Anda di halaman 1dari 8

Acta Psychologia, Volume 2 Nomor 1, 2020, Halaman 153-160

Acta Psychologia
Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/acta-psychologia

Hubungan Kecanduan Sosial Media dengan Kesepian pada Mahasiswa


Habibah Miftahurrahmah, Farida Harahap
Program Studi Psikologi, Universitas Negeri Yogyakarta; Jl. Colombo No. 1 Sleman Yogyakarta,
55281
habibah.miftahurrahmah2016@student.uny.ac.id

Abstrak
Penggunaan sosial media dapat digolongkan sebagai kecanduan apabila sampai mengganggu kemampuan fungsional
individu. Peningkatan kecanduan sosial media terkait dengan peningkatan kesepian. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan hubungan antara kecanduan sosial media dengan kesepian pada mahasiswa. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasional. Sampel dalam penelitian ini merupakan 110
mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dan dilakukan dengan metode purposive sampling. Instrumen yang
digunakan adalah alat ukur mengenai kecanduan sosial media dan kesepian yang telah melalui proses uji validitas
dan reliabilitas. Instrumen tersebut kemudian disebar dengan metode kuesioner online dan diskor dengan
menggunakan skala Likert. Analisis data dilakukan dengan Pearson product moment. Sebagian besar responden
mengalami kecanduan sosial media dan kesepian pada taraf sedang. Terdapat hubungan signifikan antara kecanduan
sosmed dengan kesepian (p = 0,306). WhatsApp menjadi sosial media yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa
(90%).
Kata Kunci: kecanduan sosial media, kesepian, mahasiswa

Abstract
Social media use could be classified as addiction if interfered with individual’s functional abilities. Social media
addiction’s increase related with loneliness’ increase. This research aimed to describe correlation between social
media addiction and loneliness among college students. The approach used in this research was quantitative
correlational. Sample used in this study were 110 Yogyakarta State University students and was carried out by
purposive sampling method. The instruments used were social media addiction and loneliness scale which have
been tested for the validity and reliability. The instruments were distributed by online questionnaire and scored using
a Likert scale. Data analysis was performed by using Pearson product moment. Most of the respondents experienced
moderate social media addiction and loneliness. There was a significant relationship between social media addiction
and loneliness (p = 0.306). WhatsApp was the most used social media by students (90%).

