Abstrak
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
Volume 7, Nomor 4, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
Volume 7, Nomor 4, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
Volume 7, Nomor 4, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd
dan fantasi kebesarannya yang berlebih-lebihan, yaitu harapan untuk mendapat pujian dari orang
mereka membutuhkan dan mengharapkan lain, (5) sense of superiority, yaitu keinginan
perhatian khusus dan cenderung memanfaatkan untuk selalu memimpin dan menunjukkan
orang lain demi kepentingan sendiri. Apabila kekuasaannya, dan (6) envy of others, yaitu
individu tidak mampu mewujudkan harapan- memiliki perasaan iri kepada orang lain.
harapannya, maka individu menjadi depresi
(Durand & Barlow, 2007). Faktor yang METODE PENELITIAN
menyebabkan munculnya gangguan Penelitian ini merupakan penelitian
kepribadian narsistik menurut Kohut adalah kuantitatif dengan jenis deskriptif. Populasi
kegagalan meniru empati orangtua pada masa penelitian adalah mahasiswa Jurusan BK FIP
awal perkembangan anak (Durand & Barlow, UNP yang terdaftar aktif perkuliahan Januari-
2007). Juni 2019 pada tahun masuk 2015-2018 dan
Durand & Barlow (2007) memiliki media sosial (instagram, facebook,
mengemukakan karaketristik gangguan dan whatsapp). Jumlah sampel sebanyak 256
perilaku narsistik, yaitu; (1) pola pervasif dan orang dipilih dengan menggunakan teknik
grandiositas, adanya kebutuhan untuk dipuji, Stratified Random Sampling. Instrumen
(2) adanya perasaan grandiose dengan penelitian yang digunakan adalah angket
beranggapan dirinya penting, (3) berfantasi perilaku narsistik pengguna media sosial
tentang kesuksesan, kekuasaan, kecerdasan, dengan menggunakan skala Likert. Data diolah
dan kecantikan, (4) merasa dirinya istimewa, menggunakan teknik analisis statistik deskriptif.
(5) mengeksploitasi orang lain dalam mencapai Hasil dan Pembahasan
suatu tujuan, (6) memiliki perasaan iri, dan (7) Berdasarkan temuan penelitian
bersikap arogan. diperoleh tingkat perilaku narsistik pengguna
Selanjutnya, Larsen & Buss (2018) media sosial pada umumnya berada pada
mengemukakan karakteristik gangguan kategori cukup tinggi (57%). Hal ini ditandai
kepribadian narsistik, yaitu; (1) need to be dengan adanya mahasiswa yang membeberkan
admired, yaitu kebutuhan untuk dikagumi oleh rahasia orang lain di media sosial, memberikan
orang lain, (2) lack of insight into other komentar negatif di media sosial orang lain, dan
people’s feelings and needs, yaitu suatu ingin orang lain di media sosial mengetahui apa
keadaan kurang dapat memahami perasaan dan yang dimilikinya. Pada masa ini individu
kurang dapat memahami kebutuhan orang lain, berupaya mewujudkan salah satu kebutuhan,
(3) strong sense of self-important, yaitu merasa yaitu kebutuhan aktualisasi diri yang dilakukan
dirinya sebagai orang penting dengan melebih- untuk mengembangkan diri sepenuhnya,
lebihkan bakat dan kemampuan yang dimiliki merealisasikan potensi, dan memperoleh
tetapi tidak sepadan, (4) sense of entitlement, pengakuan dari orang lain. Salah satu cara yang
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
Volume 7, Nomor 4, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd
digunakan adalah melalui media sosial untuk dirinya penting dengan mengharapkan
menunjukkan eksistensi dirinya. Hal ini sesuai perlakuan spesial dari orang lain, sedangkan
dengan pendapat Vazire & Funder (dalam individu tersebut tidak mempertimbangkan
Hartawi & Yusra, 2018) individu yang narsis perasaan orang lain. Individu yang kurang dapat
menunjukkan perilaku seperti pamer, menghina memahami perasaan dan kebutuhan orang lain
orang lain, dan berpikiran bahwa kesuksesan disebabkan karena adanya anggapan bahwa
yang diperoleh karena kemampuan yang individu tersebut lebih baik daripada orang lain,
dimiliki sedangkan kegagalan karena orang sehingga menghambat dalam merasakan
lain. kepekaan terhadap lingkungan.
Senada dengan itu, Rumaisa, Arianti & Lebih rinci wujud perilaku narsisitik pengguna
Anshori (2015) mengemukakan individu yang media sosial dirinci sebagai berikut:
narsis memiki perasaan berlebihan bahwa
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
Volume 7, Nomor 4, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd
narsis cenderung menggunakan pakaian media sosial pada aspek lack of insight into
yang mahal atau barang branded dan gaya other people’s feelings and needs berada
yang mewah. Individu tersebut akan pada kategori tinggi (55,86%). Buktinya
mengikuti perkembangan fashion dan ada mahasiswa yang membeberkan rahasia
mode agar penampilannya selalu modis orang lain di media sosial. Artinya
dan menarik. Hal ini dilakukan demi sebagian besar individu kurang dapat
menjadi pusat perhatian, pujian, dan memahami perasaan dan kebutuhan orang
dikagumi oleh orang lain. Selain itu, lain. Hal ini sesuai dengan pendapat
menurut Santi (2017) perilaku narsistik Rumaisa, Arianti, & Anshori (2015)
yang dilakukan individu dengan individu yang narsis memiliki perasaan
menampilkan apa yang ada pada dirinya berlebihan bahwa dirinya penting dengan
untuk dikagumi dan diperhatikan oleh mengharapkan perlakuan spesial dari orang
orang lain. lain, sedangkan individu tersebut tidak
2. Strong sense of self-important mempertimbangkan perasaan orang lain
Berdasarkan hasil analisis data atau bisa dikatakan tidak memiliki empati
diperoleh perilaku narsistik pengguna terhadap orang lain.
