Anda di halaman 1dari 11

METODOLOGI PENELITIAN KOMUNIKASI KUALITATIF

“PENGARUH CYBERBULLYING TERHADAP KESEHATAN MENTAL”

DOSEN PENGAMPU:

LATIFA HANIEF, S.SOS., M.SI.

DISUSUN OLEH:

HUMAIRA PUTRI YASMIN

( 1910414220002 )

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2021
TUGAS 1 (15 Februari 2021)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cyberbullying merupakan hal baru dari perilaku bullyingdengan karakteristik dan


akibat yang sama (Narpaduhita & Suminar,2014). Menurut Willard (2005),
cyberbullying merupakan kegiatan mengirim atau mengunggah materi yang berbahaya
atau melakukan agresi sosial dengan menggunakan internet dan teknologi lainnya. Patchin
dan Hinduj (2012) menjelaskan cyberbullying terjadi ketika seseorang berulang kali
melecehkan, menghina, atau mengejek orang lain menggunakan media internet melalui
ponsel atau perangkat elektronik lainnya. Contohnya seperti mengunggah gambar
seseorang yang memalukan dan menyebarluaskan melalui media sosial, mengirimkan
ancaman melalui pesan singkat berulang-ulang, dan menggunakan akun palsu untuk
menghina orang lain.
Penelitian menyebutkan bahwa, habitus dan lingkungan siswa mempunyai pengaruh
dalam penggunaan media sosial di kalangan remaja, serta didukung o leh modal atau alat
untuk mengakses dunia maya. Keberadaan habitus dan lingkungan yang mendukung,
menyebabkan munculnya kekerasan simbolik yang dilakukan di media sosial atau disebut
sebagai cyberbullying.Cyberbullying tersebut didapatkan melalui direct attact dan by
proxy.Direct attact, yait u berbentuk pesan langsung/ hinaan, ejekan, dan ancaman.
Sedangkan by proxyadalah pengambilan alih account. Dampak dari cyberbullying
mengakibatkan perubahan sikap dan timbulnya pengucilan terhadap korban.

Cyberbullying adalah bullying yang terjadi di dunia maya, khususnya di media sosial.
Penindasan maya berupa ejekan, ancaman, penghinaan, atau peretasan. Cyberbullying telah
muncul, dan konsekuensi fatal dari perilaku ini adalah bunuh diri. Namun, cyberbullying di
Indonesia masih menjadi hal yang sepele. Cyberbullying di kalangan anak muda merupakan
masalah yang relatif baru dan saat ini dianggap sebagai masalah global. Terlepas dari tingkat
perkembangan sosial ekonomi suatu daerah, masalah ini dapat terjadi di negara manapun.
Cyberbullying berdampak negatif pada status psikososial dan prestasi akademik korban.
Artikel ini merupakan tinjauan pustaka yang bertujuan membahas beberapa aspek dasar
cyberbullying, seperti definisi, jenis, faktor risiko dan pelindung, serta model intervensi
cyberbullying.
Menurut salah satu penelitian yang dipresentasikan pada rapat tahunan American
Psychiatric Association, remaja yang mengalami cyberbullying memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami beberapa gangguan kesehatan mental, terutama bila sebelumnya
pernah menjadi korban kekerasan emosional. Penelitian yang dilakukan di salah satu rumah
sakit swasta di Westchester County, New York, tersebut mengumpulkan data mengenai
penggunaan media sosial dan cyberbullying dari 50 pasien rawat inap yang berusia 13 hingga
16 tahun.

Menurut Samantha B. Saltz, dokter residen di bagian psikiatri anak dan remaja dari
University of Miami Miller School of Medicine dan Jackson Memorial Hospital di Florida,
para remaja yang merupakan korban dari cyberbullying umumnya lebih cenderung
mengalami depresi sedang hingga berat, emosional, dan merasa tidak percaya diri. Riwayat
mengalami kekerasan emosional sebelumnya juga dikaitkan secara signifikan dengan
perundungan siber ini.

