Anda di halaman 1dari 22

DAMPAK CYBERBULLYING PADA KESEHATAN MENTAL REMAJA

PROPOSAL SKRIPSI

Farhana Ulayya Mufidah Kurniawan


(12306193059)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan proposal penelitian inidengan
judul “Dampak Cyberbullying Pada Kesehatan Mental Remaja”. Adapun maksud dan tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Metodologi Kuantitatif.
Penulisan juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Febri Tri
Cahyono, M. Pd. Yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga proposal disertasi ini
dapat terselesaikan dengan baik. Dengan adanya proposal ini semoga bisa menambah wawasan
bagi para pembaca. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyadari bahwa penulisan proposal
ini masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh
karena itu penulis sangat menghargai dan menerima segala bentuk saran maupun kritikan agar
penulis dapat memperbaiki proposal ini.

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG MASALAH


Teknologi informasi dan telekomunikasi sekarang ini semakin berkembang. Dengan
perkembangannya ini sampai-sampai dapat mempengaruhi perilaku masyarakat. Hampir seluruh
bagian dari kehidupan itu bergantung pada dunia maya, bahkan banyak yang hidupnya
bergantung di sana. Bentuk kejahatan gaya lama juga dengan cepat dapat beradaptasi dengan
kecanggihan teknologi saat ini dan mengancam dunia maya. Kejahatan yang sangat sering
ditemukan yaitu Cyberbullying. Menurut Bauman dkk (dalam Gísladóttir, 2016) cyberbullying
dapat didefinisikan sebagai tindakan agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok
menggunakan teknologi untuk sengaja dan berulang kali melecehkan orang lain yang tidak dapat
membela diri dengan mudah. Cyberbullying ini sudah menjadi gejala atau fenomena baru
terhadap orang-orang yang menggunakan media sosial, terutama anak-anak yang berusia remaja
dan kejahatan ini lebih kejam daripada bullying pada dunia nyata sebab dapat meninggalkan
jejak digital seperti gambar, video, tulisan dan lain sebagainya.
Menurut Hidayatullah (dalam Aini, 2018) cyberbullying bagi individu yang memiliki
perasaan rendah diri, sangat beresiko mendapat celaan, hinaan, bahkan pelecehan secara terbuka.
Menurut (Andriani dkk, 2011) semakin sering anak menyaksikan adegan kekerasan maka
perilaku agresif yang timbul pada anak semakin mudah terbentuk. Dampak dari kasus
Cyberbullying ini juga termasuk besar sebab mampu mempengaruhi kesehatan psikologis
seseorang. Beberapa jenis perilaku Cyberbullying diantaranya adalah mengupload gambar atau
video yang memalukan tentang seseorang pada media sosial, menyebarkan kebohongan,
mengirimkan tulisan dan ancaman yang dapat menyakiti hati, membuat situs atau grup chat yang
didalamnya berisi kebencian dengan tujuan menyebar rasa benci terhadap seseorang, menghasut
anak-anak atau remaja lain untuk mempermalukan si korban dan masih banyak lagi.
Menurut Think Before Text, cyberbullying ini adalah perilaku agresif yang dilakukan
oleh suatu individu atau kelompok dengan menggunakan media sosial secara berulang-ulang
atau dari waktu ke waktu terhadap seseorang yang mereka anggap tidak mudah melakukan
perlawanan atas tindakan tersebut. Para pelaku cyberbullying selalu melindungi dirinya dengan
berbagai alasan seperti seolah-olah hanya memberi kritikan dan saran terhadap korban tanpa
menyadari dampak yang ditanggung oleh korban terhadap kesehatan mentalnya. Dan dampak
yang akan didapatkan oleh korban itu sangat fatal dan dapat mengancam dirinya sendiri. Tidak
hanya secara emosional melainkan juga secara mental. Menurut Pieper dan Uden (2006),
kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah
terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan dapat
menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah dalam
hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam
hidupnya.
Masalah kesehatan mental yang banyak dialami remaja adalah masalah pertemanan.
Menurut (Rohman & Mugiarso, 2016) masalah pertemanan adalah ketidak mampuan remaja
dalam menjalin relasi pertemanan yang baik dengan teman sebayanya. Menurut (Kartono, 2000)
masalah kesehatan mental diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri
terhadap tuntutan dan kondisi lingkungan yang mengakibatkan ketidakmampuan tertentu.
Dampak umum yang dirasakan para korban Cyberbullying ini adalah stress karena merasa
