Anda di halaman 1dari 10

wwwww e-ISSN: 2550-0813 | p-ISSN: 2541-657X | Vol 9 No 8 Tahun 2022 Hal.

: 3037-3046
-

NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial


available online http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/index

STRATEGI PENCEGAHAN RADIKALISASI MELALUI MEDIA


SOSIAL SELAMA PANDEMI COVID-19 OLEH KEMENTERIAN
KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA (KOMINFO)1

Eko Setyo Utomo, Zora A Sukabdi, Sapto Priyanto

Terrorism Study, School of Strategic and Global Studies, University of Indonesia

Abstrak

Studi ini berpendapat bahwa selama pandemi ini masyarakat dipaksa untuk beradaptasi dengan
'kenormalan baru' dalam setiap aspek kehidupan mereka. Dengan dikeluarkannya kebijakan baru
pemerintah untuk membatasi pergerakan orang melalui Kebijakan Pembatasan menimbulkan
risiko ancaman yang lebih tinggi. Salah satu bentuk ancaman ini adalah radikalisasi di media
sosial. Pandemi telah mengubah media sosial menjadi platform yang lebih nyaman bagi kaum
radikal dan ekstremis, semakin banyak orang yang terlibat setiap hari. Oleh karena itu
Kementerian Komunikasi Dan Informatika (Kominfo) harus memiliki strategi komunikasi untuk
mencegah penyebaran radikalisasi di media sosial di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan yang
berfokus pada strategi komunikasi Komunikasi dan Informatika dalam mencegah ancaman
radikalisasi melalui media sosial di Indonesia pada masa pandemi Covid-19. Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa: strategi komunikasi yang digunakan Kominfo untuk mencegah radikalisasi di
media sosial adalah dengan kontra narasi, pemblokiran, pemberian pesan dan konten informatif,
persuasif dan edukatif untuk meningkatkan literasi masyarakat. Sehingga dapat
disimpulkanbahwa untuk menghadapi masalah radikalisasi di media sosial selama pandemi
Covid-19, strategi Kominfo untuk resistensi narasi, peningkatan literasi, dan pemblokiran untuk
meminimalkan ancaman radikalisasi di media social. Namun strategi komunikasi ini hanya efektif
bagi mereka yang belum terpapar paham radikal secara kuat.

Kata Kunci: Strategi, Komunikasi, Radikalisasi, Media, Sosial.

*Correspondence Address : eko.setyo66@gmail.com, zsukabdi@gmail.com


DOI : 10.31604/jips.v9i8.2022.3037-3046
© 2022UM-Tapsel Press
3037
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9 (8) (2022): 3037-3046