Menurut Navarro, Yubero& Larranaga (2016), dampak dari cyberbullying yaitu: 1)


Fisik: remaja mengalami sakit kepala, sakit perut, gangguan tidur, kelelahan, sakit
punggung, kehilangan nafsu makan dan masalah pencernaan. 2) Psikologis dan
Emosional: remaja merasakan takut, perasaan teror, kecemasan, penderitaan, kesedihan,
stres dan gejala depresi. 3) Sekolah terkait: remaja kurang termotivasi untuk ke sekolah
dan penurunannya tingkat konsentrasi atau nilai akademik. 4)Psikososial:
remajamemiliki perasaan isolasi dan kesendirian, pengucilan danbahkan penolakan
sosial.Dampak negatif dari perilaku bullyingdapat mempengaruhi segala aspek
kehidupan (psikologis, fisik maupun sosial) yang akan terus mempengaruhi
perkembangan selanjutnya. Sehingga penting bagi perawat untuk mencegah dan
menanggulangi perilaku bullying. Hal ini erat kaitannya dengan peran dan fungsi
perawat dalam upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care) yang berfokus pada
upaya promotif dan preventif terkait pengetahuan dan cara pengendalian prilaku
bullyingserta mencegah dampak terhadap masalah kesehatan (Stuart, 2016).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara mengurangi pengaruh buruk dari penggunaan media sosial agar terhindar dari
cyberbullying?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menangani maraknya cyberbullying yang terjadi agar tidak merusak kesehatan mental
seseorang.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat Teoritis: Dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai pengaruh dan dampak
yang diberikan media sosial pada kesehatan mental.

berinternet.

Manfaat Praktis: Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi semua orang agar lebih bisa
memahami dan menindaklanjuti cyberbullying yang terjadi.
Nama : Humaira Putri Yasmin

NIM : 1910414220002

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Komunikasi Kualitatif

Tanggal : 1 Maret 2021

‘’TUGAS 2: REVIEW JURNAL’’

Jurnal Penelitian pertama berjudul “Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif Penggunaan


Teknologi Informasi” membahas gambaran cyberbullying yang terjadi di kalangan remaja.
Dengan menggunakan metode kuantitatif dan studi literature, hasil penelitian menunjukkan jika
cyberbullying terjadi dengan angka 28% namun tidak berdampak serius. Terdapat 1% siswa
yang mengatakan sering mengalami cyberbullying. Hasil penelitian dipaparkan jika banyak
remaja yang belum memahami cyberbullying dan dampak yang ditimbulkan. Beberapa
perlakuan cyberbullying yang diterima para korban, diantaranya diejek/diolok-olok/dimaki-maki
sebesar 52%. Perlakuan lain diantaranya difitnah/digosipkan, mempermalukan korban dengan
menyebar gambar/foto/video korban dan dikirimi materi pornografi.

Dari penelitian tersebut, dapat diketahui jika para siswa yang pernah mengalami cyberbullying
lebih banyak bercerita kepada teman-teman di sekolahnya (51,3%), tidak menceritakan kepada
siapapun (30,5%), sisanya memilih bercerita kepada orang tua atau guru namun presentasinya
lebih kecil sebesar kurang dari 18%. Dari hasil tersebut dapat dilihat jika siswa cenderung lebih
mempercayai teman-temannya daripada orang yang lebih dewasa (orang tua dan guru) sehingga
memilih untuk menceritakan pengalaman cyberbullying kepada mereka.