Keywords: social media addiction, loneliness, college student

Pendahuluan yakni selama 3 jam 26 menit per hari


(Kemp, 2020). Hal ini menunjukkan bahwa
Sosial media sudah menjadi bagian penggunaan sosial media masyarakat di
yang tak terpisahkan dari masyarakat Indonesia jauh di atas rata-rata penggunaan
modern ini. Survei menunjukkan total sosial media secara global, yakni selama 2
pengguna sosial media hingga awal tahun jam 24 menit atau sekitar 144 menit per
2020 mencapai 3,8 miliar orang (Kemp, harinya.
2020) dan umumnya didominasi oleh Meningkatnya penggunaan sosial
individu berusia 18 hingga 29 tahun (Perrin media berarti jumlah waktu yang digunakan
& Anderson, 2019). Indonesia menduduki untuk menggunakan sosial media juga akan
peringkat ketiga negara dengan durasi bertambah. Perilaku mengecek sosial media
penggunaan sosial media tertinggi di dunia, secara berulang ini didasari oleh fear of
Copyright © 2020, Acta Psychologia - 153
missing out (FoMO), yaitu kekhawatiran 1). Aspek yang terdapat pada kesepian
apabila melewatkan suatu informasi atau meliputi sosial dan emosional (Perlman &
hal yang dibagikan oleh orang lain (Dhir, et Peplau, 1984: 17). Faktor yang
al, 2018: 143). Individu menjadi terikat mempengaruhi kesepian diantaranya adalah
dengan ponsel untuk menghindari perasaan ketidakmampuan personal, permasalahan
terasing dari orang lain dan agar tidak di masa perkembangan, tidak terpenuhinya
tertinggal hal-hal terbaru di sosial media. kebutuhan akan hubungan akrab, pindah ke
Tak jarang, individu menemukan tempat baru atau perpisahan, dan
pembaruan yang tidak dikehendaki dan marginalitas sosial (Rokach, 2019: 124).
memicu perasaan terisolasi. Sebagai Terdapat beberapa ahli di luar
contoh, apabila seseorang melihat negeri yang meneliti keterkaitan antara
temannya membagikan foto sedang kecanduan sosial media dengan kesepian.
mengadakan acara atau berkumpul dan Terdapat korelasi antara penggunaan
tidak mengajak orang tersebut maka akan Facebook dengan kesepian. Rasa malu dan
timbul perasaan dikucilkan. Perasan dukungan sosial yang rendah memprediksi
terisolasi dan dikucilkan inilah yang umum munculnya kesepian yang mendorong
disebut sebagai kesepian. penggunaan Facebook sebagai kompensasi
Dari penjabaran tersebut, atas kemampuan sosial mereka yang kurang
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (Song, et al., 2014: 450). Kesepian akan
hubungan antara kecanduan sosial media meningkat sejalan dengan penggunaan
dengan kesepian yang dialami mahasiswa. sosial media. Individu yang kurang
Manfaat yang dapat diperoleh dari memiliki kontrol terhadap impulsnya akan
penelitian ini adalah sebagai sumber cenderung menggunakan sosial media
informasi tentang kecanduan sosial media secara berlebihan (Savci & Aysan, 2016:
dan kesepian serta sebagai dasar melakukan 112). Pada individu yang menggunakan
intervensi pada masalah perilaku, terutama sosial media selama lebih dari 120 menit per
kecanduan sosial media. hari, mereka mengalami isolasi sosial dua
Kecanduan sosial media kali lebih besar dibanding individu yang
didefinisikan sebagai ketergantungan menggunakan sosial media selama kurang
seseorang terhadap sosial media dan dari 60 menit per harinya (Primack, 2017:
munculnya perasaan tidak menyenangkan 5). Penelitian lain menunjukkan bahwa
apabila tidak bisa menggunakan sosial pada individu yang mengalami kesepian,
media tersebut (Longstreet & Brooks, motivasi menggunakan sosial media seperti
2017: 74). Kecanduan ini merupakan Facebook akan meningkat untuk
bagian dari kecanduan internet. Aspek- memenuhi kebutuhan interaksinya (Guo,
aspek yang meliputi terdiri dari gejala 2018: 57). Untuk penelitian yang dilakukan
penarikan, kehilangan kendali, preokupasi, di Indonesia, baru meneliti hubungan
konflik, dan coping (Meerkerk, et al, 2009: 2). antara kecanduan internet dengan kesepian
Sementara faktor yang mempengaruhi pada mahasiswa (Oktapiani, 2019: 7).
kecanduan sosial media yakni konten, Hasilnya, sebagian besar subjek mengalami
ketersediaan dan akses, penghargaan, kecanduan internet dan kesepian pada taraf
sosial, dan generasi digital (Greenfield, sedang. Kesepian memiliki pengaruh
2010: 140). sebesar 21,1% pada kecanduan internet,
Kesepian merupakan pengalaman sementara selebihnya dipengaruhi oleh
tak menyenangkan yang bersifat subjektif faktor lain.
dan dialami seseorang ketika harapan Dari beberapa riset terdahulu yang
mereka mengenai suatu hubungan telah dilakukan, penelitian ini mencoba
interpersonal tidak sebanding dengan apa mendeskripsikan korelasi antara kecanduan
yang keyataannya dialami (Perlman, 2019: sosial media dan kesepian pada kelompok