PENDAHULUAN radikalisasi dan terorisme masih marak


Perkembangan teknologi di Indonesia. Di tengah pandemi
informasi dan komunikasi saat ini Coronavirus Disease of 2019 (COVID-
semakin pesat. Teknologi pada 19), individu dan kelompok radikal
hakekatnya dibuat untuk membantu dan masih saja aktif bergerak. Radikalisasi
mempermudah segala aktivitas manusia, dilakukan beberapa pihak melalui media
namun terkadang teknologi ini sosial dan media digital lainnya tanpa
disalahgunakan oleh sebagian orang harus bertemu secara fisik.
sebagai alat kejahatannya. Apalagi di Menurut Kepala Badan Nasional
masa pandemi Corona Virus Disease 2019 Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy
(Covid-19) dimana teknologi banyak Rafli Amar, ancaman penyebaran
digunakan oleh individu untuk radikalisme tidak hanya dilakukan
membantu memenuhi kehidupannya, secara tatap muka. Saat ini, kaum radikal
mulai dari pekerjaan formal, hingga juga menyebarkan ide-ide radikal
aktivitas sehari-hari. intoleran melalui media sosial. Para
Mengutip laporan International radikal ini memanfaatkan kanal-kanal
Telecommunication Union (ITU), yang ada di akun media sosial mereka.
diketahui jumlah pengguna internet Menurutnya, di masa pandemi COVID-
dunia pada 2018 meningkat menjadi 3,9 19, media sosial menjadi salah satu
miliar, yang merupakan setengah dari sarana paling efektif untuk menghasut
populasi dunia. Peningkatan jumlah generasi muda agar terkontaminasi
pengguna internet pada tahun 2018 juga radikalisme. Apalagi di masa pandemi
mengalami peningkatan yang cukup ini, penggunaan internet dan media
signifikan di Indonesia, dimana menurut sosial meningkat sangat pesat. Dengan
hasil survei APJII (2020), ditemukan begitu, tidak tertutup kemungkinan
jumlah pengguna internet di Indonesia kelompok yang menyebarkan ide-ide
sebanyak 171,1 juta, meningkat sebesar radikal juga menggunakan media sosial.
27,9 juta. dari tahun sebelumnya yang Menurut Kepala BNPT, saat ini sasaran
hanya 143,2 juta. Dalam survei terakhir yang disasar kelompok radikal ini adalah
selama 2019 – 2020 (Q2), ditemukan pemuda berusia 17 hingga 24 tahun.
bahwa penetrasi pengguna internet di Dimana di usia ini mereka masih muda,
Indonesia telah mencapai 196,71 juta energik, dan masih jati diri (Mashabi,
pengguna. Oleh karena itu, saat ini 2020).
terdapat 73,1% masyarakat Indonesia Selama masa pandemi kasus
yang menggunakan internet. terorisme dan radikalisme juga tidak
Saat ini banyak masyarakat kunjung ikut berhenti. Menurut
Indonesia yang menggunakan internet Gunawan W, Polri menjelaskan bahwa
dan media sosial sebagai media untuk selama masa pandemi Maret 2020
bekerja, berkomunikasi dan berinteraksi sampai dengan akhir 2020, pihaknya
satu sama lain. Namun, penggunaan mencurigai 143 orang terkait dengan
media sosial dan internet secara masif terorisme dan kejahatan radikal. Sejak
menimbulkan beberapa ancaman baru Maret, 143 tersangka teroris dan radikal
seperti: ancaman dunia maya, kejahatan telah ditangkap selama pandemi, 135
dunia maya, hoax, perang dunia maya tersangka masih dalam penyelidikan,
dan radikalisasi melalui media sosial. satu diadili dan tujuh telah meninggal.
Radikalisasi melalui media sosial Polisi mengatakan rincian 143 tersangka
merupakan salah satu ancaman aktual itu adalah 97 dari kelompok Jamaah
yang saat ini mengancam keamanan di Ansharut Daulah (JAD), 20 dari Jemaah
Indonesia dan harus diperhatikan oleh Islamiyah (JI), 12 dari kelompok
Pemerintah. Sejalan dengan itu, aksi Mujahidin Indonesia Timur (MIT), dan
3038
Eko Setyo Utomo, Zora A Sukabdi, Sapto Priyanto
Strategi Pencegahan Radikalisasi Melalui Media Sosial Selama Pandemi Covid-19……………….(Hal 3037-3046)

14 dari kelompok media sosial pandemi COVID-19 ? Untuk menjawab


(Gunawan, 2020). rumusan masalah diatas, peneliti
Dengan melihat paparan di atas, menggunakan beberapa teori yang
dapat disimpulkan bahwa saat ini berkaitan dengan ancaman radikalisasi
dengan meningkatnya penggunaan di media sosial dan bagaimana strategi
internet dan media sosial selama masa komunikasi untuk mencegah radikalisasi
Pandemi COVID-19, maka peluang tersebut.
ancaman masuknya penyebaran paham Menurut Taprial dan Priya,
radikalisme juga akan semakin terbuka media sosial mempunyai lima aspek
lebar. Melihat saat ini target mereka karakteristik keunggulan yang
adalah remaja dengan umur 17 sampai menjadikannya sebagai pilihan kuat
24 tahun, yang mana menurut data APJII dibandingkan media tradisional, adapun
pengguna internet dan media sosial keunggulannya antara lain: (Taprial,
paling banyak adalah remaja pada umur 2012)
15 – 24 tahun. Remaja akan cenderung a. Accesibility
lebih mudah dipengaruhi karena Media sosial memiliki
kurangnya pemahaman mereka, kemudahan akses karena
pengalaman, serta kebimbangan mereka hanya membutuhkan sedikit
dalam menentukan jati diri. Pihak radikal atau tanpa biaya untuk
bisa masuk dengan memberikan menggunakannya. Media
informasi palsu yang berujung radikal sosial juga mudah digunakan,
pada akun dimedia sosialnya untuk tidak perlu memerlukan
menarik remaja ini (APJII, 2019). keahlian khusus atau
Dengan kondisi saat ini di masa pengetahuan khusus dalam
pandemi COVID-19, di mana penggunaan penggunaannya. Media sosial
internet dan media sosial semakin sangat memudahkan
meningkat, sangat penting bagi seseorang untuk terhubung
Pemerintah Indonesia melalui dengan orang atau komunitas
Kementerian Komunikasi dan lain, siapa pun yang memiliki
Informatika (Kominfo) untuk merancang akses online dapat
strategi komunikasi yang baik untuk berpartisipasi dalam
mencegah radikal dari menyebarkan ide- komunitas dan percakapan.
ide radikal mereka di media. sosial. Hal b. Speed
ini karena di media sosial strategi Informasi dan konten di
komunikasi menjadi senjata utama media sosial akan segera
untuk melawan penyebaran radikalisasi. tersedia untuk semua orang
Akan menjadi tantangan bagi di jaringan, forum, dan
Pemerintah Indonesia untuk komunitas ketika konten atau
berkomunikasi karena keterbatasan informasi tersebut
selama pandemi ini, sehingga tidak dapat dipublikasikan. Media sosial
berkomunikasi langsung dengan publik. mampu membuat pengguna
Pemerintah Indonesia harus bisa berkomunikasi tanpa ada
memaksimalkan media sosial sebagai faktor eksternal yang
sarana sosialisasi komunikasi untuk menghalangi, tanggapan
mengantisipasi radikalisasi di terhadap pesan dapat
masyarakat. Dari ulasan latar belakang disampaikan secara instan
diatas, didapatkan rumusan masalah hampir tanpa jeda.
yakni menganalisis bagaimana strategi c. Interactivity
komunikasi Kominfo terkait pencegahan Media sosial memiliki
radikalisasi melalui media sosial selama kemampuan untuk
3039
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9 (8) (2022): 3037-3046

menampung dua atau lebih menggunakan teori radikalisasi.


saluran komunikasi. Moghaddam yang menjelaskan bahwa di
Pengguna dapat langsung dalam proses radikalisasi terdapat
berinteraksi satu sama lain beberapa tahapan atau lantai yang harus
seperti bertanya, berdiskusi, dilewati seseorang atau kelompok untuk
berbagi pendapat atau menjadi radikal. Adapun tahapan lantai
informasi, atau berbagi radikalisasi menurut Moghaddam antara
apapun yang membuat orang lain: (Moghaddam, 2005)
lain melakukannya.
d. Longevity a. Ground Floor: Psychological
Informasi ataupun konten Interpretation of Material
yang ada pada media sosial Conditions
mampu diakses pada waktu Sebagian besar orang
yang lama, atau bahkan menempati lantai "dasar", adalah mereka
selamanya. Konten dan yang mementingkan persepsi tentang
informasi juga dapat diubah keadilan dan perlakuan yang adil. Untuk
atau diperbaharui kapan saja. memahami mereka yang mendaki ke
e. Reach puncak tangga menuju terorisme dan
Media sosial dan internet radikalisme, pertama-tama kita harus
menawarkan jangkauan yang memahami tingkat ketidakadilan yang
tidak terbatas terhadap dirasakan dan perasaan frustrasi dan
semua konten yang tersedia. malu di antara ratusan juta orang di
Semua orang dapat lantai dasar. Peran sentral faktor
melakukan akses terhadap psikologis menjadi bukti bahwa faktor
konten yang kita terbitkan. material seperti kemiskinan dan
Siapapun dapat melakukan kurangnya pendidikan bermasalah
akses dari mana saja asal sebagai penjelasan atas tindakan teroris.
memiliki akses internet. Sebagai contohnya di Tepi Barat dan
Gaza, dukungan untuk serangan
Teori Taprial mengenai bersenjata terhadap Israel cenderung
keunggulan media sosial di atas menjadi lebih besar di antara orang-orang
salah satu alasan mengapa media sosial Palestina dengan pendidikan yang lebih
bisa menjadi media favorit bagi tinggi.
kelompok radikal untuk menyebarkan
konten radikal terorisme, serta b. First Floor: Perceived Options
melakukan proses radikalisasi. Terlebih to Fight Unfair Treatment
dimasa pandemi COVID-19 ini kelompok Individu yang naik ke lantai
radikal dan teroris akan lebih terbatasi pertama berusaha untuk mencari solusi
pergerakannya karena protokol atas apa yang mereka anggap sebagai
kesehatan dan aturan pemerintah yang perlakuan yang tidak adil. Dua faktor
berlaku. Oleh karena itu media sosial psikologis membentuk perilaku mereka
dengan segala keunggulannya dirasa di lantai pertama dengan cara utama:
mampu untuk memenuhi kebutuhan kemungkinan yang dirasakan individu
radikalisasi kelompok radikal dan untuk mobilitas pribadi untuk
teroris. Sehingga teori ini akan penulis memperbaiki situasi mereka dan
gunakan untuk membahas mengenai persepsi mereka tentang keadilan
ancaman radikalisasi di media sosial prosedural yang mereka terima.
selama pandemi COVID-19.
Selanjutnya untuk membahas c. Second Floor: Displacement of
mengenai radikalisasi, peneliti akan Aggression
3040
Eko Setyo Utomo, Zora A Sukabdi, Sapto Priyanto
Strategi Pencegahan Radikalisasi Melalui Media Sosial Selama Pandemi Covid-19……………….(Hal 3037-3046)