Jurnal pertama juga mencari tahu keterlibatan siswa dalam cyberbullying. Hasilnya, sebanyak
32% siswa mengatakan pernah melakukan cyberbullying dan sebanyak 3% siswa mengatakan
sering melakukannya. Selain itu, jurnal ini juga membahas jika pelarangan penggunaan
perangkat teknologi informasi di sekolah tidak akan mencegah atau mengurangi terjadinya
cyberbullying. Sebanyak 29% siswa setuju dengan pelarangan penggunaan perangkat TI di
sekolah untuk mencegah atau mengurangi cyberbullying

Penelitian ini juga membahas apa yang dapat dilakukan baik dari tanggungjawab dan peran
sebagai siswa, remaja, orang tua, guru dan penegak hokum untuk mencegah terjadinya
cyberbullying. Korban cyberbullying belum banyak yang menceritakan pengalamannya kepada
orang yang lebih dewasa. Sehingga, Kehadiran dan respon dari orang tua dan guru diperlukan
korban cyberbullying yang dapat mencegah dan menyelesaikan fenomena tersebut.

file:///C:/Users/Asus/AppData/Local/Temp/22687-Article%20Text-69289-1-10-20180811.pdf
Jurnal kedua berjudul “Fenomena Cyberbullying di Kalangan Pelajar” membahas tentang
tindakan cyberbullying yang terjadi di kalangan pelajar khususnya yang menggunakan media
social Facebook. Dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus Robert K. Yin dengan tipe studi kasus eksplanatoris, hasil penelitian
menunjukkan hampir semua remaja yang ditemukan melakukan cyberbullying. Hal itu
diakibatkan masalah di lingkungan sekolah dimana mereka lebih banyak berkomunikasi bersama
teman sebaya.

Dari penelitian di jurnal kedua, dapat dilihat jika pelaku cyberbullying memanfaatkan sarana
teknologi informasi untuk melakukan aksinya. Facebook sebagai salah satu jejaring social yang
digunakan pelaku cyberbullying remaja dijadikan sebagai hal penting yang difokuskan dalam
penelitian.. Media social facebook dijadikan tempat bercerita dan mencurahkan masalah lewat
unggahan status sebelum bercerita ke temannya. Selanjutnya, pelaku mulai mengintimidasi
korbannya melalui kalimat yang disampaikan di facebook. Jika korban memberikan feedback
dari tindakan pelaku seperti sakit hati, ada kemungkinan tindakan kekerasan lainnya seperti
mencelakai atau melukai fisik akan terjadi.

Pelaku melakukan Cyberstalking (merendahkan) dimana sikap merendahkan orang lain dengan
media social facebook agar korbannya ketakutan dan merasa tidak berdaya. Perkelahian online
lewat pesan di media social juga dilakukan dengan bahasa marah, agresif arogan dan vulgar.
penelitian ini juga menunjukkan jika kasus cyberbullying dianggap hal spele yang dapat
diselesaikan tanpa ada dampak yang buruk yang akan terjadi. Lingkungan yang tidak
mendukung akan mempengaruhi cyberbullying remaja di facebook. Hal itu sejalan dengan
kurangnya control khusus dari orang terdekat terhadap penggunaan facebook oleh remaja.

file:///C:/Users/Asus/AppData/Local/Temp/321-Article%20Text-1056-3-10-20180214.pdf

Jurnal ketiga yang berjudul “Perilaku Cyberbullying Pada Remaja Dan Kaitannya Dengan
Kontrol Diri Dan Komunikasi Orang Tua” yang bertujuan menganalisis hubungan karakteristik
orangtua dan remaja, komunikasi keduanya serta control diri terhadap perilaku cyberbullying
remaja. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pengolahan dan analisis data
menggunakan analisis deskriptif dan analisis korelasi. Penelitian dilakukan pada sekolah dengan
sistem pesantren modern yang yang memadukan sistem pesantren (agama) dan sistem sekolah
formal. Data primer dalam penelitian ini diambil dengan cara self-administered terpimpin oleh
remaja yang memenuhi syarat penelitian. Dimana syarat tersebut adalah remaja yang menempuh
pendidikan SMP di sekolah system pesantren modern yang memiliki orang tua lengkap.
Alasannya, kriteria tersebut sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menganalisis komunikasi orang
tua remaja.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata indeks komunikasi orang tua-remaja sebesar 67,29.
Kualitas komunikasi remaja dengan capaian indeks sama dengan/di bawah rata-rata sebanyak
51,90 persen remaja dan sisanya 48,10 persen remaja memiliki kualitas komunikasi di atas rata-
rata. Sebanyak 83,9% remaja sulit memercayai perkataan orang tua dan sebanyak 93,83% remaja
tidak setuju terhadap pernyataan jika orang tua harus menjadi pendengar yang baik. Selain itu,
variable lain menunjukkan hasil jika orang tua menghina remaja ketika marah sebesar 90,12%.
Dapat disimpulkan jika kualitas komunikasi orangtua-remaja masih rendah dan kurang memiliki
hubungan yang baik dengan orang tua. Namun tidak menutup temuan lain yang menyatakan jika
terdapat komunikasi antara orangtua dan remaja.

