Anda di halaman 1dari 10

Peran Sosial Media Terhadap Stress Akademik

Mahasiswa Selama Pandemi COVID-19

Disusun Oleh :

Amelia Saputri Muhnis Pulumoduyo

C03420001
KELAS A/SEMESTER 2

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

T.a 2021/2022

Peran Sosial Media Terhadap Stress Akademik Mahasiswa


Selama Pandemi COVID-19
Amelia Saputri Muhnis Pulumoduyo
Fakultas Ilmu Kesehatan, Progam Studi Psikologi, Univesitas Muhammadiyah,
Gorontalo
amelia.muhnis@gmail.com
Abstrak

Pada awal tahun 2020 COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi yang


telah melanda seluruh dunia dan menimbulkan dampak psikologis bagi
masyarakat di seluruh dunia. Dampak COVID-19 pun tidak dapat
terlepaskan dari dunia pendidikan khususnya dunia kampus. Sejak
awal Maret 2020 pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk
melakukan pembelajaran jarak jauh atau daring di perguruan tinggi.
Hal ini dilakukan pemerintah sebagai pencegahan terhadap penyebaran
COVID-19. Dalam proses pembelajaran daring mahasiswa mengalami
beberapa kendala, yaitu signal internet yang jelek, banyak tugas,
kurang fokus saat perkuliahan, dan kesulitan tidur sehingga hal
tersebut menyebabkan stress akademik pada mahasiswa. Selama
pandemi memungkinkan mahasiswa untuk mengakses media sosial
untuk mengupdate informasi atau berkomunikasi dengan orang lain.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sosial
media terhadap stress akademik yang di alami mahasiswa selam
pandemi berlangsung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kepustakaan dengan analisis jurnal sebagai pisau
analisisnya.

Kata Kunci : COVID-19, Pendidikan, Stress Akademik, Sosial


Media.

Pendahuluan
Pada 30 Januari 2020 secara resmi World Health Organization (WHO)
mendeklarasikan keadaan darurat kesehatan masyarakat atas terjadinya wabah
penyakit Coronavirus disease (COVID-19). Penyakit ini disebabkan oleh virus
SARS-CoV-2 (sebelumnya diberi nama 2019 - Novel Coronavirus) yang
merupakan satu keluarga besar dengan virus penyebab Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Virus ini pertama kali ditemukan pada manusia bulan
Desember 2019 di Wuhan, Cina. Virus ini mampu menyebar lebih cepat
dibandingkan SARS. Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui droplet yang
dikeluarkan oleh penderita dan permukaan benda yang terkontaminasi oleh virus
tersebut. Adapun masa inkubasi tergolong cepat yaitu sekitar 14 hari dan gejala
umum yang ditimbulkan berupa demam, batuk kering, dan sesak napas.

Karena adanya pandemi Covid-19 tentunya juga berdampak pada proses


pembelajaran di Indonesia. Dimana setiap Proses pembelajaran dilakukan secara
daring sesuai dengan kebijakan pemerintah. Setelah hampir satu tahun lebih
proses pembelajaran dilakukan secara daring, banyak kekurangan dan masalah
yang di hadapi oleh setiap siswa ataupun mahasiswa baik itu jaringan yang jelek
maupun kurangnya pemahaman terhadap materi yang diberikan. Hal ini membuat
stress akademik pada mahasiswa.

Ketidakmampuan mahasiswa untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut


membuat mereka mengalami stress. Alvin (dalam Eryanti, 2012) stres akademik
adalah tekanan-tekanan yang terjadi di dalam diri siswa yang disebabkan oleh
persaingan maupun tuntutan akademik. Senada dengan hal tersebut (Taufik, T., &
Ifdil, I. 2013; Muharrifah, A. 2009) menjelaskan stres akademik muncul ketika
harapan untuk meraih prestasi akademik meningkat, baik dari orang tua, guru
maupun teman sebaya. Harapan tersebut sering tidak sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki siswa sehingga menimbulkan tekanan psikologis yang
mempengaruhi pencapaian prestasi belajar di sekolah. Stres akademik disebabkan
oleh adanya academic stressor (Sayekti dalam Barseli, 2017). Academic stressor
merupakan yaitu penyebab stres yang bermula dari proses pembelajaran seperti
tekanan untuk mendapatkan nilai yang baik, lamanya belajar, banyaknya tugas,
rendahnya nilai/prestasi dan cemas dalam menghadapi ujian (Rahmawati dalam
Barseli, dkk, 2017).

