Anda di halaman 1dari 9

Psikoborneo, Vol 7, No 3, 2019: 394-402 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Motivasi Perilaku Public Display Affection (PDA)


di Media Sosial Pada Remaja
Cynthia Duwisaputri1

Program Studi Psikologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Samarinda

ABSTRACT. This research aims to find out how the description of motivation of public display affection
(PDA) behaviour in social media in adolescents in Samarinda. The research method used is qualitative with a
case study approach. The respondents of this research was taken by purposive sampling with data collection
methods using observation and in-depth interviews with all three subjects. The result showed that the three
subjects was an active social media user and shared the PDA behaviour on their social media accounts. The
three subjects has similar motivation, there is the desire to get the attention of many people, personal
satisfaction feel after uploading the content, and want to show all the activities they do on social media. In
subject KSM has a different motivation because of possessive tendencies possessed by her partner. Subject
NY has a motivation to earn money from the PDA behaviour that she does. Factors that influence the subjects
are the support of each partner, response to their upload, all facilities owned and the circumstances of the
subject’s family.

Keywords: motivation, public display affection, social media, adolescents

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran motivasi perilaku public display
affection (PDA) di media sosial pada remaja di Samarinda. Metode penelitian yang digunakan adalah
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Responden penelitian ini diambil secara purposive sampling dengan
metode pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara mendalam dengan ketiga subjek. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ketiga subjek adalah pengguna media sosial aktif dan berbagi perilaku PDA
pada akun media sosial mereka. Ketiga subjek memiliki motivasi yang sama, ada keinginan untuk
mendapatkan perhatian banyak orang, kepuasan pribadi terasa setelah mengunggah konten, dan ingin
menunjukkan semua aktivitas yang mereka lakukan di media sosial. Dalam mata pelajaran KSM memiliki
motivasi yang berbeda karena kecenderungan posesif yang dimiliki oleh pasangannya. Subjek NY memiliki
motivasi untuk mendapatkan uang dari perilaku PDA yang dia lakukan. Faktor-faktor yang memengaruhi
subjek adalah dukungan dari masing-masing pasangan, respons terhadap unggahan mereka, semua fasilitas
yang dimiliki, dan keadaan keluarga subjek.

Kata kunci: motivasi, kasih sayang publik, media sosial, remaja

1
Email: cduwisaputri@yahoo.co.id
394
Psikoborneo, Vol 7, No 3, 2019: 394-402 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