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 154


mahasiswa serta mendeskripsikan tingkat (selalu). Terdapat beberapa butir dalam
kecanduan dan kesepian berdasarkan skala kesepian yang bersifat unfavorable,
aspek-aspeknya. Untuk kerangka berpikir sehingga untuk penilaiannya dibalik dengan
penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut. rentang skor 1 (selalu) hingga 5 (tidak
pernah).
Data yang diperoleh dari penelitian
ini tergolong dalam data ordinal. Instrumen
yang digunakan merupakan hasil modifikasi
dari instrumen compulsive internet use
scale (Meerkerk, et al, 2009: 3) serta Revised
UCLA Loneliness Scale (Russell, Peplau, &
Cutrona, 1980: 475). Data diperoleh dari
Gambar 1. Kerangka Berpikir responden melalui instrumen kecanduan
sosial media dan kesepian yang disebar
Hipotesis (Ha) yang dijukan pada secara online.
penelitian ini adalah ada korelasi positif Penelitian ini menggunakan analisis
antara kecanduan sosial media dengan deskriptif untuk memberikan gambaran
kesepian. mengenai data dari variabel yang didapatkan
dari kelompok subjek penelitian (Azwar,
Metode Penelitian 2018). Data yang diperoleh masih berupa
data ordinal, maka harus diubah ke data
Penelitian ini menggunakan interval agar memudahkan untuk disajikan
pendekatan kuantitatif korelasi, karena dalam beberapa kategori.
penelitian ini berfokus pada hubungan dari Uji prasyarat analisis diperlukan
kedua variabel tersebut. sebelum ke tahap analisis data untuk
Penelitian ini dilaksanakan di Kota menguji hipotesis. Uji ini meliputi:
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. 1. Uji normalitas. Dilakukan untuk
Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Juli mengetahui distribusi data yang
hingga Agustus tahun 2020. diperoleh. Dalam penelitian ini, uji
Populasi dalam penelitian ini adalah normalitas dilakukan dengan bantuan
individu dewasa awal yang berusia antara 18 program SPSS 25 menggunakan
hingga 25 tahun. Teknik pengambilan Formula Kolmogorov-Smirnov.
sampel yang digunakan merupakan purposive 2. Uji linearitas data. Dilakukan untuk
sampling, yaitu berdasarkan tujuan yang telah memastikan bahwa kedua variabel
ditetapkan sebelumnya. Kriteria sampel memiliki hubungan yang searah. Dalam
dalam penelitian ini adalah mahasiswa penelitian ini, uji linearitas dara
Universitas Negeri Yogyakarta yang berusia dilakukan dengan menggunakan SPSS
antara 18 hingga 25 tahun dan memiliki 25 dengan kriteria apabila kedua
setidaknya satu akun sosial media yang aktif variabel memiliki nilai > 0,05 maka
digunakan. dapat dikatakan linear.

Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Untuk melakukan uji hipotesis,


Data penelitian ini menggunakan persamaan
Teknik pengumpulan data yang korelasi product moment dari Pearson
digunakan adalah dengan menggunakan dengan bantuan program SPSS 25.
skala Likert pada masing-masing instrumen. Kekuatan hubungan kedua variabel
Pengukuran kecanduan sosial media dinyatakan oleh besaran angka 0 hingga 1
menggunakan lima pilihan jawaban dengan dan arah hubungan yang dinyatakan dalam
rentang skor 1 (tidak pernah) hingga 5 tanda positif maupun negatif (Azwar, 2018:

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 155


205). Koefisien korelasi yang bersifat positif responden menggunakan sosial media
mengindikasikan hubungan searah antara selama lebih dari 3 jam dalam sehari
kedua variabel, sementara korelasi yang (77,3%). Selebihnya, responden
sifatnya negatif menandakan bahwa menggunakan sosmed kurang dari 3 jam
hubungan yang berlawanan arah. setiap harinya.

Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 3. Jenis Sosmed yang Digunakan

Responden dalam penelitian ini Jenis Sosmed Jumlah Persentase


merupakan mahasiswa Universitas Negeri WhatsApp 99 90%
Yogyakarta yang berusia antara 18 hingga
25 tahun sebanyak 110 orang. Mayoritas Instagram 89 80,9%
responden adalah wanita (75,5%). Untuk YouTube 78 70,9%
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel Twitter 65 59,1%
berikut. Line 34 30,9%
Facebook 24 21,8%
Tabel 1. Persebaran Usia Responden
Dari tabel tersebut diketahui
Usia Jumlah Persentase bahwa WhatsApp menjad sosial media
18 6 5,5% yang paling banyak digunakan (90%),
19 6 5,5% kemudian diikuti Instagram (80,9%),
20 20 18,2% YouTube (70,9%), Twitter (59,1%), Line
21 42 38,2% (30,9%), dan terakhir Facebook (21,8%).
22 22 20%
Kategorisasi Variabel
23 8 7,3%
Untuk kategorisasi tingkat
24 3 2,7% kecanduan sosial media dan kesepian
25 3 2,7% dikelompokkan berdasar aspek-aspeknya.
Total 110 100% Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik-
grafik berikut.
Dari tabel tersebut, dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden berusia 21
tahun (38,2%), diikuti kelompok usia 22
tahun (20%) dan 20 tahun (18,2%). Rata-
rata usia responden adalah 21,08.

Tabel 2. Durasi Penggunaan Sosmed per


Hari

Durasi Jumlah Persentase


Gambar 2. Tingkat Kecanduan Sosial
Kurang dari 1 jam 1 0,9%
Media
1 hingga 2 jam 5 4,5%
2 hingga 3 jam 19 17,3% Grafik pertama menunjukkan
Lebih dari 3 jam 85 77,3% tingkat kecanduan sosial media responden
Total 110 100% ditinjau dari aspek-aspeknya. Hasilnya,
sebagian besar responden menunjukkan
Dari tabel tersebut, dapat tingkat sedang pada aspek hilang kendali
diperoleh informasi bahwa mayoritas (73,6%), preokupasi (62,7%), gejala

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 156


penarikan (58,2%), dan konflik (65,5%). Uji Hipotesis
Pada aspek coping, mayoritas responden Hipotesis pada penelitian ini adalah ada
berada pada taraf tinggi (52,7%). Apabila korelasi positif antara kecanduan sosial
ditinjau secara keseluruhan dengan media dengan kesepian. Untuk menjawab
menggabungkan kelima aspek tersebut, hipotesis tersebut, maka dilakukan analisis
sebagian besar responden mengalami korelasi Product Moment Pearson dengan
kecanduan di tingkat sedang (62,7%). bantuan program SPSS 25. Hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Korelasi Product Moment


Pearson

Gambar 3. Tingkat Kesepian

Grafik berikutnya menunjukkan


**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
tingkat kesepian ditinjau dari aspek-
aspeknya. Hasilnya, sebagian besar
Berdasarkan tabel tersebut,
responden berada di taraf rendah pada
diperoleh nilai korelasi (p) sebesar 0,306
aspek sosial (50,9%). sementara pada aspek
dengan nilai signifikansi (Sig. 2-tailed)
emosional sebagian besar responden berada
sebesar 0,001. Dapat disimpulkan bahwa
di taraf sedang (68,2%). Apabila ditinjau
terdapat korelasi yang signifikan antara
secara keseluruhan dengan menggabungkan
kedua variabel dan bernilai positif, yakni
kedua aspek tersebut, maka diperoleh
apabila kecanduan sosial media meningkat
temuan bahwa sebagian besar responden
maka kesepian juga akan mengalami
mengalami kesepian pada taraf sedang
kenaikan dan berlaku pula sebaliknya.
(68,2%).
Hubungan antara kedua variabel yang
bernilai 0,306 menunjukkan bahwa tingkat
Uji Prasyarat Analisis korelasinya berada di taraf rendah.
Uji normalitas yang dilakukan pada Berdasarkan deskripsi hasil
data yang telah diperoleh menunjukkan nilai penelitian, dapat dikatakan bahwa terdapat
signifikansi sebesar 0,002 (sig < 0,05). Hal korelasi yang signifikan antara kecanduan
ini menandakan bahwa distribusi data sosial media dengan kesepian pada
tergolong tidak Kurva pada analisis uji mahasiswa dalam taraf yang rendah.
residu menunjukkan puncak dari kurva Hubungan antara kecanduan sosial media
tersebut condong ke arah kiri. dengan kesepian bernilai positif, yang
Uji linearitas yang dilakukan pada artinya semakin tinggi tingkat kecanduan
data yang telah diperoleh menunjukkan nilai sosial media seseorang maka kesepian juga
0,389 (sig 0,05). Maka, dapat disimpulkan akan meningkat. Hal yang sama juga berlaku
bahwa kedua variabel tersebut memiliki apabila kesepian meningkat maka
hubungan yang linear, sehingga dapat kecanduan sosial media juga mengalami
dilakukan uji korelasi kenaikan. Nilai korelasi sebesar 0,306
artinya tingkat korelasi dari kecanduan