Penerapan kebijakan belajar di rumah membuat sebagian siswa merasa cemas dan
tertekan. Banyaknya tugas yang diberikan oleh guru membuat banyak siswa
merasa stres dalam menjalani pembelajaran daring (Chaterine, 2020). Tidak hanya
banyak, tugas yang diberikan oleh guru juga dianggap memberatkan dan memiliki
waktu pengerjaan yang sangat singkat sehingga membuat siswa kebingungan
dalam menyelesaikan tugas-tugasnya (Raharjo & Sari, 2020). Dengan banyaknya
tugas yang diberikan siswa bisa menghabiskan waktu dari pagi hingga malam hari
hanya untuk menyelesaikan berbagai tugas daringnya. Kondisi tersebut
sebelumnya tidak terjadi ketika kegiatan belajar mengajar masih dilakukan di
sekolah.

Media sosial dan remaja adalah suatu hal yang seolah tidak terpisahkan, terutama
saat pandemi covid-19. Kemudahan untuk mengakses internet dan banyaknya
platform media sosial membuat remaja lebih terkoneksi satu sama lain. Salah satu
contoh media sosial adalah Facebook, Twitter, Instagram, Tiktok, WhatsApp,
Telegram. Media sosial tidak hanya memfasilitasi interaksi sosial antar individu,
keberadaan media sosial juga bisa menjadi media untuk berbagi dan bertukar
informasi. Bagi generasi milenial dan generasi Z, memiliki akun media sosial
adalah suatu keharusan, selain sebagai media pembelajaran media sosial juga
berfungsi sebagai manifestasi eksistensi diri (B, Fitriasari, & -, 2019) serta untuk
mengisi kebosanan (Stockdale & Coyne, 2020).

Saat ini jumlah pengguna media sosial di dunia mencapai 3.96 miliar orang, setara
dengan 51% dari jumlah populasi global dan media sosial dengan jumlah pemakai
terbanyak adalah Facebook, Youtube dan WhatsApp (Kemp, 2020) dengan durasi
rata-rata pemakaian masing-masing orang sebesar 2.5 jam tiap harinya.

Kondisi pandemi covid-19 telah membuat segala aktivitas dilakukan di rumah,


proses belajar mengajar mahasiswa juga dilakukan secara online di rumah, kondisi
ini memungkinkan peningkatan penggunaan media sosial. Masyarakat dan
mahasiswa banyak mendapatkan berita tentang perkembangan covid-19 dari
media sosial yang efeknya juga berdampak pada kesehatan mental (Gao et al.,
2020). Penelitian yang dilakukan di China menunjukkan bahwa pemakaian media
sosial yang berlebihan akan memicu terjadinya masalah kesehatan mental dan
kesejahteraan (Zhong, Huang, & Liu, 2021). Ketersediaan internet dan media
sosial diantara para mahasiswa adalah hal yang penting. Selain untuk aktivitas
akademik, mahasiswa juga menggunakannya untuk bermain game, mengakses
kabar tentang artis favorit, dan untuk mengetahui aktivitas orang lain (Mboya et
al., 2020) yang berisiko terjadinya penurunan semangat belajar dan nilai
akademik, isolasi sosial, kekurangan jam tidur dan gangguan penglihatan dan
pendengaran (Islam et al., 2018).

Pandemi covid-19 yang masih berlangsung dan belum tahu kapan berakhir
memaksa mahasiswa untuk terus melakukan aktivitas belajar belajar secara online
di rumah, aktivitas di luar ruangan pun tetap dibatasi dengan menerapkan protokol
kesehatan, memakai masker, jaga jarak dengan orang lain. Kondisi ini makin
memungkinkan terjadinya masalah kesehatan mental yang lebih luas. Maka dari
itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media sosial terhadap
stress akademik yang dialami oleh mahasiswa selama pandemi Covid-19.

Media Sosial

Istilah media sosial tersusun dari dua kata, yakni “media” dan “sosial”. “Media”
diartikan sebagai alat komunikasi (Laughey, 2007; McQuail, 2003). Sedangkan
kata “sosial” diartikan sebagai kenyataan sosial bahwa setiap individu melakukan
aksi yang memberikan kontribusi kepada masyarakat. Pernyataan ini menegaskan
bahwa pada kenyataannya, media dan semua perangkat lunak merupakan “sosial”
atau dalam makna bahwa keduanya merupakan produk dari proses sosial
(Durkheim dalam Fuchs, 2014).

