Anda di halaman 1dari 14

TEATER

Dhea Puspaningrum (13) XII IPS 2


Teater
• Teater merupakan suatu genre seni yang merupakan hasil kerja bersama
banyak orang dari berbagai disiplin ilmu (kolektif). Seni rupa, Seni tari, seni
akting, seni musik adalah beberapa disiplin ilmu yang dilibatkan dalam
proses penciptaan peristiwa teater. Pagelaran adalah suatu kegiatan dalam
rangka mempertunjukkan karya teater kepada orang lain agar mendapat
tanggapan dan penilaian . Merencanakan sebuah pergelaran teater perlu
dilakukan secara sistematis dan logis agar pada waktu pelaksanaannya
berjalan lancar. Tanpa perencanaan yang baik sebuah pagelaran teater tidak
dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan.
Konsep Tata Pentas
• Tata pentas adalah cara menyusun pentas atau tempat pertunjukan. Indonesia
terdiri berbagai macam etnis atau suku bangsa kaya akan seni dan budaya
sehingga memiliki tempat pertunjukan yang beraneka ragam jenis dan
bentuknya. Konsep pentas didasari oleh bentuk fisik bangunan panggung.
Bentuk fisik akan berpengaruh pada tata ruang dalam gedung pertunjukan
dan posisi pandang penonton terhadap peristiwa pertunjukan. Ada banyak
bentuk fisik bangunan yang biasa digunakan untuk pertunjukan teater dan
seni pertunjukan lainnya. Namun, secara garis besar hanya ada dua bentuk
fisik, yaitu panggung berbatas dan panggung tidak berbatas.
• 1. Panggung Terbatas
Panggung berbatas contohnya adalah panggung proscenium. Proscenium adalah
bentuk pementasan yang memisahkan antara pemain/pentas dengan
penonton/auditorium. Pada panggung proscenium ada batas antara panggung tempat
berlangsungnya pertunjukan teater dengan tempat duduk penonton. Panggung
proscenium biasanya berupa teater tertutup (beratap). Antara Panggung dengan
tempat duduk penonton ada ruang pembatas berupa orchestra. Deretan tempat duduk
penonton semakin kebelakang semakin tinggi bahkan ada yang menggunakan balkon.
Tampak dari tempat duduk penonton, panggung berkesan seperti dinding yang
berlubang segi empat tempat permainan teater berlangsung. Di kiri-kanan panggung
dilengkapi dengan wing serta layar hitam sebagai pembatas keluar masuknya pemain.
Sementara lampu dipasang permanen pada instalasi yang sudah ditentukan. Di bagian
depan panggung terdapat layar (tutup-buka) untuk mengawali dan mengakhiri
pertunjukan. Di bagian belakang panggung terdapat layar berwarna gelap (biasanya
warna hitam) sebagai pembatas belakang. Panggung proscenium cocok untuk konsep
pertunjukan teater realis karena sangat memungkinkan untuk memainkan trik
panggung membuat suasana seolah-olah seperti yang sebenarnya.
2. Panggung Tak Terbatas
Panggung tidak berbatas adalah panggung yang biasanya digunakan untuk pertunjukan teater
tradisional. Bentuknya bisa berupa pendopo, atau hanya pelataran saja. Bentuk pentas teater tradisi
terdapat di berbagai daerah, misalnya Minangkabau menggunakan halaman rumah gadang, Kesenian
Topeng dari Jakarta juga menggunakan halaman rumah sebagai arena pentas. Pada panggung tak
terbatas biasanya penonton biasanya lesehan, tidak disediakan tempat duduk khusus. Bentuknya
setengah lingkaran, atau tapal kuda, atau bahkan melingkar mengelilingi permainan. Antara penonton
dan para pemain tidak ada jarak, bahkan dapat berkomunikasi. Bentuk panggung seperti ini sulit bagi
penggarap untuk melakukan trik panggung atau teknik dan montase karena semuanya nampak dalam
penglihatan penonton. Ciri bentuk pentas tak terbatas tersebut adalah:
• Antara pemeran dan penonton hampir tidak memiliki batas.
• Tidak memerlukan pelayanan yang khusus, misalnya menggunakan skeneri yang realistis tiap
pergantian adegan
Pentas tak terbatas umumnya menempatkan diri di titik pusat. Apabila penonton berada di sekeliling
