Disusun Oleh :
C03420001
KELAS A/SEMESTER 2
T.a 2021/2022
Pendahuluan
Pada 30 Januari 2020 secara resmi World Health Organization (WHO)
mendeklarasikan keadaan darurat kesehatan masyarakat atas terjadinya wabah
penyakit Coronavirus disease (COVID-19). Penyakit ini disebabkan oleh virus
SARS-CoV-2 (sebelumnya diberi nama 2019 - Novel Coronavirus) yang
merupakan satu keluarga besar dengan virus penyebab Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Virus ini pertama kali ditemukan pada manusia bulan
Desember 2019 di Wuhan, Cina. Virus ini mampu menyebar lebih cepat
dibandingkan SARS. Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui droplet yang
dikeluarkan oleh penderita dan permukaan benda yang terkontaminasi oleh virus
tersebut. Adapun masa inkubasi tergolong cepat yaitu sekitar 14 hari dan gejala
umum yang ditimbulkan berupa demam, batuk kering, dan sesak napas.
Penerapan kebijakan belajar di rumah membuat sebagian siswa merasa cemas dan
tertekan. Banyaknya tugas yang diberikan oleh guru membuat banyak siswa
merasa stres dalam menjalani pembelajaran daring (Chaterine, 2020). Tidak hanya
banyak, tugas yang diberikan oleh guru juga dianggap memberatkan dan memiliki
waktu pengerjaan yang sangat singkat sehingga membuat siswa kebingungan
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Raharjo & Sari, 2020). Dengan banyaknya
tugas yang diberikan siswa bisa menghabiskan waktu dari pagi hingga malam hari
hanya untuk menyelesaikan berbagai tugas daringnya. Kondisi tersebut
sebelumnya tidak terjadi ketika kegiatan belajar mengajar masih dilakukan di
sekolah.
Media sosial dan remaja adalah suatu hal yang seolah tidak terpisahkan, terutama
saat pandemi covid-19. Kemudahan untuk mengakses internet dan banyaknya
platform media sosial membuat remaja lebih terkoneksi satu sama lain. Salah satu
contoh media sosial adalah Facebook, Twitter, Instagram, Tiktok, WhatsApp,
Telegram. Media sosial tidak hanya memfasilitasi interaksi sosial antar individu,
keberadaan media sosial juga bisa menjadi media untuk berbagi dan bertukar
informasi. Bagi generasi milenial dan generasi Z, memiliki akun media sosial
adalah suatu keharusan, selain sebagai media pembelajaran media sosial juga
berfungsi sebagai manifestasi eksistensi diri (B, Fitriasari, & -, 2019) serta untuk
mengisi kebosanan (Stockdale & Coyne, 2020).
Saat ini jumlah pengguna media sosial di dunia mencapai 3.96 miliar orang, setara
dengan 51% dari jumlah populasi global dan media sosial dengan jumlah pemakai
terbanyak adalah Facebook, Youtube dan WhatsApp (Kemp, 2020) dengan durasi
rata-rata pemakaian masing-masing orang sebesar 2.5 jam tiap harinya.
Pandemi covid-19 yang masih berlangsung dan belum tahu kapan berakhir
memaksa mahasiswa untuk terus melakukan aktivitas belajar belajar secara online
di rumah, aktivitas di luar ruangan pun tetap dibatasi dengan menerapkan protokol
kesehatan, memakai masker, jaga jarak dengan orang lain. Kondisi ini makin
memungkinkan terjadinya masalah kesehatan mental yang lebih luas. Maka dari
itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media sosial terhadap
stress akademik yang dialami oleh mahasiswa selama pandemi Covid-19.
Media Sosial
Istilah media sosial tersusun dari dua kata, yakni “media” dan “sosial”. “Media”
diartikan sebagai alat komunikasi (Laughey, 2007; McQuail, 2003). Sedangkan
kata “sosial” diartikan sebagai kenyataan sosial bahwa setiap individu melakukan
aksi yang memberikan kontribusi kepada masyarakat. Pernyataan ini menegaskan
bahwa pada kenyataannya, media dan semua perangkat lunak merupakan “sosial”
atau dalam makna bahwa keduanya merupakan produk dari proses sosial
(Durkheim dalam Fuchs, 2014).
Pada pengertian lain, media sosial diartikan sebagai sebuah media online, dengan
para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial
dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh
masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial
adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial
menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog
interaktif. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial
sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas
dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan
pertukaran user-generated content”. Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap
orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan temanteman
untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain
Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media
cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media
sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi
kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi
informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.