PENDAHULUAN seperti instagram, Facebook, twitter atau dengan


mengunduh konten porno berupa video dan gambar.
Media sosial seolah sudah menjadi bagian dari
Hasil dari wawancara dan screening yang
kehidupan sehari-hari. Persoalan yang kemudian
dilakukan peneliti membuktikan memang adanya
muncul adalah bagaimana dampak yang ditimbulkan
perilaku public display affection yang dilakukan
dari media sosial terhadap perilaku kalangan remaja.
remaja di Samarinda dan dengan bebagai macam
Siswa remaja sebagai salah satu pengguna media
caranya, yang mana hal tersebut tidak sesuai dengan
sosial belum mampu memilah aktivitas internet yang
norma agama yang mereka yakini dengan melakukan
bermanfaat, dan cenderung mudah terpengaruh oleh
hal-hal intim seperti berpelukan dan berciuman
lingkungan sosial tanpa mempertimbangkan terlebih
dengan lawan jenis. Pada masyarakat luas hal itupun
dahulu efek positif atau negatif yang akan diterima
masih tabu dikarenakan usia mereka yang masih
saat melakukan aktivitas internet tertentu.
dibawah umur, yang kemudian adanya fenomena
Berdasarkan observasi peneliti, banyak remaja yang
inilah terjadi kekhawatiran yang cukup tinggi karena
kerap mengunggah foto-foto mesra dengan teman
semakin marak remaja berperilaku seperti ini.
lawan jenisnya atau pacar bahkan tergolong intim,
Beberapa remaja memiliki berbagai alasan dan
atau istilah umumnya dapat disebut dengan Public
motivasi dalam perilaku public display affection
Display Affection (PDA), dimana biasanya pada
tersebut. Dimana pada remaja saat ini banyak yang
fenomena ini cenderung merujuk pada kegiatan
memiliki keinginan dan tujuannya masing-masing
seseorang misalnya berciuman, berpelukan, dan
dalam menggunakan sosial media khususnya
bentuk bermesraan yang lainnya didepan umum
mengunggah foto atau video. Lalu mereka memiliki
sehingga dilihat oleh banyak orang.
banyak dukungan ataupun faktor yang
Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa
mempengaruhi perilaku yang mereka lakukan,
Internet Indonesia (APJII) yang dikutip dari
seperti adanya dukungan dari sosial maupun fasilitas
Databoks.co.id, hampir separuh dari total pengguna
yang mereka miliki. Selain itu, tidak sedikit pula
internet di Indonesia merupakan masyarakat dalam
remaja yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi,
kelompok usia 19-34 tahun (49,52%). Sementara
sehingga ia dapat dengan mudah melakukan perilaku
pengguna terbanyak kedua merupakan kelompok
public display affection di media sosial. Beberapa
usia 35-54 tahun (29,55%), kelompok usia 13-18
contoh motivasi yang mereka miliki adalah
tahun (16,68%), dan pengguna dengan usia di atas
ketenaran atau popularitas yang didapat. Adapun
54 tahun (4,24%). Semakin anak bertambah usianya,
remaja yang terlalu mengagumi sosok yang di
anak dihadapkan pada lingkungan yang lebih luas.
idolakan yang memiliki kebiasaan berperilaku public
Berawal dari kelompok teman sebaya yang
display affection di media sosial, sehingga dijadikan
merupakan lingkungan
sebagai role model.
sosial pertama tempat remaja belajar untuk
Menurut Thoha (2004) mengatakan bahwa
hidup bersama orang lain yang bukan anggota
perilaku manusia itu hakekatnya adalah berorientasi
keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan
pada tujuan dengan kata lain bahwa perilaku
suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri,
seseorang itu pada umumnya dirangsang oleh
norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan yang
keinginan untuk mencapai beberapa tujuan.
ada dalam lingkungan keluarganya. Saat bergaul
Motivasi, kadang-kadang istilah ini dipakai silih
dengan teman sebaya, remaja akan memperoleh
berganti dengan istilahistilah lainnya, seperti
nilai-nilai baru yang berbeda antara nilai keluarga
misalnya kebutuhan, keinginan, dorongan, semangat
dan nilai-nilai teman sebaya (Berns, 2004).
atau impuls. Selain itu proses terjadinya motivasi
Fenomena yang terjadi saat ini adalah remaja
menurut Zainun (2007) adalah disebabkan adanya
khususnya yang memiliki teman dekat lawan jenis
kebutuhan yang mendasar, dan untuk memenuhi
atau kekasih, memanfaatkan media sosial sebagai
kebutuhan timbul dorongan untuk berperilaku.
ajang menunjukkan kemesraan dirinya dan
Bilamana seseorang sedang mengalami motivasi atau
kekasihnya masing-masing. Hal tersebut juga terjadi
sedang memperoleh dorongan, maka orang itu
di kota Samarinda, dimana terdapat survei yang
sedang mengalami hal yang tidak seimbang.
dilakukan oleh Sapos pada akhir 2017, bahwa 85
Setiap manusia dengan berbagai kebutuhan
dari 100 remaja yang menjadi responden mengaku
tidak akan pernah puas dalam memenuhi
pernah melihat pornografi melalui perangkat gawai.
kebutuhannya. Oleh sebab itu proses motivasi akan
Saat ditanyai sumber konten porno, ada 96 persen