pentas, pentas arena itu disebut pentas arena sentral (central staging). Pemberian nama pada bentuk
ini terletak pada penempatan penonton. Apabila penonton mengitari pentas berbentuk tapal kuda,
maka pentas arena disebut pentas arena tapal kuda. Kemudian ada pentas arena U, pentas arena L,
pentas arena lingkaran, setengah lingkaran, dan Amphi theater (penonton lebih tinggi dari daerah
pemain).
Konsep Tata Rias
• Rias dalam pergelaran teater pada prinsipnya adalah rias karakter tokoh yang dihadirkan. Pentingnya rias
selain memperkuat perwatakan tokoh cerita, juga untuk menyembunyikan wajah aslinya para pemain.
Bahannya bisa menggunakan alat-alat kosmetik, bisa juga menggunakan bahan alami sepanjang tidak
berdampak buruk pada wajah dan anggota tubuh lainnya. Prinsip-prinsip rias karakter adalah:
• Memberikan gambaran yang nyata kepada penonton. Rias karakter adalah menggarap riasan wajah untuk
merubah penampilan seseoran sesuai dengan peran yang dimainkan. Riasan wajah harus terlihat alami.
• Berikan riasan wajah yang sesuai dengan proporsi wajah seseorang, jangan sampai riasan wajah tersebut
mengganggu wajah pemain itu sendiri.
• Rias karakter ini diperuntukkan bagi penonton, tidak untuk pemain lain. Seorang pemain terlihat dari
jauh, yaitu diatas panggung, ataupun dibawah sinar lampu, maka riasan ini harus diperhitungkan dengan
pengaruh (efek) yang ditimbulkan oleh lighting dan jarak antara pemain dengan penonton.
• Konsepnya bisa realis (sesuai dengan kenyataan), misalnya tokoh raja dirias seperti raja aslinya, tetapi
akan kesulitan mencari rujukannya. Konsep rias bisa juga surealis, mengandalkan imajinasi dan intuisi
penata walaupun sulit dipahami oleh akal. Bisa juga metaforis misalnya tokoh seorang koruptor dirias
seperti tikus dan seterusnya. Dalam kreativitas berteater tidak terbatas, bebas, asal bisa
dipertanggungjawabkan secara artistik dan penonton mendapat pengalaman baru.
Konsep Tata Busana
Tata busana sangat berpengaruh terhadap penonton, karena sebelum seorang pemeran didengar dialognya
terlebih dahulu diperhatikan penampilannya. Konsep busana bergantung pada waktu peristiwa cerita kapan
terjadi, zaman apa, dan siapa. Jika lakon itu menceritakan zaman purba, maka konsep busananya zaman
purba yang minimalis, terbuat dari daun dan kulit pohon. Jika peristiwa terjadi pada zaman kerajaan, maka
konsep busananya menggunakan busana raja lengkap dengan atributnya serta pernak-pernik yang
gemerlapan.
Busana raja yang sedang duduk di singgahsana berbeda dengan busana raja yang sedang berburu di hutan
belantara. Kita mengenal pakaian yang digunakan di siang hari dan pakaian yang digunakan di malam hari.
Ada pakaian yang digunakan untuk bekerja, ke pesta, melayat, bahkan pakaian tidur. Upaya yang detail
dalam menyikapi konsep busana akan memperlancar komunikasi estetik dengan penonton. Dalam
pementasan tidak perlu perlengkapan kostum yang mahal tetapi yang diperlukan adalah efek dari kostum
tersebut pada pementasan. Tata busana mempunyai tujuan yaitu :
• Membantu menghidupkan perwatakan pelaku, artinya sebelum dia berdialog, busana yang dikenakan
sudah menunjukkan siapa dia sesungguhnya, umurnya, kebangsaannya, status sosialnya, kepribadiannya.
• Membantu menunjukkan individualisasi peranan, artinya warna dan gaya tata busana harus dapat
membedakan peranan yang satu dengan peranan yang lain.
• Membantu memberi fasilitas dan membantu gerak pelaku, artinya pelaku harus dapat melaksanakan laku
atau akting perannya tanpa terganggu oleh busananya. 
Konsep Tata Cahaya
• Salah satu unsur penting dalam pementasan teater adalah tata cahaya atau lighting. Lighting
adalah penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini adalah untuk untuk menerangi panggung
untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka pementasan tidak
akan terlihat.