Dalam lantai kedua, individu Individu yang mencapai lantai


yang mengembangkan kesiapan untuk lima menjadi siap secara psikologis dan
secara fisik menggantikan agresi dan termotivasi untuk melakukan tindakan
yang secara aktif mencari peluang untuk terorisme, yang terkadang
melakukannya, hingga pada akhirnya mengakibatkan banyak kematian warga
siap meninggalkan lantai dua dan sipil. Tetapi untuk memahami tindakan
menaiki lebih banyak langkah untuk segelintir orang yang menaiki tangga
mencoba mengambil tindakan terhadap menuju terorisme dan terjun ke tindakan
musuh yang dirasakan. Saat mereka teroris, seseorang harus mulai dengan
menaiki tangga, individu-individu ini mempertimbangkan kondisi kehidupan
menjadi lebih terlibat dalam moralitas dan persepsi keadilan di antara jutaan
yang mengubah agresi. orang di lantai dasar. Sebuah badan
penelitian psikologis yang solid
d. Third Floor: “Moral menunjukkan bahwa dalam kondisi
Engagement” tertentu, beberapa individu mungkin
Pada tahap ini individu mulai akan naik dari lantai dasar dan menaiki
merasakan perubahan agresi dan emosi, tangga menuju terorisme dan
dimana mereka lebih bersikap radikalisme (Moghaddam, 2005).
“menyerang” kepada pemerintahan. Berikutnya untuk membahas
Disini organisasi teroris menjadi efektif mengenai strategi komunikasi, peneliti
dengan memobilisasi sumber daya yang akan menggunakan teori strategi
cukup untuk membujuk rekrutan agar komunikasi milik Arifin. Dikutip dari
terlepas dari moralitas seperti yang Arifin dijelaskan bahwa dalam
didefinisikan oleh otoritas pemerintah menyusun strategi komunikasi harus
(dan seringkali oleh mayoritas dalam mempertimbankan beberapa hal antara
masyarakat) dan terlibat secara moral lain: (Arifin, 2004)
dalam cara moralitas dibangun oleh
organisasi teroris. a. Mengenal halayak atau
komunikan
e. Fourth Floor: Solidification of Faktor pertama adalah
Categorical Thinking and the mengetahui dan menemukan audiens
Perceived Legitimacy of the atau komunikan. Komunikator sendiri
Terrorist Organization menurutnya adalah pihak yang menjadi
Setelah seseorang naik ke lantai sasaran pesan yang dikirimkan oleh
empat dan memasuki dunia rahasia komunikator. Sasaran yang dapat
organisasi teroris, hanya ada sedikit atau dijadikan tujuan pengiriman dapat
tidak ada kesempatan untuk keluar berupa individu, kelompok besar,
hidup-hidup. Dalam kebanyakan kasus, kelompok kecil, baik yang heterogen
kategori pertama dari rekrutan baru maupun yang homogen. Komunikator
terdiri dari mereka yang akan menjadi adalah pihak yang menerima pesan
anggota jangka panjang dan yang sekaligus menerjemahkan pesan yang
menjadi bagian dari sel kecil, masing- disampaikan oleh komunikator.
masing biasanya berjumlah empat atau Komunikator dapat disebut sebagai
lima orang, dengan akses informasi khalayak, sasaran, sasaran dan sebutan
hanya tentang anggota lain di sel mereka lainnya. Dalam menyampaikan pesan,
sendiri. komunikator harus dapat mengenal
khalayak dengan baik agar pesan yang
f. Fifth Floor: The Terrorist Act ingin disampaikan dapat diterima
and Sidestepping Inhibitory dengan baik (Arifin, 2004).
Mechanisms
3041
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9 (8) (2022): 3037-3046

