DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
( 1910414220002 )
BANJARMASIN
2021
TUGAS 1 (15 Februari 2021)
BAB 1 PENDAHULUAN
Cyberbullying adalah bullying yang terjadi di dunia maya, khususnya di media sosial.
Penindasan maya berupa ejekan, ancaman, penghinaan, atau peretasan. Cyberbullying telah
muncul, dan konsekuensi fatal dari perilaku ini adalah bunuh diri. Namun, cyberbullying di
Indonesia masih menjadi hal yang sepele. Cyberbullying di kalangan anak muda merupakan
masalah yang relatif baru dan saat ini dianggap sebagai masalah global. Terlepas dari tingkat
perkembangan sosial ekonomi suatu daerah, masalah ini dapat terjadi di negara manapun.
Cyberbullying berdampak negatif pada status psikososial dan prestasi akademik korban.
Artikel ini merupakan tinjauan pustaka yang bertujuan membahas beberapa aspek dasar
cyberbullying, seperti definisi, jenis, faktor risiko dan pelindung, serta model intervensi
cyberbullying.
Menurut salah satu penelitian yang dipresentasikan pada rapat tahunan American
Psychiatric Association, remaja yang mengalami cyberbullying memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami beberapa gangguan kesehatan mental, terutama bila sebelumnya
pernah menjadi korban kekerasan emosional. Penelitian yang dilakukan di salah satu rumah
sakit swasta di Westchester County, New York, tersebut mengumpulkan data mengenai
penggunaan media sosial dan cyberbullying dari 50 pasien rawat inap yang berusia 13 hingga
16 tahun.
Menurut Samantha B. Saltz, dokter residen di bagian psikiatri anak dan remaja dari
University of Miami Miller School of Medicine dan Jackson Memorial Hospital di Florida,
para remaja yang merupakan korban dari cyberbullying umumnya lebih cenderung
mengalami depresi sedang hingga berat, emosional, dan merasa tidak percaya diri. Riwayat
mengalami kekerasan emosional sebelumnya juga dikaitkan secara signifikan dengan
perundungan siber ini.
Bagaimana cara mengurangi pengaruh buruk dari penggunaan media sosial agar terhindar dari
cyberbullying?
Untuk menangani maraknya cyberbullying yang terjadi agar tidak merusak kesehatan mental
seseorang.
berinternet.
Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi semua orang agar lebih bisa
memahami dan menindaklanjuti cyberbullying yang terjadi.
Nama : Humaira Putri Yasmin
NIM : 1910414220002
Dari penelitian tersebut, dapat diketahui jika para siswa yang pernah mengalami cyberbullying
lebih banyak bercerita kepada teman-teman di sekolahnya (51,3%), tidak menceritakan kepada
siapapun (30,5%), sisanya memilih bercerita kepada orang tua atau guru namun presentasinya
lebih kecil sebesar kurang dari 18%. Dari hasil tersebut dapat dilihat jika siswa cenderung lebih
mempercayai teman-temannya daripada orang yang lebih dewasa (orang tua dan guru) sehingga
memilih untuk menceritakan pengalaman cyberbullying kepada mereka.
Jurnal pertama juga mencari tahu keterlibatan siswa dalam cyberbullying. Hasilnya, sebanyak
32% siswa mengatakan pernah melakukan cyberbullying dan sebanyak 3% siswa mengatakan
sering melakukannya. Selain itu, jurnal ini juga membahas jika pelarangan penggunaan
perangkat teknologi informasi di sekolah tidak akan mencegah atau mengurangi terjadinya
cyberbullying. Sebanyak 29% siswa setuju dengan pelarangan penggunaan perangkat TI di
sekolah untuk mencegah atau mengurangi cyberbullying
Penelitian ini juga membahas apa yang dapat dilakukan baik dari tanggungjawab dan peran
sebagai siswa, remaja, orang tua, guru dan penegak hokum untuk mencegah terjadinya
cyberbullying. Korban cyberbullying belum banyak yang menceritakan pengalamannya kepada
orang yang lebih dewasa. Sehingga, Kehadiran dan respon dari orang tua dan guru diperlukan
korban cyberbullying yang dapat mencegah dan menyelesaikan fenomena tersebut.
file:///C:/Users/Asus/AppData/Local/Temp/22687-Article%20Text-69289-1-10-20180811.pdf
Jurnal kedua berjudul “Fenomena Cyberbullying di Kalangan Pelajar” membahas tentang
tindakan cyberbullying yang terjadi di kalangan pelajar khususnya yang menggunakan media
social Facebook. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus Robert K. Yin dengan tipe studi kasus eksplanatoris, hasil penelitian
menunjukkan hampir semua remaja yang ditemukan melakukan cyberbullying. Hal itu
diakibatkan masalah di lingkungan sekolah dimana mereka lebih banyak berkomunikasi bersama
teman sebaya.
Dari penelitian di jurnal kedua, dapat dilihat jika pelaku cyberbullying memanfaatkan sarana
teknologi informasi untuk melakukan aksinya. Facebook sebagai salah satu jejaring social yang
digunakan pelaku cyberbullying remaja dijadikan sebagai hal penting yang difokuskan dalam
penelitian.. Media social facebook dijadikan tempat bercerita dan mencurahkan masalah lewat
unggahan status sebelum bercerita ke temannya. Selanjutnya, pelaku mulai mengintimidasi
korbannya melalui kalimat yang disampaikan di facebook. Jika korban memberikan feedback
dari tindakan pelaku seperti sakit hati, ada kemungkinan tindakan kekerasan lainnya seperti
mencelakai atau melukai fisik akan terjadi.
Pelaku melakukan Cyberstalking (merendahkan) dimana sikap merendahkan orang lain dengan
media social facebook agar korbannya ketakutan dan merasa tidak berdaya. Perkelahian online
lewat pesan di media social juga dilakukan dengan bahasa marah, agresif arogan dan vulgar.
penelitian ini juga menunjukkan jika kasus cyberbullying dianggap hal spele yang dapat
diselesaikan tanpa ada dampak yang buruk yang akan terjadi. Lingkungan yang tidak
mendukung akan mempengaruhi cyberbullying remaja di facebook. Hal itu sejalan dengan
kurangnya control khusus dari orang terdekat terhadap penggunaan facebook oleh remaja.
file:///C:/Users/Asus/AppData/Local/Temp/321-Article%20Text-1056-3-10-20180214.pdf
Jurnal ketiga yang berjudul “Perilaku Cyberbullying Pada Remaja Dan Kaitannya Dengan
Kontrol Diri Dan Komunikasi Orang Tua” yang bertujuan menganalisis hubungan karakteristik
orangtua dan remaja, komunikasi keduanya serta control diri terhadap perilaku cyberbullying
remaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pengolahan dan analisis data
menggunakan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Penelitian dilakukan pada sekolah dengan
sistem pesantren modern yang yang memadukan sistem pesantren (agama) dan sistem sekolah
formal. Data primer dalam penelitian ini diambil dengan cara self-administered terpimpin oleh
remaja yang memenuhi syarat penelitian. Dimana syarat tersebut adalah remaja yang menempuh
pendidikan SMP di sekolah system pesantren modern yang memiliki orang tua lengkap.
Alasannya, kriteria tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menganalisis komunikasi orang
tua remaja.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata indeks komunikasi orang tua-remaja sebesar 67,29.
Kualitas komunikasi remaja dengan capaian indeks sama dengan/di bawah rata-rata sebanyak
51,90 persen remaja dan sisanya 48,10 persen remaja memiliki kualitas komunikasi di atas rata-
rata. Sebanyak 83,9% remaja sulit memercayai perkataan orang tua dan sebanyak 93,83% remaja
tidak setuju terhadap pernyataan jika orang tua harus menjadi pendengar yang baik. Selain itu,
variable lain menunjukkan hasil jika orang tua menghina remaja ketika marah sebesar 90,12%.
Dapat disimpulkan jika kualitas komunikasi orangtua-remaja masih rendah dan kurang memiliki
hubungan yang baik dengan orang tua. Namun tidak menutup temuan lain yang menyatakan jika
terdapat komunikasi antara orangtua dan remaja.
Terkait variable control diri, hasil menunjukkan hampir setengah remaja (45,7%) memiliki
kontrol diri diatas atau sama dengan rata-rata dari remaja yang lainnya. Sebanyak 54,3% remaja
memiliki kontrol diri di bawah rata-rata remaja lainnya. Kategori cyberbullying menunjukkan
remaja dalam penelitian sebesar 48,3% berada pada kategori di bawah rata-rata dari remaja yang
lain. Sementara sisanya 42,7 persen adalah remaja yang memiliki kategori perilaku
cyberbullying yang dikategorikan di atas rata-rata remaja lainnya.. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masih ditemukan dua dari lima remaja yang memiliki kategori perilaku cyberbullying di
atas rata-rata remaja lainnya.
https://media.neliti.com/media/publications/42427-ID-fenomena-cyberbullying-di-kalangan-
pelajar.pdf
Perbedaan ketiga jurnal penelitian ini adalah metodologi penelitian yang digunakan. Metodologi
jurnal pertama menggunakan penyebaran kuesioner dan studi literature. Jurnal kedua
menggunakan metodologi deskriptif kualitatif dengan pendekatan eksplanatori. Sedangkan jurnal
ketiga adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study dengan
pengolahan dan analisis data. Ketiga jurnal ini juga mengambil tempat penelitian yang berbeda
yaitu di Kota Magelang, Yogyakarta dan Semarang, Kota Malang Serta Kota Bogor.
