ABSTRAK
Kecanduan hubungan melalui dunia maya (cyber relationship addiction) saat ini menjadi sebuah
permasalahan serius yang perlu mendapat perhatian semua kalangan. Jika ditinjau dari sisi negatifnya, dampak
dari kecanduan ini turut mengancam mental anak usia sekolah, diantaranya semakin meningkatnya angka
dropout siswa yang dampak lanjutannya adalah kecanduan yang mengarah pada hubungan yang tidak sehat dan
terpaksa dinikahkan pada usia sekolah. Dalam penelitian ini penulis memaparkan korelasi antara cyber
relationship addiction terhadap meningkatnya angka dropout sekolah dan pernikahan usia dini. Penelitian ini
dilakukan dengan metode cross sectional, dengan sample siswa SMK X Maumere yang mempunyai akun
facebook aktif, sampel purposive sampling sebanyak 45 responden, dan pengambilan data menggunakan
kuesioner serta dianalisis menggunakan SPSS, dengan uji Chi-Square untuk mencari hubungan variabel-variabel
penelitian dan melihat kecenderungannya menggunakan tabulasi silang dan Odd Ratio. Berdasarkan data
sekunder, penyebab siswa putus sekolah yakni 15,79% mengundurkan diri karena tidak mampu dari segi
akademis (materi sekolah kejuruan), 26,32% karena masalah keuangan dan biaya praktikum, sedangkan 57,89%
sisanya adalah dropout bahkan dikeluarkan oleh sekolah karena hamil di luar nikah, kecanduan di warnet
sehingga ditarik kembali orangtuanya ke tempat asal dan dampak lainnya. Dari hasil analisis, dapat disimpulkan
bahwa Cyber Relationship Addiction sangat mempengaruhi mental siswa usia sekolah, dimana tingkat
kecanduan dengan dunia maya sangat tinggi, yang berimbas ke pergaulan yang tidak sehat, hamil di usia
sekolah, di keluarkan dari sekolah, dan dinikahkan secara paksa karena berbagai alasan.
I. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi informasi saat ini khususnya internet dan pemanfaatannya terutama di
Indonesia, turut pula berimbas pada dunia pendidikan yang mulai menerapkan teknologi komputer dan internet
pada sistem kurikulumnya. Saat ini keunggulan-keunggulan teknologi melalui penerapan internet dapat memacu
dan meningkatkan mutu pendidikan. Dari sisi positif tentu saja semua pihak harus mendukung pemanfaatan
teknologi komputer dan internet dalam kurikulum sekolah. Namun dari sisi negatif, semua pihak harus bekerja
sama untuk meminimalkan dampak tersebut, terutama bagi anak di usia sekolah.
Salah satu dampak kemajuan teknologi adalah dengan kehadiran masyarakat informasi (information
society). Menurut Ismamulhadi (2002) masyarakat informasi adalah adanya pemanfaatan internet yang semakin
luas dalam berbagai bidang kehidupan, membawa perubahan dan pergeseran yang sangat cepat kedalam suatu
kehidupan dunia tanpa batas (borderless world) yang pada gilirannya mempengaruhi mekanisme perdagangan,
baik secara nasional maupun internasional. Hal ini membuktikan bahwa internet menjadi sebuah media baru
dengan sistem digital. Dalam New Media Theory menjelaskan gambaran mengenai kekuatan media baru dalam
mempengaruhi bentuk-bentuk barunya yang berbentuk digital. Menurut Nurjanah (2012) dengan munculnya
media baru ini membawa perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan manusia dengan tanpa batas dan lebih
efektif (jauh menjadi dekat, paper-based menjadi paperless).
Menurut Vydia (2014) Internet dapat membantu remaja dalam berkomunikasi dan bersosialisasi,
karena internet memudahkan remaja menjalin relasi dengan teman ataupun lawan jenis. Jarak dan waktu tidak
lagi menjadi halangan dalam hal komunikasi. Akan tetapi sebaliknya, seorang remaja yang kecanduan internet
cenderung mengalami penurunan keinginan untuk berkomunikasi secara langsung, tatap muka, khususnya
dengan keluarga. Kemampuan untuk berkomunikasi secara asertif sangat diperlukan untuk mengurangi dampak
negatif penggunaan internet pada remaja. Remaja yang cenderung mudah terpengaruh oleh teman sebaya rentan
terhadap pengaruh buruk penggunaan internet yang berlebihan. Terlepas dari pentingnya pemanfaatan internet
untuk kepentingan pendidikan atau pembelajaran, kini makin terlihat fenomena yang menunjukkan minat yang
tinggi pada kalangan remaja perkotaan di Indonesia.