dijatuhkan dan dipermalukan, serta depresi yang dapat menyebabkan korban merasa sedih dan
tertekan. Selain itu korban juga mengalami dampak buruk pada kesehatan mentalnya misalnya
kehilangan rasa percaya diri, paranoid, agresif dan bisa juga melakukan tindakan kriminal untuk
meluapkan semua emosinya. Maka dari itu perlu penjelasan dan edukasi terkait dampak dari
Cyberbullying dan apa saja tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindari dan mencegahnya.
II. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah “Apakah Cyberbullying berdampak pada kesehatan mental remaja?”
III. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
Cyberbullying berdampak pada kesehatan mental remaja.
IV. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut:
a. Ha: Cyberbullying berdampak pada kesehatan mental remaja
b. Ho: Cyberbullying tidak berdampak pada kesehatan mental remaja
V. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah wawasan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya untuk mengetahui
apa saja motif dan dampak negatif dari perilaku Cyberbullying bagi kesehatan mental yang
banyak terjadi seiring dengan perkembangan teknologi sekarang
2. Manfaat Praktis
a. Bagi remaja
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi bagi remaja khususnya pengguna
media sosial mengenai tingkah laku cyberbullying, sehingga remaja bisa menggunakan informasi
ini sebagai referensi untuk mempertimbangkan tingkah laku yang akan diperbuat.
b. Bagi peneliti
Penelitian ini memberi pengetahuan atau wawasan mengenai dampak Cyberbullying
c. Bagi peneliti lain
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sumber rujukan sehingga dapat
dikembangkan untuk penelitian berikutnya.
VI. ASUMSI DAN BATASAN PENELITIAN
Penulisan ini menjabarkan tentang teori-teori yang dapat menyebabkan perilaku Cyberbullying
dan juga dampak negatifnya sehingga menghindari bahasan yang terlalu luas.
VII. DEFINISI OPERASIONAL
Cyberbullying adalah penyalahgunaan media sosial yang bertujuan untuk melecehkan,
mengancam, mempermalukan, menjatuhkan, dan mengejek orang lain. Tidak seperti bullying
atau mengganggu dalam hal fisik maupun verbal.
Kesehatan mental merupakan kondisi disaat batin kita berada dalam keadaan damai dan tenang,
sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari dan menghargai orang lain
di sekitar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Cyberbullying
a. Pengertian Cyberbullying
Cyberbullying merupakan kejadian dimana seorang anak maupun remaja diejek,
dihina, dijatuhkan, diintimidasi atau bahkan dipermalukan oleh remaja lainnya melalui
media sosial, teknologi digital atau telepon seluler. Bentuk perilaku cyberbullying sangat
beragam. Bisa berupa pesan ancaman melalui e-mail, mengupload foto yang
mempermalukan korban, membuat situs web untuk menyebar fitnah dan mengolok-olok
korban sampai mengakses akun media sosial orang lain untuk mengancam korban dan
membuat masalah. Motivasi pelakunya pun beragam. Ada yang melakukannya dengan
alasan marah, ingin balas dendam, frustrasi, mencari perhatian bahkan ada juga yang
menjadikannya sebagai hiburan atau pengisi waktu luang. Alasan yang paling banyak
adalah pelaku-pelaku tersebut hanya ingin bercanda. Cyberbullying yang berkepanjangan
bisa menurunkan rasa percaya diri seseorang, membuat anak menjadi sedih, khawatir,
selalu merasa bersalah atau gagal karena mereka merasa tidak mampu mengatasi
gangguan yang menimpanya sendiri. Ada juga korban cyberbullying yang berfikir untuk
mengakhiri hidupnya karena tidak tahan lagi dengan gangguan-gangguan yang
menimpanya.
Korban cyberbullying dapat mengalami stres yang bisa membuatnya melakukan
tindakan-tindakan penyebab masalah seperti mencontek, membolos, kabur dari rumah,
dan juga mabuk-mabukan atau menggunakan narkoba. Anak-anak atau remaja pelaku
cyberbullying biasanya memilih untuk menganggu anak lain yang menurutnya lebih
lemah, tidak suka melawan dan tidak bisa membela diri. Pelakunya sendiri biasanya
adalah anak-anak yang ingin berkuasa atau senang memerintah. Anak-anak ini biasanya
merasa bahwa dirinya lebih hebat, berstatus sosial lebih tinggi dan lebih populer di
kalangan teman-temannya. Sedangkan korbannya biasanya anak-anak atau remaja yang
sering diejek dan dipermalukan sebab penampilan mereka, warna kulit, keluarga mereka,
atau periakunya di sekolah.