terus berlangsung selama manusia mempunyai
responden mengaku mengakses dari media sosial
395
Psikoborneo, Vol 7, No 3, 2019: 394-402 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada dasarnya motivasi menurut Sutrisno (2013) terdiri dari faktor
proses terjadinya motivasi menunjukkan adanya intern dan ekstern. Dimana pada faktor intern
dinamika yang terjadi disebabkan adanya kebutuhan terdapat keinginan untuk dapat hidup, keinginan
yang mendasar dan untuk memenuhinya terjadi untuk dapat memiliki, keinginan untuk memperoleh
dorongan untuk berperilaku. penghargaan, keinginan untuk mendapat pengakuan,
Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti dan keinginan untuk berkuasa. Faktor ekstern pada
tertarik untuk melakukan penelitian yang bejudul motivasi ialah kondisi lingkungan dan keuangan
“Motivasi Perilaku Public Display Affection (PDA) yang memadai.
di Media Sosial pada Remaja di Samarinda”.
Public Display Affection (PDA)
TINJAUAN PUSTAKA Secara harafiah, Public Display of Affection
(PDA) mengacu pada gesture yang secara kultural
Motivasi
menunjukan adanya indikasi seksual atau romantika
Teori motivasi menurut Robbin (2003) yang
yang bertempat di area yang terbuka bagi anggota
mengatakan bahwa suatu proses yang menghasilkan
publik lainnya. Mengumbar kemesraan di muka
suatu intensitas, arah dan ketekunan individual
umum, atau disebut dengan Public Display Affection
dalam usaha untuk mencapai satu tujuan. Sementara
(PDA) adalah salah satu bentuk menampilkan
motivasi umum bersangkutan dengan upaya ke arah
hubungan sepasang kekasih. Public Display of
setiap tujuan. Motivasi adalah konsep yang
Affection (PDA) atau menunjukkan kemesraan di
menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada
muka umum biasa dilihat di kehidupan sehari-hari
dalam diri setiap individu untuk memulai dan
baik di kehidupan nyata maupun di sosial media.
mengarahkan perilaku. Konsep ini digunakan untuk
Beberapa gesture pada public display affection
menjelaskan perbedaaan-perbedaan dalam intensitas
seperti bergandengan tangan, menyentuh, berciuman
perilaku dimana perilaku yang bersemangat adalah
atau berpelukan dan pada tempat tempat umum
hasil dari tingkat motivasi yang kuat. Selain itu
seperti sekolah, jalan umum, restauran atau taman.
konsep motivasi digunakan untuk menunjukkan arah
Public display affection tidak serta merta mudah
perilaku.
untuk dilakukan. Bagi pasangan yang merasa aman
Zimmerman dan Schunk (dalam Papalia &
karena yakin akan mendapatkan penilaian positif
Olds, 2001) mengatakan bahwa motivasi merupakan
dari masyarakat, public display affection lazim
pendorong yang ada pada diri individu yang
dilakukan. Sebaliknya bagi pasangan yang
mencakup persepsi terhadap efikasi diri, kompetensi
mendapatkan label negatif dari lingkungan sosial,
otonomi yang dimiliki dalam aktivitas belajar.
seperti pasangan remaja antar ras kurang suka
Motivasi merupakan fungsi dari kebutuhan dasar
menampilkan public display affection dibanding
untuk mengontrol dan berkaitan dengan perasaan
pasangan dengan ras yang sama (Vaquera & Kao,
kompetensi yang dimiliki setiap individu.
2005).
Didalam buku Thoha (2004) mengatakan
Mengumbar kemesraan di depan umum atau
bahwa perilaku manusia itu hakekatnya adalah
sering disebut dengan Public Display Affection
berorientasi pada tujuan dengan kata lain bahwa
merupakan salah satu pengungkapan kasih sayang
perilaku seseorang itu pada umumnya dirangsang
dalam bentuk demonstrasi fisik dari hubungan antar-
oleh keinginan untuk mencapai beberapa tujuan.
pasangan di mana ada orang lain yang melihatnya.
Motivasi, kadang-kadang istilah ini dipakai silih
Adapun bentuk kemesraan itu diantaranya adalah
berganti dengan istilahistilah lainnya, seperti
berpegangan tangan, berpelukan atau berciuman.
misalnya kebutuhan, keinginan, dorongan, semangat
Gulledge (American Journal of Family Therapy,
atau impuls. Sutrisno (2013) mengemukakan
2015) mendefinisikan kasih sayang secara fisik
motivasi adalah faktor yang mendorong Motivasi
sebagai setiap sentuhan yang bertujuan untuk
Perilaku Public Display Affection (PDA) di Media
membangkitkan perasaan cinta antara pemberi
Sosial. Seseorang untuk melakukan suatu aktivitas
sentuhan maupun penerima sentuhan. Public display
tertentu, motivasi sering kali diartikan pula sebagai
affection sendiri juga tidak selalu berbentuk non
faktor pendorong perilaku seseorang.
verbal seperti sentuhan fisik tetapi juga bisa dalam
Aspek-aspek motivasi menurut Conger (1997)
bentuk verbal seperti memberikan nama panggilan
ada 3, yaitu memiliki sikap positif, berorientasi pada
kepada pasangan dan menyatakan cinta yang
pencapaian suatu tujuan dan kekuatan yang
berlebihan ditempat umum.
mendorong individu. Sedangkan faktor-faktor