Pada pengertian lain, media sosial diartikan sebagai sebuah media online, dengan
para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi
meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial
dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh
masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial
adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial
menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog
interaktif. Andreas Kaplan dan Michael Haenlein mendefinisikan media sosial
sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas
dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan
pertukaran user-generated content”. Jejaring sosial merupakan situs dimana setiap
orang bisa membuat web page pribadi, kemudian terhubung dengan temanteman
untuk berbagi informasi dan berkomunikasi. Jejaring sosial terbesar antara lain
Facebook, Myspace, dan Twitter. Jika media tradisional menggunakan media
cetak dan media broadcast, maka media sosial menggunakan internet. Media
sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpertisipasi dengan memberi
kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagi
informasi dalam waktu yang cepat dan tak terbatas.

Media sosial menghapus batasan-batasan dalam bersosialisasi. Dalam media


sosial tidak ada batasan ruang dan waktu, mereka dapat berkomunikasi kapanpun
dan dimanapun mereka berada. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial
mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Seseorang yang
asalnya kecil bisa menjadi besar dengan media sosial, begitu pula sebaliknya.

Bagi masyarakat Indonesia khususnya kalangan remaja, media sosial seakan


sudah menjadi candu, tiada hari tanpa membuka media sosial, bahkan hampir 24
jam mereka tidak lepas dari smartphone . Media sosial terbesar yang paling sering
digunakan oleh kalangan remaja antara lain; Facebook, Twitter, Path, Youtube,
Instagram, Kaskus, LINE, Whatsapp, Blackberry Messenger. Masing-masing
media sosial tersebut mempunyai keunggulan khusus dalam menarik banyak
pengguna media sosial yang mereka miliki.

Media sosial memang menawarkan banyak kemudahan yang membuat para


remaja betah berlamalama berselancar di dunia maya.
Stress Akademik

Stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian


(Garniwa, I. 2007) antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis,
psikologis atau sistem sosial individu (Sarafino, 2006; Wardi, R., & Ifdil, I.
(2016). (Anggola & Ongori 2009; Pratama, M. R., 2015; Siska, M., 2011) juga
mendefinisikan stres sebagai persepsi dari kesenjangan antara tuntutan lingkungan
dan kemampuan individu untuk memenuhinya.

Robbins (2001) menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai sesuatu kesempatan di mana untuk
mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang. Weinberg dan
Gould (2003) mendefinisikan stres sebagai “a substantial imbalance between
demand (physical and psychological) and response capability, under condition
where failure to meet that demand has importance concequences”. Artinya, ada
ketidakseimbangan antara tuntutan (fisik dan psikis) dan kemampuan
memenuhinya. Gagal dalam memenuhi kebutuhan tersebut akan berdampak
krusial.

Hampir senada dengan pendapat di atas, Sarafino (1994) mendefinisikan stress


sebagai tekanan internal maupun eksternal serta kondisi bermasalah lainnya dalam
kehidupan (an internal and external pressure and other troublesome condisition in
life). Beberapa konsep tersebut menjelaskan stress sebagai sebuah kondisi yang
disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, menimbulkan
persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi yang bersumber
pada sistem biologis, psikologis, dan sosial dari seseorang.

Stres yang terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikan biasanya disebut dengan
stres akademik (Sinaga, M. A. J. 2015; Rahmadani, C. S. M. 2014; Hikmah, Y.
2014; ). Desmita (2010) menyatakan “Stres akademik adalah stres yang
disebabkan oleh academic stresor”. Academic stresor adalah stres yang dialami
siswa yang bersumber dari proses pembelajaran atau hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatan belajar seperti: tekanan untuk naik kelas, lama belajar,
mencontek, banyak tugas, mendapat nilai ulangan, keputusan menentukan jurusan
atau karier serta kecemasan ujian dan manajemen stres.

Stress akademik adalah respons yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan
dan tugas yang harus dikerjakan siswa/mahasiswa. Kondisi stress disebabkan
adanya tekanan untuk menunjukkan prestasi dan keunggulan dalam kondisi
persaingan akademik yang semakin meningkat sehingga mereka semakin
terbebani oleh berbagai tekanan dan tuntutan. Stress akademik yang dialami siswa
merupakan hasil persepsi yang subyektif terhadap adanya ketidaksesuaian antara
tuntutan lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa.

Masalah yang dihadapi siswa/mahasiswa ada masa pandemi Covid-19 ini selain
tuntutan-tuntutan yang dibebankan dengan model belajar mengajar secara daring.
Proses belajar menggunakan media online lebih melelahkan dan membosankan,
karena mereka tidak dapat berinteraksi langsung baik dengan guru maupun teman
lainnya. Dengan demikian mengakibatkan frustrasi bagi siswa/mahasiswa, dan
bila terus berlanjut dapat menimbulkan stress.

Stres akademik pada mahasiswa karena banyak tugas kuliah membuat mahasiswa
lebih banyak bermain media sosial yang berpotensi kecanduan internet (Jun &
Choi, 2015), selain itu stres juga dipicu oleh keinginan untuk mendapatkan
pengakuan dari orang lain, mereka terobsesi untuk mendaatkan like dan comment
sebanyak-banyaknya di halaman media sosial mereka, lebih lanjut, kondisi ini
juga memungkinkan terjadinya cyberbullying pada user yang dampaknya jauh
lebih traumatis dan berbahaya bagi kesehatan mental.

Berdasarkan rumusan landasan teori diatas maka dirumuskan kerangka berpikir


sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir


Stress akademik yang di
alami oleh mahasiswa H0

Ha Media Sosial

Kerangka pemikiran bertujuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena


yang ada. Pada penelitian ini, diharapkan dapat menjelaskan hubungan antara
variabel X yaitu media sosial, seperti youtube, telegram, tiktok dan lain-lain
dengan variabel Y yaitu stress akademik yang dialami oleh mahasiswa selama
pandemi covid-19.

Hipotesis

Berdasarkan latar belakang toritis diatas maka dirumuskan hipotesis sebagai


berikut :

Hipotesis Nolnya (H0) : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara media sosial
terhadap stress akademik yang dialami oleh mahasiswa selama pandemi covid-19

Hipotesis alternatifnya (Ha) : Ada pengaruh yang signifikan antara media sosial
terhadap stress akademik yang dialami oleh mahasiswa selama pandemi covid-19

Daftar Pustaka
Hairani Lubis, Ayunda Ramadhani , & Miranti Rasyid. (2021). Stres Akademik
Mahasiswa dalam Melaksanakan Kuliah Daring Selama Masa Pandemi
Covid 19. Jurnal Psikologi, 10(1), 31-39. DOI: 10.30872/psikostudia

Mulawarman, & Aldila Dyas Nurfitri. (2017). Perilaku Pengguna Media Sosial
beserta Implikasinya Ditinjau dari Perspektif Psikologi Sosial Terapan.
Buletin Psikologi, 25(1), 36-44. DOI: 10.22146/buletinpsikologi.22759

Syiddatul Budury, Andikawati Fitriasari, & Diah Jerita Eka Sari. (2020). Media
Sosial dan kesehatan jiwa mahasiswa selama pandemi covid-19. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 8(4), 551-556. Di akses dari https://jurnal.unimus.ac.id

Nurul Fadhillah Kundari, Wardah Hanifah, Gita Aprilla Azzahra, Nadzira Risalati
Qoryatul Islam, & Hoirun Nisa. (2020). Hubungan Dukungan Sosial dan
Keterpaparan Media Sosial terhadap Perilaku Pencegahan COVID-19
pada Komunitas Wilayah Jabodetabek Tahun 2020, 281-294. DOI:
https://doi.org/10.22435/mpk.v30i4.3463

Mufadhal Barseli, Ifdil Ifdil, & Linda Fitria. (2020). Stress akademik akibat
Covid-19. JPGI: Jurnal Penelitian Guru Indonesia, 5(2), 95-99. DOI:
https://doi.org/10.29210/02733jpgi0005

Raldy A. Ratunuman, Lydia E. V. David, & Hendri Opod. (2021). Dampak


Psikologis Pandemi COVID-19 Pada Mahasiswa. Jurnal Biomedik, 13(2),
227-232. DOI: https://doi.org/10.35790/jbm.13.2.2021.31836

Anda mungkin juga menyukai