Anda di halaman 1dari 16

Acta Psychologia, Volume 2 Nomor 2, 2020, Halaman 92-107

Acta Psychologia
Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/acta-psychologia

Hubungan Antara Intensitas Penggunaan Media Sosial dan Tingkat


Depresi pada Mahasiswa
Asma Abidah Al Aziz
Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta; Jl. Colombo No.
1 Sleman Yogyakarta, 55281
asmaabidah27@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah; 1) mengetahui tingkat depresi dan intensitas penggunaan media sosial pada mahasiswa,
2) hubungan intensitas penggunaan media sosial dan tingkat depresi pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan
penelitian korelasional, jenis ex post facto. Subjek penelitian sebanyak 250 mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Yogyakarta yang ditentukan melalui teknik accidental sampling. Teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa angket yang terdiri dari instrumen pengukuran intensitas penggunaan media sosial dan Beck
Depression Inventory (BDI-II). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki tingkat depresi dan
intensitas penggunaan media sosial dalam kategori sedang. Koefisien korelasi yang diperoleh 0,147 dengan
probabilitas 0,02 (p< 0,05) dan koefisien determinasi sebesar (R²) 2,2%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan positif antara intensitas penggunaan media sosial dan tingkat depresi. Semakin tinggi
intensitas penggunaan maka semakin tinggi tingkat depresi pada mahasiswa.

Kata Kunci: intensitas, media sosial, depresi, mahasiswa

Abstract
The purposes of this study are to: (1) Determine the level of depression and the intensity of social media use on
college students, (2) The corellations between the intensity of social media use and the level of depression in
college students. The research subjects were 250 college students of the Faculty of Education of Yogyakarta State
University using accidental sampling. This study used a quantitative approach with a type of correlational research,
collected using an intensity of social media uses scale and Beck Depression Inventory (BDI-II). The results
showed that collage students had a moderate level of depression and intensity of social media use. The correlation
coefficient obtained 0.147 with a probability of 0.02 (p< 0,05) and a coefficient of determination of (R2) 2.2%.
The results of the study indicate that there is a positive relationship between the intensity of social media use and
the level of depression. This means that the higher intensity of social media uses will be build the higher level of
depression in the college students..

Keywords: intensity, social media, depression, college students

Pendahuluan antara masalah dalam penggunaan media


sosial dengan simptom-simptom depresi.
Banyak peneliti sepakat bahwa Permasalahan penggunaan media sosial
penggunaan media sosial berhubungan yang dimaksud, diantaranya adalah
dengan depresi. Salah satu penelitian yang cyberbullying, perasaan khawatir yang timbul
dilakukan oleh Shensa, Escobar-Viera, akibat kecanduan menggunakannya, dan
Sidani, Bowman, Marshal, dan Primack adanya kecemburuan terhadap kehidupan
(2017:1) menemukan adanya kaitan erat orang lain yang terlihat berbeda di media
Copyright © 2020, Acta Psychologia - 92
sosial (Rosenthal, Buka, Marshall, Carey, & web versi 2.0 yang mungkin terciptanya
Clark 2016:2). Eksperimen dari University website yang interaktif. Media sosial
of Pittsburgh membuktikan bahwa orang merupakan media online yang
yang terlampau aktif menggunakan media memungkinkan bagi penguna untuk
sosial memiliki risiko depresi hingga tiga kali berpartisipasi, saling berbagi, dan
lebih besar dibandingkan mereka yang menciptakan isi di dalamnya (Cahyono,
jarang memakai media sosial (Wisnubrata, 2016:140). Dapat dikatakan media sosial
2018:1). Penggunaan media sosial dapat adalah media interaksi sosial antar manusia
dikatakan aktif jika lebih dari 3 jam dalam dalam memproduksi, berbagi dan bertukar
sehari (Juditha, 2011:14). informasi yang mencakup gagasan dan
Mahasiswa termasuk salah satu berbagai konten dalam komunitas virtual
kelompok pengguna aktif media sosial (Ahlqvist, et.al, dalam Sulianta, 2015:5).
sekaligus usia terbanyak pengguna media Intensitas penggunaan media
sosial. Berdasarkan hasil survey pengguna sosial merupakan kuantitas perhatian dan
media sosial mencapai persentase 89,7%, ketertarikan seseorang dalam menggunakan
pada kelompok mahasiswa yang mayoritas media sosial dilihat dari kedalam atau
berusia 18-25 tahun memiliki jumlah kekuatannya dalam menggunakan media
terbanyak dibandingkan dengan kelompok sosial. Teori yang mendasari penggunaan
lainnya (Handikasari, Jusup, & Johan, 2018: media sosial adalah Uses and Gratification
920). Hasil survei dari Global Web Index Theory (UGT) atau teori penggunaan dan
tahun 2019 menyatakan bahwa rata-rata pemenuhan kepuasaan. Dalam teori UGT
durasi penggunaan media sosial pada dijelaskan bahwa perilaku penggunaan
kelompok usia mahasiswa selama 3.26 jam media sosial didasarkan pada adanya
perhari (Kemp, 2019:1). Jumlah intensitas keinginan untuk memenuhi kepuasan atau
tersebut dikhawatirkan dapat memberikan kebutuhan si pengguna. Kebutuhan atau
dampak negatif bagi mahasiswa, salah keinginan berkaitan dengan tujuan
satunya depresi. Penelitiaan University of penggunaan media sosial (Sartika, 2019: 38).
Pennsylvania menemukan bahwa tingginya Konsep pemenuhan kebutuhan dalam
tingkat depresi pada mahsiswa dengan usia media sosial mencakup di dalamnya
18-22 tahun dikarenakan tingginya tingkat terdapat dua indikator, yaitu kualitas dan
penggunaan media sosial (Anggraini, kuantitas intensitas penggunaan media
2015:1). Penelitian lainnya dari Shensa, sosial (Olufadi, 2016:454). Teori lainnya
Sidani, Dew, Escobar-Viera, & Primack, yang melandasi penggunaan media sosial
(2018:123) juga menemukan bahwa adalah Technology Acceptance Model (TAM)
seringnya mengunakan media sosial ditentukan oleh dua keyakinan yaitu perceived
berkaitan erat dengan tingginya tingkat usefulness (PU) dan perceived ease of use (PEU).
depresi dan kecemasan pada orang dewasa Berdasarkan teori tersebut diketahui bahwa
dengan rentang usia 19 -34 tahun. Oleh pengguna media sosial memilih untuk
sebab itu, penelitian ini dirancang dengan menggunakan media sosial dikarenakan
tujuan untuk mengungkapkan seberapa media sosial merupakan sarana yang mudah
besar tingkat depresi pada mahasiswa dan dan berguna bagi mereka (Olufadi, 2016:
hubungannya dengan intensitas 455). PEU dan PU dapat berpotensi
penggunaan media sosial pada mahasiswa. mempengaruhi rendah atau tingginya
frekuensi intensitas penggunaan media
Media Sosial sosial. Maka aspek intensitas penggunaan
Kaplan & Haenlein (Sulianta, 2015: media sosial dapat dilihat pada dalamnya
5-6) menjelaskan bahwa media sosial adalah perhatian dan penghayatan ketika
kelompok aplikasi berbasis internet yang menggunakan media sosial serta banyak
dibangun atas dasar ideologi dan teknologi jumlah durasi dan frekeuensi dalam