396
Psikoborneo, Vol 7, No 3, 2019: 394-402 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Remaja HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Masa remaja juga dikenal sebagai periode Subjek DNA dan LN (Pasangan 1, 16 Tahun)
yang mengkaji hubungan antara mekanisme Subjek DNA dan LN merupakan sepasang
penyesuaian psikologis dengan kondisi-kondisi kekasih yang telah menjalani hubungan selama satu
sosial yang memfasilitasinya (mempengaruhinya). setengah tahun. Awalnya, subjek DNA memiliki
Sehingga masa ini juga disebut sebagai masa penuh kegemaran mengunggah foto dan status sejak ia
dengan stres dan krisis bagi remaja. Menurut duduk di bangku sekolah menengah pertama di
Erikson (dalam Yusuf, 2007), masa remaja facebook dan twitter yang kemudian mendapat
merupakan tahapan penting dalam siklus kehidupan. banyak respon dari teman-temannya. Subjek
Masa remaja berkaitan erat dengan perkembangan kemudian menjalani hubungan asmara dengan
“sense of identity vs role confusion”, yaitu perasaan informan LN yang mana juga menyukai kegiatan
atau kesadaran akan jati dirinya. mengunggah berbagai konten di media sosialnya.
Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 Mereka melakukan pengunggahan konten
sampai awal usia dua puluhan atau remaja akhir Public Display Affection di media sosial dengan
(Papalia, 2008). Mappiare (dalam Ali, dkk, 2005) intensitas yang cukup tinggi. Subjek mengaku
menyebutkan, bahwa masa remaja berlangsung menggunakan media sosial setiap hari, melakukan
antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita berbagai kegiatan bersama setiap hari, Motivasi
dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Sedangkan Perilaku Public Display Affection (PDA) di Media
menurut Konopka, masa remaja meliputi: (a) remaja Sosial sehingga banyak melakukan pengunggahan
awal: 12 – 15 tahun, (b) remaja madya: 15 – 18 konten Public Display Affection bersama. Mereka
tahun, (c) remaja akhir: 19 – 22 tahun (dalam Yusuf, merekam atau mengambil gambar bersama dengan
2007). memperlihatkan interaksi yang intim. Beberapa
Remaja atau istilah lainnya adolescene berasal perilaku yang dilakukan subjek DNA dan LN adalah
dari kata adolescere yang berarti “tumbuh” atau mengabadikan momen saat mereka sedang bersandar
“tumbuh menjadi dewasa”. Istilah ini mempunyai satu sama lain, bergandengan tangan, berpelukan,
arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, bahkan berciuman. Tidak hanya itu, subjek DNA
emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1997). juga gemar berfoto dengan pose seksi dan berbusana
Menurut Piaget, masa remaja secara psikologis terbuka. Subjek DNA dan LN juga pernah
adalah usia di mana individu menjadi berintegrasi mengunggah foto dan video mereka sedang
dengan masyarakat dewasa. Usia di mana anak tidak bermesraan di kolam renang, serta membagikan jejak
lagi merasa di bawah tingkatan orang-orang yang rekam percakapan mesra mereka.
lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang Berdasarkan pernyataan subjek, mereka
sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak melakukan hal tersebut karena memang memiliki
(dalam Hurlock, 1997). kegemaran untuk mengabadikan momen berupa foto
dan video, subjek DNA juga kerap kali hunting foto
METODE PENELITIAN hanya untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Penelitian kualitatif dalam penelitian ini Pada subjek DNA dan LN, subjek memiliki sikap
menggunakan setting alamiah dengan menggunakan dan pembawaan diri yang tenang, melakukan segala
metode wawancara sebagai alat pengumpul data kegiatan di media sosial dengan nyaman, ekspresif
utama terhadap subjek yang berkaitan erat dengan dan tidak ragu untuk mengunggahnya tanpa pikir
lingkungannya. Pendekatan yang digunakan dalam panjang.
penelitian ini adalah studi kasus (case study). Subjek Motivasi subjek untuk melakukan perilaku
dalam penelitian ini adalah 6 orang remaja pelaku Public Display Affection ini adalah karena ia ingin
public display affection di media sosial dengan menyalurkan hobinya dalam mengambil gambar dan
kriteria a) remaja usia 13-17 tahun, b) remaja yang berhubungan dengan fotografi dan ingin berekspresi
masih bersekolah, c) remaja yang memiliki dengan bebas. Mereka juga senang dengan respon
pasangan, d) remaja yang aktif menggunakan media yang datang dari pengikutnya, membaca semua
sosial, dan e) remaja yang melakukan perilaku public respon kemudian memiliki kebiasaan untuk
display affection. menghitung jumlah penonton dan pemberi suka
terhadap unggahannya. Selain itu subjek mengatakan
bahwa ia bertujuan untuk menyalurkan hobi,
berekspresi dengan bebas, juga mendapat perasaan
397
Psikoborneo, Vol 7, No 3, 2019: 394-402 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