b. Merumuskan pesan menganalisis strategi komunikasi apa


Sebuah pesan dalam komunikasi yang digunakan pemerintah untuk
harus mudah dimengerti dan menarik mencegah radikalisasi melalui media
perhatian komunikan agar bisa sosial. Teori strategi komunikasi yang
tersampaikan dengan baik. peneliti gunakan adalah teori Arifin di
atas. Teori ini akan digunakan peneliti
c. Menetapkan media untuk menganalisis strategi komunikasi
komunikasi yang digunakan yang digunakan pihak terkait dalam
Menurut Cangara, media adalah rangka mencegah ancaman radikalisasi
alat yang digunakan untuk melalui media sosial di masa pandemi
menyampaikan pesan dari komunikan COVID-19.
kepada khalayak. Media komunikasi
meliputi surat kabar, televisi, radio, film, METODE PENELITIAN
dan internet. Selain itu media juga dapat Dalam penulisan tulisan ilmiah
berupa acara-acara seperti pesta rakyat, ini, penulis menggunakan metode
pentas seni, arisan organisasi dan lain- penelitian kualitatif dengan pendekatan
lain (Cangara, 2013). tinjauan kepustakaan (literature review).
Menurut Creswell (2013), tinjauan
d. Menetapkan metode kepustakaan adalah pendekatan
komunikasi penelitian yang didasarkan pada non-
Menurut Arifin, dalam cara numeric data yaitu dapat berupa tulisan
pelaksanaanya metode dalam dan gambar, dan penyaringan terhadap
komunikasi dapat diwujudkan kedalam data dilakukan untuk membuat
dua bentuk yakni metode reduncy interpretasi dari tinjauan pustaka
(repetition) dan canalizing. Sedangkan (literature review). Kajian penelitian ini
menurut bentuk isinya, metode dilakukan melalui sumber literatur
komunikasi terdiri dari metode seperti jurnal, buku, tesis, research
informative, persuasive, edukatif, dan report, maupun artikel ilmiah dengan
cursive (Arifin, 2004). sumber yang valid dan realible

e. Memerankan komunikator HASIL DAN PEMBAHASAN


Komunikator memiliki peran Ancaman Radikalisasi di
yang sangat penting dalam proses Media Sosial Selama Masa Pandemi
komunikasi. Komunikator dapat COVID-19
dianalogikan sebagai ujung tombak yang Berdasarkan hasil penelitian dan
berfungsi untuk menyampaikan pesan analisis yang telah dilakukan, ditemukan
kepada khalayak. Apabila komunikator bahwa ancaman radikalisasi selama
gagal menyampaikan pesan dengan baik, pandemi COVID-19 masih ada dan terus
maka proses komunikasi bisa gagal. tumbuh dan meningkat. Peningkatan ini
Menurut Arifin, seorang komunikator tidak lepas dari kemudahan dan
harus bisa dipercaya oleh keuntungan yang diberikan media sosial
komunikannya. Oleh karena itu kepada kelompok radikal dan teroris.
komunikator harus memiliki credibility Selain itu, berdasarkan penelitian
yang baik agar bisa dipercaya (Arifin, sebelumnya juga diketahui bahwa
2004). kehadiran teknologi, internet, media
Dalam rangka masalah sosial sangat berkontribusi dalam
pencegahan radikalisasi di media sosial penyebaran ide-ide radikal, menjadi
oleh pemerintah Indonesia di masa media propaganda untuk melakukan
pandemi COVID-19. Teori strategi tindakan intoleran, sebagai sarana
komunikasi digunakan peneliti untuk rekrutmen, pelatihan, pendidikan, dan
3042
Eko Setyo Utomo, Zora A Sukabdi, Sapto Priyanto
Strategi Pencegahan Radikalisasi Melalui Media Sosial Selama Pandemi Covid-19……………….(Hal 3037-3046)