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 157


sosial media dengan kesepian tergolong kewajiban dan orang lain karena
rendah. menggunakan sosial media. Terakhir, pada
Penelitian mengenai kecanduan aspek coping sebagian besar responden
sosial media dan kesepian ini memiliki menggunakan sosial media sebagai cara
korelasi yang rendah dikarenakan adanya mengatasi masalah dan untuk menghibur
beberapa hal. Data mengenai tingkat diri. Penggunaan sosial media sebagai
kecanduan sosial media maupun kesepian bentuk mengatasi masalah yang dialami
pada mahasiswa keduanya berada pada sejalan dengan hasil penelitian terdahulu
kategori sedang. Ini menunjukkan bahwa (Song, et al, 2014: 450; Guo, 2018: 57). Hal
mahasiswa tidak mengalami kecanduan ini menunjukkan bahwa meskipun
sosial media maupun kesepian dalam taraf penggunaan sosial media yang dilakukan
yang cukup serius, sehingga korelasi antara mahasiswa sebagian besar tergolong dalam
kedua variabel tersebut tergolong rendah. kategori yang wajar, mereka juga tetap
Hasil analisis deskriptif mengenai mengalami resiko apabila perilaku tersebut
kecanduan sosial media menunjukkan terus berulang dan menimbulkan
bahwa sebagian besar responden berada permasalahan lain.
dalam kategori sedang (62,7%). Meskipun Perilaku penggunaan sosial media
mayoritas berada di taraf sedang, perlu ini disebabkan oleh beberapa hal
diperhatikan bahwa terdapat beberapa berdasarkan teori mengenai kecanduan
responden yang mengalami kecanduan sosial media. Faktor pertama yaitu konten
sosial media di taraf tinggi (34,5%). Hal ini yang ada di dalam sosial media (Greenfield,
perlu menjadi perhatian karena ternyata 2010: 140). Konten sangat berpengaruh
penggunaan sosial media pada mahasiswa pada minat dan ketertarikan seseorang
telah mencapai tingkat kecanduan. Baik untuk mengakses sosial media, umumnya
responden yang mengalami kecanduan di orang akan menggunakan sosial media lebih
taraf sedang maupun tinggi memiliki resiko lama ketika menemukan konten yang
sebagai akibat dari penggunaan sosial media menarik dan menghibur. Sebaliknya, ketika
yang berlebihan. menemukan konten yang tidak dikehendaki
Apabila ditinjau dari aspek-aspek maka pengguna sosial media akan merasa
kecanduan sosial media, sebagian besar kesal dan tidak senang. Sebagai contoh,
responden berada pada taraf sedang pada apabila individu melihat temannya
aspek hilang kendali (73,6%), preokupasi membagikan foto sedang mengadakan
(62,7%), gejala penarikan (58,2%), dan acara atau berkumpul dan tidak mengajak
konflik (65,5%). Sementara pada aspek orang tersebut maka akan timbul perasaan
coping mayoritas responden berada pada dikucilkan.
kategori yang tinggi (52,7%). Faktor kedua yaitu faktor sosial
Pada aspek hilang kendali, sebagian (Greenfield, 2010: 146). Fungsi dari sosial
responden tidak dapat mengontrol media selain untuk menghubungkan antar
penggunaan sosial media dan merasakan individu adalah membangun isolasi sosial.
dorongan untuk terus menggunakan sosial Meskipun kedua fungsi tersebut bertolak
media. Pada aspek preokupasi, sebagian belakang, namun tak dapat dipungkiri
responden lebih memilih untuk bahwa banyak orang yang merasa
menggunakan sosial media dibanding terhubung dengan mereka yang jauh dan
kegiatan lainnya dan memikirkan sosial merasa terpisah dari orang-orang yang dekat
media mereka. Pada aspek gejala penarikan, secara fisik ketika menggunakan sosial
responden merasakan perasaan tak nyaman media. Faktor utama dari munculnya
dan berbagai emosi negatif ketika tidak bisa gangguan kecanduan sosial media adalah
menggunakan sosial medianya. Pada aspek keinginan alami manusia untuk terhubung
konflik, sebagian responden mengabaikan secara sosial. Ketika tidak dapat bertemu