senang saat adanya respon yang datang dari dengan orang tuanya baik namun subjek mengaku
pengikutnya. Subjek DNA mengatakan bahwa ia jarang bertukar pikiran ataupun menceritakan apa
memiliki kebiasaan mengunggah foto seksi ataupun yang dirasakan kepada orang tua. Dirumah subjek
mesra sedari subjek duduk di sekolah menengah lebih cenderung diam dan hanya mendengar cerita
pertama, karena ia mengikuti beberapa akun media dari ayahnya. Ibu subjek juga jarang mengajak
sosial selebgram dan selebriti sehingga ingin subjek untuk berbicara dari hati ke hati dan
mengikuti apa yang ia lihat. Sedangkan subjek LN melakukan pendekatan setelah subjek memasuki usia
melakukan perilaku Public Display Affection remaja.
berawal dari rasa iseng dan menuruti apa yang Orang tua subjek lebih memilih menghabiskan
pasangannya mau dan suka. Kemudian waktu berdua saat waktu luang dan di akhir pekan
muncul rasa keinginan untuk mendapat daripada bersama anak-anaknya. Subjek DNA dan
komentar dari orang lain ataupun pengikutnya ketika sang kakak pun memiliki hubungan yang kurang
ia mengunggah konten perilaku Public Display dekat. Berdasarkan pernyataan subjek, ia tidak bisa
Affection. terbuka dan memulai pembicaraan dengan
Sejalan dengan perilaku subjek DNA, dapat saudaranya. Berdasarkan pernyataan Ibu subjek,
dihubungkan dengan teori identitas diri dan menurutnya ia merasa anak-anaknya sudah cukup
pembelajaran modeling. Dimana menurut Erikson dewasa sehingga tidak nyaman jika menghabiskan
(1968), bahwa identitas diri merupakan sebuah waktu bersama orang tuanya, ia membebaskan anak-
kondisi psikologis secara keseluruhan yang membuat anaknya untuk mencari hiburan sendiri asalkan ia
individu menerima dirinya, memiliki orientasi dan tahu kemana tujuannya dan bersama siapa anak-
tujuan dalam mengarahkan hidup serta keyakinan anaknya pergi. Selain itu, Ibu subjek ingin melatih
internal dalam mempertimbangkan beberapa hal. anak-anaknya untuk mandiri, dan mampu mengatasi
Kemudian Erikson menyebutkan istilah pencarian berbagai hal sendiri dan belajar.
identitas diri sebagai sebuah upaya untuk Selain itu subjek LN yang selalu mendapat
meneguhkan suatu konsep diri yang bermakna, tanggapan dari teman terdekatnya yang membuat ia
merangkum semua pengalaman berharga di masa terus melakukan perilaku Public Display Affection di
lalu, realitas keyakinan yang terjadi termasuk juga media sosial. Kemudian dampak positif yang
aktivitas yang dilakukan sekarang serta harapan di dirasakan oleh subjek DNA dan LN ialah
masa yang akan datang menjadi sebuah kesatuan bertambahnya pengikut di media sosial masing-
gambaran tentang ‘diri’ yang utuh, masing, dirasakannya senang dan kepuasan, dan juga
berkesinambungan dan unik (dalam Muus, 1996). subjek merasa lebih kuat mental menghadapi
Kemudian pembelajaran modeling yang berbagai macam orang. Sedangkan dampak negatif
dikemukakan oleh Albert Bandura (1999) yang mana yang dirasakan adalah menjadi perbincangan orang-
modeling adalah proses belajar dengan mengamati orang yang mengikuti mereka di media sosial dan
tingkah laku atau perilaku dari orang lain disekitar sering kali menjadi pusat perhatian.
kita. Modeling yang artinya meniru, dengan kata lain
juga merupakan proses pembelajaran dengan melihat Subjek KSM dan RPR (Pasangan 2, 16 Tahun)
dan memperhatikan perilaku orang lain kemudian Subjek KSM dan RPR, subjek telah menjalin
mencontohnya. Hasil dari modeling atau peniruan hubungan selama 10 bulan. Berawal dari subjek
tersebut cenderung menyerupai bahkan sama KSM yang memang gemar mengunggah status dan
perilakunya dengan perilaku orang yang ditiru foto di media sosial, hingga ia bertemu dan menjalin
tersebut. Modeling ini dapat menjadi bagian yang hubungan dengan subjek RPR dan mengetahui
sangat penting dan powerfull pada proses bahwa pasangannya pun menyukai hal tersebut,
pembelajaran. Menurut Bandura terdapat empat subjek KSM kemudian terus mengunggah segala
proses yang terlibat di dalam pembelajaran melalui kegiatan bersama RPR. Ditambah dengan subjek
pendekatan modeling, yaitu perhatian (attention), RPR yang mendukung dan ikut mengunggah nya
pengendapan (retention), reproduksi motorik juga. Subjek memiliki akun snapchat dimana ia
(reproduction), dan penguatan (motivasi). melakukan pengunggahan lebih bebas dan privat
Faktor yang mendorong subjek DNA dan LN dibandingkan dengan akun media sosial lainnya.
untuk melakukan perilaku Public Display Affection Subjek KSM dan RPR memiliki kebiasaan
di media sosial salah satunya adalah kurangnya mengunggah perilaku Public Display Affection
perhatian dari keluarga. Hubungsn subjek DNA berupa foto dan video yang berisikan adegan subjek