Namun setiap media komunikasi yang baru tidak selalu menimbulkan dampak yang positif tetapi dapat
juga menimbulkan dampak yang negatif, dan efek yang ditimbulkan hampir sama dengan efek yang ditimbulkan
oleh televisi. Adapun dampak positif dari internet adalah internet sebagai media komunikasi, media pertukaran
data, media untuk mencari informasi atau data, kemudahan memperoleh informasi, bisa digunakan sebagai
lahan informasi, dan kemudahan berinteraksi dan berbisnis dalam bidang perdagangan. Dampak negatif dari
internet adalah pornografi, penipuan, bisa membuat seseorang kecanduan dan tindakan kejahatan internet yang
lebih dikenal dengan cyber crime (Rahayu, 2012: 22).
Individu menanggapi rasa kesepian dengan cara yang beragam. Marja, dkk (2013) dalam penelitiannya
yang membahas mengenai coping pada individu yang kesepian menemukan bahwa dukungan dari orang lain
terutama teman dapat membantu mengurangi beban psikologis yang dirasakan. Salah satu remaja kesepian yang
menjadi partisipan menyatakan bahwa ia menemukan rasa nyaman ketika bergabung dalam online support
group yang termasuk pada salah satu metode coping dengan support received. Hal ini dirasakan karena ia tidak
nyaman membicarakan kekurangannya pada orang yang dikenal. Meskipun begitu, Marja, dkk menyatakan
tidak semua orang menganggap komunitas dalam internet adalah cara yang baik untuk mengatasi kesepian, dan
individu bahkan bisa menjadi lebih kesepian karena terlibat terlalu jauh dengan internet.
Dalam perkembangan berikutnya, internet tampil dengan berbagai tawaran fasilitas yang
mempermudah pengguna masuk dalam jaringan pertemanan seperti facebook, twiter, histogram, dan
sebagainya. Facebook merupakan situs jejaring sosial yang mudah digunakan, dan yang paling penting adalah
mempunyai efek mencandu. Menurut Rouis (2011), efek mencandu itu bisa disebabkan oleh dua hal utama.
Pertama, karena kita senang memperoleh teman dan mendapat perhatian dari orang lain. Kedua, kita senang
menjadi orang yang dikenal dan diakui keberadaannya. Karena itu, akan semakin mudah menjadi pencandu
jejaring sosial di internet bila seseorang memiliki kebutuhan besar akan perhatian, penghargaan diri, dan
pengakuan akan eksistensi dirinya. Remaja yang masih berjiwa labil dan emosional sering salah menafsirkan
apa yang mereka dapatkan baik dari media massa maupun dari situs pertemanan. Keadaan yang seperti
demikian menjadikan remaja sering terpancing rasa keingintahuannya untuk mencoba apa yang ditawarkan
kepada mereka melalui media-media tersebut yang kemudian memunculkan perubahan perilaku baik itu yang
positif maupun negatif pada diri remaja. Rouis (2011).
Penelitian yang dilakuan saat ini, mengacu dan melengkapi penelitian yang telah dilakukan peneliti
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Hapsari dan Hariana (2014) mengatakan bahwa semakin tinggi
kadar kesepian seseorang, maka semakin tinggi pula kecenderungan kecanduan internet yang dialami.
Sebaliknya, apabila semakin rendah kesepian, maka semakin rendah pula seseorang mengalami kecanduan
internet.
Selain kondisi psikologis pengguna, tingkat religiositas juga sangat mempengaruhi tingkat kecanduan seseorang
dalam dunia Cyber. Penelitian yang dilakukan oleh Basri (2015) mengatakan bahwa semakin tinggi tingkat
religiositas mahasiswa, maka akan semakin rendah tingkat kecenderungannya untuk mengalami kecanduan
internet (interned addiction disorder). Sebaliknya semakin rendah tingkat religiositas mahasiswa maka akan
semakin tinggi tingkat kecenderungannya untuk mengalami kecanduan internet (Interned Addiction Disorder).