Terkait variable control diri, hasil menunjukkan hampir setengah remaja (45,7%) memiliki
kontrol diri diatas atau sama dengan rata-rata dari remaja yang lainnya. Sebanyak 54,3% remaja
memiliki kontrol diri di bawah rata-rata remaja lainnya. Kategori cyberbullying menunjukkan
remaja dalam penelitian sebesar 48,3% berada pada kategori di bawah rata-rata dari remaja yang
lain. Sementara sisanya 42,7 persen adalah remaja yang memiliki kategori perilaku
cyberbullying yang dikategorikan di atas rata-rata remaja lainnya.. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masih ditemukan dua dari lima remaja yang memiliki kategori perilaku cyberbullying di
atas rata-rata remaja lainnya.

https://media.neliti.com/media/publications/42427-ID-fenomena-cyberbullying-di-kalangan-
pelajar.pdf

Kesimpulannya, hasil penelitian menunjukkan komunikasi orang tua-remaja dan kontrol


diri remaja berhubungan negatif dengan perilaku cyberbullying remaja, sehingga diharapkan
orang tua dapat lebih. memperhatikan intensitas dan cara berkomunikasi dengan remaja. Control
diri yang positif diharapkan dimiliki remaja agar mampu mengendalikan perilaku negative
termasuk cyberbullying. Peran sekolah juga diharapkan dalam mencegah terjadinya
cyberbullying dengan melakukan bimbingan konseling karena lingkungan sekolah penting dan
lebih dekat dengan siswa.

Perbedaan ketiga jurnal penelitian ini adalah metodologi penelitian yang digunakan. Metodologi
jurnal pertama menggunakan penyebaran kuesioner dan studi literature. Jurnal kedua
menggunakan metodologi deskriptif kualitatif dengan pendekatan eksplanatori. Sedangkan jurnal
ketiga adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional study dengan
pengolahan dan analisis data. Ketiga jurnal ini juga mengambil tempat penelitian yang berbeda
yaitu di Kota Magelang, Yogyakarta dan Semarang, Kota Malang Serta Kota Bogor.

Persamaan ketiga jurnal penelitian ini adalah objek pembahasan terkait cyberbullying di
kalangan remaja akibat penggunaan teknologi informasi serta melihat peran orang tua dalam
melakukan control serta pencegahan perilaku cyberbullying. Subjek penelitian dari tiga jurnal ini
memiliki kesamaan kriteria yaitu kalangan remaja yang didistribusikan sebagai siswa-siswi SMP
dan SMA di beberapa kota di Pulau Jawa. Simpulan dari ketiga jurnal tersebut juga
menunjukkan jika perlu peran orang yang lebih dewasa seperti orang tua dan guru untuk
melakukan pendampingan, kontrol serta pengawasan kepada remaja dalam penggunaan media
social maupun perilaku anak-anak di dunia nyata. Hal itu dilakukan agar perilaku cyberbullying
di kalangan remaja dapat dicegah dan dihentikan.
Tugas 3