pengembangan jaringan anggota untuk diketahui bahwa media sosial mampu


menyebarkan aksi teror dan bom. bunuh menyebarkan konten secara realtime
diri di Indonesia (Ghifari, 2017). Hal pada saat itu juga. Sehingga kelompok
tersebut sesuai dengan teori Taprial dan teroris bisa dengan cepat menyebarkan
Priya, yang menyebutkan media sosial paham radikal terorisnya. Perubahan
mempunyai lima aspek karakteristik media sosial yang cepat ini juga sesuai
keunggulan yang menjadikannya sebagai dengan pebelitian terdahulu yang
pilihan kuat dibandingkan media menjelaskan bahwa dengan kecepatan
tradisional, adapun keunggulannya yang dimiliki media sosial maka strategi
antara lain: (Taprial, 2012) komunikasi di media sosial juga harus
memahami bahwa perubahan dengan
a. Accesibility cepat tersebut. Karena itu, strategi
Kominfo menjelaskan, komunikasi ini pada penerapannya
kemudahan akses yang dimiliki media harus dapat berubah dengan cepat juga
sosial menjadikannya sebagai media (Puspita, 2020).
komunikasi favorit yang banyak
digunakan oleh masyarakat. Hal ini c. Interactivity
dibuktikan dengan banyaknya pengguna Interaktivitas di media sosial
media sosial di Indonesia. BNPT juga tinggi. Keunggulan ini dapat
mencatat pengguna internet di seluruh memberikan ruang bagi kelompok teror
Indonesia selama pandemi ini telah dan masyarakat untuk saling
mencapai 202 juta pengguna, dan dari berkomunikasi. Komunikasi dapat
data 202 juta pengguna internet, 80% dilakukan melalui fitur pesan atau chat
pengguna internet didominasi oleh yang disediakan di media sosial. Dengan
pengguna media sosial, serta dari 100% begitu kelompok teroris dan radikal akan
pengguna media sosial, 60% pengguna lebih mudah membujuk masyarakat.
adalah milenial. dan Generasi Z. Dengan
jumlah pengguna yang besar ini, jelas d. Umur panjang
bahwa media sosial mudah diakses oleh Konten yang dibuat dan
siapa saja mulai dari remaja hingga diunggah di media sosial juga dinilai
dewasa. Hal ini sesuai dengan hasil awet dan tahan lama. Sebagai contoh,
penelitian sebelumnya yang menjelaskan banyak kelompok teroris dan radikal
bahwa ancaman terhadap keutuhan mengeluarkan konten radikal dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara bentuk e-book dan video yang ketika
disebabkan oleh kemajuan teknologi diunggah, konten tersebut dapat
informasi. Salah satunya, kemudahan bertahan lama dan mudah disimpan oleh
akses internet memudahkan masyarakat siapa saja dalam jangka waktu yang lama.
menerima informasi tentang gerakan Karena informasi dalam bentuk
radikalisme, pembuatan bom, dan elektronik memiliki ketahanan yang
kejahatan. (Sunarto, 2017). Oleh karena lebih dibandingkan media konvensional
itu, peluang inilah yang kemudian seperti kertas yang dapat rusak secara
dimanfaatkan oleh kelompok teroris fisik.
untuk menyebarkan paham radikal
terorisnya. e. Reach
Media sosial memberikan
b. Speed jangkauan yang luas untuk menyebarkan
Informasi radikal dan paham informasi dan pemahaman radikal. Hal
teroris dapat disampaikan secara cepat ini terlihat dari masuknya ide-ide radikal
melalui media sosial. Berdasarkan hasil dari negara lain seperti Suriah dan
penelitian dengan nara sumber, Afghanistan, dimana media sosial
3043
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9 (8) (2022): 3037-3046