b. Aspek-aspek Cyberbullying
Menurut Williard (2007), ada beberapa aspek tindakan cyberbullying yang telah
berlangsung, yaitu :

a. Flaming (Terbakar)
Adalah perbuatan seperti mengirimkan pesan teks yang berisi kata-kata yang penuh
amarah dan terang-terangan
b. Harassment (Gangguan)
Adalah perbuatan yang dilakukan seperti mengirimkan pesan-pesan gangguan pada e-
mail,sms maupun pesan teks di media sosial yang dilakukan secara terus menerus.
c. Denigration (Pencemaran Nama Baik)
Yaitu menyebar keburukan seseorang di media sosial dengan maksud merusak reputasi
dan nama baik orang tersebut.
d. Impersonation (Peniruan)
Yaitu pelaku berpura-pura menjadi orang lain dan mengirimkan pesan-pesan atau sesuatu
yang tidak baik, agar teman-teman korban mengira bahwa pesan tersebut adalah
perbuatan dari si korban.
e. Outing
Menyebarkan rahasia orang lain, atau foto-foto pribadi orang lain dengan maksud
mengumbar keburukan atau privasi orang tersebut.
f. Exclusion (Pengeluaran)
Adalah perbuatan yang jahat dan sengaja mengeluarkan seseorang di suatu grup online.
g. Cyberstalking
Adalah mengganggu dan mencemarkan nama baik seseorang secara intens sehingga
membuat korbannya merasa ketakutan.
c. Motif Melakukan Tindakan Cyberbullying
Terdapat motivasi-motivasi seseorang untuk melakukan tindakan cyberbullying, diantaranya
adalah :
a. Marah, sakit hati, balas dendam atau karena frustasi.
b. Haus akan kekuasaan sehingga menyakiti orang lain.
c. Merasa bosan dan memiliki keahlian dalam melakukan hacking.
d. Untuk hiburan semata agar dapat menertawakan atau mendapatkan reaksi.
d. Bentuk Tindakan Kekerasan Lainnya
1. Kekerasan Fisik
Bentuk kekerasan fisik meliputi tawuran, dipukul, ditendang, dijewer, dicubit, dilempari benda-
benda keras, dijemur di bawah sinar matahari serta diminta untuk berlari mengelilingi lapangan
berkali-kali.
2. Kekerasan Seksual
Bentuk kekerasan seksual adalah, perbuatan yang tidak senonoh dari orang lain, hal yang
menjurus pada pornografi, perkataan-perkataan porno, pelecehan organ seksual, perbuatan cabul
dan persetubuhan pada anak, perbuatan itu mendorong atau memaksa seseorang untuk terlibat
dalam kegiatan seksual serta menjadi korban prostitusi.
3. Kekerasan Emosional
Kekerasan emosional meliputi, mengancam, menakuti, menyinggung perasaan, merendahkan
harga diri, mengucilkan, melototi dan mencibir.
4. Kekerasan Verbal
Kekerasan verbal yang sering sekali terjadi adalah memaki, menghina, menjuluki, meneriaki,
mempermalukan di depan orang banyak, menyoraki hingga memfitnah.
2. Kesehatan Mental
a. Pengertian kesehatan mental
Kesehatan mental adalah kondisi dimana seseorang memiliki kesejahteraan yang tampak dari
dirinya yang mampu menyadari kemampuannya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi
tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, dapat bekerja secara produktif
serta dapat memberikan kontribusi terhadap komunitasnya. Menurut Pieper dan Uden (2006),
kesehatan mental merupakan suatu keadaan dimana individu tidak mengalami perasaan bersalah
terhadap dirinya sendiri, mempunyai estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri dan bisa
menerima kelemahan dan kekurangannya, kemampuan menghadapi masalah dalam hidupnya,
mempunyai kepuasan dalam kehidupan sosialnya, dan juga mempunyai kebahagiaan dalam
hidupnya. Mengutip dari jargon yang digunakan oleh WHO, “there is no health without mental
health” mengungkapkan bahwa kesehatan mental harus dipandang sebagai sesuatu yang penting
sama seperti kesehatan fisik. Mengenali bahwa kesehatan adalah keadaan yang seimbang antara
diri sendiri, orang lain dan lingkungan membantu seseorang memahami bagaimana menjaga dan
mengembangkannya (WHO, 2004).
Kesehatan mental anak dan remaja bisa mempengaruhi masa depannya sendiri dan
berdampak pada keluarga sampai masyarakat. Kesehatan mental yang baik tidak hanya dilihat
dari tidak adanya masalah kesehatan mental yang dialami, melainkan berhubungan dengan well-
being seseorang. Well-being merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan kesehatan
mental. Walau begitu, keduanya mempunyai keterkaitan. Gangguan yang terjadi pada kesehatan
mental seseorang bisa memberikan dampak pada seluruh well-being remaja, sebaliknya well-
being yang buruk dalam bentuk apapun bisa menjadi resiko terhadap kesehatan mental. Masa
anak dan remaja yang masih melekat dengan masa perkembangan membuat adanya kesulitan
dalam melakukan diagnosis dan memberikan perlakuan (Remschmidt, et al., 2007). Masalah
kesehatan mental bisa muncul di berbagai area, seperti penyalahgunaan zat, kejahatan,
kekerasan, kehilangan produktivitas sampai bunuh diri. Kesehatan mental pada anak dan remaja
juga melibatkan kapasitasnya untuk dapat berkembang dalam berbagai area seperti biologis,
kognitif dan sosial-emosional (Remschmidt, et al., 2007).
b. Aspek-aspek kesehatan mental
1. Fisik
Fisik cukup dapat mempengaruhi kualitas kesehatan mental pada seseorang. Seseoang
yang mengalami sakit fisik dalam waktu yang lama akan mempengaruhi keadaan
emosional dan bisa menurunkan sistem imun tubuh secara drastis dan juga kuranganya
semangat hidup.
2. Psikologis
Psikologi dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku di kehidupan sehari-hari.
Dengan seseorang berpikir, berempati, bertingkah laku, serta berinteraksi dengan orang
lain. Psikologis bisa disebabkan karena ikatan emosional seseorang dengan keluarga atau
teman, disertai emosi yang belum matang.
3. Sosial
Sosial menjadi sangat penting bagi kesehatan mental seseorang, jika seseorang berada
pada lingkungan sosial yang baik, maka kesehatan mental seseorang juga akan baik.
Begitu pun sebaliknya.
4. Akademik
Kesehatan mental tentunya juga dapat mempengaruhi akademik atau prestasi seseorang.
Terganggunya kesehatan mental seseorang menyebabkan terjadinya gangguan memori,
daya konsentrasi yang menurun, dan berkurangnya kemampuan untuk menyelesaikan
masalah.
Remaja yang menderita gangguan kesehatan mental memiliki ciri-ciri yang dapat diamati yaitu:
a. Dari sisi emosional
 Kehilangan motivasi dan semangat dalam melakukan aktivitas
 Merasa murung, frustasi, dan tidak memiliki harapan
 Gampang tersinggung dan marah karena hal sepele
 Menurunnya rasa percaya diri
 Merasa tidak berguna (gagal)
 Sulit untuk berpikir, konsentrasi, dan sulit membuat keputusan
 Berpikir untuk mengakhiri hidupnya