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 93


menggunakan media sosial (Del Barrio masa yang akan datang, dan pandangan
dalam Erma, 2012:87). terhadap pengalaman hidup. Semua
pandangan tersebut cenderung mengarah
Depresi kepada pandangan negatif. Sedangkan
faktor sosial berupa permasalahan dalam
Mengalami depresi merupakan hal hubungan sosial. Menurut Priest (1987: 25)
yang pasti dapat terjadi pada manusia. Masa hubungan pergaulan yang tak manis
depresi adalah masa terganggunya fungsi merupakan salah satu sumber umum
manusia yang berkaitan dengan perasaan munculnya depresi pada seseorang. Selain
sedih (Kaplan,2010: 20). Berdasarkan itu faktor sosial-ekonomi juga
konsep teori Beck (1967:6) depresi mempengaruhi keadaan depresi seseorang.
merupakan terjadinya perubahan yang Individu dengan status sosio ekonomi
spesifik pada suasana hati dengan rendah akan lebih rentan terhadap depresi
perubahan menuju ke negatif (sedih, daripada indvidu yang memiliki status tinggi
kecewa), munculnya konsep diri yang (King, 2014:319).
negatif, munculnya keinginan menghukum Menurut Aaron Beck (1967:42)
diri sendiri, terjadinya kemunduran dalam aspek-aspek depresi seseorang dapat dilihat
diri, terjadinya perubahan pada fungsi pada emosional, kognitif, motivasi, dan
vegetatif tubuh, dan adanya perubahan fungsi vegetatif. Aspek emosional mengacu
dalam tingkat aktivitas yaitu mengalami pada perubahan perasaan atau perilaku yang
kemunduran dalam beraktivitas atau tampak pada suasana hati dengan kondisi
mengalami peningkatan yang tidak wajar. sedih, munculnya perasaan negatif terhadap
Secara rinci Gerald C. Davidson (2004:372) diri sendiri, kurangnya rasa puas, hilangnya
menyebutkan bahwa depresi adalah kondisi kelekatan dengan orang lain, terdapat
emosional seseorang yang menunjukan kecenderungan untuk menangis di luar
kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak kemauan, dan hilangnya respon
berarti dan bersalah yang ditandai dengan kegembiraan. Sedangkan aspek kognitif
menarik diri, tidak dapat tidur, putus asa dapat berupa rendahnya evaluasi diri, selalu
terhadap masa depan, dan kehilangan selera menyalahkan diri sendiri, terbayang-bayang
terhadap aktivitas sehari-hari. Berdasarkan hal negatif di masa depan, citra tubuh yang
PPDGJ III (Maslim, 2013: 64) episode terdistorsi, dan ragu-ragu dalam mengambil
depresif terbagi menjadi depresif ringan, keputusan. Aspek motivasi berkaitan
sedang dan berat. Masing-masing memiliki dengan kaku dalam berkeinginan,
kriteria diagnosis yang berbeda-beda. mengasingkan diri atau menghindari orang
Depresi dapat disebabkan oleh lain dan segala aktivitas, keinginan untuk
faktor biologis, psikologis, dan sosial- bunuh diri, dan peningkatan
ekonomi. faktor biologis dapat berupa ketergantungan terhadap orang lain.
abnormalitas neuro bilogis (King 2014: Adapun kehilagan nafsu makan, kehilangan
313), permasalahan pada hormon (Durand gairah seks, mengalami gangguan tidur, dan
& Barlow 2006: 298), dan genetik dengan merasakan lelah yang sangat merupakan
cara mempengaruhi tingkat serotonin dan bentuk dari adanya gangguan fungsi
saraf penghantar lainnya yang terdapat di vegetatf atau gangguan fisik.
otak (King, 2014: 313). Adapun penyebab
psikologis dari depresi adalah distrosi Mahasiswa
kognitif yaitu kecenderungan untuk Mahasiswa merupakan insan-insan
menginterpretasikan kejadian-kejadian calon sarjana yang terlibat dengan
sehari-hari dengan presepsi yang terdistorsi perguruan tinggi, dididik dan di harapkan
(Beck, 1967: 234). Komponen utama yang untuk menjadi calon-calon intelektual
terdistorsi dalam kognitif adalah pandangan (Tangkudung 2014:3). Mahasiswa
terhadap diri sendiri, pandangan terhadap merupakan suatu kelompok dalam

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 94


masyarakat yang memperoleh statusnya erat atau intim. Maka wajar apabila
karena ikatan dengan perguruan tinggi dan pengguna media sosial didominasi oleh
calon intelektual atau cendekiawan muda mahasiswa, karena salah satu fungsi fasilitas
dalam suatu lapisan masyarakat yang sering yang disediakan oleh media sosial adalah
kali syarat dengan berbagai predikat memudahkan dalam membentuk hubungan
(Ebtanastiti & Muis, 2014: 5). Mahasiswa sosial yang lebih erat atau intim.
dikategorikan pada tahap perkembangan
usia 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat Hubungan Intensitas Penggunaan Media
digolongkan pada masa remaja akhir sampai Sosial dan Depresi
dengan dewasa awal (Hulukati & Djibran, Intensitas penggunaan atau
2018: 74). Menurut Mar’at (2009:233) masa konsumsi media sosial berkaitan dengan
tersebut mengalami perkembangan pada tingkat depresi seseorang. Hal tersebut
fisik, kognitif, dan psikososial. disebabkan adanya permasalahan dalam
Perkembangan fisik pada masa remaja akhir penggunaan media sosial sehingga memicu
sampai dewasa awal ditandai dengan munculnya gejala depresi. Permasalahan
memuncaknya kemampuan dan kesehatan tersebut diantaranya adalah cyberbullying dan
fisik. Mulai dari berkembangnya kekuatan perasaan insecure. Depresi dapat muncul
fisik yang menjadi kuat dan cepat, sampai karena timbulnya permasalahan hubungan
pada kualitas reproduksi yang maksimal. sosial di media sosial dan adanya sikap
Pada perkembangan kognitif di masa membandingkan diri dengan pengguna lain
remaja akhir dan usia dewasa awal berada di media sosial sehingga memunculkan
pada tahap proses berpikir postformal yaitu pandagan negatif terhadap diri sendiri atau
cara berpikir yang reflektif, realistis, perasaan insecure dan menjelekan diri.
pragmatis dan bervariasi dalam Salah satu faktor penyebab depresi
memecahkan berbagai permasalahan. adalah faktor psikososial yang terdiri dari
Perkembangan psikososial di masa remaja faktor psikologis dan sosial. Salah satu
akhir dan usia dewasa awal ditandai adanya faktor psikologis dari timbulnya depresi
eksplorasi relasi (Santrock, 2012:6). adalah distorsi kogntif. Distorsi kognitif
Berdasarkan teori tahap perkembangan merupakan pandangan negatif terhadap diri
Erik Erikson, masa dewasa awal merupakan sendiri, pengalaman yang di dapatkan dan
tahap yang berfokus bukan lagi pada masa yang akan datang. Diantara bentuk
individu melainkan hubungan indvidu dan dari distorsi kogntif adalah membandingkan
dengan perasaannya terhadap orang lain diri sendiri secara tidak adil dengan orang
(Salkind, 2010: 201). Pada masa tersebut lain. Sedangkan melalui media sosial
terdapat keinginan untuk memiliki peluang untuk membandingkan diri dengan
hubungan yang akrab atau intim dengan orang lain begitu terbuka.
sosialnya. Orang-orang dalam masa Di media sosial setiap pengguna
tersebut siap untuk mengembangkan bebas untuk mengunggah konten sesuai
kemampuan yang dibutuhkan untuk dengan keinginan masing-masing. Media
menciptakan hubungan akrab atau intim sosial memberikan kesempatan untuk
dengan orang lainnya. Hubungan akrab atau semua penggunanya membagikan konten
intim dengan orang lain dalam masa ini dalam bentuk foto, video, maupun tulisan.
merupakan hal yang penting. Melihat Selain itu, media sosial merupakan sarana
karakterisitik perkembangan mahasiswa yang sempurna untuk menampilkan atau
yang berada dalam masa remaja akhir menunjukan kebolehan diri. Pengguna
sampai dewasa awal sedang mengalami media sosial secara selektif memilih konten
ekplorasi dalam dunia relasi dan individu yang akan disebarkannya agar sesuai dengan
dengan cara mencari jaringan sosial sampai citra diri ideal menurut masing-masing
membangun hubungan sosial yang lebih pengguna (Rosenberg & Egbert, 2011:1).