398
Psikoborneo, Vol 7, No 3, 2019: 394-402 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

melakukan perjalanan bersama dan bermesraan di leluasa. Selain itu keadaan finansial dari subjek RPR
dalam mobil, berciuman, berpelukan, dan yang mempermudah segala aktifitas mereka, seperti
melontarkan kata-kata mesra satu sama lain yang tersedianya fasilitas yang cukup memadai melebihi
merupakan bentuk perilaku Public Display Affection fasilitas remaja pada umumnya.
verbal. Selain itu subjek juga pernah mengunggah Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
foto mesra bersama yang berlokasi di sebuah kamar, Mashita (2016) yang berjudul “Hubungan
dan mengunggah foto ketika mereka dalam keadaan Possessiveness Dengan Public Display Affection di
setengah telanjang atau dengan pakaian yang Instagram Pada Remaja” mengemukakan bahwa ada
terbuka. Subjek mengaku sering mengunggah hubungan positif antara possessiveness dengan
momen intim bersama pasangan di setiap public display affection di Instagram pada remaja,
kesempatan sedang bersama. Mereka memiliki dimana semakin possessiveness maka semakin sering
waktu tertentu untuk bertemu, dalam waktu tersebut seseorang melakukan perilaku public display
subjek intens mengunggah foto ataupun video yang affection dan sebaliknya semakin rendah
isinya adalah momen kebersamaan mereka berdua possessiveness maka semakin jarang seseorang
yang cukup intim. Subjek mengaku bila bersama melakukan perilaku public display affection.
pasangan, ia dapat mengunggah belasan hingga
puluhan unggahan yang beragam. Subjek NY dan SS (Pasangan 3, 17 Tahun)
Motivasi dan tujuan subjek KSM dan RPR Subjek NY dan SS yang merupakan pasangan
melakukan perilaku Public Display Affection di dengan usia hubungan satu tahun, memiliki
media sosial adalah adanya kebanggaan tersendiri. kebiasaan mengunggah konten perilaku PDA di
Subjek ingin bebas mengekspresikan apa yang ia media sosial dimana dari semua pasangan yang
rasakan melalui hal itu. Subjek merasa ia memiliki menjadi subjek di penelitian ini, adalah pasangan
keberanian mengutarakan kebahagiaannya dikala yang memiliki konten Public Display Affection yang
banyak remaja yang lain juga bandel seperti paling ekstrim. Subjek NY pertama kali melakukan
dengannya tetapi tidak memberanikan diri unggahan konten Public Display Affection sekitar
menunjukkannya. Subjek termasuk remaja yang dua tahun lalu sejak ia memiliki pasangan. Sejak
sangat memikirkan pandangan orang banyak dulu ia memang suka mengambil gambar dirinya
terhadapnya, terlihat dengan sikapnya yang selalu dengan pose seksi namun belum berani untuk
memeriksa komentar unggahannya. Subjek mengaku diunggah di media sosial. Saat ia masuk ke sekolah
ia sangat senang ketika banyak orang menyukai apa menengah atas, dan subjek telah menjalin hubungan
yang ia unggah, itulah awal mula ia sering dengan lawan jenis, subjek mulai berani
mengunggah perilaku Public Display Affection mengunggah foto berdua dan lain sebagainya.
bersama pasangannya. Subjek melakukan Hingga subjek saat ini bersama dengan subjek SS.
pengunggahan konten peri laku Public Display Mereka memiliki selera dan kesenangan yang sama
Affection bersama pasangannya karena subjek RPR mengenai mengunggah foto di media sosial. Subjek
memiliki sifat cenderung posesif terhadap NY mengaku ia dan SS kerap kali mengambil
pasangannya, subjek juga sangat mudah gambar dengan usaha dan modal yang lumayan besar
menunjukkan perasaannya secara langsung kepada agar mendapat hasil yang bagus, sehingga mereka
pasangannya walaupun didepan umum. Pasangan merasakan kepuasan tersendiri saat mengunggah foto
subjek terlihat memiliki rasa memiliki yang bersama.
berlebihan dan rasa bangga akan pasanganya, Perilaku Public Display Affection yang kerap
sehingga ia terus ingin mengunggah segala momen kali diunggah subjek NY dan SS adalah berciuman,
saat bersama. berpelukan, jejak rekam percakapan mesra, foto
Faktor yang mendorong subjek KSM dan RPR bersama di kamar hotel, foto mesra di club malam,
untuk melakukan perilaku Public Display Affection foto mengenakan pakaian terbuka dan merekam
di media sosial adalah diberikannya kepercayaan video menari seksi. Aspek perilaku positif yang
yang besar kepada mereka dari orang tua KSM. terdapat pada subjek NY dan SS adalah pembawaan
Subjek KSMsendiri mengaku jika orang tuanya subjek yang unik, ia tegas, memiliki jiwa pemimpin,
selalu mengijinkan ia pergi kemana saja dengan tahu harus melakukan apa dan sangat optimis dengan
syarat bersama RPR. Subjek pun memilih untuk apa yang ia inginkan. Subjek NY menggunakan
menghabiskan waktu sendiri dikamar atau pergi media sosial selain untuk hiburan adalah untuk
bersama pasangan dan teman-temannya dengan mencari nafkah atau penghasilan. Selain itu, subjek

399
Psikoborneo, Vol 7, No 3, 2019: 394-402 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

mengaku beberapa unggahannya termasuk kategori KESIMPULAN DAN SARAN


ekstrim karena beberapa temannya mengakui hal Kesimpulan
tersebut dan menyampaikan kepada subjek langsung. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka
Motivasi dan tujuan subjek melakukan kesimpulan dari penelitian ini ialah:
perilaku Public Display Affection adalah ingin 1. Subjek DNA, melakukan perilaku public display
mempunyai lebih banyak pengikut di media sosial, affection berupa berciuman, bersentuhan,
agar memiliki ketenaran dan mendapatkan banyak bersandar satu sama lain, bergandengan tangan,
tawaran endorsement, karena itu subjek harus berpelukan, mengambil gambar mesra di tempat
membuat konten video menari seksi agar mendapat umum, dan mengambil gambar dirinya
penonton yang banyak dan mendapat penghasilan mengenakan pakaian terbuka. Motivasi subjek
dari video tersebut, selain itu subjek mengakui melakukan perilaku public display affection
bahwa ia menginginkan bertambahnya pengikut, adalah karena ingin merasa bebas, mendapat
harapan akan popularitas dan merasakan kepuasan respon dari orang lain dan merasa bahagia setelah
dan senang karena dapat dengan bebas mengunggah mengunggah perilaku public display affection
apapun yang ia inginkan, mengharapkan pujian dan seperti yang ia lihat di berbagai media sosial.
respon yang sesuai dengan keinginannya, ingin Faktor yang mendukung subjek yakni adanya
pengikutnya mengetahui segala yang dilakukannya, dukungan dari pasangan, menerima pujian yang
dan memiliki konten yang bagus berkualitas karena langsung diutarakan kepada subjek dan adanya
subjek gemar hunting foto bersama pasangan. kebebasan dari orang tua.
Faktor yang mendukung subjek melakukan 2. Subjek KSM melakukan perilaku public display
perilaku Public Display Affection adalah sikap orang affection berupa berciuman, berpelukan,
tua subjek yang kurang peduli dengan apa yang mengambil gambar dengan pose mesra di sebuah
dilakukan anaknya. Selain itu, alasan subjek SS ialah kamar, mengambil gambar setengah telanjang
karena ia merasa adanya kesamaan hobi dengan bersama. Motivasi subjek melakukan perilaku
pasangan, adanya dukungan moril dari teman-teman public display affection adalah karena ingin
kelompoknya, dan pengaruh tidak ada pengawasan memperlihatkan segala yang ia lakukan dengan
dan perhatian yang cukup dari keluarga. Subjek SS harapan banyaknya respon yang didapatkan
mendapatkan bahwa media sosial adalah tempat sehingga ia merasa bahagia dan merasakan
yang tepat untuk menyalurkan hobi, mendapatkan kepuasan. Faktor yang mendorong subjek ialah
pengikut yang banyak, mendapatkan konten yang dukungan dari pasangan yang juga memiliki sifat
bagus dan berkualitas untuk diunggah di media romantic dan ekspresif di media sosial, dan
sosialnya serta subjek mengaku ikut mendapatkan adanya kepercayaan dari keluarga yang disalah
keuntungan dari penghasilan yang didapat subjek gunakan.
NY, dimana SS selalu ikut serta dalam hunting foto 3. Subjek NY melakukan perilaku PDA berupa
yang dilakukan NY diberbagai tempat dan daerah. berciuman, berpelukan, jejak rekam percakapan
Teori selanjutnya yang mendukung motivasi mesra, mengambil gambar di kamar hotel,
subjek dalam melakukan perilaku Public Display mengambil gambar ataupun rekaman di club
Affection di media sosial adalah tentang kepuasan malam, membuat video menari seksi dan
hidup, dimana menurut Diener, Emmons, Larsen, & mengambil gambar diri dengan mengenakan
Griffen, 2006, berdasarkan pendekatan kognitif, pakaian terbuka. Motivasi subjek melakukan
kepuasan hidup merupakan penilaian secara kognitif perilaku public display affection karena
dimana seseorang membandingkan keadaannya saat menginginkan pengikut yang banyak sehingga
ini dengan keadaan yang dianggapnya sebagai mendapat ketenaran dan dapat menjadikan media
standard ideal. Semakin kecil perbedaan yang sosial tempat menghasilkan uang, selain itu
dirasakan yaitu antara apa yang diharapkan dengan subjek dapat menyalurkan kegemarannya foto dan
apa yang dicapai oleh individu maka semakin besar juga menunjukkan kebebasan berekspresinya.
kepuasan hidup seseorang (Diener dkk, dalam Faktor yang mendukung subjek antara lain adalah
Nasution, 2012). pasangan yang mendukung dan kesamaan hobi
dengan pasangan, dukungan dari teman-teman
kelompok dan keadaan keluarga subjek yang
tidak peduli sehingga subjek bebas melakukan
sesuatu diluar pengawasan orang tua.
400
Psikoborneo, Vol 7, No 3, 2019: 394-402 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