media sosial pada aspek strong sense of Sedangkan menurut Halgin &
self-important berada pada kategori cukup Whitbourne (dalam Widiyanti, Solehuddin
tinggi (61,33%). Buktinya ada mahasiswa & Saomah, 2017) individu yang tergolong
yang mengupload karya yang dibuatnya narsistik akan sibuk mencapai tujuan yang
melalui media sosial dengan tujuan untuk diinginkan namun mengesampingkan
membanggakan diri. Artinya adanya hubungan dengan orang lain karena adanya
keinginan individu untuk mementingkan anggapan bahwa orang lain adalah alat
diri sendiri dengan menonjolkan dan untuk mencapai tujuan dan memuaskan
membanggakan apa yang ada pada dirinya. diri. Senada dengan itu, Engkus, Hikmat &
Self-important adalah salah satu sikap yang Saminnurahmat (2017) mengemukakan
ditampilkan dalam perilaku narsistik. Hal individu yang memiliki kecenderungan
ini terjadi karena adanya keinginan untuk narsistik akan lebih tertarik dengan
mementingkan diri sendiri secara kesenangan pribadinya, yang dapat
berlebihan (Myers & Hill, dalam mengakibatkan indvidu kurang memiliki
Widiyanti, Solehuddin & Saomah, 2017). empati terhadap orang lain.
3. Lack of insight into other people’s feelings 4. Envy of other’s
and needs Berdasarkan hasil analisis data
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh perilaku narsistik pengguna
diperoleh perilaku narsistik pengguna media sosial pada aspek envy of other’s
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
Volume 7, Nomor 4, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd
berada pada kategori rendah (68,36%). peneliti selanjutnya untuk menambah wawasan
Buktinya ada mahasiswa yang merasa dan pengetahuan dalam melakukan penelitian.
memiliki kemampuan yang tidak bisa
DAFTAR RUJUKAN
dikalahkan orang lain. Artinya individu
cenderung tidak memiliki perasaan iri yang Ali, M., & Asrori, M. (2008). Psikologi
Remaja Perkembangan Peserta Didik.
berlebihan terhadap orang lain. Individu
Jakarta: Bumi Aksara.
yang tergolong narsis akan memiliki Asiah, N., Taufik., & Firman. (2018).
Hubungan Self Control dengan
perasaan iri kepada orang lain, apabila
Kecenderungan Narsistik Siswa
orang lain lebih sukses dari dirinya dan Pengguna Jejaring Sosial Instagram di
SMP Negeri 2 Padang. Jurnal Neo
tidak bisa mewujudkan harapannya maka
Konseling.
akan mengakibatkan individu tersebut Durand, V. M., & Barlow, D. H. (2007).
Psikologi Abnormal. Yogyakarta:
menjadi depresi (Durand & Barlow, 2007).
Pustaka Pelajar.
Engkus., Hikmat., & Saminnurahmat.
(2017) Perilaku Narsis pada Media
SIMPULAN
Sosial di Kalangan Remaja dan Upaya
Berdasarkan hasil analisis data yang Penanggulangannya. Jurnal Penelitian
Komunikasi, 2(2).
telah dipaparkan, maka perilaku narsistik
Hartawi, E., & Yusra, Z. (2018). Kontribusi
pengguna media sosial dapat disimpulkan Penerimaan Diri dan Tipe Kepribadian
Narsistik terhadap Penggunaan
sebagai berikut; (1) pada aspek need to be
Aplikasi Photo Editor. Jurnal RAP
admired berada pada kategori cukup tinggi, (2) UNP, IX(1), 25-36.
Izzati, F., & Irma, A. (2018). Perilaku
pada aspek strong sense of self-important
Narsistik pada Pengguna Instagram di
berada pada kategori cukup tinggi, (3) pada Kalangan Mahasiswa Universitas
Serambi Mekkah. Jurnal Ilmiah
aspek lack of insight into other people’s
Mahasiswa FISIP Unsyiah, 3(3).
feelings and needs berada pada kategori tinggi, Larsen , R., & Buss, D. M. (2018).
Personality Psychology Domains of
dan (4) pada aspek envy of other’s berada pada
Knowledge Sixth Edition. New York.
kategori rendah. McGraw-Hill Education.
Rumaisa., Arianti, R., &. Anshori, H. (2015).
Berdasarkan hasil analisis data, ada
Hubungan Minat Selfie terhadap
beberapa saran, yaitu; (1) bagi mahasiswa yang Kecenderungan Gangguan Kepribadian
Narsistik pada Siswa-Siswi di SMPN 7
memiliki perilaku narsistik diharapkan untuk
Kelas VII Banjarmasin. Pusat
mengaktualisasikan dirinya dengan hal-hal yang Penelitian dan Penerbitan Institut
Agama Islam Negeri Antasari,
bermanfaat dan dapat menumbuhkan rasa
(1301451498), 1–81.
empati terhdap lingkungan sekitar, (2) bagi Santi (2017). Dampak Kecenderungan
Narsiscisme terhadap Self-Esteem
konselor dapat memberikan layanan yang
Pengguna Facebook Mahasiswa PGSD
sesuai dengan permasalahan yang dialami untuk Universitas Nusantara PGRI. Jurnal
Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran,
mengurangi tingkat narsistik dan meminimalisir
5(1), 29.
dampak yang akan ditimbulkan, dan (3) bagi Sari, A., Ilyas, A., & Ifdil. (2018) Tingkat
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
Volume 7, Nomor 4, 2019
Available on: http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/pgsd
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License