Hal senada juga diungkapkan oleh Daryo (2013) bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kesepian, motif
persahabatan, dan komunikasi on line terhadap ketergantungan internet. Pengaruh dari ke tiga variabel tersebut
sebesar 13,2 % dan masih ada 86,8 % faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap ketergantungan internet.
Selain itu control diri atau self control juga sangat mempengaruhi tingkat kecanduan.
Penelitian Ningtyas (2012) mengatakan bahwa self control terhadap internet addiction pada mahasiswa
Fakulatas Ilmu Pendidikan berada pada kategori rendah. Hal ini berarti mahasiswa kurang mampu mengontrol
perilaku dalam bermain internet yang berlebihan (waktu yang tidak terkontrol), kurang mampu dalam
mengambil keputusan atau suatu tindakan yang cukup baik terhadap internet.
Dari dampak tersebut dapat terlihat bahwa kecanduan dalam dunia maya terhadap kaum remaja
khususnya usia sekolah dapat berdampak pada pergaulan yang tidak sehat yang akan berimbas pada hubungan
yang tidak sehat yang mengarah kepada sex bebas akibat pertemanan yang tidak terkontrol, dan dampak
selanjutnya semakin bertambah jumlah siswa putus sekolah, hamil pada usia sekolah, menikah pada usia
sekolah dan akan menyebabkan permasalahan sosial lainnya.
Dari berbagai pengamatan serta adanya fenomena yang terjadi saat ini dan hasil penelitian terdahulu
yang telah dijelaskan di atas, penulis ingin mengetahui hubungan antara cyber relationship addiction terhadap
remaja usia sekolah sehingga angka putus sekolah dapat ditekan serendah mungkin karena di satu sisi
penggunaan teknologi pada jaman sekarang tidak dapat dielakan lagi oleh siapapun termasuk usia sekolah
Desain penelitian ini berdasarkan jenisnya termasuk dalam penelitian kuantitatif, dimana data penelitian
berupa angka-angka dan analisis yang menggunkan statistik (Sugiyono, 2010:7). Sementara itu jenis atau tipe
riset yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode explanasi. Eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan
suatu generalisasi terhadap populasi atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh auatu variabel
dengan mengukur hubungan sebab akibat dari dua atau beberapa variabel dengan menggunakan analisis ststistik
inferensial.
Taknik sampling yang digunakan peneliti memilih taknik sampling probabilitas yaitu sampel yang
ditarik berdasarkan probabilitas, sampel probabilitas mempunyai kemungkinan yang sama untuk dipilih melalui
kemungkinan yang secara sistematis.
Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional, dengan sample siswa SMK X Maumere yang
mempunyai akun facebook aktif, sampel purposive sampling sebanyak 45 responden, yakni 19 laki-laki dan 26
perempuan. Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner serta dianalisis menggunakan SPSS, dengan uji
Chi-Square untuk mencari hubungan variabel-variabel penelitian dan melihat kecenderungannya menggunakan
tabulasi silang dan Odd Ratio.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ialah membagikan kuesioner kepada responden, menjelaskan
tentang maksud dan tujuan, meminta persetujuan untuk menjadi responden, menjelaskan bagaimana cara
pengisian kuesioner, Setelah lembar kuesioner selesai diisi, kuesioner kembali diperiksa dan dikumpulkan.
Analisa data menggunakan analisi univariat dan bivariat. Analisis bivariat dianalisis dengan menggunakan uji
chi-square. Batas signifikansi untuk menerima maupun menolak hipotesis ditentukan sebesar 5%. Penelitian ini
dilakukan dengan menekankan masalah etika meliputi menjaga kerahasiaan identitas responden, mengingat
yang menjadi objek penelitian adalah siswa sekolah yang berimbas pada nama baik dan minat siswa pada tahun-
tahun mendatang.
Sebelum melakukan analisis data penelitian, maka langkah yang ditempuh adalah melakukan uji
validitas dan reliablitas alat ukur penelitian. Menurut Sugiyono (dalam Janti, 2014) Validitas adalah tingkat
keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur
yang dipergunakan untuk mendapatkan: data itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang
seharusnya di ukur, demikian juga dalam penelitian ini dilakukan uji reliabilitas. Uji Reliabilitas dilakukan
dengan uji Alpha Cronbach dengan persamaan :
(1)
Di mana :
a = Koefisien reliabilitas Alpha Cronchbach
K = Jumlah item pertanyaan yang diuji
= Jumlah Varians Skor item
= Varian skor-skor tes (seluruh item K)
Jika nilai alpha ≥ 0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha ≥ 0,80 ini
mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas
yang kuat. Tingkat reliabilitas juga dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna
2. Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi
3. Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat
4. Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah
Berikut ini akan dipaparkan mengenai uji validitas dan reliabilitas alat ukur penelitian berupa alat ukur
dampak internet sebagai sarana pertemanan, hiburan, komunikasi online dan kecanduan internet.
Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa jika nilai alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi, sehingga data
pada tabel 2 terlihat bahwa nilai alpha sebesar .896 masuk dalam kategori reliabilitas tinggi.
Pada tabel Reliability Statistics, pada nilai Cronbach's Alpha Based on Standardized Items, nilai tersebut
merupakan nilai reliabilitas tes secara keseluruhan, semakin besar nilainya berarti semakin reliabel.
Untuk menilai apakah nilai-nilai di atas (Validitas Butir dan Reliabilitas Butir) valid dan reliabel, bandingkan
dengan R Tabel Pada DF=N-2 dan Probabilitas 0,05.
Nilai DF dalam penelitian ini: jumlah sampel (45)-2=43. R Tabel pada DF 43 Probabilitas 0,05 adalah 0,2940.
Sehinga terlihat item soal nomor 1, nilai Corrected Item-Total Correlation = 0.902 > R tabel 0, 2940, maka
item soal no 1 tersebut valid. Apabila tidak valid maka harus menggantinya dan uji coba ulang, serta tidak perlu
melihat nilai Reliabilitas.
Untuk item soal nomor 2 nilai Corrected Item-Total Correlation = 0,588 > R tabel 0, 2940, maka item soal no 2
juga dinyatakan valid, dan seterusnya.
Pada output yang terlihat pada tabel 5 (jenis kelamin* tingkat kecanduan crosstabulation) terlihat tabel silang
yang memuat hubungan antara variable jenis kelamin dengan tingkat kecanduan. Contoh pada kolom ke 3 baris
1 dan 2, terdapat angka 5 laki-laki dan 12 perempuan pada skala selalu mengakses internet. Demikian juga
perbandingan antara skala jarang dan tidak pernah dapat terlihat pada tabel di atas.
Pada Tabel 6. Chi-Square Test di atas terlihat pada person Chi-Square terlihat nilai Asym. Sig 0,095. Dimana
jika dianalisa nilai 0,095 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima yang artinya tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kecanduan internet. Hal ini dapat diartikan pula
bahwa jenis kelamin tidak berkorelasi dengan tingkat kecanduan internet
V. KESIMPULAN
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa variabel-variabel intensitas penggunaan waktu internet,
dampak mengakses situs jejaring sosial, sampai mengarah pada hubungan yang tidak sehat di dunia maya
mendapat porsi cukup besar yakni 40,00% kategori selalu, 25,71% kategori sering. Namun bila dilihat secara
detil maka akan diketahui bahwa hanya variabel sering mengakses internet karena kecanduan chat dan game
online yang saling berpengaruh secara signifikan. Dari hasil analisa dari segi gender (Tabel 5) jumlah laki-laki
sebanyak 8 orang kategori sering, dan 5 orang kategori selalu, sedangkan perempuan dengan jumlah 12 orang
kategori sering dan 12 orang juga kategori selalu. Dengan ini membuktikan bahwa ketika seseorang sudah
memanfaatkan internet untuk berkomunikasi, maka ia akan dapat memasuki suatu kondisi ketergantungan
terhadap internet, sehingga gender apa pun akan mudah mengalami ketergatungan internet jika tidak pendapat
pengawasan dari pihak orang tua, guru, atau orang yang mendampingi.
Dari hasil penelitian juga memperkuat data sekunder yang telah diuraikan sebelumnya bahwa penyebab
siswa putus sekolah pada sekolah ini yakni 15,79% mengundurkan diri karena tidak mampu dari segi akademis,
26,32% karena masalah keuangan dan biaya praktikum, sedangkan 57,89% sisanya adalah dropout bahkan
dikeluarkan oleh sekolah karena hamil di luar nikah, kecanduan di warnet sehingga di tarik kembali orangtuanya
ke tempat asal dan dampak lainnya. Dengan demikian maka terdapat hubungan yang sangat kuat antara cyber
relationship addiction terhadap remaja usia sekolah sehingga angka putus sekolah dapat ditekan serendah
mungkin karena di satu sisi penggunaan teknologi pada jaman sekarang tidak dapat dielakan lagi oleh siapapun
termasuk usia sekolah.