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 95


Konten dalam media sosial dapat dilihat kekerasan, atau serangan verbal yang
oleh siapa pun sesuai dengan kehendak berkaitan dengan agama, etnis, jenis
pemilik konten. kelamin, orientasi seksual, dll pada
Munculnya perbandingan diri seseorang atau kelompok (Hanzelka &
dengan orang lain berasal dari melihat Schmidt, 2017:146). Keduanya sama-sama
konten pengguna lainnya kemudian memiliki dampak pada depresi, dikarenakan
membandingkan dengan konten sendiri keduanya merupakan permasalahan dalam
atau dengan keadaan diri sendiri. hubungan sosial, sedangkan salah satu
Perbandingan yang muncul adalah factor sosial yang menyebabkan depresi
perbandingan antara kelemahan diri dengan adanya permasalahan dalam hubungan
kelebihan yang dimiliki oleh pengguna sosial.
media sosial lainnya (Vogel, Rose, Roberts, Penelitian Shensa et.al (2018:117)
& Eckles, 2014: 207). menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi
Perbandingan sosial tidak hanya media sosial dapat menyebabkan adanya
berpengaruh agar seseorang dapat pengalaman negatif dalam dunia maya.
mengevaluasi diri sendiri, akan tetapi dalam Artinya semakin tinggi penggunaan media
perbandirngan sosial, seseorang dapat sosial maka semakin tinggi pula peluang
mengalami tekanan untuk lebih memajukan untuk mendapatkan pengalaman negatif di
diri sesuai dengan yang dibandingkan (Hui, media sosial. Diantara pengalaman negatif
Chua, & Chang, 2016: 191). Meskipun tersebut adalah masalah interaksi sosial
perbandingan sosial dapat memacu dalam hubungan di media sosial yang
perbaikan diri dengan menjadi lebih baik mengarahkan pada depresi. Hasil penelitian
dari yang dibandingkan, namun Weidman et.al (Shaw, A. M., Timpano, K.
perbandigan sosial lebih sering R., Tran, T. B., & Joormann, J., 2015:575)
menyebabkan orang merasa rendah diri atau menunjukkan bahwa kecenderungan untuk
insecure, dan menilai diri sendiri dengan berinteraksi secara online atau berinteraksi
pandangan negatif (Vogel et al., 2014: 207). intens di media sosial berkaitan dengan
Maka dampak memandingkan diri tersebut timbulnya gejala depresi. Sejalan dengan
akan menciptakan pandangan negatif penelitian Shaw (Seabrook, 2016:50) yang
terhadap diri sendiri. Sedangkan pandangan menemukan bahwa gejala depresi
negatif terhadapa diri sendiri merupakan berkorelasi positif dengan komunikasi yang
salah satu sebab psikologis timbulnya interaktif di media sosial. Aktivitas lainnya
depresi. yang intens di media soial yang berkaitan
Media sosial juga merupakan sarana dengan depresi adalah produksi konten.
bagi orang-orang dari berbagai tempat Penelitian Park, S., Inyeop K., Sang W.L.,
untuk berkumpul dan bersosialisasi. Melalui Jaehyun Y., Bumseok J., & Meeyoung C
media sosial, seseorang dapat menciptakan (2015: 557) membuktikan bahwa individu
relasi akrab antar indvidu atau antara yang mengalami depresi akut (atau
individu dengan kelompok. Sebaliknya, peningkatan relatif dalam tingkat keparahan
media sosial juga dapat menjadi sarana gejala depresi), mengalami peningkatan
timbulnya permasalahan dalam hubungan frekuensi produksi konten di media sosial
sosial (Anwar, 2017:142). Cyberbullying dan selama 6 bulan. Hal tersebut sejalan dengan
cyberhate merupakan contoh dari adanya penelitian Shaw (Seabrook, 2016:50) yang
permasalahan dalam hubungan sosial yang menemukan bahwa gejala depresi
muncul di media sosial. Cyberbullying berkorelasi positif dengan produksi konten
merupakan suatu bentuk bullying yang terjadi yang lebih sering. Produksi konten yang
secara online melalui media sosial (Anwar, lebih sering dapat mengarahkan pengguna
2017: 141). Adapun cyberhate merupakan media sosial untuk saling mengamati dan
tindakan, pernyataan yang menyerukan bersaing dalam menghasilkan konten

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 96


sehingga timbul perbandingan diri dengan pengukuran intensitas penggunaan media
pengguna media sosial lainnya yang sosial. Bagian ketiga merupakan skala
seringkali mengarahkan pada pandangan pengukuran tingkat depresi pada
negatif terhadap diri sendiri yang berlebihan mahasiswa. Angket menggunakan skala
(Vogel et al., 2014: 207). Intensitas tinggi likert sebagai pilihan respons dari subjek.
dalam produksi konten dan komunikasi Instrumen yang digunakan untuk mengukur
aktif di media sosial menandakan adanya intensitas penggunaan media sosial adalah
intensitas tinggi dalam penggunaan media instrumen yang diadaptasi dari instrumen
sosial. Maka intensitas tinggi dalam rancangan Sylvia Marini (2020:116) dalam
penggunaan media sosial secara tidak tesis yang berjudul Interaksi Peer Group dan
langsung dapat berisiko pada tingginya Intensitas Penggunaan Media Sosial Terhadap
tingkat depresi. Berdasarkan uraian diatas, Cyberbullying Remaja. Instrumen tersebut
maka hipotesis yang diajukan dalam telah melakukan uji diskriminasi aitem dan
penelitan ini yaitu adanya hubungan positif dinyatakan memenuhi kriteria fungsi ukur
antara intensitas penggunaan media sosial skala dan memiliki reliabilitas kuat dengan
dengan tingkat depresi pada mahasiswa. koefisien Cronbach Alpha sebesar 0,776.
Adapun instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat depresi pada mahasiswa
Metode Penelitian menggunakan Beck Depression Inventory
(BDI-II) yang terbukti valid dalam
Jenis penelitian yang digunakan mengukur gejala depresi (Dieris-Hirche et
untuk mendesain penelitian ini adalah al., 2017:98). Hasil perhitungan validitas
penelitian ex post facto dengan pendekatan instrumen BDI-II menunjukkan bahwa
kuantitatif. Adapun metode yang digunakan instrumen memiliki sensitivitas yang bagus
dalam pendekatan analisis hasil penelitian dan spesifik dalam mendeteksi depresi
ini adalah metode korelasional. Penelitian (Wang & Gorenstein, 2013:416). BDI-II
dilaksanakan di Fakultas Ilmu Pendidikan memiliki tingkat reliabilitas yang sangat kuat
Universitas Negeri Yogyakarta (FIP UNY). dengan koefisien Cronbach Alpha sebesar
Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 0,889.
tujuh bulan, yaitu dimulai pada tanggal Penelitian ini menggunakan teknik
September 2019 – Maret 2020. analisis data korelasional yang bertujuan
Populasi dalam penelitian ini adalah untuk melihat ada atau tidaknya hubungan
mahasiswa angkatan 2017 sebanyak 810 antara dua variabel yang dipasangkan.
orang. Jumlah sampel yang diambil dari Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih
populasi dihitung berdasarkan tabel Krejcie dahulu dilaksanakannya analisis data
dan Morgan sebanyak 250 mahasiswa. deksriptif untuk mendeskripsikan data
Teknik pengambilan sampel menggunakan mengenai variabel yang sedang diteliti yang
teknik accidental sampling yang merupakan diperoleh dari kelompok subjek penelitian.
teknik pengambilan sampel berdasarkan Melalui analisis deskriptif, skala yang ada
kebetulan bertemu dengan peneliti yang dalam instrumen pengukuran tingkat
sesuai dengan kriteria subyek yang depresi maupun intensitas penggunaan
dibutuhkan (Sugiyono, 2009:85). media sosial akan diterjemahkan ke dalam
Teknik pengumpulan data dilakukan bentuk interval. Peneliti membagi 3 kategori
melalui angket atau kuesioner yang interval variabel menjadi tinggi, sedang dan
mengukur tingkat depresi pada mahasiswa rendah.
dan intensitas mahasiswa dalam Dalam menguji hipotesis terlebih
menggunakan media sosial. Secara garis dahulu diharuskan menggunakan uji
besar angket dibagi menjadi tiga bagian. prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan
Bagian pertama terdiri dari data demografi uji linearitas. Uji normalitas dilakukan untuk
subjek. Bagian kedua merupakan skala

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 97


melihat data yang dihasilkan berdistribusi mahasiswa. Setengah dari total responsden
normal atau tidaknya (Priyatno, 2013:13). memiliki usia 20 tahun, sisanya berusia 19,
Jika data berdistribusi normal maka analisis 21, 23, dan 24 tahun. Namun responsden
yang digunakan adalah statistik parametrik. yang berusia 24 tahun hanya berjumlah 1
Pengujian normalitas data dilakukan dengan orang. Kebanyakan responsden merupakan
uji Kolmogorov-Smirnovtest yang memiliki taraf mahasiswa program studi Pendidikan Guru
signifikansi 5% atau 0,05. Data dikatakan Sekolah Dasar (PGSD) dengan total
terdistribusi normal jika mencapai taraf sebanyak 82 responsden. Lebih jelasnya
signifikansi ≥ 0,05. Sebaliknya data dapat dilihat pada diagram berikut ini:
dikatakan tidak terdistribusi normal jika
taraf signifikasnsi ≤ 0,05 (Priyatno,
2013:13). Sedangkan uji linearitas dilakukan
untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan linearitas diantara dua variabel
yang sedang diteliti. Hubungan yang linear
menunjukkan bahwa rata-rata yang
diperoleh dari kelompok data sampel
terletak dalam garis-garis lurus. Jika kedua
variabel memiliki hubungan yang linear
Gambar 1. Diagram Usia Subyek
maka variable tergantung secara linear akan
mengalami kenaikan atau penurunan
menyesuaikan dengan variable bebas
apabila mengalami kenaikan atau
penurunan. Uji linearitas dilakukan dengan
Tes for Linearity melalui program SPSS
Statistics for windows yang memiliki taraf
signifikan sebesar 0.05. Hubungan antar
variabel dikatakan linear apabila taraf
signifikansi ≥ 0,05. Selanjutnya, uji hipotesis
dilakukan dengan analisis korelasi Product
Momen. Uji hipotesis dilakukan untuk
mengetahui status hipotesis penelitian yang
diajukan ditolak atau diterima. Hipotesis Gambar 2. Diagram Program Studi Subyek
yang diajukan dalam penelitian ini
dinyatakan adanya hubungan positif yang
signifikan antara intensitas penggunaan
media sosial dengan tingkat depresi pada
mahasiswa. Hipotesis diterima apabila nilai
signifikansi pada korelasi product momen ≤
0,05.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Berdasarkan hasil pengumpulan
data diketahui bahwa responsden dengan
jenis kelamin perempuan lebih dominan
Gambar 3. Diagram Jenis Kelamin Subjek
dibandingkan responsden dengan jenis
kelamin laki-laki. Jumlah responsden wanita
sebanyak 203 mahasiswa sedangkan
responsden laki-laki berjumlah 47

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 98


Mayoritas responden menggunakan normal dikarenakan seluruh skor
media sosial yang berbeda lebih dari 3 jenis. menunjukkan hasil yang sama.
Sedangkan pengguna yang menggunakan Adapun variabel tingkat depresi
satu jenis media sosial diketahui hanya diketahui memiliki nilai minimum 0,00 dan
sebanyak 4 responsden. Dengan presentase nilai maksimum 44,00 dengan nilai rata-rata
1.6 persen. Adapun pengguna yang hanya sebesar 12,3680 (tabel 1). Skor
menggunakan 3 jenis media sosial lebih representative menunjukan bahwa mean
banyak daripada pengguna yang hanya data tingkat depresi sebesar 3,2802, median
menggunakan 2 jenis media sosial. jumlah sebesar 3,3166, dan modus sebesar 3,74
pengguna yang hanya menggunakan 3 jenis (tabel 3). Hasil tersebut menunjukkan
media sosial sebanyak 27 responsden atau bahwa data terdistribusi normal.
10.8 persen, sedangkan jumlah pengguna
yang hanya menggunakan 2 jenis media Tabel 1. Data Statistik Variabel
sosial sebanyak 14 responsden atau 5.6
persen. Media sosial yang paling banyak N Mi Ma Mean Std.
digunakan adalah WA (Whatsapp). Hampir n x Deviatio
seluruh responsden menggunakan WA. Hal n
tersebut dilihat dari jumlah frekuensi Intensitas 250 18 53 35,5 5,0
pengguna WA sebanyak 249 dari total Pengguna
responsden sebanyak 250 orang. Jenis an Media
media sosial lainnya setelah WA yang paling Sosial
banyak digunakan adalah Instagram, Tingkat 250 0 44 12,3 8,67
Youtube, Twitter, Facebook dan LINE. depresi
Valid N 250
(listwise)