Persamaan ketiga jurnal penelitian ini adalah objek pembahasan terkait cyberbullying di
kalangan remaja akibat penggunaan teknologi informasi serta melihat peran orang tua dalam
melakukan control serta pencegahan perilaku cyberbullying. Subjek penelitian dari tiga jurnal ini
memiliki kesamaan kriteria yaitu kalangan remaja yang didistribusikan sebagai siswa-siswi SMP
dan SMA di beberapa kota di Pulau Jawa. Simpulan dari ketiga jurnal tersebut juga
menunjukkan jika perlu peran orang yang lebih dewasa seperti orang tua dan guru untuk
melakukan pendampingan, kontrol serta pengawasan kepada remaja dalam penggunaan media
social maupun perilaku anak-anak di dunia nyata. Hal itu dilakukan agar perilaku cyberbullying
di kalangan remaja dapat dicegah dan dihentikan.
Tugas 3
NIM : 1910414220002
Framing menurut Robert N. Entman melibatkan seleksi dan arti penting. Lebih jelasnya,
Entman menyatakan bahwa framing didefiniskan sebagai sebuah proses melakukan seleksi dan
menyoroti beberapa aspek dari sebuah situasi untuk mempromosikan sebuah penafsiran tertentu.
Penafsiran pada umumnya datang dari sebuah narasi yang meliputi sebuah definisi yang saling
terhubung mengenai masalah kebijakan, analisis penyebab, evaluasi moral terhadap yang
terlibat, dan perbaikan. Dalam kasus ini, gambar-gambar visual seperti fotografi merupakan
instrumen framing yang ideal. Oleh karena itu, kerangka kerja adalah untuk memilih aspek-aspek
tertentu dari realitas yang dirasakan dan membuatnya lebih bermakna dalam teks pertukaran,
sehingga memfasilitasi definisi masalah tertentu, penjelasan kausal, evaluasi moral dan / atau
setiap jenis solusi yang dijelaskan.
Satu kalimat bisa jadi menampilkan lebih dari satu fungsi framing sebagaimana yang
disebutkan di atas meskipun beberapa kalimat di dalam sebuah teks tidak menampilkan salah
satu dari keempat fungsi framing. Dan sebuah frame dalam beberapa teks tertentu mungkin saja
tidak menampilkan keseluruhan fungsi tersebut.
Menggunakan berita yang diambil dari platform online, LIPUTAN6 dan TEMPO.CO.
Polisi Tembak Mahasiswa Saat Demo di Kendari Divonis 4 Tahun Bui pada tanggal 01
Desember 2020 dan BEM SI Demo UU Cipta Kerja, Polisi, Marinir Hingga Yon Zipur Berjaga
di Depok pada Selasa, 20 Oktober 2020.
Penjabaran Isi Berita
01 Desember 2020
Brigjen Abdul Malik, penembak Lalandi, mahasiswa Universitas Halu Oleo, dihukum
saat demonstrasi di Kendari, Sulawesi Tenggara. Polisi itu dijatuhi hukuman empat tahun
penjara. Ketua majelis hakim Agus Widodo membacakan putusan di persidangan dan
membacakan dakwaan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kejaksaan Negeri Sulawesi Tenggara,
dan Mabes Polri melalui telepon konferensi. Detention Center, Selasa (1 Januari 2020).
2. BEM SI Demo UU Cipta Kerja, Polisi, Marinir Hingga Yon Zipur Berjaga di Depok
Badan Gabungan Polres Depok dan Kodim 0508 / Depok menggelar demonstrasi besar-
besaran terkait UU “UU Cipta Kerja” di Jakarta. BEM SI akan kembali melakukan aksi unjuk
rasa di Istana Selasa siang ini. Komisioner Kapolres Metro Depok Azis Andriansyah
mengatakan, sebanyak 600 personel telah dikerahkan untuk melindungi dan mengisolasi para
demonstran mahasiswa BEM SI. Komandan Kodim 0508 / Kolonel Debord Inf Agus Isrok
Mikroj mengatakan, personel TNI yang diterjunkan selain Kodim hari ini juga berasal dari Korps
Marinir dan Yon Zipur (Batalyon Insinyur Tempur).
Argus mengatakan: "Di antara ratusan personel, ada BKO (Bantuan Pengendalian
Tempur) dari Korps Marinir dan Jan Zipur." Argus mengatakan, selain membantu polisi
mengisolasi massa, personel Tentara Nasional Turki juga akan melindungi barang-barang
penting seperti pusat perbelanjaan dan perkantoran. Argus berkata: "Semuanya ditangani Polda
Depok." Hari ini, Komite Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (juga dikenal sebagai BEM
SI) akan kembali menggelar demonstrasi menentang "UU Komprehensif Cipta Lapangan Kerja",
dan akan menyampaikan #MosiTidak belaya kepada Joko Widodo (Joko Widodo) selama satu
tahun. masa jabatan atau pemerintahan Presiden Jokowi.
2. BEM SI Demo UU Cipta Kerja, Polisi, Marinir Hingga Yon Zipur Berjaga di Depok
Selasa, 20 Oktober 2020
Kesimpulan
Kedua berita baik dari TEMPO.CO atau LIPUTAN6 memiliki isu yang sama
namun dikemas dengan sudut pandang dan gaya yang berbeda. Perbedaan framing
terlihat jelas pada judul kedua berita.