Robbins (2001) menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan di mana untuk
mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Weinberg dan
Gould (2003) mendefinisikan stres sebagai “a substantial imbalance between
demand (physical and psychological) and response capability, under condition
where failure to meet that demand has importance concequences”. Artinya, ada
ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis) dan kemampuan
memenuhinya. Gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berdampak
krusial.
Stres yang terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikan biasanya disebut dengan
stres akademik (Sinaga, M. A. J. 2015; Rahmadani, C. S. M. 2014; Hikmah, Y.
2014; ). Desmita (2010) menyatakan “Stres akademik adalah stres yang
disebabkan oleh academic stresor”. Academic stresor adalah stres yang dialami
siswa yang bersumber dari proses pembelajaran atau hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatan belajar seperti: tekanan untuk naik kelas, lama belajar,
mencontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, keputusan menentukan jurusan
atau karier serta kecemasan ujian dan manajemen stres.
Stress akademik adalah respons yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan
dan tugas yang harus dikerjakan siswa/mahasiswa. Kondisi stress disebabkan
adanya tekanan untuk menunjukkan prestasi dan keunggulan dalam kondisi
persaingan akademik yang semakin meningkat sehingga mereka semakin
terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan. Stress akademik yang dialami siswa
merupakan hasil persepsi yang subyektif terhadap adanya ketidaksesuaian antara
tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa.
Masalah yang dihadapi siswa/mahasiswa ada masa pandemi Covid-19 ini selain
tuntutan-tuntutan yang dibebankan dengan model belajar mengajar secara daring.
Proses belajar menggunakan media online lebih melelahkan dan membosankan,
karena mereka tidak dapat berinteraksi langsung baik dengan guru maupun teman
lainnya. Dengan demikian mengakibatkan frustrasi bagi siswa/mahasiswa, dan
bila terus berlanjut dapat menimbulkan stress.
Stres akademik pada mahasiswa karena banyak tugas kuliah membuat mahasiswa
lebih banyak bermain media sosial yang berpotensi kecanduan internet (Jun &
Choi, 2015), selain itu stres juga dipicu oleh keinginan untuk mendapatkan
pengakuan dari orang lain, mereka terobsesi untuk mendaatkan like dan comment
sebanyak-banyaknya di halaman media sosial mereka, lebih lanjut, kondisi ini
juga memungkinkan terjadinya cyberbullying pada user yang dampaknya jauh
lebih traumatis dan berbahaya bagi kesehatan mental.
Ha Media Sosial
Hipotesis
Hipotesis Nolnya (H0) : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara media sosial
terhadap stress akademik yang dialami oleh mahasiswa selama pandemi covid-19
Hipotesis alternatifnya (Ha) : Ada pengaruh yang signifikan antara media sosial
terhadap stress akademik yang dialami oleh mahasiswa selama pandemi covid-19
Daftar Pustaka
Hairani Lubis, Ayunda Ramadhani , & Miranti Rasyid. (2021). Stres Akademik
Mahasiswa dalam Melaksanakan Kuliah Daring Selama Masa Pandemi
Covid 19. Jurnal Psikologi, 10(1), 31-39. DOI: 10.30872/psikostudia
Mulawarman, & Aldila Dyas Nurfitri. (2017). Perilaku Pengguna Media Sosial
beserta Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan.
Buletin Psikologi, 25(1), 36-44. DOI: 10.22146/buletinpsikologi.22759
Syiddatul Budury, Andikawati Fitriasari, & Diah Jerita Eka Sari. (2020). Media
Sosial dan kesehatan jiwa mahasiswa selama pandemi covid-19. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 8(4), 551-556. Di akses dari https://jurnal.unimus.ac.id
Nurul Fadhillah Kundari, Wardah Hanifah, Gita Aprilla Azzahra, Nadzira Risalati
Qoryatul Islam, & Hoirun Nisa. (2020). Hubungan Dukungan Sosial dan
Keterpaparan Media Sosial terhadap Perilaku Pencegahan COVID-19
pada Komunitas Wilayah Jabodetabek Tahun 2020, 281-294. DOI:
https://doi.org/10.22435/mpk.v30i4.3463
Mufadhal Barseli, Ifdil Ifdil, & Linda Fitria. (2020). Stress akademik akibat
Covid-19. JPGI: Jurnal Penelitian Guru Indonesia, 5(2), 95-99. DOI:
https://doi.org/10.29210/02733jpgi0005