LANDASAN TEORI
pada tahun 1956. Horton dan Wohl menyebutkan dua istilah, yaitu interaksi
balik antara seseorang dengan figur media (Horton dan Wohl, 1956 dalam
Stever, 2013). Karakteristik utama dari interaksi parasosial ini adalah adanya
bersifat satu arah, non-dialektikal, dikontrol oleh figur media, dan tidak dapat
berkembang (Horton dan Wohl dalam Watkins, 2009, dalam Sekarsari, 2009).
figur media, sebagai hasil rekaan dari media massa, sedangkan interaksi
dengan pemirsa televisi (Horton dan Wohl, dalam Biran, 2003; dalam
berikut.
30
31
rumahnya (Horton dan Wohl, 1982 dalam Sekarsari, 2009). Fans menjadi
merasa dekat dan mengenal idolanya dengan baik, meskipun hanya melihat
idolanya melalui media dan belum pernah bertemu secara langsung. Fans
dapat merasa sudah begitu mengenal idolanya dengan baik, padahal ia belum
(Cashmore, 2006). Fans merasa bahwa mereka mengenal dekat sang idola
& McHugh, 1997 dalam Puspita, 2013). Ilusi keintiman yang terbentuk
kesalahan atau kegagalan yang dilakukan oleh idolanya (Rubin, Perse, dan
Istilah figur media digunakan untuk menjelaskan tokoh khas dan asli
karakter fiksi yang tampil dalam film atau opera (Horton & Wohl, 1982 dalam
Sekarsari, 2009). Selain itu, figur media juga dapat berasal dari tokoh yang
model, politikus, atlit, dsb (Sekarsari, 2009). Dalam kasus ekstrem, figur
media juga bisa bukan manusia nyata, melainkan tokoh kartun (Giles, 2003).
kuat yang dialami oleh seseorang dalam interaksinya dengan figur media.
2010).
akan kehadiran figur media, merasa rindu untuk berada dekat secara fisik
dengan figur media, serta kebutuhan untuk diterima dan diperhatikan (Rubin,
(Tukachinsky, 2010).
cinta parasosial). Orang yang hanya mengalami salah satu tipe berarti
memiliki derajat yang lebih tinggi di suatu tipe sementara tipe lainnya
figur media yang mereka lihat, apakah mereka akan menyukai figur tersebut
36
figur media antara lain fisiknya (cantik atau tampan), karakteristik individual
dan membentuk “interaksi” dengan figur tersebut. Individu juga akan mulai
dengan cara berdiskusi atau bergosip mengenai figur tersebut dengan orang
lain. Pada tahap ini, penilaian dari orang lain dapat memengaruhi bagaimana
penilaian dirinya terhadap figur media tersebut (panah di sebelah kanan atas
pada bagan 2.1.). Misalnya, seseorang yang menyukai artis X bisa saja
apakah ia akan tetap menyukai figur media tersebut atau menjadi tidak
performance penyanyi tertentu, atau mencari acara lain yang dibintangi oleh
37
Sekarsari, 2009), individu yang kurang atau jarang melakukan interaksi sosial
kecenderungan pemirsa televisi untuk mengenali dan berbagi pola pikir serta
Sekarsari, 2009).
3. Self-esteem yang rendah. Hasil penelitian Turner (dalam Hoffner, 2002, dalam
orang lain, sehingga mereka lebih memilih untuk menonton televisi dan
televisi.
38
4. Tingkat pendidikan. Menurut Levy (1982, dalam Hoffner, 2002, dalam Giles,
2003), individu yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik akan lebih
5. Individu yang tidak bisa keluar rumah (housebound infirm). Mereka yang
tidak bisa keluar rumah, mungkin karena masalah kesehatan, biasanya kurang
parasosial.
parasosial lebih kuat dan lebih sering dialami oleh perempuan (Hoffner, 2002,
8. Usia. Menurut Maltby & McCutcheon (2003), usia seseorang juga dapat
wajar muncul pada usia remaja dan seharusnya semakin berkurang seiring
parasosial adalah kebutuhan akan kepuasan sosial dan emosional. Hal ini
dapat memotivasi individu untuk menonton tayangan televisi lebih lanjut dan
2. Faktor kesamaan (similarity) antara individu dengan figur media, baik dalam
Biasanya individu akan lebih tertarik pada karakter dan kepribadian figur
40
individu yang tampan atau cantik, menarik, berbakat, dan sukses, sehingga
figure media tersebut akan menjadi panutan bagi orang tersebut (Hoffner,
Sekarsari, 2009).
2011).
