e-mail:
widyaangelichasiregar22@gmail.com1, nugraheni.maria@uksw.edu2
Abstract
The high use of social media in students during the COVID-19 pandemic will have an impact on
the emergence problems in daily life, one of the factors causing it isloneliness, which is a situation
that arises when expectations are not in accordance with the reality that accours. Therefore, this
study aims to examine the relationship between loneliness and the tendency of social media
addiction in students during the COVID-19 pandemic. Participants in this study were obtained
usingincidental sampling method, as much as 281 students aged 18-25 years and currently living
in Central Java. The measuring instrument used refers to 6-Items Cross Cultural Social Isolation
and SMAS-SF. Statistical analysis technique used IBM SPSS program version 16.00with a
correlation value of 0,356 and a significance value of 0,000 (P<0,05) which means that the higher
the loneliness, the higher the tendency of social media addiction in students, thus it can be
concluded from the results of this study that there is a significant positive relationship between
loneliness and the tendency to social media addiction in students.
Abstrak
Tingginya penggunaan media sosial pada mahasiswa di masa pandemi COVID -19 akan
berdampak pada munculnya permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, salah satu faktor
penyebabnya adalahkesepian yaitu situasi yang muncul ketika harapan tidak sesuai dengan
kenyataan yang terjadi. Maka dari itu, dalam penelitian ini bertujuanmenguji hubungan loneliness
dengan kecenderungan social media addiction pada mahasiswa di masa pandemi COVID-19.
Partisipan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode sampling incidentalyaitu
sebanyak 281 mahasiswa yang berusia 18-25 tahun dan saat ini tinggal di Provinsi Jawa Tengah.
Alat ukur yang digunakan mengacu pada6-Items Cross Cultural Social Isolation Scaledan SMAS-
SF. Teknik analisis statistik menggunakan bantuan programIBM SPSS versi 16.00 dengan nilai
korelasi yang diperoleh sebesar 0,356 dan memiliki nilai signifikansi 0,000 (P<0,05) yang berarti
semakin tinggi kesepian maka semakin tinggi kecenderungan adiksi media sosial pada mahasiswa,
sehingga dapat disimpulkan hasil dari penelitian ini bahwa terdapat hubungan positif signifikan
antara kesepian dengan kecenderungan adiksi media sosial pada mahasiswa.
bagian dari kelompok yang mengalami kesehatan fisik dan mental. Hasil
adiksi media sosial sebesar 75%. penelitian menunjukkan bahwa dampak
Menurut Sahin (2018) dari kecenderungan adiksi media sosial
kecenderungan adiksi media sosial (social adalah kemunculan depresi, rasa cemas,
media addiction) merupakan bentuk stress, gangguan harga diri, kontrol diri
perilaku individu yang memusatkan yang rendah, mengganggu aktivitas
perhatian pada media sosial dengan sehari-hari dan kerusakan dalam relasi
intensitas waktu penggunaan yang interpersonal serta menimbulkan beberapa
berlebihan. Variabel kecenderungan adiksi masalah kesehatan (Morahan-Martin &
media sosial terdiri dari 4 aspek yang Schumacher, 2003; Bnirostam & Saberi,
terdiri dari virtual tolerence yaitu 2017; Budury, Fitriasari & Khamida,
kebutuhan untuk selalu berupaya 2019; Fernandes, Biswas, Tan-
terhubung dengan media sosial guna Mansukhani, Vallejo & Essau, 2020;
mencapai kepuasan, virtual Fajarina, dkk, 2021).
communication yaitu komunikasi melalui Untuk memahami fenomena,
media sosial lebih disukai dibandingkan peneliti melakukan wawancara awal
komunikasi secara tatap muka dengan dengan sepuluh mahasiswa pengguna aktif
orang lain, virtual problem yaitu media sosial yang tinggal di Provinsi Jawa
munculnya berbagai masalah yang Tengah pada tanggal 21 dan 30 September
mengakibatkan pada pelarian dari kondisi 2021. Hasil wawancara menyebutkan
nyata dengan mengakses media sosial bahwa delapan subjek menghabiskan lebih
secara terus menerus untuk memunculkan dari 6 jam untuk mengakses media sosial
perasaan bahagia, dan virtual information dalam satu hari mulai dari aplikasi
yaitu keinginan untuk selalu mendapatkan WhatsApp, Instagram, YouTube, Twitter,
berita atau informasi yang terbaru (Sahin, TikTok dan Telegram. Tujuh subjek
2018). menyampaikan bahwa mereka mengakses
Perilaku kecenderungan adiksi internet sebagai bentuk strategi pelarian
media sosial akan memunculkan berbagai diri dari masalah, kebutuhan untuk
permasalahan mulai dari terganggunya berkomunikasi dan memperoleh informasi
kegiatan sehari-hari, relasi sosial, atau berita terbaru. Delapan subjek
kehilangan kendali, permasalahan mengaku telah mengabaikan pekerjaan
rumah, tugas sekolah dan merasa individu lajang (Berk, 2012). Kehadiran
terganggu aktivitas kesehariannya akibat dari produk media sosial dapat
dari penggunaan media sosial, seperti pola mempermudah pemenuhan akan
tidur yang berantakan. kebutuhan individual maupun
Hasil wawancara ini sejalan dengan interpersonal sesuai dengan pernyataan
penelitian sebelumnya yang menyebutkan Papalia, Old dan Feldman (2011) bahwa
bahwa individu yang mengalami media sosial menjadi wadah dalam
kecenderungan adiksi media sosial akan pemenuhan kebutuhan sosial dan
melakukan tindakan berupa menghabiskan emosional dengan tujuan terhindar dan
terlalu banyak waktu selama 21,2 jam mengurangi kondisi kesepian. Hal ini
perminggu di media sosial (Yang & Tung, menunjukkan bahwa kesepian merupakan
2007). Penelitian terdahulu juga salah satu penyebab dari munculnya
menyebutkan bahwa individu yang kecenderungan adiksi media sosial,
mengalami kecenderungan adiksi media sejalan dengan hasil penelitian Caplan
sosial memiliki keinginan untuk segera (2003) menyebutkan bahwa kesepian
memperoleh informasi terbaru, menjalin memprediksi perilaku kecenderungan
komunikasi, media pelarian dari masalah, adiksi media sosial.