Tabel 2. Rata-rata Representasi Skor


Intensitas Penggunaan Media Sosial

Mean Median Modus


Intensitas 5,9491 5,9161 5,92
Penggunaan
Media
Sosial

Gambar 4. Diagram Jumlah Platform yang Tabel 3. Rata-Rata Representasi Skor


Digunakan Tingkat Depresi

Variabel intensitas penggunaan Mean Median Modus


media sosial memiliki nilai minimum 18,00 Intensitas 3,2802 3,3166 3,74
dan nilai maksimum 53,00 dengan nilai rata- Penggunaan
rata-rata 35,5760 (tabel 1). Rata-rata Media
representative skor pada data intensitas Sosial
penggunaan media sosial mean data sebesar
5,9491, median sebesar 5,9161, dan modus
sebesar 5,92 (tabel 2). Hasil tersebut Berdasarkan hasil perhitungan
menunjukkan bahwa data terdistribusi distribusi data intensitas penggunaan media
sosial diketahui bahwa mayoritas

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 99


responsden menggunakan media sosial Kolmogorv Sminovr, diketahui bahwa nilai
dalam tingkat intensitas sedang. Hal signifikansi sebesar 0,200 (p = 0,200) yang
tersebut dilihat pada jumlah frekuensi menandakan bahwa nilai signifikansi lebih
kategori sedang sebanyak 195 dengan besar dari 0,05.
presentasi 78%. Adapun responsden yang Begitu pula dengan hasil uji
menggunakan media sosial dengan linearitas menunjukkan bahwa hubungan
intensitas dalam kategori tinggi sebanyak 32 antara variabel merupakan hubungan yang
atau 12,8%. Sedangkan responsden yang linear. Berdasarkan hasil pengujian linearitas
menggunakan media sosial dalam kategori dengan test of linearity yang dibantu oleh
rendah hanya sebanyak 23 orang atau IBM SPSS For Windows 23.0 Version,
dengan prestasi 9,2%. didapatkan bahwa nilai signifikansi pada
Deviation From Linearity sebesar 0,194. Hasil
300 tersebut menunjukkan bahwa nilai
195 signifikansi lebih besar dari 0,05. Maka
200
dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat
100
23 32 intensitas penggunaan media sosial
0
memiliki hubungan yang linear dengan
Rendah Sedang Tinggi variabel tingkat depresi. Selanjutnya, hasil
hipotesis menunjukkan bahwa terdapat
Intensitas Penggunaan Media Sosial hubungan positif dan signifikan antara
intensitas penggunaan media sosial dan
Gambar 6. Diagram Interval Intensitas
tingkat depresi pada mahasiswa.
Penggunaan Media Sosial
Berdasarkan hasil uji korelasi product
Mayoritas tingkat depresi moment didapatkan nilai signifikansi (p)
responden berada pada kategori sedang. antara variabel intensitas penggunaan media
Berdasarkan hasil perhitungan distribusi sosial dan tingkat depresi sebesar 0,02. Nilai
data tingkat depresi diketahui bahwa signifikansi tersebut diketahui lebih kecil
responsden yang memiliki tingkat depresi daripada 0,05 maka dapat dinyatakan bahwa
tinggi sebanyak 41 orang atau sekitar 16,4% terdapat korelasi atau hubungan antara
dari total responsden. Responsden yang intensitas penggunaan media sosial dengan
memiliki tingkat depresi sedang sebanyak tingkat depresi. Adapun nilai korelasi
175 orang atau sebanyak 70%. Adapun Pearson antara intensitas penggunaan media
responsden yang memiliki tingkat depresi sosial dan tingkat depresi sebesar 0,147
rendah sebanyak 34 orang atau 13,6%. (tabel 4). Nilai tersebut menunjukan nilai
dengan bilangan positif yang berarti
200 175 terdapat hubungan positif antara intensitas
150 penggunaan media sosial dan tingkat
100 depresi.
50
34 41 Mayoritas mahasiswa angkatan
2017 di Fakultas Ilmu Pendidikan
0
Rendah Sedang Tinggi Universitas Negeri Yogyakarta kurang
memenuhi karakteristik dalam aspek
Tingkat Depresi intensitas penggunaan media sosial. Hal
tersebut dikarenakan mayoritas mahasiswa
Gambar 6. Diagram Interval Tingkat
menggunakan media sosial dalam kategori
Depresi
intensitas yang sedang. Adapun kategori
Hasil uji normalitas data intensitas sedang tidak memiliki perhatian
menunjukkan bahwa data terdistribusi yang tinggi terhadap media sosial, tidak
normal. Berdasarkan hasil analisis memiliki pengahyatan terhadap informasi

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 100


yang ada di media sosial, tidak berdurasi penggunaan media sosial maka cenderung
lebih dari 3 jam ketika menggunakan media akan semakin tinggi pula tingkat depresi.
sosial dalam sehari, dan tidak lebih dari 4 Hasil tersebut serupa dengan penelitian
kali pengunaan media sosial perharinya. O’Keeffe (2011:802) yang menyatakan
bahwa pengguna media sosial yang
Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis menghabiskan banyak waktu untuk
Correlation
mengakses situs media sosial akan mulai
Intensitas Tingkat menunjukkan adanya gejala-gejala depresi.
Penggunaan Depresi Hal tersebut dapat terjadi karena semakin
Sosial Media lama menggunakan media sosial maka akan
Intensitas Pearson 1 0,147* semakin lama pengguna melihat berbagai
Penggunaan Correlation macam hal atau informasi yang ada di media
Media
Sosial Sig (2- 0,020 sosial. Infromasi dalam media sosial
tailed) bermacam-macam yang di dalamnya
N 250 250 terdapat berbagai konten yang mengandung
Tingkat Pearson 0,147* 1 sifat berbeda-beda. Konten di media sosial
Depresi Correlation juga dibuat oleh pengguna media sosial
lainnya. Depresi dapat timbul karena
Sig (2- 0,020
tailed) melihat berbagai konten yang ada di media
N 250 250 sosial. Melihat konten yang diunggah oleh
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). pengguna media sosial lainnya dapat
memicu depresi karena timbulnya
perbandingan diri dengan konten yang telah
Kebanyakan mahasiswa angkatan dilihatnya tersebut. Sebagaimana yang
2017 di Fakultas Ilmu Pendidikan diketahui dalam teori Aaron Beck,
Universitas Negeri Yogyakarta memiliki bahwasanya penyebab timbulnya depresi
depresi pada tingkatan sedang. Pada karena adanya kognitif yang terdistorsi.
kategori tersebut setidaknya ada 2 gejala Distorsi kognitif merupakan pandangan
utama yang dialami. Gejala utama dapat negatif terhadap diri sendiri, pengalaman
berupa afek depresi, kehilangan minat atau yang didapatkan dan masa yang akan
kegembiraan, dan berukurangnya energi datang. Diantara bentuk dari distorsi
yang mengarah pada menurunnya tingkat kogntif adalah membandingkan diri sendiri
aktivitas serta perasaan mudah lelah. Selain secara tidak adil dengan orang lain.
gejala utama, penderita depresi sedang Sedangkan melalui media sosial peluang
setidaknya juga mengalami 3 atau 4 gejala untuk membandingkan diri dengan orang
lainnya. Gejala tersebut dapat berupa, lain begitu terbuka. Di media sosial setiap
konsentrasi atau perhatian berkurang, pengguna bebas untuk mengunggah konten
kurangnya kerpercayaan diri, merasa tidak sesuai dengan keinginan masing-masing.
bergunan atau bersalah, pesimis terhadap Media sosial memberikan kesempatan
masa depan, keinginan untuk untuk semua penggunanya membagikan
membahayakan diri sendiri atau bunuh diri, konten dalam bentuk foto, video, maupun
tidur yang terganggu, dan nafsu makan tulisan. Selain itu, media sosial merupakan
berkurang. Hasil penelitian sarana yang sempurna untuk menampilkan
menggambarkan bahwa terdapat hubungan atau menunjukan kebolehan diri. Pengguna
positif antara intensitas penggunaan media media sosial secara selektif memilih konten
sosial dengan tingkat depresi pada yang akan disebarkannya agar sesuai dengan
mahasiswa angkatan 2017 Fakultas Ilmu citra diri ideal menurut masing-masing
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. pengguna (Rosenberg & Egbert, 2011:1).
Artinya, semakin tinggi intensitas Konten dalam media sosial dapat dilihat