4. Subjek LN melakukan perilaku public display kemudian lebih bijak menggunakan media sosial
affection berupa berciuman, bersentuhan, dan mengontrol diri untuk tidak lagi mengunggah
bersandar satu sama lain, bergandengan tangan, konten perilaku public display affection yang
berpelukan, dan mengambil gambar mesra di mana hal tersebut merupakan perilaku yang tidak
tempat umum. Subjek melakukan perilaku public sesuai dengan norma yang ada di masyarakat kita.
display affection karena ingin diakui denga Perilaku public display affection merupakan
menunjukkan segala aktifitas yang dilakukan perilaku negatif yang dapat merugikan masa
dengan pasangannya. Faktor yang mendukung depan remaja karena adanya bukti jejak rekam
perilaku subjek ialah memiliki sifat kompetitif secara online, dan hal tersebut akan selalu ada.
diantara teman sekelompoknya, senang mendapat Remaja disarankan untuk lebih mengikuti
pujian, memiliki perencanaan yang apik dalam berbagai kegiatan positif, seperti mengikuti
melakukan suatu hal, dan mendukung kegemaran kegiatan ekstra kulikuler, bergabung ke dalam
pasangannya. komunitas yang positif, dan lain sebagainya.
5. Subjek RPM melakukan perilaku public display 2. Bagi remaja secara umum, diharapkan untuk tidak
affection berupa berciuman, berpelukan, ikut mencoba melakukan perilaku public display
mengambil gambar dengan pose mesra di sebuah affection dikarenakan adanya undangundang yang
kamar, mengambil gambar setengah telanjang mengatur segala aktifitas kita di dunia maya. Juga
bersama. Motivasi subjek melakukan perilaku diharapkan untuk banyak mengikuti seminar atau
public display affection adalah karena ia Psikoedukasi tentang aturan dan penggunaan
menyenangkan pasangannya, ingin menunjukkan media sosial yang bijak.
rasa cintanya terhadap pasangan kepada banyak 3. Bagi keluarga subjek, diharapkan untuk lebih
orang. Faktor yang mendukung subjek melakukan menaruh rasa peduli, ikut andil dalam segala
perilaku public display affection adalah memiliki kegiatan yang dilakukan subjek, membuat
kebebasan, memiliki keinginan yang kuat atau aturanaturan yang dapat membuat subjek lebih
sifat keras kepala, dan memiliki fasilitas yang mengontrol diri dan merasa nyaman berada
sangat memadai bahkan lebih dari remaja dirumah, dan melakukan pendekatan dan
seusianya. dukungan positif secara perlahan agar subjek
6. Subjek SS melakukan perilaku public display dapat menerima dengan yakin jika mereka dapat
affection berupa berciuman, berpelukan, jejak menjadi lebih baik lagi kedepannya.
rekam percakapan mesra, mengambil gambar di 4. Bagi Sekolah, diharapkan seminar mengenai
kamar hotel, mengambil gambar ataupun rekaman penggunaan media sosial yang bijak, sebab-akibat
di club malam, membuat video menari seksi kenakalan remaja dan tentang public display
bersama pasangannya. Motivasi subjek affection.
melakukan perilaku public display affection 5. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberi
karena ia mengharapkan adanya pujian dan bantuan dan dukungan untuk para remaja yang
perhatian dari pengikutnya juga menginginkan melakukan perilaku public display affection, agar
pengakuan dengan mengunggah konten yang mereka mampu berubah menjadi remaja yang
menurutnya bagus berkualitas. Faktor yang lebih baik dan tidak melakukannya lagi, dengan
mendukung subjek antara lain memiliki hobi yang adanya kontrol masyarakat yang lebih, dan tidak
sama dengan pasangan, adanya dukungan moril menyudutkan remaja pelaku public display
dari teman sekelompok dan pengaruh keluarga affection agar tidak merasa dikucilkan.
yang kurang memperhatikan. 6. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
membahas mengenai motivasi perilaku public
Saran display affection, diharapkan dapat lebih berfokus
Berdasarkan hasil penelitian yang telah pada para remaja yang memiliki motivasi perilaku
dikemukakan di atas, maka saran yang dapat peneliti kenakalan remaja, remaja dengan kebingungan
berikan adalah sebagai berikut: identitas diri dan perilaku public display affection.
1. Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti
menyarankan beberapa hal sebagai berikut: Bagi DAFTAR PUSTAKA
remaja pelaku public display affection, Berns, R. (2004). Child, Family, School
diharapkan untuk tidak melakukan ataupun Socialization and Support 7thed. Forth Worth:
,mengurangi perilaku public display affection, Hartcourt Brace.
401
Psikoborneo, Vol 7, No 3, 2019: 394-402 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Conger, J. (1997). Adolescence and Youth. New Sutrisno, E. (2013). Manajemen Sumber Daya
York : Harper and Row Publisher Inc. Manusia. Jakarta: Kencana.
Hurlock, B. (1973). Adolescent Development. Tokyo Thoha, M. (2004). Perilaku Organisasi: Konsep
: Mc Graw : Hill Kogakusha Ltd. Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo
Mashita. (2016). Hubungan Possessiveness Dengan Persada.
Public Displayy Affection di Instagram Pada Vaquera, E., & Kao, G. (2005). Couples Private and
Remaja. (skripsi). Medan: Universitas Medan Public Displays of Affection Among
Area. Interracial and Intra-Racial Adolescent
Muus, R. (1996). Theory Of Adolescence. New Couples. Social Science Quarterly. 86(2), 484–
York: McGraw-Hill. 508.
Nasution. (2012). Hubungan Antara Virtue Dengan Yusuf. S. (2007). Psikologi Perkembangan Anak.
Kepuasan Hidup Pada Etnis Tionghoa Di Kota Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Medan (skripsi). Medan: Universitas Sumatera Zainun, B. (2007). Manajemen dan Motivasi.
Utara. Jakarta: Bumi Aksara.
Zimmerman, B. J. (2001). Self-Efficacy: An
Robbin, P. S. (2003). Perilaku Organisasi, Alih Essential Motive to Learn. Contemporary
Bahasa, Tim Indeks. Jakarta: Gramedia. Educational Psychology. 25, 82-91.

402

Anda mungkin juga menyukai