mampu menjadi penghubung untuk Bad Khala Pesan Medi Metod Peran
menyampaikan pesan-pesan radikal an yak a e Komuni
Komu Komu kator
kepada masyarakat Indonesia. Hasilnya nikas ni
berdasarkan penelitian BNPT, terdapat i kasi
Kom Mengi Inform Media Massal Teman,
lebih dari 2.100 WNI yang terdiri dari info kuti atif Sosial Inform Narasum
orang tua dalam hal ini suami istri, arahan dan Favori atif ber,
BNPT Edukat t Edukator
dengan putra-putrinya dibawa ke luar if
negeri untuk bergabung dengan Umum
kelompok teroris. Inilah dampak
propaganda terorisme di media sosial Tabel 1. Strategi komunikasi Kominfo dalam
mencegah radikalisasi di media sosial
yang dilakukan oleh kelompok teroris Sumber Tabel: Olahan peneliti, 2022
dan radikal.
Dengan adanya kelebihan Berdasarkan tabel di atas
tersebut, akan semakin memudahkan terlihat bahwa Kominfo dalam
kelompok teroris untuk menyebarkan menentukan target audiens pencegahan
pahamnya di masa pandemi COVID-19. radikalisasi di media sosial, mengikuti
Terlebih dimasa pandemi ini kontak fisik arahan dan arahan dari BNPT. Untuk
sudah dibatasi oleh pemerintah, pemilihan pesan dan media komunikasi
sehingga akses sosial yang sering yang digunakan, Kominfo membuat
digunakan masyarakat adalah media pesan preventif berupa konten edukatif
sosial. dan informatif secara umum serta
Strategi komunikasi Kominfo menggunakan media komunikasi berupa
terkait pencegahan radikalisasi media sosial favorit masyarakat. Untuk
melalui media sosial selama pandemi peran komunikator, Kominfo berperan
COVID-19 sebagai teman, nara sumber dan
Berdasarkan hasil penelitian pendidik. Hal ini dilakukan untuk
yang telah dilakukan, dapat diketahui mempermudah mendekatkan diri
bahwa dalam merancang strategi dengan masyarakat, dan untuk
komunikasi untuk mencegah memudahkan masyarakat menerima
penyebaran radikalisasi di media sosial informasi di media sosial.
selama pandemi COVID-19, Kominfo Selanjutnya diketahui dalam
telah memenuhi lima faktor yang penelitian ini bahwa untuk mencegah
membangun strategi komunikasi yang individu di tahap Ground Floor:
baik. Arifin menjelaskan bahwa dalam Psychological Interpretation of Material
merumuskan strategi komunikasi ada Conditions memasuki proses radikalisasi,
lima faktor yang harus diperhatikan, Kominfo menggunakan strategi
yaitu: Audiens, Pesan, Media komunikasi dengan memberikan
Komunikasi, Metode Komunikasi, dan sosialisasi dan literasi tentang
Peran Komunikator (Arifin, 2004). ekonomi.Selain itu, untuk individu yang
berada pada tahap First Floor: Perceived
Options to Fight Unfair Treatment,
Kominfo, menggunakan strategi
komunikasi dengan memberikan
sosialisasi tentang kebijakan pemerintah
yang dinilai tidak adil kepada
masyarakat kecil.
Selanjutnya bagi yang berada di
Lantai Dua: Displacement of Aggression
stage, Kominfo menggunakan strategi
komunikasi melalui sosialisasi dan
3044
Eko Setyo Utomo, Zora A Sukabdi, Sapto Priyanto
Strategi Pencegahan Radikalisasi Melalui Media Sosial Selama Pandemi Covid-19……………….(Hal 3037-3046)

pembahasan kebijakan positif media sosial. Kelompok radikal


pemerintah. Sedangkan untuk individu menjadikan media sosial sebagai media
di Lantai Tiga: tahap “Moral komunikasi favorit mereka untuk
Engagement”, Kominfo terus menyebarkan paham radikal dan teroris
menerapkan strategi komunikasi berupa karena keunggulan media sosial yang
pemberian edukasi dan literasi untuk dapat memfasilitasi penyebaran
membentengi masyarakat dan informasi radikal. Kelebihan media sosial
melakukan kontra narasi. ini adalah: accesibility, speed,
Namun, hingga saat ini semua interactivity, longevity dan reach.
strategi komunikasi yang dimiliki Selanjutnya, untuk strategi
Kominfo hanya mampu mencegah komunikasi yang digunakan Kominfo
individu mencapai tahap Lantai Empat: untuk mencegah radikalisasi di media
Solidification of Categorical Thinking and sosial selama pandemi COVID-19,
the Perceived Legitimacy of the Terrorist ditemukan bahwa strategi komunikasi
Organization yang sampai pada untuk mencegah radikalisasi di media
penerimaan legitimasi teroris dan sosial hanya dapat dilakukan kepada
pemahaman ideologi teroris. Setelah individu di tahap awal : Ground Floor:
melewati tahap keempat dan kelima, Psychological Interpretation of Material
dimana individu mulai menerima Conditions, First Floor: Perceived
ideologi radikal teroris, mulai menerima Options to Fight Unfair Treatment,
legitimasi teroris dan mulai melakukan Second Floor: Displacement of
aksi teroris, keempat lembaga tersebut Aggression dan Third Floor: “Moral
belum mampu dan memiliki strategi Engagement”, untuk tidak semakin
komunikasi khusus untuk mencegahnya. tertarik kearah pemikiran radikal dan
. teroris. Adapun strategi komunikasi yang
Kominfo, hanya bisa menunggu digunakan adalah dengan menggunakan
arahan dan siap memberikan bantuan pesan informatif, persuasif, edukatif,
jika BNPT membutuhkannya. Hal ini melakukan takedown dan mengadakan
karena ketika individu sudah mulai lomba di media sosial. Namun Kominfo
menerima ideologi teroris dan radikal, sampai saat ini belum mempunyai
maka akan sangat sulit untuk membuat strategi komunikasi khusus untuk
orang tersebut berubah. Dibutuhkan mencegah individu yang sudah
penanganan khusus di dunia nyata menerima dan menjalankan paham
dengan program deradikalisasi yang teroris dan radikal yang berada dalam
ketat untuk mengubah ideologi tahap Fourth Floor: Solidification of
seseorang. Hal ini juga dilakukan dalam Categorical Thinking and the Perceived
jangka waktu yang lama, sedangkan Legitimacy of the Terrorist Organization
untuk media sosial yang tidak memiliki dan Fifth Floor: The Terrorist Act and
batasan dan aturan yang tegas, akan Sidestepping Inhibitory Mechanisms.
sangat sulit untuk mencegah seseorang
yang berideologi teroris untuk dapat
kembali ke pemikiran moderat hanya DAFTAR PUSTAKA
melalui media sosial. APJII. (2019). Laporan Survei Internet
APJII 2019 - 2020 [Q2]. Jakarta: APJII.
SIMPULAN Arifin, A. (2004). Strategi Komunikasi,
Berdasarkan hasil penelitian dan Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung: Cv. Armico.
pembahasan yang dilakukan peneliti,
disimpulkan bahwa peningkatan BBC. (2021, 03 31). Penembakan Mabes
penggunaan media sosial ini juga Polri: 'Terduga teroris berideologi ISIS', polisi
ungkap identitas perempuan 25 tahun pelaku
meningkatkan ancaman radikalisasi di
3045
NUSANTARA : Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, 9 (8) (2022): 3037-3046