ingin selalu terhubung dalam media sosial, Kesepian merupakan suatu kondisi
dan berdampak pada perilaku kurang perasaan yang tidak baik akibat dari
memprioritaskan tugas dan kewajiban ketidakseimbangan antara kehidupan
yang mengarah pada terganggunya pola sosial yang diharapkan dengan
tidur (Sahin, 2018; Andreassen, 2012). kenyataannya (Russel, 1996). Terdapat 3
Mahasiswa yang sedang berada aspek dari variabel kesepian yaitu trait
dalam fase emerging adulthood akan loneliness yaitu kepribadian individu
menggunakan media sosial sebagai berupa ketidakpercayaan dan ketakutan
pemenuhan kebutuhan perkembangan. pada orang lain yang berdampak pada
Dalam fase emerging adulthood munculnya kondisi kesepian, social
mahasiswa menjalani tugas perkembangan desirability loneliness yaitu kesenjangan
sosio-emosional yang ditandai dengan antara harapan situasi sosial dengan
munculnya konflik psikologis intimacy kenyataan sebenarnya yang berdampak
yaitu kondisi kesepian terutama bagi pada munculnya kondisi kesepian,
penelitian adalah terdapat hubungan butir item (“Saya selalu terdorong untuk
positif signifikan antara kesepiandengan membuka media sosial”). Kedua skala ini
kecenderungan adiksi media sosial pada menggunakan skala Likert untuk skala
mahasiswa di masa pandemi COVID-19. kesepian 4 pilihan jawaban yaitu: tidak
pernah, jarang, biasanya dan sering.
METODE PENELITIAN Sedangkan untuk skala kecenderungan
Penelitian ini menggunakan adiksi media sosial menggunakan 5
pendekatan penelitian kuantitatif pilihan jawaban yaitu: sangat tidak sesuai,
korelasional pada dua variabel yaitu tidak sesuai, agak sesuai, sesuai, sangat
kesepian sebagai variabel bebas dan sesuai.
kecenderungan adiksi media sosial Analisis item pada kedua skala
sebagai variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini menggunakan uji
penelitian ini adalah mahasiswa pengguna diskriminasi item dengan koefisien
aktif media sosial yang tinggal di Provinsi korelasi item sebesar ≥ 0,30 (Azwar,
Jawa Tengah dengan karakteristikberusia 2012). Dari hasil pengujian validitas6-
18-25 tahun, berstatus lajang, dan items cross cultural social isolation scale
mengakses media sosial lebih dari 3 jam dari 6 butir pertanyaan diperoleh skor item
dalam satu hari (selama Pandemi COVID- 0,317-0,669 dan SMAS-SF dari 26 butir
19). Teknik sampling yang digunakan pertanyaan diperoleh skor item 0,385-
dalam penelitian ini menggunakan teknik 0,703, setiap butir pertanyaan dari kedua
sampling incidental. skala memiliki skor item sebesar > 0,30,
Pengumpulan data dalam penelitian sehingga dapat dinyatakan valid dan dapat
ini menggunakan alat ukur 6-items cross dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Hasil
cultural social isolation scale oleh uji reliabilitas dari 6-items cross cultural
Hudiyana, dkk (2021). Skala ini terdiri social isolation scale yaitu 0,780 dan
dari 6 butir item (“Saya mempunyai SMAS-SF sebesar 0,930 sehingga dapat
sedikit sahabat). Sedangkan skala dari disimpulkan kedua alat ukur bersifat
variabel kecenderungan adiksi media konsisten dan dapat digunakan. Peneliti
sosial menggunakan social media melakukan uji hipotesis menggunakan uji
addiction scale-student form (SMAS-SF) korelasi setelah dilakukan uji asumsi yang
oleh Sahin (2018).Skala ini terdiri dari 26 meliputi uji normalitas dan uji linieritas.
dengan kecenderungan adiksi media sosial untuk berekspresi dan berelasi dengan
pada mahasiswa lajang yang tinggal di individu yang lainnya.