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 158


secara langsung, keberadaan sosial media perasaan kesepian yang terus ada meskipun
sanggup memenuhi kebutuhan untuk sudah menjalin komunikasi dengan orang
terhubung dengan orang lain. Penggunaan lain melalui sosial media.
sosial media dapat dikategorikan sebagai Jenis sosial media yang paling sering
kecanduan apabila sampai mengganggu digunakan oleh mahasiswa adalah
relasi dengan orang lain, penurunan WhatsApp (90%). Temuan dari penelitian
kemampuan fungsional, dan konsekuensi lain menunjukkan bahwa WhatsApp dinilai
negatif lainnya. lebih memudahkan penggunanya untuk
Hasil analisis deskriptif mengenai menjalin komunikasi yang lebih intens dan
kesepian menunjukkan bahwa sebagian intim, sementara Facebook lebih sering
besar responden mengalami kesepian pada digunakan untuk mencari informasi
kategori sedang (68,2%). Ditinjau dari (Karapanos, Teixeira, & Gouveia, 2016:
aspek-aspeknya, pada aspek emosional 895).
sebagian besar responden megalami
kesepian pada taraf rendah (50,9%) dan Simpulan dan Saran
pada aspek sosial menunjukkan taraf sedang
(68,2%). Pada aspek pertama yaitu Berdasarkan pembahasan tersebut,
emosional, meskipun didominasi maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
responden dengan tingkat kesepian rendah terdapat hubungan yang signifikan antara
yakni 50,9%, jumlah responden yang kecanduan sosial media dan kesepian pada
mengalami kesepian pada taraf sedang mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta.
sebesar 48,2% menunjukkan bahwa Korelasi kedua variabel tersebut bertanda
kesepian emosional dapat membuat para positif, yang menunjukkan hubungan yang
responden mengalami emosi negatif dan searah. Apabila kecanduan sosial media
menilai bahwa mereka tidak menyenangkan. meningkat maka kesepian juga akan
Pada aspek sosial, sebagian besar responden mengalami kenaikan, berlaku juga
menyatakan bahwa tidak ada orang yang sebaliknya.
dekat dengan mereka dan merasa tidak Saran bagi masyarakat, diharapkan
cocok dengan orang lain. mampu memperhatikan penggunaan sosial
Salah satu faktor yang berperan media agar tidak berlebihan dan sampai
dalam munculnya rasa kesepian dalam mengalami kecanduan sosial media.
penelitian ini dapat dijabarkan berdasarkan Masyarakat dapat memahami bahwa
teori kesepian (Rokach, 2019: 123). Faktor kesepian juga dipicu dari penggunaan sosial
tersebut yakni tidak terpenuhinya media yang meningkat, sehingga perlu
kebutuhan akan hubungan akrab. Kesepian menumbuhkan kesadaran dan regulasi diri
muncul sebagai akibat dari kurangnya terhadap penggunaan sosial media.
kontak sosial. Ketika seseorang tidak dapat
menjalin relasi secara langsung dengan Daftar Pustaka
orang lain, mereka akan mencari cara lain
untuk menemukan suatu hubungan Azwar, S. (2018). Metode Penelitian Psikologi
pertemanan. Sosial media menjadi salah (edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
satu cara yang digunakan oleh orang-orang
Dhir, A., Yossatorn, Y., Kaur, P., et al.
untuk memenuhi kebutuhan sosialnya
(2018). Online social media fatigue
secara virtual. Meskipun mereka telah
and psychological wellbeing—A
menjalin kedekatan atau intimasi dengan
study of compulsive use, fear of
teman di dunia maya, kualitas hubungan
missing out, fatigue, anxiety and
yang terjalin di sosial media lebih rendah
depression. International Journal of
dibanding hubungan yang terjalin secara Information Management, 40 (13), 141-
langsung. Hal inilah yang menyebabkan 152.