2009), lamanya waktu yang dihabiskan individu untuk menonton televisi juga
individu menonton televisi maka ia akan semakin intim dengan figur media
media dapat memengaruhi relasi parasosial, di mana jika jenis kelamin figur
sedangkan jika jenis kelamin figur media sama dengan individu, maka
idola sebagai contoh, tidak hanya hal-hal secara fisik (seperti penampilan,
cara berpakaian, gaya rambut, dsb), tapi juga perilaku, sikap, atau nilai yang
dimiliki idola. Fans dapat melakukan segala hal yang dilakukan oleh idolanya,
2. Fans mengadaptasi apa yang mereka lihat sebagai atribut idola mereka,
merekonstruksi sikap, nilai, dan perilaku mereka sesuai dengan sikap, nilai,
Selain itu, menurut Susan Boon dan Christine Lomore (2001, dalam
up, atau gaya rambut bagi fansnya. Lebih dari itu, selebriti dapat
memengaruhi sikap dan nilai individu, termasuk di dalamnya sikap kerja, etos
belasan atau awal dua puluh dan berakhir pada usia 40 tahun. Masa dewasa
awal merupakan masa untuk bekerja dan menjalin relasi dengan lawan jenis,
dan terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya (Santrock, 2006).
baru dicapai pada usia 30 tahun. Pada masa emerging adulthood ini
memiliki pekerjaan tetap yang full time. Pada masa ini juga kebanyakan
dan mampu menjalani relasi yang intim, mutual, dan bertahan lama
(Santrock, 2006).
cara berpikir logis terhadap situasi yang rumit yang dihadapi dalam kehidupan
2006).
Pada individu dewasa awal, mereka tidak lagi bergantung secara kaku
pada logika dan menganggap hasilnya adalah benar atau salah. Individu
menyadari bahwa masalah dalam kehidupan sangat kompleks dan tidak dapat
dipandang hanya dengan benar atau salah. Menurut William Perry (1970;
dewasa awal mulai memahami bahwa mereka tidak selalu memiliki semua
masing serta semua pendapat sama-sama memiliki nilai yang baik (William
Aspek kognitif lain yang menonjol pada dewasa awal adalah reflective
judgement, yaitu kapasitas untuk menilai seberapa akurat dan logiskah bukti-
ini mulai berkembang pada usia sekitar 20 tahun (William Perry, 1970; dalam
Santrock, 2006).
oleh K. Warner Schaie (1977, dalam Santrock, 2006). Menurut Schaie (1977;
dalam Santrock, 2006), orang dewasa lebih maju dari remaja dalam
menerapkan apa yang kita ketahui untuk mengejar karir dan membentuk
keluarga. Selain itu, individu dewasa awal juga mampu memonitor perilaku
Santrock, 2006).
konflik, dan cara memandang relasi yang dimiliki individu dengan orang lain
semakin berkembang. Pada masa dewasa awal, orang tua sudah tidak
Masa dewasa awal merupakan masa yang self focused, di mana kontrol sosial
sudah mulai menurun dan individu memiliki kebebasan untuk fokus pada
pengembangan dirinya (Arnett, 2004). Pada masa ini, individu lebih sering
semakin berkurang (Dubas & Petersen, 1996; dalam Arnett, 2004). Orang tua
dewasa awal untuk mandiri dan dependen. Semakin lama individu dewasa
awal akan bergerak ke arah autonomy (Aquilino, 2006, dalam Arnett, 2011).
bagi individu dewasa awal. Sebagian besar individu dewasa awal memutuskan
untuk pindah dari rumah mereka sehingga dukungan sosial yang biasa mereka
dewasa awal menjadi sering meluangkan waktu untuk teman agar kebutuhan
merupakan istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara
dipertegas oleh Farrar (CNN World, 2010; dalam Noviasari, 2012) sebagai
berikut.
48
million, has become the Hollywood of the East, churning out entertainment
Indonesia, melalui drama. Korean Wave masuk ke Indonesia pada tahun 2002
melalui sebuah drama berjudul Endless Love yang diputar di salah satu
Hal ini terlihat dari hasil survei AC Nielsen Indonesia yang menunjukkan
rating drama Endless Love mencapai 10 (ditonton sekitar 2,8 juta pemirsa di
lima kota besar) (Kompas, 14 Juli 2003; dalam Sjafari, 2013). Keberhasilan
drama seri Korea tersebut, yang dikenal dengan istilah Korean drama (K-
2011). Hal ini disebabkan karena dalam drama tersebut juga terdapat lagu
49
musik Korea, yang disebut dengan istilah Korean Pop (Kpop). Selain itu,
Athena yang melibatkan boyband Super Junior, atau drama Korea berjudul
Full House yang menjadikan Rain yang juga sebagai penyanyi (ISI Denpasar,
2011). Hal ini membuat Korean Pop (Kpop) mulai marak menjajal kancah
musik Indonesia.
mana pada tanggal 4 Juni 2011 Indonesia dihebohkan dengan sebuah festival
Korea. Sejak saat itu, semakin banyak konser-konser Kpop yang diadakan di
Berdasarkan data yang diperoleh dari seminar bertajuk East Asia as Pop
menempati posisi ke-6 dalam daftar negara di dunia dengan fans Korean Pop
(Kpop) paling banyak. Pada akhir tahun 2012, Jumlah fans Kpop di Indonesia
dan diikuti dengan interaksi intens di dalamnya. Hal tersebut dapat diketahui
dunia maya, yang dibentuk oleh orang-orang yang tertarik dengan Korean
fanbase K-Pop Idol di twitter telah mencapai ≥ 10.000 penggemar. Selain itu,