b. Dari sisi perubahan perilaku


 Mudah lelah dan kehilangan energi
 Insomnia atau susah tidur
 Nafsu makan berubah (penurunan atau peningkatan makan)
 Merasa gelisah dan sulit berkonsentrasi
 Menyendiri dan mengurung diri di kamar
 Tidak memperdulikan penampilan
 Suka melakukan hal-hal negatif
 Prestasi di sekolah menurun
 Menyakiti diri sendiri
B. PERSPEKTIF ISLAM DALAM VARIABEL PENELITIAN
a. Perspektif islam tentang Cyberbullying
Islam telah melarang pembullyan baik dalam bentuk apapun. Larangan ini terdapat dalam
QS: Al-Hujurat ayat 11 yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengolok-olokkan kaum yang lain, boleh jadi mereka itu lebih baik dari yang mengolok-olokkan
itu. Dan jangan pula wanita mengolok-olokkan wanita-wanita lain. Boleh jadi wanita yang
diperolok-olokkan itu lebih baik dari wanita yang memperolok-olokkan. Dan janganlah suka
mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang
tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim." (QS: Al-Hujurat: 11). Menurut
Ibnu Katsir, ayat ini menjelaskan bahwa jangan menghina dirimu sendiri. Dan janganlah kalian
saling menghina dengan perkataan maupun perbuatan. Karena orang yang menghina akan
dimasukkan kedalam neraka bagi yang melakukannya. Dalam ayat ini juga, Allah Swt
memperingatkan kaum mukmin supaya jangan ada suatu kaum yang mencela kaum yang lain
karena bisa jadi mereka yang dicela itu jauh lebih mulia dan terhormat di sisi Allah daripada
mereka yang mencela. (Ar-Rifa'i, 2011: 320-321). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
diketahui bahwa cyberbullying di media sosial dilarang oleh agama Islam. Al-Qur'an sendiri
telah menjelaskan bagaimana larangan cyberbullying yang tertulis dalam QS: Al-Hujurat ayat
11.
b. Perspektif islam tentang kesehatan mental

Islam mendefinisikan bahwa kesehatan jiwa adalah adanya hubungan baik manusia dengan
Allah (berserah diri) dengan menjalankan ibadah, manusia dengan dirinya, dengan orang lain
,dan manusia dengan alam semesta sehingga Allah memberikan ketenangan jiwa. Dikutip dari
berbagai sumber bila kita pahami, Islam telah menyusun beberapa ciri orang yang sehat jiwa,
diantaranya mempunyai ketaqwaan , tawakal (kepasrahan), kecintaan terhadap akhirat,
merendahan hati, berdzikir dan berdoa. Ciri- ciri tersebut berhubungan dengan ciri kesehatan
yang di nyatakan oleh WHO bahwa orang yang sehat jiwa mengetahui potensi diri, bermanfaat
untuk orang lain, mampu mengatasi stres, dan produktif dengan keahliannya.