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 159


Greenfield, D. (2010). The Addictive Preventing the Harmful Consequences
Properties of Internet Usage. Dalam of Severe and Persistent Loneliness.
K. S. Young, & C. N. Abreu, Internet Maryland: National Institute of
Addiction: A Handbook and Guide to Mental Health.
Evaluation and Treatment. New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc Perrin, A., & Anderson, M. (2019). Share of
U.S. adults using social media, including
Guo, H. (2018). Linking Loneliness and Use of Facebook, is mostly unchanged since 2018.
Social Media. Tesis Master, tidak Diakses pada 8 September 2020
diterbitkan, University of Helsinki, dari www.pewinternet.org
Helsinki, Finland.
Primack, B. A., Shensa, A., Sidani, J. E., et
Karapanos, E., Teixeira, P., & Gouveia, R. al. (2017). Social Media Use and
(2016). Need fulfillment and Perceived Social Isolation among
experiences on social media: A case Young Adults in the US. American
on Facebook and WhatsApp. Journal of Preventive Medicine, 53(1), 1-8.
Computers in Human Behavior, 55 (30),
888-897 Rokach, A. (2019). The Psychological Journey To
and From Loneliness: Development,
Kemp, S. (2020). Digital 2020: 3.8 Billion Causes, and Effects of Social and
People Use Social Media. Diakses pada 8 Emotional Isolation (1st ed.). San Diego:
September 2020 dari Elsevier Science Publishing.
www.wearesocial.com
Russell, D., Peplau, L. A., & Cutrona, C. E.
Longstreet, P., & Brooks, S. (2017). Life (1980). The Revised UCLA
satisfaction: A key to managing Loneliness Scale: Concurrent and
internet & social media addiction. Discriminant Validity Evidence.
Technology in Society, 50 (9), 73-77. Journal of Personality and Social
Psychology, 39 (3), 472-480
Meerkerk, G. J., van den Eijnden, R. J.,
Vermulst, A. A., et al. (2009). The Savci, M., & Aysan, F. (2016). Relationship
Compulsive Internet Use Scale between Impulsivity, Social Media
(CIUS): Some Psychometric Usage and Loneliness. Educational
Properties. Cyber Psychology & Behavior, Process: International Journal, 5 (2), 106-
12(1), 1-6/ 115.
Oktapiani, R. W. (2019). Hubungan antara Song, H., Zmyslinski-Seelig, A., Kim, J., et
Kesepian dengan Kecanduan al. (2014). Does Facebook make you
Internet pada Mahasiswa. Skripsi. lonely?: A meta analysis. Computers in
Diakses dari UMBY Repository: Human Behavior, 36 (48), 446-452.
eprints.mercubuana-yogya.ac.id
Perlman, D. (2019). Loneliness: A life-span,
family perspective. Diakses pada 8
September 2020 dari
www.researchgate.net
Perlman, D., & Peplau, L. A. (1984).
Loneliness Research: A Survey of
Empirical Findings. Dalam L. A.
Peplau, & S. E. Goldston (Eds.)

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 160

Anda mungkin juga menyukai