Fungsi dasar cahaya dalam pergelaran teater adalah menerangi peristiwa panggung agar nampak
dipenglihatan para penonton. Cahaya sebagai penerangan adalah fungsi primer, sedangkan
fungsi sekundernya adalah memberi efek atau memberi nuansa, memperkuat, memperlemah,
menonjolkan atau menyembunyikan, bahkan memperkuat suasana dalam adegan. Cahaya dapat
berasal dari matahari, lampu minyak, obor, atau lampu pertunjukan khusus yang sangat canggih.
 Jika pertunjukan dilaksanakan di ruang terbuka pada siang hari, tidak perlu menggunakan
lampu khusus pertunjukan karena akan sia-sia. Sebaliknya kalau malam hari mungkin perlu
ribuan watt untuk menerangi arena pertunjukan.
Unsur dekorasi juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya, cahaya
terang menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan suasana malam hari.
Cahaya berwarna juga digunakan untuk memberi aksentuasi pada adegan atau tokoh tertentu.
Konsep Musik Ilustrasi
• Musik ilustrasi adalah musik latar yang mengiringi aksi selama pergelaran teater. Musik
sebagai salah satu media ungkap dalam pergelaran teater. Musik senantiasa hadir dalam setiap
pertunjukan teater. Oleh karena itu, perlu konsep tataan yang sangat penting agar musik tidak
sekedar bunyi, melainkan kekuatan yang menyertai pergelaran teater. Konsep musik untuk
pergelaran teater minimalis atau maksimalis dengan menggunakan perangkat orchestra besar
plus musisinya. Namun kehadiran musik yang terpenting bukan kuantitasnya, melainkan
kualitas dan intensitasnya yang luruh mendukung adegan demi adegan dalam sebuah struktur
pergelaran teater.

Musik ilustrasi pada pertunjukan teater pada dasarnya berfungsi sebagai “penguat” sebuah
cerita yang terdapat pada naskah. Musik ilustrasi berfungsi membantu mengungkapkan
suasana batin aktor dalam penokohan yang ada dalam cerita pada babak atau adegan tertentu.
Komposisi musik ini harus bisa membantu aktor dalam mengungkapkan ini hati si aktor, oleh
karenanya proses dialog dan kesepakatan antara aktor dan penata musik sangat diperlukan.
KRITIK TEATER
Dhea Puspaningrum (13) IPS 2
Simbol Dalam Teater
• Simbol di dalam seni, termasuk seni teater dapat dipahami sebagai benda, bentuk,
unsur seni yang mengandung nilai. Nilai dalam karya seni berupa nilai bentuk dan
nilai isi. Unsur-unsur yang terkandung di dalam seni teater, baik tradisional maupun
non tradisional dengan unsur penting meliputi; naskah, pemeran, tata pentas, tempat
dan penonton terkandung simbol. Simbol dapat dimaknai sebagai sarana yang dipilih,
bersifat khusus untuk menyampaikan gagasan kreator seni dan kemudian diwujudkan
dalam bentuk seni melalui beberapa unsur yang terkandung di dalamnya.