QS  Asy Syams (91 : 7-11) adalah salah satu tumpuan bahwa islam telah mengatur tentang
kesehatan jiwa seseorang. Artinya: Dan Jiwa serta penyempurnaan (ciptaanNYA), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) ketaqwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. Berdasarkan
keadaan diatas seorang manusia harus dapat menyelaraskan dirinya agar terhindar dari penyakit
kejiwaan. Islam telah menjelaskan beberapa hal terkait penyakit kejiwaan seperti pesimis, dengki
seperti yang telah dijelaskan dalam (QS An-nisa: 32 ) “ Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa
yang dkaruniakan  Allah pada sebagian kamulebih banyak dari sebahagian yang lain, (karena) 
bagi orang laki-laki ada kebahagian dari pada apa yang mereka usahakan dan bagi para wanita
(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
Karunia-Nya, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui sesuatu, penyakit kejiwaan yang lain
dalam persepektif islam yaitu Sombong  (QS Luqman: 18), Ghadap (marah) , Hiqdu (dendam),
Ujub ( membanggakan diri ) atau dalam kesehatan identic dengan Waham, Huzn (Duka cita,
sedih) berlebih, Putus asa , Cemas/Penakut/Phobia , Ragu/bimbang.
C. PENELITIAN TERDAHULU
Peneliti mengumpulkan beberapa hasil penelitian berupa jurnal serta skripsi yang
mungkin sesuai dengan penelitian ini. Berikut merupakan penelitian terdahulu yang peneliti
gunakan sebagai referensi dalam penelitian ini:
Pertama, penelitian oleh Antonita Ardian N (2018) dengan judul “Persepsi Relasi Remaja
Dengan Orang Tua Dan Regulasi Emosi Dalam Memprediksi Kecenderungan Melakukan
Cyberbullying ”. Temuan yang bisa didapat dari penelitian ini adalah berkembangnya teknologi
dan penggunaan jaringan internet yang diikuti dengan meningkatnya prevalensi dan dampak
negatif cyberbullying pada remaja. Penelitian ini bertujuan mengkaji persepsi relasi remaja
dengan orang tua dan emosi dalam menduga kecenderungan remaja melakukan cyberbullying.
Hasil analisis menunjukkan bahwa relasi remaja dengan orang tua berperan pada kecenderungan
melakukan tindak cyberbullying dengan dimediasi regulasi emosi dimana ada hubungan
langsung persepsi kualitas relasi remaja dengan orang tua terhadap kecenerungan melakukan
cyberbullying maupun hubungan tidak langsung melalui regulasi emosi. Persepsi kualitas relasi
remaja dengan orang tua dimediasi regulasi emosi berperan negatif terhadap kecenderungan
remaja melakukan cyberbullying. Semakin berkualitas relasi remaja dengan orang tua dibarengi
dengan meningkatnya regulasi emosi menghindarkan remaja dari kerentanan melakukan
cyberbullying.
Kedua, penelitian oleh Redita Yuliawanti (2018) dengan judul “Eksplorasi Cyberbullying
Dalam Kaitannya Dengan Empati Dan Kualitas Pertemanan Remaja12”. Temuan dari penelitian
ini adalah berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju, memberikan
dampak positif bagi remaja sekaligus muncul tindakan cyberbullying sebagai dampak negatif
dari perkembangan teknologi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik
cyberbullying pada remaja, mengkaji apakah faktor empati dan kualitas pertemanan berperan
terhadap penyebab remaja melakukan cyberbullying. Metode yang digunakan adalah metode
kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan indigenous. Hasilnya didapatkan bahwa
cyberbullying adalah perilaku intimidatif untuk membuat malu, sedih, menindas dan membuat
orang lain tidak nyaman. Data kuantitatif diperoleh dari pengisian skala penyebab melakukan
cyberbullying, skala empati, dan skala kualitas pertemanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
empati dan kualitas pertemanan berperan negatif terhadap penyebab melakukan cyberbullying
pada remaja .Dengan demikian, semakin tinggi empati dan kualitas pertemanan yang dimiliki
maka semakin rendah melakukan cyberbullying pada remaja.
Ketiga, penelitian oleh Nengsih Sri Wahyuni (2018) berjudul “Kecenderungan Cyberbullying
Remaja Ditinjau Dari Kompetensi Sosial Dan Persepsi Terhadap Gaya Pengasuhan Authoritarian
Orangtua ”. Penelitian ini membuat temuan yaitu perkembangan teknologi mempunyai dua sisi
dalam pemanfaatannya. Di satu sisi memberikan kemudahan, namun di sisi lain rawan terhadap
penyalahgunaan dalam berbagai hal. Cyberbullying sebagai salah satu penyalahgunaan teknologi
menjadi masalah yang terus meningkat seiring dengan berkembangnya penggunaan internet atau
media sosial. Penelitian ini bertujuan mengenal keinginan perilaku cyberbullying remaja yang
dilihat dari kompetensi sosial dan persepsi terhadap gaya didik orangtua. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan skala yang sudah divariasi, yaitu: Skala Kecenderungan
Cyberbullying, Skala Kompetensi Sosial, dan Skala Persepsi terhadap Gaya Didik Orangtua.
Karakteristik partisipan penelitian adalah remaja pertengahan, usia 15-18 tahun yang aktif
menggunakan internet dan media sosial minimal 1 tahun, serta tinggal seatap dengan orangtua.
(N=141). Teknik analisis yang dipakai adalah analisis regresi ganda. Hasil analisis menunjukkan
F value=5,728 dan nilai dan R square sebesar 0,077, p=0,004 (p)
D. KERANGKA TEORITIS