Analisis Framing Berita di Media Online dengan isu yang sama

Nama : Humaira Putri Yasmin

NIM : 1910414220002

Tanggal : 15 Maret 2021

Model Analisis Framing dan Alasan

Framing menurut Robert N. Entman melibatkan seleksi dan arti penting. Lebih jelasnya,
Entman menyatakan bahwa framing didefiniskan sebagai sebuah proses melakukan seleksi dan
menyoroti beberapa aspek dari sebuah situasi untuk mempromosikan sebuah penafsiran tertentu.
Penafsiran pada umumnya datang dari sebuah narasi yang meliputi sebuah definisi yang saling
terhubung mengenai masalah kebijakan, analisis penyebab, evaluasi moral terhadap yang
terlibat, dan perbaikan. Dalam kasus ini, gambar-gambar visual seperti fotografi merupakan
instrumen framing yang ideal. Oleh karena itu, kerangka kerja adalah untuk memilih aspek-aspek
tertentu dari realitas yang dirasakan dan membuatnya lebih bermakna dalam teks pertukaran,
sehingga memfasilitasi definisi masalah tertentu, penjelasan kausal, evaluasi moral dan / atau
setiap jenis solusi yang dijelaskan.

Satu kalimat bisa jadi menampilkan lebih dari satu fungsi framing sebagaimana yang
disebutkan di atas meskipun beberapa kalimat di dalam sebuah teks tidak menampilkan salah
satu dari keempat fungsi framing. Dan sebuah frame dalam beberapa teks tertentu mungkin saja
tidak menampilkan keseluruhan fungsi tersebut.

Sumber dan Materi Berita

Menggunakan berita yang diambil dari platform online, LIPUTAN6 dan TEMPO.CO.
Polisi Tembak Mahasiswa Saat Demo di Kendari Divonis 4 Tahun Bui pada tanggal 01
Desember 2020 dan BEM SI Demo UU Cipta Kerja, Polisi, Marinir Hingga Yon Zipur Berjaga
di Depok pada Selasa, 20 Oktober 2020.
Penjabaran Isi Berita

1. Polisi Tembak Mahasiswa Saat Demo di Kendari Divonis 4 Tahun Bui

01 Desember 2020

Brigjen Abdul Malik, penembak Lalandi, mahasiswa Universitas Halu Oleo, dihukum
saat demonstrasi di Kendari, Sulawesi Tenggara. Polisi itu dijatuhi hukuman empat tahun
penjara. Ketua majelis hakim Agus Widodo membacakan putusan di persidangan dan
membacakan dakwaan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kejaksaan Negeri Sulawesi Tenggara,
dan Mabes Polri melalui telepon konferensi. Detention Center, Selasa (1 Januari 2020).

Hakim Agus Widodo dalam persidangan mengatakan: "Dalam persidangan diumumkan


bahwa terdakwa Abdul Malik terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana
karena kelalaiannya mengakibatkan kematian karena kelalaiannya mengakibatkan orang lain
terluka." Majelis hakim memvonis terdakwa empat tahun penjara dan memerintahkan agar dia
tetap ditahan di fasilitas penahanan milik negara. Brigjen Abdul Malik, penembak Lalandi,
mahasiswa Universitas Halu Oleo, dihukum saat demonstrasi di Kendari, Sulawesi Tenggara.
Polisi itu dijatuhi hukuman empat tahun penjara. Putusan Majelis Hakim PN Jaksel ini sesuai
dengan dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menuntut terdakwa empat tahun penjara
karena perbuatannya melanggar Pasal 359 dan Pasal 360 ayat (2) KUHP, yakni karena
kelalaiannya menyebabkan orang lain meninggal dunia (Pasal 359) dan karena kelalaiannya
menyebabkan orang lain terluka (Pasal 360). Dalam putusannya, majelis hakim
mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan terdakwa, yakni perbuatan terdakwa telah
mengakibatkan tercorengnya institusi kepolisian dan menimbulkan keresahan dalam masyarakat.
Pada saat putusan dibacakan, terdakwa beserta pengacaranya dan jaksa penuntut yang muncul
secara online menyatakan bahwa mereka harus mempertimbangkan tujuh hari sebelum menerima
putusan majelis hakim.