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 101


oleh siapa pun sesuai dengan kehendak permasalahan dalam hubungan sosial yang
pemilik konten. Munculnya perbandingan muncul di media sosial. Cyberbullying
diri dengan orang lain berasal dari melihat merupakan suatu bentuk bullying yang terjadi
konten pengguna lainnya kemudian secara online melalui media sosial (Anwar,
mengarah kepada membandingkan dengan 2017: 141). Adapun cyberhate merupakan
konten sendiri atau dengan keadaan diri tindakan, pernyataan yang menyerukan
sendiri yang berbeda dari yang telah dilihat. kekerasan, atau serangan verbal yang
Menurut Vogel (2014: 207) Perbandingan berkaitan dengan agama, etnis, jenis
yang muncul dalam media sosial adalah kelamin, orientasi seksual, dll pada seorang
perbandingan antara kelemahan diri dengan indvidu atau kelompok (Hanzelka &
kelebihan yang dimiliki oleh pengguna Schmidt, 2017:146). Dua hal tersebut adalah
media sosial lainnya. Perbandingan dapat kasus yang mendukung timbulnya
mengarahkan seseorang untuk permasalahan dalam hubungan sosial.
mengevaluasi diri sendiri, akan tetapi Sumbangan efektif variabel intensitas
melalui perbandirngan, seseorang dapat penggunaan media sosial sebesar 2,2%
mengalami tekanan untuk memajukan diri terhadap variabel tingkat depresi mahasiswa
sesuai dengan yang dibandingkan (Hui, angkatan 2017 di Fakultas Ilmu Pendidikan
Chua, & Chang, 2016: 191). Meskipun Universitas Negeri Yogyakarta, selebihnya
perbandingan dapat memacu perbaikan diri sumbangan sebesar 97.8% disebabkan oleh
untuk menjadi lebih baik dari yang variabel lain. Terdapat variabel lainnya yang
dibandingkan, namun perbandigan lebih memiliki kontribusi terhadap depresi dalam
sering menyebabkan merasa rendah diri penggunaan media sosial. Dalam penelitian
atau insecure, dan menilai diri sendiri Shensa et.al (2018:117) keterikatan perasaan
dengan pandangan negatif (Vogel et al., dengan media sosial lebih memiliki
2014: 207). Maka dampak memandingkan pengaruh pada depresi daripada intensitas
diri dapat menciptakan pandangan negatif penggunaan media sosial. Individu yang
terhadap diri sendiri, sedangkan pandangan lebih terhubung secara emosional dengan
negatif terhadap diri sendiri merupakan media sosial lebih rentan terhadap
salah satu sebab psikologis timbulnya pengalaman negatif di media sosial, dan
depresi. Selain membandingkan diri, depresi berisiko pada meningkatnya gejala depresi
dapat dipicu dengan adanya permasalahn (Shensa et.al., 2018:118). Selain keterikatan
dalam hubungan sosial. Menurut Priest emosi, perilaku akibat kecanduan media
(1987: 25) hubungan pergaulan yang tak sosial juga menjadi faktor peningkatan
manis merupakan salah satu sumber umum depresi pada penggunaan media sosial.
munculnya depresi pada seseorang. Seperti Perilaku akibat kecanduan dapat berupa
yang telah diketahui bahwa medi sosial mengabaikan hubungan dan tanggung
merupakan media yang di dalamnya tercipta jawab di dunia “nyata” (Andreassen, C.S.,
interaksi sosial sehingga menghasilkan Billieux J, & Griffiths M.D, 2016: 275).
adanya hubungan sosial. Media sosial Pada penelitian lainnya menerangkan
merupakan sarana bagi orang-orang dari bahwa kategori teman pada media sosial
berbagai tempat untuk berkumpul dan juga merupakan salah satu variabel yang
bersosialisasi. Melalui media sosial, memiliki kontribusi pada depresi di media
seseorang dapat menciptakan relasi akrab sosial. Tsai, C.-W., Shen, P.- D., & Chiang,
antar indvidu atau antara individu dengan Y.-C. (2014:8) menemukan bahwa
kelompok. Sebaliknya, media sosial juga pengguna media sosial yang berteman
dapat menjadi sarana timbulnya dengan mantan pasanganya di media sosial
permasalahan dalam hubungan sosial cenderung memiliki tingkat keparahan
(Anwar, 2017:142). Cyberbullying dan depresi yang lebih tinggi daripada mereka
cyberhate merupakan contoh dari adanya yang tidak berteman dengan mantan