serangan. Diambil kembali dari BBC.co.id: VOI. (2020, 12 23). APJII: Pandemi
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia- COVID-19 Buat Pengguna Internet di Indonesia
56579674 Meningkat Hampir 200 Juta. Diambil kembali dari
VOI: https://voi.id/teknologi/19331/apjii-
Cangara, H. (2013). Perencanaan dan pandemi-covid-19-buat-pengguna-internet-di-
strategi komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. indonesia-meningkat-hampir-200-juta

Ghifari, I. F. (2017). Radikalisme di


Internet. Jurnal Agama dan Lintas Budaya, 123-
134.

Gunawan, W. (2020, 09 30). Selama


Pandemi Covid-19, Ada 143 Orang Jadi Tersangka
Terorisme. Diambil kembali dari JawaPos:
https://www.jawapos.com/nasional/politik/30
/09/2020/selama-pandemi-covid-19-ada-143-
orang-jadi-tersangka-terorisme/

Mashabi, S. (2020, 07 03). Kepala BNPT:


Penyebar Paham Radikalisme Manfaatkan Media
Sosial. Diambil kembali dari Kompas:
https://nasional.kompas.com/read/2020/07/0
3/15343511/kepala-bnpt-penyebar-paham-
radikalisme-manfaatkan-media-sosial?page=all

Moghaddam, F. M. (2005). The


Staircase to Terrorism. merican Psychological
Association, 161-169.

Puspita, R. (2020). Kontra-Radikalisasi


Pada Media Sosial Dalam Perspektif Komunikasi.
Jurnal Komunikasi Universitas Garut : Hasil
Pemikiran dan Penelitian, 509-529.

Sebayang, R. (2020, 07 03). Di Tengah


Pandemi, Penggunaan Teknologi Meningkat Pesat.
Diambil kembali dari CNBC:
https://www.cnbcindonesia.com/tech/2020072
3190647-37-175009/di-tengah-pandemi-
penggunaan-teknologi-meningkat-pesat

Sihaloho, M. J. (2021, 11 23). Waspadai


Enabling Environment dan Narco-Terrorism.
Diambil kembali dari Berita Satu:
https://www.beritasatu.com/nasional/857907/
waspadai-enabling-environment-dan-
narcoterrorism

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian


Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Sunarto, A. (2017). Dampak Media


Sosial Terhadap Paham Radikalisme. Jurnal
Nuansa Vol. X, No. 2.

Taprial, Varinder. (2012).


Understanding Social Media. London: Ventus
Publishing..

3046

Anda mungkin juga menyukai