2. BEM SI Demo UU Cipta Kerja, Polisi, Marinir Hingga Yon Zipur Berjaga di Depok

Selasa, 20 Oktober 2020.

Badan Gabungan Polres Depok dan Kodim 0508 / Depok menggelar demonstrasi besar-
besaran terkait UU “UU Cipta Kerja” di Jakarta. BEM SI akan kembali melakukan aksi unjuk
rasa di Istana Selasa siang ini. Komisioner Kapolres Metro Depok Azis Andriansyah
mengatakan, sebanyak 600 personel telah dikerahkan untuk melindungi dan mengisolasi para
demonstran mahasiswa BEM SI. Komandan Kodim 0508 / Kolonel Debord Inf Agus Isrok
Mikroj mengatakan, personel TNI yang diterjunkan selain Kodim hari ini juga berasal dari Korps
Marinir dan Yon Zipur (Batalyon Insinyur Tempur).
Argus mengatakan: "Di antara ratusan personel, ada BKO (Bantuan Pengendalian
Tempur) dari Korps Marinir dan Jan Zipur." Argus mengatakan, selain membantu polisi
mengisolasi massa, personel Tentara Nasional Turki juga akan melindungi barang-barang
penting seperti pusat perbelanjaan dan perkantoran. Argus berkata: "Semuanya ditangani Polda
Depok." Hari ini, Komite Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (juga dikenal sebagai BEM
SI) akan kembali menggelar demonstrasi menentang "UU Komprehensif Cipta Lapangan Kerja",
dan akan menyampaikan #MosiTidak belaya kepada Joko Widodo (Joko Widodo) selama satu
tahun. masa jabatan atau pemerintahan Presiden Jokowi.

Analisis dan Interpretasi

1. Polisi Tembak Mahasiswa Saat Demo di Kendari Divonis 4 Tahun Bui


01 Desember 2020

Berita berdasarkan kronologi yang terjadi yaitu adanya penembakan yang


dilakukan oleh polisi yang bernama Brigjen Abdul Malik. Ia telah membuat kelalaian
saat aksi demo tersebut berlangsung dengan menembak korban hingga akhirnya
mengakibatkan kematian dan luka pada orang lain atau lebih tepatnya pendemo saat itu.
Dalam berita ini sangat diberi kejelasan dalam pemaparannya, penutup dalam berita ini
memuat kebijakan yang diberikan kepada pelaku yakni memberikan putusan bahwa
perbuatan terdakwa telah mengakibatkan tercorengnya institusi kepolisian dan
menimbulkan keresahan dalam masyarakat.

2. BEM SI Demo UU Cipta Kerja, Polisi, Marinir Hingga Yon Zipur Berjaga di Depok
Selasa, 20 Oktober 2020

Penggambaran atau framing berita yang dimuat oleh TEMPO.CO tentang


menggelar demonstrasi besar-besaran terkait UU “UU Cipta Kerja” di Jakarta.
Penyampaian yang jelas dalam kasus ini, gambar-gambar visual seperti fotografi saat
kejadian, menonjolkan konflik yang timbul dan permasalahan yang masih berusaha
diselesaikan oleh pihak Indonesia. Struktur tematik pada berita digambarkan melalui
paragraf yang banyak memuat kutipan atau pernyataan narasumber.

Kesimpulan

Kedua berita baik dari TEMPO.CO atau LIPUTAN6 memiliki isu yang sama
namun dikemas dengan sudut pandang dan gaya yang berbeda. Perbedaan framing
terlihat jelas pada judul kedua berita.

Anda mungkin juga menyukai