Unsur penting sebagai ciri atau tanda dari ke khasan Teater, antara meliputi; unsur
cerita atau naskah, unsur pelaku seni, unsur pentas (artistik perupaan), unsur tempat
dan unsur penonton. Melalui kekhasan dan keunikan simbol dengan pemaknaan yang
ada pada pertunjukan teater, teater dapat dibagi kedalam jenis teater tradisional dan
non tradisional dengan kekhasan; bentuk pertunjukan, struktur pertunjukan dan unsur-
unsur penting pembentuknya.
Nilai Estestik
• Pengertian nilai dalam hubungan dengan seni, karya Teater dapat dipahami sebagai mutu
(kualitas) yang terkandung dalam bentuk seni, wujud seni dengan beberapa unsur penting
seni melalui simbol. Nilai bentuk yang dihadirkan karya seni, karya Teater sebagai nilai
keindahan bersifat bebas nilai, subjektif, tergantung dari sudut mana penikmat, penonton
seni, dalam menikmati tontonannya.
Pada prinsipnya bahwa seni apapun, termasuk teater dengan penjenisannya memiliki nilai
keindahan, nilai bentuk dan nilai isi, makna dibalik simbol yang dihadirkan. Nilai estetis
dalam karya seni, karya teater bersifat bebas nilai dan nilai secara ini bersifat universal.
Yakni mengangkat sisi-sisi nilai tentang kemanusiaan pada umumnya.
Melalui unsur-unsur yang terkandung di dalam seni, seni teater non tradisional dengan unsur
penting meliputi; naskah, pemeran, tata pentas, tempat dan penonton merupakan sarana
ekspresi estetik seorang kreator seni melalui simbol-simbol yang dihadirkan. Dengan
kebebasan nilai estetis pada teater non tradisional memberikan peluang seluas-luasnya untuk
berkreativitas seni dengan catatan tidak mengesampingkan nilai-nilai moral, kesantunan
yang tumbuh dan berkembang di lingkungan sekitar kita, di negara kita tercinta.
Kritik Teater
• Menulis kritik merupakan bagian dari proses kreatif dalam membuat tulisan, ulasan terkait
objek yang dikritisi. Menulis kritik, kritik Teater merupakan hal terkait dengan kegiatan
apresiasi. Apresiasi, dapat dipahami sebagai proses menikmati, menghargai, menilai suatu
tontonan karya seni. Apresiasi lebih dalam dapat diartikan dengan melakukan kritik terhadap
karya seni, karya Teater yang disajikan.
Kritik terhadap karya teater dapat dilakukan melalui pendekatan pengamatan, evaluasi kritis
terhadap beberapa aspek dan fungsi pertunjukan yang dihadirkan di atas pentas.dan unsur
utama dalam seni pertunjukan dilengkapi dengan analisis sumber bacaan naskah dan referensi
yang akan dijadikan sumber rujukan dalam menulis kritik.

Kegiatan menilai, mengkritik, mengulas, membahas, sangat erat kaitannya dengan kemampuan
seseorang dalam menelaah, menafsir, mengurai, menjelaskan dan menyimpulkan kelebihan
dan kelemahan yang nampak dari unsur penting di dalam karyanya. Menilai karya seni, seni
Teater secara ideal, harus memiliki pengetahun, pemahaman dan kepekaan seni yang tinggi.
Hasil penilaian yang dilakukan harus objektif, tidak memihak, tidak arogansi (gegabah), tidak
menyinggung orang lain. Tetapi penilaian sebagai bagian dari kritik, harus dibangun rasa
tanggungjawab untuk memekarkan seni, mendorong peningkatan kualitas seni dan mampu
memperkaya pemahaman seni bagi kreator seni dan pembaca seni.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai