Anda di halaman 1dari 4

Nama : Neni Safitri Yanti

Nim : 041855593
Mata Kuliah : OPINI PUBLIK

Tugas 2

1. Prinsip opini publik ditinjau dari aspek psikologis, salah satu poinnya yakni persepsi
yang merupakan pembentukan opini publik. Berikan contoh isu atau opini publik yang
terjadi saat ini (berupa berita/ artikel), selanjutnya dari contoh tersebut lakukan analisis
berdasarkan faktor-faktor persepsi!.

Jawaban :

Vaksin Covid-19

Sejak pemerintah mengumumkan vaksinasi Covid-19 di Indonesia, masyarakat telah dihadapkan


dengan berbagai dilema pemberlakuan kebijakan ini. Melihat aktivitas masyarakat di media sosial
media, masih ditemukan seruan kelompok yang menolak vaksin Covid-19. Bahkan, terdapat 49,9
persen dari total 601 responden menolak untuk menjadi penerima vaksin Covid-19 pertama.

Demikian kajian dan riset yang dilakukan Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM yang
diinisiasi oleh Amelinda Pandu Kusumaningtyas, Iradat Wirid dan beberapa peneliti senior CfDS.
Riset berusaha menelaah lebih lanjut mengenai persepsi masyarakat keterkaitan pandangan
mereka terhadap Covid-19 dan sumber informasi yang beredar.

Dari survei CfDS yang dilakukan di bulan Februari 2021 berdasarkan tingkat pendidikan dan
persepsi terhadap vaksin Covid-19 disebutkan mayoritas masyarakat Indonesia yang
berpendidikan tinggi (diploma-S3) menganggap vaksin Covid-19 penting, baik untuk diri sendiri
maupun keluarga. Sementara jenis atau merek vaksin yang paling banyak dirujuk diantaranya
Sinovac (41,8 persen), Pzifer, dan Biofarma.
“Masyarakat menilai vaksin harus bersifat wajib, terlepas dari gratis atau tidaknya. Meski begitu
masih terdapat hampir 40 persen masyarakat tidak setuju dengan kebijakan wajib vaksin Covid-
19 yang mayoritas merupakan masyarakat berpendidikan tinggi, dan ini secara langsung
berdampak pada persepsi negatif masyarakat yang menyurutkan kesediaan untuk menerima
vaksin," ujar Amelinda Pandu Kusumaningtyas, peneliti CfDS, Rabu (24/3) saat jumpa pers via
Google Meets.

Amelinda menyebut hasil penelitian CfDS memperlihatkan sebagian besar masyarakat Indonesia
pengguna layanan digital mengakses informasi Covid-19 melalui lini sosial media, dan sebanyak
81,5 persen diantaranya masih bersinggungan dengan berbagai bentuk postingan yang memuat
teori konspirasi. Menurutny, mayoritas masyarakat masih percaya dengan teori konspirasi elite
global yang menyatakan bahwa vaksin Covid-19 dibuat demi keuntungan korporasi farmasi,
ataupun untuk memasukan microchip dalam tubuh manusia.

“Belum lagi ada masyarakat Indonesia juga masih percaya dengan paparan informasi hoaks bila
kesembuhan pasien bisa dengan kalung anti Covid-19," ucapnya.

Dalam penelitiannya, Amelinda menandaskan informasi media sosial sangat berpengaruh


terhadap opini masyarakat Indonesia. Terlepas dari latar belakang yang dimiliki, masih saja
terdapat masyarakat yang terpapar pusaran berita palsu ataupun teori konspirasi yang beredar
di sosial media.

Dalam penelitian yang terkait analisis teks media sosial, sebaran hoaks dan konspirasi terkait
Covid-19, CfDS juga melakukan analisis yang mendalam dengan memanfaatkan data dari cuitan
dan postingan netizen di berbagai platform sosial media. Iradat Wirid menyebut dari
pengambilan data sejak Maret 2020-Februari 2021 terdapat lebih dari 18.400 cuitan di Twitter
yang memuat “Tolak Vaksin” atau “Anti Vaksin”.

Bersamaan dengan postingan masyarakat tersebut, katanya, lebih dari 1.000 cuitan merujuk
pada bantahan terhadap penolakan vaksin Covid-19 Sinovac. Sementara lebih dari 4.000 cuitan
mengandung kata ‘PDIP’, ‘rakyat’, ‘PKI’ dan ‘Pemerintah’ sebagai bentuk penolakan balik
postingan Anggota DPR Ribka Tjiptaning yang tidak mendukung vaksin Covid-19.

“Sama halnya pada platform berbagi video Youtube, terdapat 11 video teratas yang membahas
mengenai penolakan Ribka Tjiptaning, dengan penonton lebih dari 13 juta pengguna dan 62.000
komentar," ungkapnya.

Berbeda dengan Twitter, kata Iradat, pada kolom komentar Youtube di video tersebut lebih
banyak memuat dukungan terhadap anggota DPR Ribka Tjiptaning untuk menolak vaksin Covid-
19. Sementara di platform Instagram, terdapat berbagai akun yang dengan jelas menampilkan
video atau foto dengan wacana konspirasi. “Salah satunya: ‘Injeksi MRNA Moderna adalah
sistem operasi yang dirancang untuk memprogram manusia dan meretas fungsi biologisnya’,
hingga upaya mengajak ‘apa yang perlu kita lakukan setelah menolak vaksin?’.

Iradat menambahkan bahwa platform dengan basis audio dan visual (Instagram dan Youtube)
lebih banyak digunakan untuk membangun wacana penolakan atas vaksin Covid-19, dan netizen
akan ikut berkomentar sejalan dengan isi konten tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan survei
dan analisis mendalam yang dilakukan CfDS melihat informasi media sosial di berbagai platform
berpengaruh terhadap pandangan masyarakat/netizen.

“Pengaruh tersebut membentuk persepsinya dalam keikutsertaan program vaksinasi Covid-19


pemerintah,".
2. Carilah contoh kebijakan lembaga politik (berupa berita/ artikel) dan analisis
opini publik yang berkembang dari kebijakan tersebut!.

Jawaban :

indostrategic Sebut Pasangan Anies - AHY Aspirasi Terkuat Warga


DKI di Pilpres 2024
Nama Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Agus Harimurti Yudhoyono
(AHY) menjadi aspirasi terkuat warga DKI Jakarta sebagai pasangan Capres-Cawapres
menuju kontestasi Pilpres 2024 mendatang.

Hal ini berdasarkan hasil survei Institute for Democracy and Strategic Affairs
(Indostrategic) mengenai evaluasi Kinerja Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah
kepemimpinan Anies Baswedan (2017-2022) dan dampaknya terhadap arah perilaku
politik warga Jakarta menuju Pemilu 2024.

Pada simulasi tiga pasang Capres-Cawapres, pasangan Anies-AHY unggul signifikan di


angka 51,6 persen, disusul Ganjar-Erick 29,1 persen, dan Prabowo-Muhaimin 10,4 persen.

Berdasarkan simulasi tiga pasang Capres-Cawapres, pasangan Anies-AHY mendapatkan


dukungan besar dari basis Demokrat (72,3 persen), Gerindra (50,4 persen), Golkar (50
persen), Nasdem (73,6 persen), PAN (55 persen), PKB (47,8 persen), PKS (81,6 persen),
PPP (68,6 persen).

Adapun Ganjar-Erick didukung kuat oleh pemilih PDIP (68,6 persen), Perindo (64,7
persen), dan PSI (73,9 persen). Sedangkan pasangan Prabowo-Muhaimin memperoleh
dukungan yang relatif merata.

Sementara itu, jika simulasi dua pasangan Capres-Cawapres, pasangan Anies-AHY juga
unggul (57 persen) jika berhadapan dengan Ganjar-Erick (34,4%).

Hasil survei menunjukkan Anies-AHY juga unggul telak (61,7 persen) jika berhadapan
dengan Prabowo-Muhaimin (22,3 persen).

Berdasarkan hasil penghitungan cross-tabulasi, pendukung partai-partai politik nasional di


DKI Jakarta juga cukup banyak yang berlabuh mendukung Anies sebagai Capres 2024.

Misalnya, pendukung Gerindra (39,2 persen), Golkar (35,2 persen), Nasdem (62,3 persen),
PKS (70,8 persen), PAN (55 persen), Demokrat (66,3 persen).

"Basis dukungan Prabowo di internal pemilih Gerindra DKI Jakarta sendiri tampak tercecer
di peringkat kedua (31,2 persen) di bawah Anies Baswedan. Adapun pendukung Ganjar
mayoritas dari PDIP (54,3 persen) dan PSI (26,1 persen)," demikian hasil survei
Indostrategic, dikutip Liputan6.com Senin (14/11/2022).

Anda mungkin juga menyukai