA Angkasa 6. Menarik kesimpulan dari data yang sudah dianalisis.
Adisupjipto, SMA Gama Depok, SMK Trisula 1,
SMPN 4 Depok, SMPN 2 Depok dan SMP 3 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

40
Seminar Nasional Inovasi Teknologi e-ISSN: 2549-7952
UN PGRI Kediri, 23 Februari 2019 p-ISSN: 2580-3336

3.1 Data Responden didapatkan dari jawaban responden dengan data sebesar
Penelitian ini mengambil topik mengenai dampak 77% remaja yang diteliti terkadang dan sebanyak 1%
media sosial terhadap perilaku sosial remaja di remaja selalu mengakses media sosial saat sedang
Kabupaten Sleman, Yogyakarta dengan sampel berkomunikasi langsung dengan orang lain. Durasi
sebanyak 376 dari SMA, SMK dan SMP di Yogyakarta penggunaan media sosial terbagi menjadi 2 kategori
tepatnya Kecamatan Depok. Berikut adalah data-data yaitu kategori singkat untuk penggunaan media sosial
responden dari penelitian yang telah dilakukan: selama 3 jam atau kurang per hari dan kategori lama
a. Jenjang pendidikan SMP untuk pengguna media sosial lebih dari 3 jam per
Kuisioner dibagikan sebanyak 207 eksemplar harinya [12]. Berdasarkan data tersebut kita dapat
yang dibagikan ke SMPN 4 Depok, SMPN 2 melihat bahwa remaja saat ini cenderung tidak dapat
Depok dan SMP Muhammadiyah 3 Depok. lepas dari media sosial dan merupakan pengguna media
b. Jenjang pendidikan SMA/K sosial dengan kategori lama berdasarkan durasi
Kuisioner dibagikan sebanyak 169 eksemplar pemakaiannya bahkan saat berkomunikasi langsung
yang dibagikan ke SMA Gama Depok, SMK 1 dengan orang lain mereka juga mengaksesnya di saat
Trisula Depok dan SMA Angkasa Adisutjipto. bersamaan. Hal ini diperkuat dengan penggunaan media
Responden yang diteliti terdapat 46% laki-laki dan sosial dengan jangka waktu yang sangat lama dalam
54% perempuan dimana dengan rata-rata usia yang sehari yaitu sekitar 3-6 jam bahkan lebih dari 6 jam per
terdiri dari 11-19 tahun. harinya. Penggunaan media sosial yang tidak tahu akan
waktu mengakibatkan remaja menjadi malas dalam
3.2 Analisa Hasil melakukan kegiatan contohnya saja dalam belajar,
Kuisioner yang telah kami berikan kepada kurangnya sopan santun dan salah satunya menjadi
responden yang terdiri dari siswa/i SMP hingga SMA/K malas dalam melakukan komunikasi tatap muka
di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, D. I. langsung di dunia nyata.
Yogyakarta membahas mengenai dampak media sosial Menurut penelitian yang dilakukan Sulaeman [13]
terhadap perilaku sosial mereka. Dari hasil penelitian bahwa dalam intensitas komunikasi dengan media sosial
yang telah diolah didapatkan bahwa sebanyak 98% yang tinggi memberikan efek kecanduan yang
remaja di Kecamatan Depok merupakan pengguna diakibatkan oleh kesenangan dan fasilitas media sosial
media sosial dimana sekitar 89% remaja menggunakan yang ada sehingga semakin rendah kualitas komunikasi
media sosial setiap hari. tatap muka secara langsung. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Nurmadia [13] menjelaskan bahwa
Tidak kecanduan internet dapat memutusukan hubungan
penggun dengan teman maupun keluarga di dunia nyata [14].
a media
sosial
17% 10%
2% <1 jam
1- 3 jam
Penggun
a media 36% >3-6 jam
sosial 37%
>6 Jam
98%
Gambar 3. Pengguna media sosial
Gambar 5. Penggunaan media sosial dalam sehari
Tidak
menggun
akan 10% 1% 12%
setiap… Tidak Pernah
Kadang
Menggun
akan Sering
setiap Selalu
hari…
77%
Gambar 4. Keseringan penggunaan media sosial
Penggunaan media sosial per harinya oleh remaja Gambar 6. Penggunaan media sosial saat berkomunikasi
di Kecamatan Depok, D. I. Yogyakarta mayoritas tatap muka langsung
menggunakannya selama 3-6 jam bahkan lebih dari 6
jam dengan penggunaan dalam media sosial seperti Penggunaan media sosial sendiri tidak jarang juga
Instagram, WhatsApp dan Line. Dengan adanya media digunakan sebagai media komunikasi untuk
sosial, remaja terkadang saat melakukan komunikasi berkomunikasi dengan orang lain seperti keluarga dan
tatap muka langsung dengan orang lain, remaja juga teman. Berdasarkan hasil kuisioner yang telah dibagikan
mengakses media sosial disaat bersamaan. Hal ini kepada responden, mayoritas remaja berkomunikasi

41
Seminar Nasional Inovasi Teknologi e-ISSN: 2549-7952
UN PGRI Kediri, 23 Februari 2019 p-ISSN: 2580-3336

dengan keluarganya melalui tatap muka langsung dan sosial mereka dengan teman-teman mereka [15].
juga terdapat beberapa yang menjawab media sosial Ketergantungan atau kecanduan sendiri membuat
dikarenakan mereka tidak selalu berada di sisi keluarga remaja menjadi merasa terdorong untuk melakukan
sehingga memerlukan media sosial sebagai media kegiatan tertentu berulang kali dan menjadi kegiatan
komunikasi untuk berkirim pesan. Kemudian saat yang berbahaya dan kemudian akan menganggu
berkomunikasi dengan teman, remaja lebih cenderung kegiatan penting lainnya seperti sekolah [16].
menggunakan media sosial dikarenakan saat mereka Kecanduan media sosial muncul dikarenakan adanya
tidak berada di satu tempat yang sama, media sosial sikap individualitas yang terdapat pada remaja yang
dianggap mampu menjaga silahturahmi diantara mereka dapat mengurangi komunikasi yang terjadi secara
dan juga sering berkomunikasi secara langsung langsung di kehidupan sehari-hari sehingga
dikarenakan setiap paginya bertemu di lingkungan menimbulkan jarak antar remaja dengan lainnya dan
sekolah. mengakibatkan remaja cenderung mengabaikan
interaksi dan komunikasi dengan teman maupun
keluarga secara langsung dibandingkan dengan teman-
teman di media sosial [14].
Namun berdasarkan data-data sebelumnya,
ternyata remaja di Kecamatan Depok lebih menyukai
40% Setuju berkomunikasi secara langsung dibandingkan harus
Tidak Setuju melalui media sosial. Hal tersebut didasarkan dari
60% gambar 8 yang menjelaskan bahwa sekitar 70% remaja
menjawab tidak setuju dalam pernyataan lebih
menyukai berkomunikasi melalui media sosial
dibandingkan berkomunikasi secara langsung.
Komunikasi tatap muka langsung sangat penting bagi
Gambar 7.Tanpa media sosial dalam sehari terasa ada manusia terutama remaja menurut teori Abraham
yang kurang dalam diri Maslow tujuan dari berkomunikasi adalah untuk
memenuhi berbagai macam kebutuhan. Menurut teori
William Schutz ada tiga kebutuhan dasar dari hubungan
interpersonal yaitu afeksi, inklusif dan kontrol.
30% Kebutuhan afeksi yaitu keinginan untuk memberi dan
Setuju mendapatkan kasih sayang sedangkan kebutuhan
Tidak Setuju inklusif yaitu keinginan untuk menjadi bagian dari
70% kelompok sosial tertentu dan kebutuhan kontrol yaitu
kebutuhan untuk memengaruhi orang dalam kehidupan
[17]. Oleh karena itu walaupun sudah ada media sosial
sebagai media untuk remaja dapat berkomunikasi secara
Gambar 8.Lebih menyukai berkomunikasi melalui tidak langsung dengan orang lain, mereka tetap
media sosial dibandingkan secara langsung memerlukan untuk berkomunikasi tatap muka langsung
dengan orang lain sebagai bagian untuk memenuhi
Padagrafik diatas menunjukkan bahwa kebutuhan mereka.
pengaruh media sosial membuat remaja menjadi
kecanduan dan tidak dapat lepas dari media sosial dalam
kehidupannya sehari-hari. Berdasarkan data tersebut,
sebanyak 60% remaja setuju bahwa ketika mereka tidak
menggunakan media sosial dalamsehari, mereka merasa 31%
bahwa ada sesuatu yang kurang dalam diri mereka. Setuju
Sedangkan sebanyak 40% remaja berpendapat bawah Tidak Setuju
ketika tidak menggunakan media sosial dalam 69%
seharimereka tidak merasa ada yang kurang dalam diri
mereka dan mampu melakukan aktivitas seperti biasa.
Berdasarkan data tersebut remaja di Kecamatan Depok,
D. I. Yogyakarta telah menjadi media sosial sebagai Gambar 9.Percaya diri & lebih ekspresif di media sosial
salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam sehari- daripada bersosialisasi langsung dengan teman
hari. Hal ini membuat mereka menjadi kecanduan
dengan adanya media sosial sehingga ketika mereka Penggunaan media sosial sendiri dianggap
sedang menggunakannya mereka menjadi senang, mampu membuat remaja merasa memiliki kepercayaan
merasa bebas dan merasa didukung. Sedangkan jika diri dan membuat mereka menjadi lebih ekspresif dalam
mereka tidak menggunakannya dalam sehari, mereka berkomunikasi di media tersebut. Dari gambar
merasa ada yang kurang karena mereka mencari cara 9didapatkan bahwa 31% remaja setuju bahwa mereka
yang aman agar dapat berinteraksi dengan orang menjadi pribadi yang lebih ekspresif ketika
walaupun tidak bertatap muka langsung yang dapat menggunakan media sosial dibandingkan bersosialisasi
berdampak negatif karena akan mengurangi interaksi langsung dan sebanyak 69% tidak setuju bahwa media

42

Anda mungkin juga menyukai