Jawa Tengah diterima. Hal tersebut Russel (1996) menyatakan terdapat
ditunjukkan dari hasil uji hipotesis dengan aspek-aspek dari kesepian meliputi trait
hasil korelasi sebesar 0.356 dan loneliness. Kepribadian individu yang
signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). kesepian berupa tidak percaya diri
Hasil hipotesis dari penelitian ini cenderung tidak percaya diri di tengah
mendukung hasil penelitian sebelumnya lingkungan sosial, dan lebih percaya diri
Caplan (2003); Bozoglan, dkk (2013); serta memilih untuk berinteraksi melalui
Kim dan Cha (2016); Latief dan media sosial. Dalam penelitian Morahan-
Retnowati (2018) menunjukan bahwa Martin dan Schumacher (2003) individu
adanya hubungan positif yang signifikan yang kesepian lebih nyaman apabila
antara kesepian dengan kecenderungan menjalin relasi sosial secara online
adiksi media sosial pada mahasiswa. Hasil dibandingkan secara tatap muka. Terdapat
tersebut mengartikan bahwa semakin juga aspek social desirability loneliness
tinggi tingkat kesepian maka akan (Russel, 1996) yaitu kesenjangan antara
semakin tinggi tingkat kecenderungan harapan dan kenyataan kehidupan sosial
adiksi media sosial dan sebaliknya yang dimiliki oleh individu yang
semakin rendah tingkat kesepian maka mengalami kesepian. Untuk memenuhi
akan semakin rendah tingkat hal tersebut individu yang kesepian akan
kecenderungan adiksi media sosial. memanfaatkan media sosial sebagai
Individu dengan kondisi kesepian sarana pemenuhan kebutuhan emosional
memiliki permasalahan relasi sosial dan dan sosial. Penelitian Morahan-Martin dan
lebih cenderung mengembangkan relasi Schumacher (2003) yang menyatakan
sosial melalui media sosial. Sejalan bahwa individu yang kesepian cenderung
dengan penelitian yang dilakukan oleh menggunakan media sosial guna
Bnirostam dan Saberi (2017) individu memenuhi kebutuhan dukungan emosi
dengan kondisi kesepian cenderung yang diperoleh dari orang lain.
menghindari komunikasi secara tatap Aspek depression loneliness
muka dengan individu lain, melainkan (Russel, 1996) yaitu perasaan negatif
menggunakan media sosial sebagai media mulai dari perasaan sedih, tidak berharga,
memiliki perilaku penggunaan media luas lagi permasalahan yang ada dalam
sosial berlebihan pada tingkat tinggi dan lingkungan sosial dan mengetahui cara
mengakibatkan pada terganggunya terbaik untuk mengurangi kesepian
aktivitas sehari-hari. sehingga tidak menimbulkan
Sedangkan pada variabel kesepian kecenderungan adiksi media sosial.
diperoleh hasil analisis deskriptif
partisipan penelitian ini berada dalam PENUTUP
tingkat sedang (59%) hal ini mengartikan KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa subjek penelitian ini mengalami Berdasarkan hasil penelitian dapat
kesenjangan tingkat sedang antara kondisi disimpulkan bahwa kesepian memiliki
yang diharapkan dengan kondisi yang kontribusi sebesar 12,6% terhadap
sedang terjadi mencakup kepribadian, kecenderungan adiksi media sosial dan
perasaan takut dan perasaan negatif terdapat hubungan positif signifikan
lainnya ketika berinteraksi dengan orang antara kesepian dengan kecenderungan
lain. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam adiksi media sosial pada mahasiswa
penelitian ini terdapat partisipan yang sehingga hipotesis diterima. Hasil ini
mengalami kesepian dengan tingkat tinggi menunjukkan bahwa semakin tinggi
(30%) yang artinya sedang mengalami kesepian maka semakin tinggi juga
kesenjangan tingkat tinggi akan kehidupan kecenderungan adiksi media sosial
sosial yang diharapkan dengan kehidupan seorang individu. Dari hasil analisis
sosial yang terjadi. deskriptif mayoritas partisipan dalam
Hasil penelitian ini menunjukkan penelitian ini memiliki tingkat
adanya hubungan antara kesepian dengan kecenderungan adiksi media sosial sedang
kecenderungan adiksi media sosial pada (61%) dan tingkat kesepian yang sedang
mahasiswa hal ini mengandung implikasi (59%).
bagi semua kalangan terutama bagi Untuk penelitian selanjutnya
mahasiswa agar kedepannya dapat diharapkan untuk lebih merata dalam
membenahi diri guna mempersiapkan diri mengambil partisipan karena dalam
menjalani tahap perkembangannya. penelitian ini lebih didominasi oleh
Diharapkan melalui hasil penelitian ini partisipan yang berasal dari daerah
juga, banyak pihak yang melihat lebih Salatiga dan Surakarta saja. Peneliti