Bagi para peneliti selanjutnya, dianjurkan untuk menganalisa variabel lain yang saling berkaitan,
seperti kecanduan remaja sekolah karena game online di waktu sekolah, ketergantungan internet dengan alasan
mencari tugas sekolah, dan motif-motif dasar lainnya yang menyebabkan relasi dengan orang tua semakin jauh,
dan kejadian cyber bulling dan cyber relationship addiction yang sering terjadi dapat ditekan serendah mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Basri, A.Said Hasan., 2014. “Kecenderungan Internet Addiction Disorder Mahasiswa Fakultas Dakwah
Dan Komunikasi Ditinjau Dari Religiositas”. Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 2 Tahun 2014.
2. Dariyo, Agoes., Widiyanto, Mikha A. 2013. “Pengaruh Kesepian, Motif Persahabatan, Komunikasi On
Line Dan Terhadap Penggunaan Internet Kompulsif Pada Remaja”. Jurnal Psikologi Volume 11
Nomor 2, Desember 2013
3. Hapsari, Artani., Ariana, A.D. 2015. “Hubungan antara Kesepian dan Kecenderungan Kecanduan
Internet pada Remaja”. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Vol. 04 No. 3, Desember
2015.
4. Ismamulhadi. 2002. Penyelesaian Sengketa Dalam Perlindungan Secara Elektronik, Cyber Low:
Suatu Pengantar. Bandung: Pusat Studi Cyber law UNPAD.
5. Janti, Suhar. 2014. “Analisis Validitas Dan Reliabilitas Dengan Skala Likert Terhadap Pengembangan
Si/Ti Dalam Penentuan Pengambilan Keputusan Penerapan Strategic Planning Pada Industri Garmen”.
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) 2014 ISSN: 1979-911X
Yogyakarta, 15 November 2014
6. Ningtyas, S.D. 2013. “Hubungan Antara Self Control Dengan Internet Addiction Pada Mahasiswa”.
Educational Psychology Journal, ISSN 2252-634X.
7. Nurjanah, Siti. 2014. “Pengaruh Penggunaan Media Sosial Facebook Terhadap Perilaku Cyberbulying
Pada Siswa SMAN 12 Pekanbaru”. Jom FISIP Volume 1 No. 2 -Oktober 2014.
8. Pratiwi, P.C., Andayani, T.R., Karyanta, N.A. 2014. “Prilaku Adiksi Game-Online Ditinjua Dari
Efikasi Diri Akademik Dan Keterampilan Social Pada Remaja Di Surakarta”.
http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/view/27/0, diakses pada 20 Juni
2016.
9. Polii, Gloria, Gratia., Bidjuni, Hendro., Ferdinand, Wowoling. 2014. “Hubungan Facebook Addiction
Disorder (Fad) Dengan Perilaku Asertif Remaja Di SMA Kristen 1 Tomohon”.
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/5213 diakses pada 20 Juni 2016
10. Rahayau, Flourensia sapti. 2012. “Cyberbulling Sebagai Dampak Negative Penggunaan Teknologi
Informasi”, Volume 08 No. 01, http://jsi.cs.ui.ac.id/index.php /jsi/article/view/321/296, diakses pada
24 Juni 2016
11. Rouis, S., Limayem, Moez., & Salehi-Sangari, E. 2011. “Impact of facebook usage on student’s
academic achievement; roles of sel-regulation and trust”. Electronic Journal of Research in
Educational Psychology.
12. Soepeno, Bambang. 2012, “Statistic Terapan Dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Social Dan Pendidikan”.
Rineka Cipta, Jakarta.
13. Sugiyono, (2004). “Metode penelitian Kwalitatif, dan R&D”, Alfabet Jakarta.
14. Vydia, Vensy., Irliana, Nursanti., Savitri, A. D. 2014. “Pengaruh Sosial Media Terhadap Komunikasi
Interpersonal dan Cyberbullying Pada Remaja”. JURNAL TRANS-FORMATIKA, Volume 12, No.
1, Juli 2014.