Dampak Cyberbullying pada Remaja


:
1. Kepercayaan diri yang
randah
PERILAKU CYBERBULLYING
2. Depresi
3. Penurunan prestasi belajar
4. Bunuh diri

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cyberbullying pada


Remaja :
1. Frekuensi penggunaan media sosial yang tinggi
2. Rasa empati yang rendah
3. Pernah menjadi korban bullying
4. Karakteristik dari korban bullying
BAB III
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif
sendiri adalah jenis penelitian yang data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya
menggunakan statistik (Sugiyono, 2016:7). Angka memiliki peranan yang penting dalam
pembuatan, penggunaan, serta pemecahan masalah dalam penelitian. Tujuan dari pendekatan
kuantitatif yaitu menguji suatu teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan dan pengaruh
serta perbandingan antar variabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir serta meramalkan
hasilnya (Siregar 2017).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksperimen. Dalam
desain penelitian eksperimen ada beberapa jenis, jenis yang digunakan adalah Pre-experimental
design. Disebut pre-experimental design karena belum bisa dikatakan eksperimen sungguhan.
Pada eksperimen ini masih terdapat variabel luar yang ikut berkaitan terhadap terbentuknya
variabel dependen (Sugiyono, 2016:74). Alasan dipilihnya jenis penelitian ini karena peneliti
ingin mengetahui hubungan pengaruh Cyberbullying terhadap kesehatan mental
remaja.Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (X) yaitu Cyberbullying dan
variabel terikat (Y) yaitu kesehatan mental. Penelitian ini ditunjukkan untuk mengetahui apakah
ada atau tidaknya hubungan antara pengaruh Cyberbullying pada kesehatan mental remaja.
B. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, benda,
pertumbuhan, kejadian, gejala, atau nilai tes, sebagai sumber data dengan ciri-ciri tertentu
dalam penelitian yang sedang berlangsung. Menurut Mulyatiningsih (2011: 19), Populasi
adalah sekumpulan orang, hewan, tumbuhan, atau benda yang memiliki karakteristik tertentu
yang akan diteliti. Populasi akan menjadi wilayah generalisasi kesimpulan hasil penelitian.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di Universitas Islam Negeri
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti” (Djarwanto,
1994:43). Menurut Sugiyono (2008: 118), Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan serta
karakteristik yang dimiliki oleh sebuah Populasi.

Dalam penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 20 mahasiswa, dimana 20 mahasiswa


tersebut akan mewakili seluruh mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang termasuk populasi. Sampel, ditentukan dengan cara menggunakan teknik
non-probability sampling, yaitu pengambilan sampel penelitian secara acak (Supardi, 1993).
Adapun kriteria responden sebagai berikut:

a) Merupakan remaja berusia 18 - 24 tahun

b) Berdomisili di Tulungagung

C. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian merupakan suatu alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur
atau mengumpulkan informasi sebagai bahan pengolahan yang berkenaan dengan objek ukur
yang sedang diteliti. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner atau angket. Menurut sugiyono (2013: 199) angket (kuesioner) sendiri
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk menghasilkan data yang akurat yaitu dengan
menggunakan skala Likert. Sugiyono (2014, 134) menyatakan bahwa “Skala Likert digunakan
untuk mengukur suatu sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
suatu fenomena sosial”. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka setiap jawaban diberikan skor
sesuai dengan pernyataan yang telah disediakan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
jenis instrumen angket atau kuesioner dengan pemberian skor sebagai berikut:

No Pilihan Jawaban Skor


1 Tidak Pernah 4
2 Kadang-Kadang 3
3 Sering 2
4 Sering Sekali 1
Agar mendapatkan sebuah hasil penelitian yang memuaskan, peneliti menyusun rancangan kisi-
kisi instrumen penelitian. Arikunto (2006) menyatakan bahwa “Kisi-kisi bertujuan untuk
menunjukkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data atau teori yang
diambil.

a. Adapun kisi-kisinya yaitu:

Kisi-Kisi Angket korban Cyberbullying

No. Aspek Indikator Item Jumlah Soal


1. Menerima pesan yang berisi
amarah melalui media online 1,2,3,4 4
umum
2. Menerima pesan yang berisi
kata-kata kasar melalui media 5,6,7,8 4
1. Flamming
online umum
3. Menerima pesan yang berisi
kata vulgar atau frontal
9,10 2
melalui media social online
umum
1. Menerima pesan yang
11,12,13 3
mengganggu secara pribadi
2. Siswa menerima pesan
2. Harassment
secara berulang yang
14,15 2
bermaksud menghina atau
mengganggu.
1. Diikuti di dunia maya
dengan sembunyi-sembunyi 16,17,18 3

3. Cyberstalking 2. Berulang kali menerima


ancaman membahayakan atau
19,20 2
pesan-pesan yang sangat
mengintimidasi
4. Denigration 1. Menerima kiriman 21,22 2
pernyataan yang menghina
dan tidak benar melalui chat
room, pesan teks, forum
diskusi
2. Menerima atau melihat
kiriman berupa foto/video
23,24,25 3
tentang dirinya yang tidak
benar
3. Pelaku mengetahui
password korban dan
26,27 2
menggunakannya untuk hal
5. Impersonation negatif
4. Membuat korban terlihat
buruk atau berada dalam 28,29 2
bahaya
1. Dipermalukan melalui
30,31 2
informasi rahasia
2. Menerima kiriman
informasi atau foto yang
memalukan dan mengirimkan 32,33 2
6. Outing serta menyebarkan kepada
orang lain
3. Dibujuk untuk
mengungkapkan rahasianya
34, 1
dan pelaku menyebarkan
kepada orang lain
7. Siswa dikeluarkan dari suatu
Exclusion 35, 1
grup diskusi tanpa alasan

Total Jumlah Item 35

Kisi-kisi angket karakteristik kesehatan mental

No. Aspek Indikator Item Jumlah Soal


1. Sulit tidur dimalam hari
1,2 2

2. Sakit perut yang tidak jelas 3,4 2


3. Sakit kepala yang tidak
5,6 2
jelas
1. Fisik 4. Berat badan naik atau turun
7,8 2
secara drastis
5. Kurang nafsu makan
9,10 2

6. Detak jantung bertambah


11,12 2
cepat
1. Menunjukkan emosi
negative seperti marah, gugup,
sedih, takut, frustasi, dan 13,14 2
khawatir ketika menerima
pesan atau setelah online
2. Tampak enggan ketika
menggunakan computer, 15, 1
telepon genggam
2. Psikologis 3. Menghindar apabila
membahas tentang
16,17 2
penggunaan computer maupun
gadget
4. Tampak tidak suka ketika
menerima chat, e-mail, dan 18,19 2
pesan teks
5. Gelisah saat pergi ke
20,21 2
sekolah
Menarik diri dari interaksi
sosial dengan teman-teman
3. Sosial dan keluarga dalam kehidupan 22,23 2
nyata
Penurunan prestasi akademik
4. Akademik 24,25 2

Total Jumlah Item 25

2. Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sugiyono, 2016:121). Uji Validitas pada penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan
bantuan salah satu software atau program komputer, yakni SPSS. Pengujian validitas tiap butir
kuisioner pada program SPSS dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product moment
antara skor tiap butir kuisioner dengan skor total (jumlah tiap skor kuisioner). Adapun syarat,
instrumen dikatakan valid, apabila nilai probabilitas (Sig. 2 tailed) hasil korelasi masing-masing
skor dengan skor total lebih kecil dari α(0.05). Sebaliknya, apabila nilai probabilitas (Sig. 2
tailed) hasil korelasi masing-masing skor dengan skor total lebih besar dari α(0.05), maka
instrumen penelitian dikatakan tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya
atau diandalkan. Suatu kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika jawaban dari kuesioner
tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Metode yang digunakan untuk mengukur
reliabilitas kuisioner adalah dengan metode Cronbach’s Alpha. Adapun syarat, instrumen
dikatakan reliabel, apabila nilai Cronbach Alpha lebih besar dari r tabel. Sebaliknya jika nilai
Cronbach Alpha lebih kecil dari r tabel, maka instrumen dikatakan tidak reliabel.