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 102


pasangannya di media sosial. Selain itu, sendiri atau munculya perasaan insecure
individu yang selektif memilih keikutsertaan dan menjelekan diri sendiri.
group atau berteman di media sosial Saran bagi pengguna media sosial
berisiko lebih rendah mengalami tekanan khusunya mahasiswa untuk lebih
depresi dibandingkan yang tidak selektif memperhatikan dan membatasi frekuensi
dalam berteman di media sosial dan durasi penggunaan media sosial. Bagi
(Takahashi,Y., Uchida, C., Miyaki, K., Sakai, mahasiswa angakatan 2017 di Fakultas Ilmu
M., Shimbo, T., & Nakayama T., 2009:29). Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
Variabel lain yang berpengaruh pada yang memiliki tingkat intensitas
depresi di media sosial adalah tujuan dalam penggunaan media sosial dalam kategori
penggunaan media sosial. Baker, J.R dan sedang. Tingkat penggunaan tersebut
Moore S.M (2008:84) menunjukkan bahwa, sebaiknya untuk di pertahankan atau
pengguna situs media sosial yang bahkan dikurangi. Karena peningkatan
bermaksud menggunakan situs untuk intensitas penggunaan media sosial sejalan
blogging memiliki tingkat depresi yang lebih dengan peningkatan risiko depresi.
tinggi daripada mereka yang tidak
bermaksud untuk blog. Mereka yang Daftar Pustaka
menggunakan media sosial untuk blogging
lebih sering menyalahkan diri sendiri. Maka Anggraini, A.P. (11 Desember 2015).
variabel lain yang mempengaruhi tingginya Penelitian Ungkap Kaitan Media
tingkat depresi di media sosial diantaranya Sosial dan Depresi. Kompas.com.
adalah tingkat keterikatan emosional Diambil pada tanggal 20 Oktober
dengan media sosial, perilaku akibat 2019, dari
kecanduan media sosial, kategori teman https://lifestyle.kompas.com
yang dipilih di media sosial, dan tujuan
penggunaan media sosial. Anwar, F. (2017). Perubahan dan
Permasalahan Media Sosial. Jurnal
Simpulan dan Saran Muara Ilmu Sosial, Humaniora, Dan
Seni, 1(1), 137-144.
Tingkat intensitas penggunaan
media sosial dan tingkat depresi mahasiswa Andreassen, C.S., Billieux J, & Griffiths
angkatan 2017 di Fakultas Ilmu Pendidikan MD. (2016). The relationship
Universitas Negeri Yogyakarta sebagian between addictive use of social media
besar termasuk dalam kategori sedang. and video games and symptoms of
Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa psychiatric disorders: a large-scale
cross-sectional study. Psychol Addict
hipotesis yang diajukan diterima, yaitu
Behav, 30(2) :252- 262.
adanya hubungan positif yang signifikan
antara intensitas peggunaan media sosial Azwar, Saifudin. (2018). Penyusunan Skala
dan tingkat depresi pada mahasiswa, artinya Psikologi (Edisi II). Yogyakarta:
semakin tinggi tingkat penggunaan media Pustaka Pelajar
sosial maka semakin tinggi pula tingkat
depresi yang diperoleh. Depresi merupakan Beck, Aaron T. (1967). Depression : Causes
efek yang muncul secara tidak langsung dari and treatment 1st ed. Philadelphia:
penggunaan media sosial. Depresi muncul University of Pennsylvania Press
karena adanya permasalahan hubungan
sosial yang terjadi melalui media sosial dan Baker, J.R & Moore S.M. (2008). Distress,
adanya sikap membandingkan diri dengan coping, and blogging: comparing new
pengguna lain di media sosial yang Myspace users by their intention to
blog. Cyberpsychol Behav, 11(1):81-85
menyebakan pandagan negatif terhadap diri

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 103


Cahyono, A.S. (2016). Pengaruh Media Computers in Human Behavior
Sosial Terhadap Perubahan Sosial Follow me and like my beautiful sel
Masyarakat di Indonesia. Jurnal fi es : Singapore teenage girls ’
Publiciana, 9(1), 140-157 engagement in self-presentation and
peer comparison on social media.
Davison, Gerald C. & Neale, J. M. (2004). Computers in Human Behavior, 55, 190–
Abnormal psychology 9th ed. New York: 197.
Wiley
Hulukati, W., & Djibran, M. R. (2018).
Dieris-Hirche, J., Bottel, L., Bielefeld, M., Analisis Tugas Perkembangan
et.al. (2017). Media use and Internet Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
addiction in adult depression: A Universitas Negeri Gorontalo.
casecontrol study. Computers in Bikotetik (Bimbingan Dan Konseling:
Human Behavior, 68, 96–103. Teori Dan Praktik), 2(1), 73-80.

Durand, V.M., Barlow, D.H. (2006). Intisari Juditha,Christiany. (2011). Hubungan


Psikologi Abnormal (Edisi IV). Penggunaan Situs Jejaring Sosial
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Facebook Terhadap Perilaku Remaja
di Kota Makasar. Jurnal Penelitian
Ebtanastiti, D.F. & Tamsil Muis. (2014). IPTEKKOM, 13(1), 1-14.
Survei Pilihan Karir Mahasiswa
Fakultas Matematika Dan Ilmu Kaplan H.I, Sadock B.J, & Grebb J.A.
Pengetahuan Alam Universitas (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid 2
Negeri Surabaya. Jurnal BK, 4(3), 31- (Terjemahan Widjaja Kusuma).
54 Jakarta: Binarupa Aksara

Erma, Anggi (2012). HubunganAntara Kaplan, A. M., & Haenlein, M. (2010).


Intensitas Menonton Sinetron Televisi Users of the world, unite! The
Terhadap Perilaku Imitasi Gaya Hidup challenges and opportunities of
Artis Para Remaja. Skripsi, tidak Social Media. Business Horizons, 53(1),
diterbitkan, Universitas Islam 59–68.
Indonesia, Yogyakarta
Kemp, Simon (30 Januari 2019). Digital
Handikasari, Rirra Hayuning., Innawati 2019: Global Internet Use Accelerates.
Jusup., & Andrew Johan. (2018). Wearesocial.com. Diambil pada
Hubungan Intensitas Penggunaan tanggal 25 November 2019, dari
Media Sosial Dengan Gejala Depresi https://wearesocial.com/blog/2019
Mahasiswa Kedokteran (Studi Pada /01 /digital-2019-global-internet-
Mahasiswa Kedokteran Tingkat useaccelerates
Akhir Yang Menggunakan
Kurikulum Modul Terintegrasi). King, L.A. (2014). Psikologi Umum: Sebuah
Jurnal Kedokteran Diponegoro, 7(2), 919- Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba
934 Humanika

Hanzelka, J., & Schmidt, I. (2017). Lin, L., Sidani, J. E., Shensa, A., et.al.
Dynamics of cyber hate in social (2016). Depression and Anxiety, 33(4)
media: A comparative analysis of ,323–331.
anti-muslim movements in the
Czech Republic and Germany. Mar’at. (2009). Sikap Manusia : Perubahan
International Journal of Cyber serta Pengukurannya. Bandung : Ghalia
Criminology, 11(1), 143–160. Indonesia.

Hui, T., Chua, H., & Chang, L. (2016). Marini, Sylvia. (2020). Interaksi Peer Group

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 104


dan Intensitas Penggunaan Media Sosial Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka
Terhadap Cyberbullying Remaja. Tesis, Pelajar
tidak diterbitkan, Universitas Negeri
Yogyakarta, Yogyakarta. Quadratullah, M. F. (2014). Statistika
Terapan Teori, Contoh Kasus, dan
Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta:
Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari Penerbit ANDI.
PPDGJ –III dan DSM 5. Jakarta :
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Raut, V., & Patil, P. (2016). Use of social
Unika Atma Jaya media in education: Positive and
negative impact on the students.
Nevid, S.J., Spencer,A.R., & Beverly,G. International Journal on Recent and
(2005). Psikologi Abnormal (Edisi Innovation Trends in Computing and
kelima, Jilid 1). Jakarta: Erlangga Communication, 4(1), 281-285.

O’Keeffe, G. S., Clarke-Pearson, K., Rehm, L.P. (2015). Depressive Disorder:


Mulligan, D. A., et.al. (2011). Clinical Cognitive and Behavioral Theories of
report - The impact of social media Depression. USA : John Wiley & Sons.
on children, adolescents, and
families. Pediatrics, 127(4), 800–804. Richards, D., Caldwell, P.H.Y., & Go, H.
(2015). Impact of social media on the
Olufadi, Y. (2016). Social networking time health of children and young people.
use scale (SONTUS): A new Journal of Paediatrics and Child Health,
instrument for measuring the time 51(12), 1152–1157.
spent on the social networking sites.
Telematics and Informatics, 33(2), 452– Ristekdikti. (2017). Statistik Pendidikan
471. Tinggi Tahun 2017. Jakarta: Pusat
Data dan Informasi Iptek Dikti
Park, S., Inyeop K, Sang W.L., et.al. (2015).
Manifestation of Depression and Rosenberg, J., & Egbert, N. (2011). Online
Loneliness on Social Networks: A impression management: Personality
Case Study of Young Adults on traits and concerns for secondary
Facebook. Proceedings of the 18th goals as predictors of self-
ACM Conference on Computer presentation tactics on facebook.
Supported Cooperative Work & Journal of ComputerMediated
Social Computing (CSCW ’15). Communication, 17(1), 1–18.
Association for Computing
Machinery, New York, NY, USA, Rosenthal, S. R., et.al. (2016). Negative
557– 570. Experiences on Facebook and
Depressive Symptoms Among
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. Young Adults. Journal of Adolescent
D. (2009). Human Development Health, 59(5), 510–516.
Eleventh Edition. United State of
America: Mc Graw Hill Sadiman, Arif S. (2003). Media Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo
Priest, R. (1987).Kecemasan dan Persepsi.
Semarang: Dahara Prize Sahin, Cengiz. (2018). Social Media
Addiction Scale-Student Form: The
Priyanto, D. (2013). Analisis Korelasi, Regresi, Reliability and Validity Study.
dan Multivariate dengan SPSS. Turkish Online Journal of Educational
Yogyakarta: Gava Media. Technology - TOJET, 17(1), 169-182

Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 105


Salkind, Neil.J. (2010). Teori-Teori Shaw, A.M., Timpano, K.R., Tran, T.B.,
Perkembangan Manusia Sejarah et.al. (2015). Correlates of Facebook
Kemunculan, Konsepsi Dasar, Analisis usage patterns: The relationship
Komparatif, dan Aplikasi (Cet.II). between passive Facebook use,
Bandung: Penerbit Nusa Media social anxiety symptoms, and
brooding. Computers in Human
Santrock, John.W. (2012). Perkembangan Behavior, 48, 575–580.
Masa Hidup Edisi Ketigabelas (Jilid II).
Jakarta: Erlangga Shensa, A., Escobar-Viera, C.G., Sidani,
J.E., et.al. (2017). Problematic social
Sartika, Nyimas.Y. (2019). Pengaruh Efikasi media use and depressive symptoms
Diri, Status Sosial Ekonomi Orang Tua, among U.S. young adults: A
Dan Intensitas Penggunaan Media Sosial nationallyrepresentative study. Social
Terhadap Perilaku Konsumsi Mahasiswa Science and Medicine, 182, 150–157.
Di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta. Tesis, tidak diterbitkan, Shensa, A., Sidani, J. E., Dew, M. A., et.al.
Universitas Negeri Yogyakarta, (2018). Social media use and
Yogyakarta. depression and anxiety symptoms: A
cluster analysis. American Journal of
Sarwono, S. W. (1978). Perbedaan Antara Health Behavior, 422, 116–128.
Pemimpin dan Aktivis dalam Gerakan
Protes Mahasiswa (Cet. 1. ed.). Jakarta: Singh, S., Farley, S. D., & Donahue, J. J.
Bulan Bintang (2018). Grandiosity on display: Social
media behaviors and dimensions of
Sayekti, F., & Putarta, P. (2016). Penerapan narcissism. Personality and Individual
Technology Acceptance Model Differences, 13(4), 308–313
(TAM) Dalam Pengujian Model
Penerimaan Sistem Informasi Sugihartono, et.al. (2007). Psikologi
Keuangan Daerah. Jurnal Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Pers
Teori Dan Terapan, 9(3), 196–209.
Sugiyanto. (2004). Yogyakaria Kota
Seabrook, E.M., Kern M.L, & Rickard N.S. Pendidikan dan Ekonomi Alternatif.
(2016). Social Networking Sites, Cakrawala Pendidikan, X(3), 523-547
Depression, and Anxiety: A
Systematic Review. JMIR Ment Sugiyono. (2013). Metodelogi Penelitian
Health, 3(4):e50. Diambil pada Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
tanggal 31 Mei 2020 dari Bandung: ALFABETA
https://mental.jmir.org/2016/4/e5
0/# Results Sulianta, Feri. (2015). Keajaiban Sosial Media.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Segal, D.L., Coolidge, F.L., Cahill, B. S.,
et.al. (2008). Psychometric properties Sutarsih, T., et.al. (2017). Statistik
of the beck depression inventory-II Telekomunikasi Indonesia 2017. Naskah
(BDI-II) among community- Publikasi. Jakarta: Badan Pusat
dwelling older adults. Behavior Statistika
Modification, 32(1), 3–20.
Swartz, J.R., A.R Hariri, & D.E.
Setiawati, Farida Agus. (2017). Statistika Williamson. (2016). An Epigenetic
Terapan: Untuk Penelitian Pendidikan Mechanism Links Socioeconomic
dan Sosial. Yogyakarta:Parama Status To Changes In Depression-

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 106


Related Brain Function In High-Risk 232.
Adolescents. Molecular Psychiatry,
22(2), 209-214 Wang, Y. P., & Gorenstein, C. (2013).
Psychometric Properties of The
Takahashi, Y., Uchida C., Miyaki K., et.al. Beck Depression Inventory-II: A
(2009). Potential Benefits and Harms Comprehensive Review. Revista
of a Peer Support Social Network Brasileira de Psiquiatria, 35(4), 416–
Service on the Internet for People 431.
With Depressive Tendencies
Qualitative Content Analysis and Wikström, Patrik & Hanna-Kaisa Ellonen.
Social Network Analysis. J Med (2012). The Impact of Social Media
Internet Res, 11(3), e-29. Diambil pada Features on Print Media Firms’
tanggal 1 Juni 2020, dari Online Business Models. Journal of
https://www.jmir.org/2009/3/e29 Media Business Studies, 9(3), 63-80.
/
Wisnubratama. (4 April 2018). Batasan
Tangkudung, Joanne P. M. (2014). Proses Wajar Menggunakan Media Sosial
Adaptasi Menurut Jenis Kelamin Dalam Sehari. Kompas.com.
Dalam Menunjang Studi Mahasiswa Diambil pada tanggal 12 Mei 2019,
FISIP Universitas Sam Ratulangi. dari
Jurnal Acta Diurna,3(4), 1-11 https://lifestyle.kompas.com/read/
2018 /04/04/053800120/
Tsai, C.-W., Shen, P.-D., & Chiang, Y.-C.
(2014). Meeting ex-partners on
Facebook: users’ anxiety and severity
of depression. Behaviour & Information
Technology, 34(7), 668–677.

Tritt, S. M., Ryder, A. G., Ring, A. J., &


Pincus, A. L. (2010). Pathological
narcissism and the depressive
temperament. Journal of Affective
Disorders, 122(3), 280–284.

Vannucci, A., Flannery, K.M., &


Ohannessian, C.M.C. (2017). Social
media use and anxiety in emerging
adults. Journal of Affective Disorders,
207, 163–166.

Vogel, E.A., Rose, J.P., Roberts, L.R., et.al.


(2014). Social Comparison, Social
Media, And Self-Esteem. Discover.
3(4), 206– 222.

Walsh, J. L., Fielder, R.L., Carey, K.B., et.al.


(2013). Female College Students’
Media Use Andacademic Outcomes
Results From A Longitudinal Cohort
Study. Emerging Adulthood, 1(3), 219-

Copyright © 2020, Acta Psychologia - 107

Anda mungkin juga menyukai