D. PENGUMPULAN DATA

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (angket).
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
2010: 199). Peneliti akan menjabarkan masing-masing variabel kedalam beberapa indikator.
Indikator yang telah ditentukan tersebut selanjutnya akan dikembangkan kembali sebagai tolak
ukur penyusunan item pertanyaan atau item pernyataan pada instrumen penelitian. Bentuk angket
dalam penelitian ini menggunakan skala likert dengan empat pilihan jawaban, dengan masing-
masing ketentuan skor yaitu Tidak Pernah (TP), Kadang-Kadang (K), Sering (S), Sering Sekali
(SS).

ITEM SKOR
Tidak Pernah 4
Kadang-Kadang 3
Sering 2
Sering Sekali 1

E. ANALISIS DATA
Analisis data adalah kegiatan analisis pada suatu penelitian yang dikerjakan dengan memeriksa
seluruh data dari instumen penelitian, seperti catatan, dokumen, hasil tes, rekaman, dan lain-lain
yang sudah dikumpulkan sebelumya. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan
kegiatan setelah data dari responden atau sumber data telah terkumpul. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistic inferensial. Analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain :
1. Uji normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu bagian dari uji persyaratan analisis data atau uji asumsi
klasik, artinya sebelum kita melakukan analisis statistik untuk uji hipotesis dalam hal ini adalah
analisis regresi. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah :
a. Jika nilai signifikan (Sig.) lebih besar dari 0,05 maka data penelitian berdistribusi normal
b. Sebaliknya, jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka data penelitian tidak
berdistribusi normal
2. Uji homogenitas
Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah mengetahui apakah variasi beberapa data
dari populasi memiliki varians yang sama atau tidak. Menurut joko widiyanto (2010:51) dasar
atau pedoman pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut :
a. Jika nilai Sig.<0.05, maka dikatakan bahwa varians dari dua data atau lebih kelompok
populasi data ada tidak sama (tidak homogeny)
b. Jika nilai Sig.>0,05 , maka dikatakan bahwa varians dari dua atau lebih kelompok
populasi data adalah sama (homogen)
3. Uji Hipotesis
a. Uji T (Paired Sample T-Test)
Uji paired sampel t-test ini merupakan uji statistik yang bertujuan untuk membandingkan
rata-rata dua grup yang saling berpasangan. Adapun syarat data yang dapat diuji dengan
menggunakan uji paired sampel t-test, antara lain:
1. Level pengukuran data adalah interval dan rasio
2. Jumlah data kurang dari atau sama dengan 30
3. Ciri utamanya berasal dari satu populasi yang sama dan diberi dua perlakuan berbeda dan
mempunyai hubungan.
4. Data berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan pertama pada paired sampel t-test adalah sebagai berikut:
1. Apabila t hitung > t tabel maka dapat diartikan terdapat perbedaan rata-rata yang
signifikan. Ini artinya H0 ditolak dan Ha diterima.
2. Apabila t hitung < t tabel maka dapat diartikan tidak terdapat perbedaan ratarata yang
signifikan. Ini artinya H0 diterima dan Ha ditolak.
Dasar pengambilan keputusan kedua pada paired sampel t-test adalah sebagai berikut:
1. Apabila nilai signifikansi < 0,05, maka dapat diartikan terdapat perbedaan ratarata yang
signifikan. Ini artinya H0 ditolak dan Ha diterima.
2. Apabila nilai signifikansi > 0,05, maka dapat diartikan tidak terdapat perbedaan rata-rata
yang signifikan. Ini artinya H0 diterima dan Ha ditolak.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.researchgate.net/publication/346523791_Dampak_Cyberbullying_terhadap_Keseh
atan_Mental_Korban
http://etheses.uin-malang.ac.id/1741/6/09410073_Bab_3.pdf
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/asjn/article/view/17648/9946
http://repository.radenintan.ac.id/7052/1/SKRIPSI%20FATIMAH.pdf
file:///C:/Users/PC/Downloads/6816-7097-1-SM.pdf
http://repository.ubaya.ac.id/35835/1/Kesehatan%20Mental%20Anak%20dan%20Remaja%20-
%20Buku%20Ajar-part.pdf
http://repository.unj.ac.id/3071/1/SKRIPSI_GRISELA_1125152395.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/6445/3/BAB%20II.pdf
http://jateng.aisyiyah.or.id/id/berita/artikel-kesehatan-jiwa-dalam-perspektif-islam.html

Anda mungkin juga menyukai